Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi Intermittent Exotropia

Pada intermittent exotropia terjadi mata yang bergulir atau berdeviasi ke arah

luar pada waktu-waktu tertentu. Dalam keadaan normal, mata dapat mempertahankan

posisi nya karena adanya fusi yang adekuat. Namun, jika mata tersebut terganggu

fusinya, atau atensi untuk mempertahankan fusi tersebut berkurang, maka mata

cenderung akan bergulir ke arah luar. Hal inilah yang menyebabkan mata intermittent

exotropia cenderung berdeviasi di saat mengalami kelelahan, sakit, stres psikis, atau

kurang berkonsentrasi.1

Terdapat 3 fase dalam perjalanan penyakit intermittent exotropia. Fase yang

pertama, terdapat deviasi spontan dari mata ke arah luar di saat mata diganggu

fusinya (ditutup), kelelahan, tidak berkonsentrasi, atau sedang sakit. Mata kembali

baik setelah satu atau dua kedipan yang akan mengembalikan fusi. Pada fase ini

penglihatan jarak dekat masih baik, pasien akan tampak sering mengernyitkan dahi

atau menutup satu mata saat terpapar cahaya terang, akibat terganggunya penglihatan

binokular. Pada fase 2, derajat deviasi semakin meningkat pada jarak jauh, disertai

dengan eksotropia pada jarak dekat. Dan pada fase 3, terdapat eksotropia konstan

baik pada jarak dekat ataupun jauh.2


DAFTAR PUSTAKA

1. Maconachie GD, Gottlob I, McLean RJ. Risk factors and genetics in common

comitant strabismus: a systematic review of the literature. JAMA Ophthalmol.

2013 Sep. 131(9):1179-86. 

2. Hatt SR, Gnanaraj L. Interventions for intermittent exotropia. Cochrane

Database Syst Rev. 2013;5:CD003737.

Anda mungkin juga menyukai