Anda di halaman 1dari 34

 

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis dalam menyelesaikan “Asuhan keperawatan Meningitis pada Anak” ini dengan lancar
tanpa halangan yang berarti. Makalah ini disusun dengan harapan mampu menambah dan
meningkatkan wawasan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
Pembimbing Keperawatan Anak dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan
dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kebaikan di kemudian hari. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung,6 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar isi iii

BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan 2

BAB II KONSEP DASAR


A.Medis
1. Definisi 3
2. Etiologi 3
3. Tanda dan Gelaja 4
4. Pemeriksaan penunjang 5
5. Patofisiologi 5
6. Penatalaksanaan medis 6
7. Komplikasi 7
B.Keperawatan
1. Pengkajian 8
2. Diagnosa keperawatan 8
3. Intervensi Keperawatan 9
4. Implementasi 10
5. Evaluasi 10

BAB III LAPORAN KASUS 11


1. Pengkajian 11
2. Diagnosa keperawatan 20
3. Intervensi 21
4. Implementasi 23
5. Evaluasi 25

BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian 27
2. Diagnosa keperawatan 27
3. Intervensi 28
4. Implementasi 29
5. Evaluasi 29

iii
BAB V PENUTUP 30
1. Kesimpulan 30
2. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang

Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput
otak  (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Meningitis pada anak-anak masih sering di jumpai,meskipun sudah ada kemoterapeutik, yang
secara in vitro mampu membunuh mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. WHO(2003),
mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi
lebih besar. Ini akibat infeksi dengan Haemophilus influenzae maupun pneumococcus, karena
anak-anak biasanya tidak kebal terhadap bakteri.

Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita


meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi,
retardasi mental. Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian  anak balita di seluruh dunia setiap tahun,
lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. 

Berdasarakan data Kementrian Kesehatan tahun 2011,didapatkan jumlah kasusmeningitis


terjadi pada laki-laki sebanyak 12.010 pasien dan wanita sebanyak 7.371pasien dengan jumlah
kematian sebesar 1.025.

Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus


influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu, Streptococcus pneumoniae
(pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa
inkubasi kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah
satu penyebab meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari
Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien
meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian
terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah
sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak
dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat
melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita kerusakan
otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin
parah setelah beberapa bulan.

1
2.Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui secara umum mengenai konsep asuhan keperawatan pada penyakit
meningitis.
b.Tujuan Khusus
1) Memahami definisi dari penyakit meningitis.
2) Mengetahui etiologi dari meningitis.
3) Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit meningitis.
4) Memahami patofisologi mengitis.
5) Memahami apa saja klasifikasi meningitis
6) Mengetahui apa komplikasi meningitis
7) Mengetahui asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,diagnose dan intervensi
dalam meningitis.

2
BAB II 
KONSEP DASAR

A.Medis

1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput
otak  (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Meningitis pada anak-anak masih sering di jumpai,meskipun sudah ada kemoterapeutik, yang
secara in vitro mampu membunuh mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. WHO(2003),
mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi
lebih besar. Ini akibat infeksi dengan Haemophilus influenzae maupun pneumococcus, karena
anak-anak biasanya tidak kebal terhadap bakteri.
Adapun menurut Widagdo (2011), Meningitis adalah infeksi akut yang mengenai selaput
mengineal yang dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme dengan ditandai adanya gejala
spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan kesadaran, gejala rangsang meningkat, gejala
peningkatan tekanan intrakranial, dan gejala defisit neurologi.
Meningitis atau radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater) merupakan kondisi serius
yang menyebabkan lapisan disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan.

2. Etiologi Meningitis
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus, parasit, dan
jamur. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada penyakit AIDS, DM,
Cidera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan system imun.
a. Meningitis Virus
Meningitis Virus tidak melibatkan jaringan otak pada proses peradangannya. Gejalanya
ringan, sehingga diagnosanya luput dibuat. Ada juga kasus meningitis virus disebabkan
oleh enterovirus. Enterovirus ini merupakan penyebab utama meningitis virus, sedangkan
sebagian dari enterovirus mengakibatkan ensefalis. Walaupun demikian, hanya sedikit saja
kasus Enterovirus yang berkembang menjadi meningitis. Infeksi virus lain yang
menyebabkan meningitis, yaitu:
 Virus Mumps
 Virus Herpes
 Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya.

b. Meningitis Bakterialis
Salah satu penyebab utama meningitis pada anak adalah Neisseria meningitidis yang
dikenal sebagai meningokokus. Meningitis pada kelompok ini sangat serius dan dapat
mematikan. Kematian dapat terjadi hanya dalam beberapa jam. Namun banyak juga pasien
yang sembuh, tapi cacat permanen seperti hilangnya pendengaran, kerusakan otak, dan

3
ketidakmampuan belajar. Ada beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan meningitis,
seperti:
 Streptococcus pneumonie 
 Hemophilus influenza 
 Listeria monocetytogesnes 
 Straptococcus aureus 

c. Meningitis Jamur
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari dua kelompok yaitu, jamur patogenik dan
opportunistic. Jamur patogenik mengineksi manusia normal setelah inhalasi dan inflantasi
spora. Sedangkan jamur opportunistic tidak menginfeksi orang dengan system imun yang
normal, tetapi menyerang system imun yang buruk. 

d. Meningitis Parasit
Meningitis Parasit : parasit penyebab meningitis, seperti Angiotrongylus cantonensis
dan Baylisascaris procyonis, yang tidak disebarkan melalui kontak langsung. Parasit  ini
umumnya terdapat pada hasil bumi, serta kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan,
unggas, memakan makanan yang berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas
seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab meningitis.Meningitis juga dapat di
picu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti cedera kepala, kanker, dan lupus,
penggunaan obat-obatan tertentu atau pernah menjalani tindakan medis seperti operasi
otak juga dapat memicu meningitis.

3. Tanda dan gejala


Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya deman, sakit
kepala, panas dingin ,muntah,dan kejang-kejang, Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta
dapat berkembang menjadi fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau
mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti
sesak nafas, muntah, dan diare. 
Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada perfusi yang tidak optimal biasanya
memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dan sianosi. Gejala lainnya yang lebih spesifik
seperti petenis/pura pura pada kulit sering didapatkan apabila anak mengalami infeksi
meningokokus (meningokossemia), keluarnya cairan dari telinga merupakan gejala khas pada
anak yang mengalami meningitis peneumokokus dan sinus dermal kongenitasl terutama
disebabkan oleh infeksi E. Collin.

4
4.Penunjang Medis
4.1 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.Lumbal
punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatkan tekanan intracranial.Analisa
cairan otak diperiksa untuk jumlah sel darah merah yangbiasanya meningkat diatas nilai normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.Kadar glukosa darah dibandingkan dengan
kadar glukosa cairan otak.Normalnya kadarglukosa cairan otak 2/3 dari nilaiserum glukosa dan
pada pasien meningitiskadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

4.2 Radiografi
CT-Scan digunakan untuk menentukan adanya edema atau penyakit saraf
lainnya.Hasilnya biasanya normal,kecualipada penyakit yang sudah sangat parah.

4.3 Fungsi lumbal


tekanan cairan meningkat,jumlah sel darah putih meningkat,glukosa menurun,protein meningkat.

5.Patofisiologi Meningitis
Infeksi mikroorganisme terutama dari tonsil,bronkus,saluran cerna.Masuk ke otak,di
dalam otak mikroorganisme berkembangbiak membentuk koloni.Toksik yang dihasilkan
oleh mikroorganisme melalui hematogen sampai ke hipotalamus.Volume pustula yang
semakin meningkatkan rangsangan di korteks selebri yang terdapat pusat
pengaturan.Sistem gastrointestinal sehingga merangsang munculnya muntah dengan
cepat,juga dapat terjadi gangguan pusat pernafasan.Peningkatan intracranial juga dapat
berdampak pada munculnya fase eksitasi yang terlalu cepat pada neuron,sehingga
memunculkan kejang.Respon saraf juga tidak bisa berlangsung secarakondusif,ini yang
secara klinis dapat memunculkan respon patologis pada jaringan tersebut
sepertimunculnya tanda kerning dan brudinsky.

5
6. Penatalaksanaan

6.1 penatalaksanaan medis

a. Antibiotik
b. Steroid
6.2 penatalaksanaan perawatan
a. Pada anak yang tidak sadar
 Jaga jalan nafas
 Posisi miring untuk menghindari aspirasi

6
 Ubah posisi pasien setiap 2jam
 Pasien harus berbaring di alas yang kering
 Perhatikan titik-titik yang tertekan
b. Tatalaksana pemberian cairan dan nutrisi

7. Komplikasi
a.Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau ventrikel. Sedangkan
meningitis adalah penyakit  yang menyerang beberapa saluran dari otak, termasuk saluran
serebrospinal. jika saluran tersebut terganggu dan terjadi penyumbatan, hal ini akan
menjadi penyebab hidrosefalus pada seseorang.
Kondisi pada penderita, hidrosefalus dan meningitis memiliki keterkaitan yang sama.
menyerang bagian vital dari tubuh manusia. rasa sakit dibagian kepala membuat gejala
yang ditumbulkan sama. Selain itu, hidrisefalus adalah salah satu komplikasi meningitis
tuberculosis (TBM) yang sering terjadi pada 85% anak-anak

b. Septikemia
Septicemia adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria meningitidis. Ketika seseorang mengidap penyakit meningococcal
septicemia, bakteri masuk kedalam aliran darah dan berkembang biak, merusak dinding
pembuluh darah dan menyebabkan pendarahan sampai kulit dan organ.

c. Serebral Palsy
Selebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada
gerakan atau koordinasi tubuh. Orang yang menderita meningitis, lapisan disekitar otak
dan sumsum tulang belakang mengalami peradangan. Hal ini bisa menyebabkan saraf
terganggu dan menyebabkan lumpuh otak.

d. Gangguan Mental
Setiap orang yang menderita meninges akan mengalami peradangan dan kerusakan
system saraf sehingga mempengaruhi emosi, pola pikir dan perilaku penderitanya.

e. Herniasi Otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak bergeser dari posisi
normalnya, kondisi ini di picu oleh pembengkakan otak.

f. Subdural Hematona
g. Subdural hematoma atau pendarahan subdural adalah kondisi dimana darah menumpuk
antara lapisan acarachoidal dan lapisan meningeal.

7
B. Keperawatan

Pengkajian
a. Biodata klien

b. Riwayat kesehatan yang lalu


1. Apakah pernah menderita ISPA atau TBC?
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala?
3. Pernahkah operasi daerah kepala? 

c. Riwayat kesehatan sekarang


1. Aktivitas, gejala: perasaan tidak enak. Tanda: ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter.
2. Sirkulasi, gejala: adanya riwayat cardiopatologi: endokarditis dan PJK. Tanda:
tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat, taikardi, disritma.
3. Eliminasi, tanda: inkontenensia dan atau retensi.
4. Makanan/cairan: gejala: kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda: anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek dan membrane mukosa kering.
5. Hiegiene, tanda: ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6. Persarafan, gejala: sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotophobia, ketulian dan
halusinasi penciuman. Tanda: letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi
dan halusinasi, kehilangan memori, afasia, anisokor, nistagmus, 
7. Nyeri, Gejala: sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda: gelisah, meningis
8. Pernapasan, gelaja: riwayat infeksi sinus dan paru. Tanda, Peningkatan kerja
pernapasan.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehhubungan dengan deseminata hematogen
dan pathogen.
b) Resiko tinggi terhadap perubahan selebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
c) Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan
umum dan vertigo.
d) Nyeri akut sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuscular dan penurunan
kekuatan.
f) Axientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian

8
3. Intervensi Keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan desiminata hematogen


dari
pathogen.
1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan.
2. Pantau suhu secara teratur.
3. Kaji nadi yang tidak teratur dan demam yang terus menerus.
4. Auskultasi suara napas.
5. Catat karakteristik urin
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

b. Resiko tinggi perubahan cerebral dan perfusi jarigan sehubunan dengan edema serebral,
hipovolemia.
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2. Pantau status neurologis.
3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, pernapasan, dan suhu.
5. Membatasi batuk, muntah, dan  mengejan.
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

c. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vocal, kelemahan


umum vertigo
1. Pantau adanya kejang.
2. Pertahankan penghalang tempat tidir tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan.
3. Kolaborasikan obat tirah baring selama fase akut.

d. Nyeri akut sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


1. Letakkan kantung es batu pada kepala.
2. Berikan posisi yang nyaman.
3. Latihan rentang gerak aktif atau paif serta massage leher.
4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.
5. kolaborasikan pemberian antibiotic

e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.


1. Kaji derajat imobilisasi pasien.
2. bantu latihan rentang gerak.
3. Berikan perawatan kulit, massege dengan pelembab.
4. Perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional.

f. Ansientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian


1. Kaji Ansietas dan tingkat ansiennya.

9
2. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
4. Beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.

4. Implementasi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004), implementasi merupakan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi. Tujuan dari pelaksana adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan yang mencakup peni 

5. Evaluasi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004), evaluasi perkembangan klien
dapat dilihat dari hasilnya.Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan feedback terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan.

10
BAB III
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


NEUROLOGIS PADA AN S USIA 3 THN 1 BLN DENGAN MENINGITIS

1. PENGKAJIAN
Nama pasien :An S
No cm : G282473
Usia : 3 thn 1 bln
Nama Penanggung jawab : Tn A
Alamat : Jl Pamitran Raya No.13
DPJP : dr A, SpA
ASESMEN KEPERAWATAN (Diisi Oleh Tenaga Perawat)

Asesmen dimuali: tanggal 19-06-2020 pkl 23.30


Diperoleh dari : OT pasien
Cara masuk : Dengan blankar
Asal pasien: IGD
1. Status Sosial, Ekonomi, Agama, Suku/ Budaya, Nilai Kpercayaandan Kebutuhan Privesi
a. Pekerjaan Pasien : Belum Bekerja
1) Pekerjaan Penanggung Jawab/ OT pasien : PNS
2) Cara Pembayaran : BPJS
3) Tinggal Bersama : Orang Tua
b. Spiritual ( Agama): Islam
Mengunggkapkan Keprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap: Tidak
c. Suuku/ Budaya : Sunda
d. Nilai- Nilai kepercayaan pasien/ keluarga : Tidak ada
e. Kebutuhan Privasi pasien : Tidak
2. Anamesis
a. Diagnosa medis saat masuk : Meningitis
b. Keluhan Utama : Nyeri kepala

c. Riwayat sekarang : Ot mengtakan anaknya nyeri kepala sekitar 1minggu yang lalu tanggal 12-
06-2020,anak tertimpa pagar rumah sekitar 3 minggu yang lalu,mengeluh kedua mata tidak bisa
melihat 1 minggu yang lalu.
d. Riwayat penyakit Dahulu :kejang 2x (usia lupa)pernah dirawat di RS AL-ISLAM.
e. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada
f. Riwayat pemakain obat/ herbal/ jamu sebelum masuk RS : Tidak ada
g. Apakah pernah mendapatkan obat pengencer darah ( aspirin, warfarin, plavix, dll) :
Tidak.
11
h. Riwayat Alergi : Tidak Ada
i. Nyeri : Ada
region:lokasi kepala,menyebar:tidak ada
severity:flacss,skor 5
time:hilang timbul
j. Riwayat Tranfusi Darah : Tidak Ada
k. Golongan Darah/ Rhesus : Os belum pernah cek Golongan darah
l. Khusus pasien dengan riwayat kemoterapi & radioterapi : Tidak Pernah
m. Riwayat Merokok : Tidak
n. Riwayat Minum-minuman Keras : Tidak
o. Riwayat Penggunaan Obat Penenang : Tidak
p. Riwayat Pernikahan : Belum Menikah
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. GCS : E: 4 M: 6 V: 5
d. Tanda Vital : TD 90/60, Suhu 36,3˚c,akral hangat, Nadi : 120x/ mnt, pernafan : 26x/ mnt
e. Atropometri : BB : 12,4 kg
f. Pengkajian Persistem dan pengkajian fungsi :

Pengkajian persistem/ fungsi Hasil Pemeriksaan


Sistem Susunan saraf pusat Kepala : TAK
Ubun- Ubun: Datar
Wajah: TAK
Leher : TAK
Kejang : Tidak
Sensorik: Tidak
Motorik : Tidak
Sistem Penglihatan/ Mata Gangguan Penglihatan: Ada
Posisi Mata: simetris
Pupil: Isokor
Kelopak Mata: TAK
Konjungtivita: TAK
Sklera: TAK
Alat Bantu Penglihatan: Tidak
Sitem Pendengaran Tidak Ada Kelainan
Sistem Penciuman Tidak Ada Kelaina
Sistem Pernafasan Pola Nafas: Normal
Retraksi: Tidak
NCH : Tidak
Jenis Pernafasan: Dada

12
Irama Nafas: Teratur
Terpasang WSD: Tidak
Kesulitan Bernafas: Tidak
Batuk dan Sekresi: Tidak
Suara Nafas : Vesikuler
Perkusi: Sonor
Sistem Kardiovaskuler/ Warna Kulit: Normal
jantung Clubbing Finger: Tidak
Nyeri Dada: Tidak
Denyut Nadi: Teratur
Pulsasi: Kuat
CRT: < 2 detik
Bunyi Jantung: Normal
Sistem Pencernaan Mulut: TAK
Gigi: TAK
Lidah: Kotor
Tenggorokan: TAK
Abdomen: TAK
Peristaltik Usus: TAK
Anus: TAK
BAB: TAK
Sistem Genitorinaria Kebersihan: Bersih
Kelainan: TAK
BAK: TAK
Palpasi: TAK
Perkusi: TAK
Sistem Reproduksi Wanita: Usia 1 tahun 11 bln
Sistem Integumen Turgor: Kembali Cepat
Warna: TAK
Integritas: Utuh
Sistem Muskuloskeletal Pergerakan Sendi: Bebas
Kekuatan Otot: Baik
Nyeri Sendi: Tidak Ada
Edema: Tidak Ada
Fraktur: Tidak Ada
Parese: Tidak Ada
Postur Tubuh: Normal
Sistem Endokrin Metabolik Mata: TAK
Leher: TAK
Ekstremitas: TAK

13
4.Pengkajian fungsi dan motorik
a. Kognitif: Orientasi Penuh
b. Motorik
1. Aktifitas sehari- hari: Bantuan Minimal
2. Berjalan: Tidak Ada Kesulitan
3. Riwayat Patah Tulang: Tidak
4. Alat Ambulan: Tidak Menggunakkan
5. Ekstremitas atas: Tidak Ada Kesulitan
6. Ekstremitas: Bawah: TAK
7. Kemampuan Menggenggam: Tidak  Ada Kesulitan
8. Kemampuan Koordinasi: Tidak Ada Kelainan
9. Kesimpulan Gangguan fungsi: Tidak (Tidak Perlu Konsul DPJP)

c. Pengkajian Risiko Jatuh


Risiko Jatuh Humpty Dumpty: Risiko Tinggi ≥12
d. Proteksi
Status Mental: Orientasi
Penggunaan Restrain: Tidak
e. Psikologis
Status psikologis: Tenang
f. Kebutuhan Pendidikan / Komunikasi dan Pengajaran
Bicara: Normal
Bahasa Sehari- hari: Indonesia
Penerjemah: Tidak
Hambatan Belajar: Tidak
Cara Belajar yang disukai: Mendengarkan
Paien atau Keluarga menginginkan informasi/ bersedia: Bersedia
Pasien/ Kelurga Menginginkan Informasi tentang: Pencegahan risiko jatuh, Nutrisi,
Hyigine
Perencanaan Edukasi:penkes prosespenyakit,tindakan

14
SKRINIG GIZI OLEH PERAWAT

No Aspek Yang Dinilai Tida Ya


k
1. Apakah Pasien Tampak Kurus √
2. Penuruna BB selama 1 bulan terakhir?( berdasarkan penilaian obyektif data √
BB bila ada/ penilaian subyektif orang tua pasien untuk bayi ≤ 1 tahun BB
tidak naik selama 3 bln terakhir).
3. Apakah terdapat kondisi salah satu diare asupan makan berkurang selama 1 √
minggu terakhir.
4. Adakah penyakit/ keadaan yang mengakibatkan pasien berisiko mengalami √
malnutrisi?
Total skor 0

Risiko Nutrisi:

Rendah ( Total skor 0), Sedang (Total Skor 1-3), Tinggi ( Skor 4-5), Risiko sedang dan tinggi
lanjut asuhan gizi oleh ahli gizi.

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


DX I Gg.Nyeri

DX II Persepsi Sensori

RENCANA KEPERAWATAN

1. Mengobservasi TTV
2. Kaji nyeri
3. Libatkan keluarga dalam memberikan lingkungan yang nyaman
4. Berikan pengkes pada orang tua tentang pentingnya lingkungan yang nyaman
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

PERENCANAAN PERAWATAN INTERDISIPLIN/ REFERAL


1. Diet Nutrisi : Tidak
2. Rehabilitasi Medik : Tidak
3. Farmasi : Iya
4. Perawatan luka : Tidak
5. Manajemen Nyeri : Tidak

15
PERENCANAAN PULANG
Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang : Ya
Lama perawatan rata-rata : 7 hari, Tanggal perencanaan pulang: 26-07-2019
Jika tidak masuk dalam kondisi khusus edukasi yang diberika sebagai berikut: Pemantaun
pemberian Obat
Bila salah satu jawaban “Ya” dari kriteria perencanaan pulang dibawah ini, maka akan
dilanjutkan dengan assesmen awal pasien pulang dalam kondisi Khusus.
1. Geriatri : Tidak
2. Umur ≥65 tahun : Tidak
3. Keterbatasan Mobilits : Tidak
4. Perawatan Lanjutan : Tidak
5. Pengobatan lanjutan : Tidak
6. Bantuan untuk melakukan aktifitas sehari- hari : Tidak
Assesmen transfortasi:
1. Transfortasi pulang : Mandiri
2. Transfortasi yang digunakan : Kendaraan pribadi (mobil)
Perawat/Bidan yang melakukan pengkajian Verifikasi DPJP
Tanggal : 19-06-2019,pkl 23.30 Tanggal : 20-06-2019,pkl 10.00
Selesai Selesai

Tanda Tangan dan Nama Jelas Tanda Tangan dan Nama Jels

ASESMENT KHUSUS PEDIATRIK

1.Riwayat Prenatal
1. Usia kehamilan : cukup bulan
2. Komplikasi : tidak ada
3. Masalah neonatus : tidak ada
4. Masalah maternal : tidak ada

2.Riwayat Tumbuh Kembang


a. Bb anak saat lahir : 2900 gram
b. PB anak saat lahir : 49
c. Asi sampai : tidak minum asi 
d. Susu formula : 0 – saat ini Bln

16
e. Makanan tambahan : 6 bln
f. Makana padat : 10 bln
g. Tengkurap : 4 bln
h. Duduk : 7 bln
i. Merangkak : ot lupa
j. Berdiri : 10 bln
k. Berjalan : 13 bln

3.Riwayat Imunisasi
imunisasi 1 2 3 4 5 6 Imunisasi 1 2 3 4 5 6
BCG √ Influenza
Hepatitis √ √ √ √ Cacar air
b
Dpt √ √ √ √ √ Mmr
Polio √ √ √ √ √ Thypoid
Campak √ Hepatitis a
Hib √ √ √ √ √ Rotavirus
Ipd

DATA PENUNJANG

Nama     : An.S
Tgl lahir : 27-04-20197
Umur     : 3Th1bln
Jenis kelamin : laki-laki
No RM : G286473

Tanggal 19 juni 2020 di Cicendo

Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI  
Hemoglobin 13,3
Hematokrit 39,7
Leukosit 14960
Trombosit 450000
HITUNG JENIS  
Basofil 0
Eosinofil 0
Batang 0

17
Segmen 59
Limfosit 27
Monosit 14
CRP  7

Tanggal 19 juni 2020 di RS HERMINA

Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI  
Hemoglobin 14,6
Hematokrit 38,5
Leukosit 12800
Trombosit 470000
HITUNG JENIS  
Basofil 0
Eosinofil 1
Batang 0
Segmen 55
Limfosit 33
Monosit 11

UREUM 27,8 
KREATININ 0,38
GDS 127

. 23-06-2020

Pemeriksaan Hasil
NONE Tidak tampak
pertumbuhan
mikroorganisme
Tidak tampak
PANDE pertumbuhan
mikroorganisme
Mikrobiologi
Bahan Cairan LCS
Sel Ragi Negative
Batang gram Negatif

18
negative
Bacus gram Negatif
negative
Epitel Negatif
Leukosit 0-1
Eritrosit 0-1

Cocobacil Tidak ditemukan


diplocol gram Tidak ditemukan
negegs cel
Diplocol gram Tidak ditemukan
neg intra cel
Kultur
mikroorganisme
Pewarnaan BTA
Sewaktu : negatif

Radiologi (dari RS Santosa)


Tidak tampak proses infeksi aktif pada kedua paru.Cor dalam batas normal

CT Scan kepala Non kontras(tgl 5-6-20 di RS Santosa)


tak tampak SDH,EDH,ICH,atau SAH intracerebral.tidak tampak kelainan lainya pada CT Scan
Kepala saat ini.tak tampak infark akut di parenkim cerebri .tulang tulang kepala intak.tak tampak
fissure/fraktur linier/diastasis/kompresi.jaringan lunak baik

CT Scan kepala dengan kontras (tgl 22-6-20 di RS Hermina)


CT Scan kepala dengan kontras menunjukan adanya:meningitis disertai hidrosefalus
komunikans,suspek serebritis di lobus frontalis kanan

24-06-2020
19
SGOT:27
SGPT:23
Penatalaksanaan

Instruksi DPJP
1. Infus nacl 0,9% 15 cc/jam

2. Ceftriaxone inj 2x600 mg iv

3. Dexamethason inj 4x3 mg iv

4. Paracetamol inj 180 mg/6 jam iv bila demam/nyeri

5. Valisanbe 5 mg iv extra

6. Phonobarbital 2x30 mg iv

7. OAT 1X3tab

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya inflamasi/kerusakan jaringan
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
3. Gangguan perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan cedera kepala

20
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Tgl PERENCANAAN Paraf


o ditegakk
D an dan
x nama Tujuan Kriteria hasil Perencanaan
perawat tindakan

1. Nyeri akut 19 juni Setelah  KU: baik Monitor TTV


berhubungan 2020 dilakukan  Kes: CM Identifikasi skala
dengan adanya jam tindakan  Keluhan nyeri
inflamasi/kerusa 23.30 keperawatan nyeri Atur posisi
kan jaringan selama 7x24 menurun tidur/duduk yang
Lulu
ditandai dengan: jam  TTV dalam nyaman
diharapkan batas Libatkan keluarga
DS:
nyeri normal saat mengerjakan
 Mengeluh teratasi teknik relaksasi dan
adanya nyeri distraksi
 menangis Jelaskan pada pasien
pentingnya istirahat
DO:
Kolaborasi
 KU: sedang pemberian analgetik
 Kes: CM
 Akral hangat
 Nadi teraba
kuat dan
teratur
 TTV:
Sh:36,5ºC
N:120 x/mnt
Rr:26x/mnt
TD: 91/ 60
mmHg
 Skala nyeri 5

2. Gangguan 19/06/2 Setelah  Gangguan Monitor kesadaran


persepsi sensori 020 dilakukan sensori Monitor jenis
berhubungan tindakan membaik gangguan persepsi
Jam
dengan keperawatan  Orientasi sensori yang dialami
23.30

21
gangguan Lulu selama 7x24 membaik pasien
penglihatan jam persepsi Lakukan tindakan
ditandai dengan sensori keselamatan ketika
teratasi tidak dapat
DS:
mengontrol
 Tidak bisa perilaku(restrain)
melihat Libatkan keluarga
 Merasakan dalam memberikan
sesuatu keamanan terhadap
melalui indera pasien seperti
perabaan,penc memberi penghalang
iuman tempat tidur
Jelaskan pada
keluarga cara
DO: mengontrol
 Bersikap gangguan persepsi
seolah sensori
melihat,mende Kolaborasi
ngar,meraba pemberian therapi
 Adanya
gangguan
sensori

3. Gangguan 23/06/2 Setelah  KU: baik Monitor TTV


perfusi cerebral 020 dilakukan  Kes: CM Monitor tingkat
tidak efektif tindakan  TTV dalam kesadaran
Jam
berhubungan keperawatan batas Monitor status
14.00
dengan cedera selama 5x normal neurologis (GCS)
kepala ditandai Anis 24 jam  Kognitif Identifikasi fungsi
dengan perfusi meningkat motorik pasien
serebral  Kesadaran Identifikasi adanya
DS: teratasi membaik gangguan
 Pasien kejang penglihatan
Tingkatkan istirahat
DO:
Libatkan pasien
 KU: sedang dalam menggunakan
 Kes: CM alat indera saat
 Akral hangat berinteraksi dengan
 Nadi teraba

22
kuat dan lingkungan
teratur Penkes tentang
 TTV: perubahan persepsi
Sh:36,5ºC serebral
N:120 x/mnt Kolaborasi dengan
Rr:26x/mnt rehailitasi medik
TD: 90/ 60
mmHg

4. IMPLEMENTASI
TGL/ JAM TINDAKAN KEPERAWATAN NAMA & TTD
PERAWAT
21-6-2020 Memperkenalkan diri ke orang tua pasien sebagai
08.00 primary nurse pagi. Sr. Lulu
Mengkaji keadaan umum pasien
Resepon: DS: Ot mengatakan nyeri kepala
DO: keadaan umum sedang, kesadaran CM, akral
hangat, nadi teraba kuat, SH 36,6˚c Nadi 118x/ mnt,
RR 26x/ mnt.

11.00 Mengkaji skala nyeri Sr. lulu


Respon: DS: Ot mengatakan os masih myeri kepala.
DO: Skala nyeri 5,os menangis dengan memegang
kepala
12.30 Melibatkan orang tua untuk memasang penghalang Sr. Lulu
tempat tidur yang sudah pakai penghalang.
Respon : DS: Ot mengatakan sudah bisa melakukan
DO : Ot memasang pagar tempat tidur

13.30 Melakukan TTV dan Mengkaji keluhan pasien Lulu


Respon :DS:Ot mengatakan os nyeri kepala,dan
tidak bisa melihat.
DO : Keadaan umum sedang,kesadaran cm,akral
hangat,suhu 36,5, Nadi 116x/mnt kuat,
RR 25x/mnt,skalanyeri 5, TD 107/63 mmhg.

23
22-06-2020 Memperkenalkan diri sebagai primarynurse pagi. Sr. Lulu
08.00 Melakukann TTV dan mengkaji keluhan pasien
Respon: DS: Ot mengatakan nyeri kepala masih dan
tidak bisa melihat DO: Keadaan umum sedang,
Kesadaran CM, akral hangat, nadi terba kuat, Suhu
36,5˚c, Nadi 101x/ mnt RR 25x/ mnt,TD
100/60mmhg

11.50 Memberikan therapyparacetamo 180mg iv Sr.Lulu


Respon:obat masuk selama 30 menit,reaksialergi
tidak ada
13.00 Mengkajiskala nyeri
Respon : DS: Ot mengatakan os agak tenang,nyeri
kepala masih ada tetapi mulau berkurang.
DO : skala nyeri 4
13.30 MelakukanTTV dan Mengkaji keluhan pasien
Respon : DS : Ot mengatakan os nyeri kepala
berkurang,mata masih belum kontak.
DO : Keadaan umum sedang,kesadaran cm, akral
hangat, suhu 36,7, Nadi 118x/mnt kuat, RR
26x/mnt,TD 90/60mmhg,skalanyeri 4, os tenang
23-6-20 Memperkenalkan diri sebagai primary nurse pagi
08.00 Melakukan TTV dan Mengkaji Keluhan Pasien Sr.Anis
Respon DS : Ot mengatakan ps nyeri kepala
berkurang,kontak belum bisa melihat.
DO: ku sedang,kesadaran cm, akral hangat, Suhu
36,5. Nadi 116x/mnt kuat, Rr25x/mnt, TD 100/60
mmhg.
11.00 Menilai GCS pasien dan memberi posisi nyaman.
Respon : GCS:E3V6M5 = 14, os tampak nyaman
tidur dengan kepala lebih tinggi.

13.20 Mengobservasi OS
Respon : Pasien kejang 5detik,mata mendelik,
badan melentik, kaki spastik.
Memberikan therapy oksigen
Respon : Pasien terpasang O2 3lpm
Memberikan diazepam 5mg iv
Respon : Obat masuk semua,reaksi alergi tidak ada

24
14.00 MelakukanTTV dan Mengkaji keadaan pasien
Respon : DS : Ot mengatakan os
nyerikepalaberkurang,mata belum kontak.
DO: ku sedang,kesadaran apatis sedasi, akral
hangat, Suhu 36,5, Nadi 120x/mnt, Rr26x/mnt, TD
90/60mmhg, kejang tidak.

5. EVALUASI
TGL/ JAM EVALUASI NAMA
PERAWAT
21-06-2019 S: Ot mengatakan nyeri kepala,mata tidak bisa Sr. lulu
melihat
O: Keadaan umum sedang, Kesadaran CM, akral
hangat,suhu 36,5- 36,6˚c, Nadi 116-118x/ mnt
teraba kuat, RR 25-26 x/mnt,TD 90/60-107/63
mmhg. Os meringis,skala nyeri 5.
A: DX I nyeri akut teratasi sebagian
DX II gangguan persepsi sensori teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
R/ Observasi Keadaan umum dan TTV
Kaji skala nyeri

22-07-2019 S: Ot mengatakan nyeri kepala berkurang,mata Sr. lulu


masih belum bisa melihat
O: Keadaan umum sedang, Kesadaran CM, GCS
15,akral hangat,suhu 36,7- 36,8˚c, Nadi 118-
120x/ mnt teraba kuat, RR 25-26 x/mnt,TD
90/60-100/60 mmhg. Os mulai tenang,skala
nyeri 4.
A: DX I nyeri akut teratasi sebagian
DX II gangguan persepsi sensori teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
R/ Observasi Keadaan umum dan TTV

23-07-2020 S: Ot mengatakan nyeri kepala berkurang,mata Sr.anis


masih belum bisa melihat
O: Keadaan umum sedang, Kesadaran CM,akral
hangat,suhu 36,5˚c, Nadi 116-120x/ mnt teraba
kuat, RR 25-26 x/mnt,TD 90/60-100/60 mmhg.
Os tenang,skala nyeri 4.os ada kejang

25
A: DX I nyeri akut teratasi sebagian
DX II gangguan persepsi sensori teratasi
DXIII gangguan persepsi sensori teratasi
P: Intervensi dihentikan
R/ rujuk ke RSHS karena butuh dokter bedah saraf

26
BAB 1V
PEMBAHASAN

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan
komunikasi tentang data klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu data
dari sumber primer (klien), dan sumber sekunder (keluarga dan tenaga kesehatan) dan analisis
data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. Pengkajian merupakan komponen dasar dalam
proses keperawatan, sehingga dengan pengkajian yang tepat akan menentukan langkah
berikutnya (Potter & Perry, 2005).
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai lapisan piameter dan
ruang subarakhnoid maupun arakhnoid, dan termasuk cairan serebrospinal.Peradangan yang
terjadi pada meningitis yaitu membran atau selaput yang melapisi otak dan medula spinalis,
dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk
kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. Otak sebagai pusat pengaturan sistem tubuh
merupakan salah satu organ vital terpenting yang jika mengalami gangguan akan berdampak
buruk bagi kesehatan manusia. Selain itu di otak juga terdapat pengaturan sistem saraf. Saraf
inilah yang akan membantu respon klien terhadap suatu stimulus. Jika pada pusat saraf terganggu
maka aktivitas tubuh dalam melakukan kerjanya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya deman, sakit
kepala ,muntah,dan kejang-kejang. Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang
menjadi fotofobia, halusinasi, hingga penurunan kesadaran.
Hasil pengkajian yang penulis lakukan pada An.S, OT mengatakan anaknya mengeluhkan nyeri
pada bagian kepala. Data lainnya juga menunjukan adanya kejang yang dialami oleh pasien. Hal
ini terjadi karena otak sebagai pusat pengendali saraf mengalami gangguan sehingga proses
informasi yang dilakukan oleh neurotransmiter mengalami gangguan.
Berdasarkan pengkajian pada An. S ditemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus
dimana pada teori terjadi demam tetapi pada kasus An.S demam tidak terjadi ,Kemudian
perbedaan juga terdapat pada keluhan muntah dimana menurut teori umumnya pasien mengalami
muntah sedangkan pada kasus tidak.dan perbedaan yang muncul fungsi mata menurun (tidak
bisa melihat)sedangkan di teori hanya terjadi fotopobia.

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual atau


potensial klien terhadap masalah kesehatan yang mempunyai lisensi dan kompeten untuk
mengatasinya. Diagnose keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai
hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Potter & Perry, 2005).
Menurut Nanda NIC-NOC diagnosa keperawatan yang muncul untuk pasien meningitis adalah :

27
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehhubungan dengan deseminata hematogen
dan pathogen.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan selebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan
edema serebral, hipovolemia.
3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan
umum dan vertigo.
4. Nyeri akut sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuscular dan penurunan
kekuatan.
6. Axientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian

Berdasarkan pengkajian dan analisa data yang dilakukan pada kasus pasien An. S ditemukan
ada 3 diagnosa keperawatan yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya inflamasi/kerusakan ditandai dengan Ot


mengatakan OS nyeri kepala sepanjang hari,rewel ada,k/u sedang, kes CM, akral hangat, nadi
teraba kuat, SH 36,7˚c , Nadi 118x/mnt, Rr25x/mnt, Td 100/60mmhg.
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan ditandai dengan
OT mengatakan anaknya tidak melihat.
c. Gangguan perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan cedera kepala ditandai
dengan adanya kejang 2x.

Berdasarkan penjelasan di atas ditemukan ada kesenjangan pada diagnosa keperawatan


antara teoritis dan kasus. Dari 6 diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis sebanyak
4 diagnosa keperawatan tidak ditemukan dalam kasus.

3. Perencanaan
Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai
dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2011).
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien
dan hasil yang dipekirakan dan di intervensi kepeawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut
(Potter & Perry, 2005).
Dari tiga diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai tindakan
pemecahan masalah keperawatan dimana penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan kemudian menetapkan tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya menetapkan
tindakan yang tepat.
Pada intervensi keperawatan diagnosa Nyeri tidak ada kesenjangan yang signifikan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana intervensi keperawatan yang ada pada teori juga ada
dalam intervensi keperawatan yang ada pada kasus.

28
Untuk intervensi keperawatan diagnosa perfusi cerebral tidak ada kesenjangan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus dimana pada tinjauan teori intervensi keperawatan.

4. Pelaksanaan

Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat intervensi


yang telah dilakukan dan evaluasi respons klien. Hal ini dilakukan karena pencatatan akan lebih
akurat bila dilakukan saat intervensi masih segar dalam ingatan. Tulislah apa yang diobservasi
dan apa yang dilakukan (Deswani, 2009). Implementasi yang merupakan kategori dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. (Potter & Perry, 2005).
Implementasi keperawatan dilaksanakan selama tiga hari dimulai dari tanggal 6-8 Juli
2020 dimana semua tindakan yang dilaksanakan selalu berorientasi pada rencana yang telah
dibuat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang timbul sehingga tindakan
keperawatan dapat tercapai pada asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan
komunikasi therapeutik dengan prinsip etis. Pada kasus ini tidak jauh beda dengan teori-teori
yang ada di dalam rencana keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat dilakukan
pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan
perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal (Alfaro-Lefevre, 1994 dalam Deswani, 2009). Dalam kasus ini evaluasi
keperawatan dilakukan sampai pasien di rujuk.

29
BAB V
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau seluruh selaput
otak  (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih dalam cairan serebrospinal.
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus, parasit, dan
jamur. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti pada penyakit AIDS, DM,
Cidera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan system imun.
Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran subarachnoid yang
kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan serebrospinal,dan kerusakan
neuron. 
Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya deman, sakit
kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak menjadi cepat rewel dan agitasi serta
dapat berkembang menjadi fotobia, delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau
mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti
sesak nafas, muntah, dan diare. 
Adapun komplikasi yang timbul karena meningitis adalah Hidrosefalus obstruktif,
septicemia, selebral palsy, gangguan mental, herniasi otak, dan subdural hematoma.

2. Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang meningitis dan
problem solving yang efektif  dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai meningitis kepada para orang tua anak yang paling utama.

b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya meningitis dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, ddk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien ( ed.3). Jakarta : EGC.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asukan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Santosa, Z. 2019. Mendeteksi Infeksi Pada Anak. Yogyakarta: CV Alaf Medika
Wahab, S. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (ed.15). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Widagdo. 2011. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

31

Anda mungkin juga menyukai