Yuk
Simak Apa Saja Persiapan Generasi Muda
Menghadapi MEA.
Pada tanggal 31 Desember 2015, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) resmi diberlakukan.
Dengan adanya MEA, saingan kita tidak hanya dari dalam negeri, tetapi dari negara tetangga
juga. Untuk itu, kita pun harus berkaca pada diri sendiri, apakah generasi muda seperti kita
sudah mempersiapkannya dengan baik? Nah, penasaran dengan persiapannya? Yuk kita
simak!
saat ini. Dengan mempelajari bahasa asing, akan membantu kita dalam hal berkomunikasi,
mengasah keterampilan dan kognitifitas, meningkatkan nilai jual kita dan sebagainya.
“Belajar bahasa inggris, mengasah kemampuan yang dimiliki, serta banyak belajar agar dapat
bersaing dengan negara negara asean. Karena setelah lulus untuk mencari kerja kita sudah bersaing
dengan MEA maka yang harus dilakukan meningkatkan kemampuan, mempelajari beberapa
bahasa asing, banyak membaca, memperbanyak link, berdoa dan berusaha” – Dea, Mahasiswi
Dengan mengasah skill yang kita miliki, akan membantu kita menjadi lebih terampil di dunia
kerja nanti. Jika semua generasi muda meningkatkan skill di bidang yang mereka tekuni, tentu
saja SDM yang berkualitas di negeri ini akan bermunculan dan siap bersaing.
akademik, softskill dan skill yang kita miliki memang patut diperhitungkan. Tetapi dengan
berpikir Out of the box akan menambah value dari diri kita dan akan menjadi pembeda
“Karena MEA itu persaingan dari semua negara. Aku ngerasa pendidikan dan
keterampilan aja gak cukup buat kita bersaing dengan negara lain. Gak bisa
dipungkiri kalo masalah pendidikan, keterampilan dan etos kerja negara kita belum
masuk di jajaran terdepan. Maka dari itu buat menghadapinya, aku nyari celah lain.
Bisa dibilang aku nyari sesuatu yang bikin aku beda sama orang lain. Dan bikin aku
istimewa ga sama yang lain. Aku belajar sipil sekarang, lulusan sipil pun bertebaran
di indonesia, apalagi dipersaingan MEA. Jadi aku nyari cara lain yg bisa bikin aku
beda sama lulusan lain. Salah satu nya aku ingin ngembangin bakat aku tentang
kesipilan tapi dibidang yang lain. Misalnya aku suka banget presentasi didepan
umum, jadi aku berlatih buat jadi publik speaking dan belajar bahasa asing sebanyak
mungkin. Biar bisa jadi spesialis nanti di bidang presentasi didepan owner
menjelaskan tentang konstruksi terbaru atau lainnya. Nah aku juga suka desain, dan
kedepannya aku pengen jadi spesialis bikin animasi atau spesialis video untuk
memasarkan produk-produk ketekniksipilan atau semacam video animasi metode
pelaksaan terbaru dll..” – Salma, Mahasiswi
Salah satu upaya kita memperluas jaringan kerja adalah memperbanyak kenalan, mengikuti
komunitas dan membangun hubungan yang baik dengan semua relasi. Karena semakin luas
jaringan kerja, semakin besar pula peluang kita untuk mengembangkan usaha dan karir yang
kita bangun.
“Pertama saya akan perbanyak jaringan di dunia kerja/bidang lainnya, kedua Saya
harus mendalami bidang saya untuk menjadi pengalaman supaya dapat sertifikasi yg
bisa dipake dalam AEC ini, ketiga Saya harus menguasai bahasa inggris baik toefl
atau ielts” – Bagus, Lulusan 2013
Lebih giat belajar demi
meningkatkan nilai
akademik
Tak dapat dipungkiri lagi, nilai akademik yaitu IPK menjadi modal awal dan kunci utama yang
kita miliki demi bersaing dengan negara tetangga. Memang banyak yang beranggapan IPK
tinggi belum tentu akan menjadi orang yang sukses di masa depan. Tetapi IPK adalah bentuk
"Kita kan belum menjadi pekerja jadi beberapa hal yang masih bisa kita siap kan
untuk menghadapi MEA diantara nya memantau terus perkembangan MEA,
disamping itu kita juga harus meningkatkan akademik kita karena tidak dipungkiri
juga bahwa akademik merupakan salah satu syarat untuk bisa bersaing dengan
pekerja lain nanti di dunia pekerjaan apalagi setelah adanya MEA saingannya
menjadi banyak. Kemudian jangan lupa juga untuk belajar bahasa asing, karena bisa
saja nanti kita bekerja di luar negeri, lalu manfaat kan media sosial untuk berteman
dengan orang asing dari berbagai negara, disamping mengimprove bahasa kita
dalam berkomunikasi hal ini juga bisa sebagai penambahan link atau relasi supaya
kita mudah apabila bekerja di luar negeri" –Risman, Mahasiswa
“Kalau persiapan yang pasti, mungkin belum terlalu, tetapi jadi lebih sering mencari
tau dan belajar untuk persiapan di dunia kerja nanti. Jadi disiapin itu untuk
menghadapi MEA nya pada saat dunia kerjanya kalau sebagai mahasiswa masih
belum dan masih bingung apa yang harus dilakukan.” –Maulida, Mahasiswi
“Persiapan menghadapi MEA, karena masih kuliah pasinya belajar lebih giat lagi
agar kita tidak kalah dengan bangsa lain, tapi selain belajar yang harus dimiliki yaitu
attitude (Rendah hati) lahir dari kesadaran bahwa “masih ada langit, di atas langit”.
Kita masih terus harus belajar. Banyak orang hebat, di atas kita.” –Wiwit, Mahasiswi
Belum mempersiapkan
apapun. Tapi….
“Sejujurnya sih belum punya bnyak bekal apa-apa rasanya, masih merasa hidup dan
beraktivitas sperti biasanya. Cuman rasanya saya terpacu untuk lebih giat belajar
bahasa asing terutama bahasa inggris, karena modal awal bersaing dengan negara
lain adalah lewat komunikasi dan mengerti bahasanya. Warga negara orang lain
juga akan lebih menghargai kita, karena kita mau untuk mempelajari bahasa mereka
walaupun sedikit” –Nova, Mahasiswi
“Unfortunately enggak siapin apa-apa, cari pekerjaan jadi banyak saingan se-Asean,
its no big deal, tinggal salurin minat bakat kamu dipekerjaan yg sesuai, mantapkan
diri jadi diri sendiri udah cukup, kalo misalnya like bahasa dll itu nilai plus aja, tp kalo
misalnya pas-pasan, tinggal nilai lebih kamu aja dilebih-lebihkan” –Salim, Alumni
tahun 2013.
Nah, itulah salah satu dari sekian hal yang dipersiapkan oleh generasi muda kita. Bagaimana
denganmu? Apa yang sudah kamu persiapkan? Di awal tahun 2016 ini masih banyak waktu
yang dapat kita lakukan. Hal yang terpenting adalah jangan menganggap hal ini sebuah
ancaman, tetapi jadikan acuan untuk memantaskan diri dan menjadi SDM yang mampu
bersaing. Serta tidak lupa juga sosialisasikan hal ini kepada masyarakat sekitar, beri informasi
tentang pengertian, dampak dan solusi kedepannya tentang MEA. Agar kita semua lebih siap
dan berjalan beriringan dengan penuh percaya diri menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean.
Kontribusi Nyata Untuk Indonesia Dalam Menghadapi MEA 2015”.
Akhir-akhir ini kita cukup dicengangkan oleh istilah MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN). MEA itu sendiri adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya
system perdagangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan Sembilan Negara
anggota ASEAN lainya seperti Malasysia, Philiphina, Brunei Darussalam, Singapore, dan
Kamboja serta Timor Lestetelah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC) yang rencananya akan digelar pada tahun
2015 ini.Awal mulanya pada KTT di kuala Lumpur pada Desember 1997 para pemimpin
ASEAN memutuskan untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan
sangat kompetitif dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan social-ekonomi (ASEAN Vision 2020).
Selanjutnya, pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN
menyatakan bahwa masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi
ekonomi regional pada tahun 2020, ASEAN Community dan Komunitas Sosial-Budaya
ASEAN, dua pilar yang tidak terpisahkan dari komunitas ASEAN pada tahun 2020. Dalam
tindak lanjutnya, pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan
Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan. Maka pada KTT
ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para pemimpin menegaskan komitmen mereka yang
kuat untuk mempercepat pembentukan komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan
di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang
percepatan pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 ini. Secara khusus, para
pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan komunitas Ekonomi ASEAN pada
tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang,
jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
Dalam hal ini, tidak dapat dianggap remeh karena ASEAN Economic Community
(AEC) tahun 2015 merupakan suatu program bagi Negara-negara ASEAN untuk lebih
meningkatkan kualitas ekonomi khususnya perdagangan agar menjadi sebuah akses yang
lebih mudah seperti menerapan penghapusan bea masuk (Free Trade Area) untuk
mewujudkan sebuh single market (Suteja: 2013). Tepatnya bulan Desember 2015 di kawasan
Negara-negara ASEAN, ASEAN Economic Community (AEC) 2015 ini bergabung demi
terwujudnya ekonomi yang terintegrasi (Anya: 2013).
Maka dengan hal itu, peran yang dapat dimainkan oleh mahasiswa dalam AEC guna
menunjang Indonesia diantaranya dengan melakukan penelitian dengan dukungan dan
dorongan dari semua civitas akademika kampus, birokrat dan pemerintah. Dengan adanya
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia akan dapat membantu pemerintah
maupun masyarakat umum baik kalangan pebisnis yang mempunyai andil cukup besar dalam
perekonomian AEC, maupun bagi masyarakat umum Indonesia untuk mengetahi hal apa saja
yang perlu dibenahi baik itu infrastrusktur maupun suprastruktur. Penelitian akan sangat
bermanfaat bagi pemerintah karena adanya keterbatasan waktu yang menyebabkan
pemerintah tidak detail atau belum mampu secara rinci mengetahui apa yang diperlukan
masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan sangat terbantu karena penelitian merupakan
research yang berarti mencari kembali baik itu hal-hal baru maupun hal-hal lama yang masih
perlu dkaji ulang.Dengan adanya penelitian baik dalam bidang exact maupun social akan
mampu memberikan manfaat serta terobosan baru terhadap apa yang harus dilakukan,
terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang masih tertinggal dari
Negara ASEAN lain seperti Singapore dan Malaysia maupun mengetahui dan memahami apa
yang harus dibenahi oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.
Selain itu mahasiswa juga dapat berperan aktif sebagai wirausaha muda yang memiliki
daya pikir kreatif, inovatif dan kritis sehingga akan mampu bersaing dengan mahasiswa dari
Negara ASEAN lain. Disamping itu dengan berwirausaha akan menciptakan lapangan
pekerjaan baru dan akan menanamkan pada setiap pribadi untuk menjadi job
creator bukan job seeker sehingga akan mampu menciptakan produk—produk baru yang
inovatif dan mempunyai daya guna tinggi bagi masyarakat luas. Di sisi lain sebagai
mahasiswa yang diharuskan mampu berkompetisi dengan mahasiswa dari negara lain dalam
hal kualitas, mahasiswa Indonesia juga dapat melakukan kolaborasi dengan mahasiswa lain
baik dalam riset untuk ASEAN maupun riset dalam hal lain sehingga dalam AEC bukan
hanya persaingan yang diutamakan untuk merebut pasar akan tetapi juga berkolaborasi
bagaimana dapat membangun kualitas SDM ASEAN yang lebih baik.
Dalam hal ini peran serta kontribusi dari adanya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Republik Mahasiswa (REMA) UPI, organisasi yang merupakan jembatan penghubung antara
para mahasiswa dan lembaga kampus UPI, selain melaksanakan tugas secara vertikal
berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak UPI demi citra kampus dan ikut mendukung
program lembaga, secara horizontal menampung serta memperjuangkan hak dan aspirasi
mahasiswa baik dalam bidang akademik maupun kesejahteraan mahasiswa. Dalam hal ini
kita pula harus mempersiapkan diri dan meningkatkan peran serta kontribusi dalam
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Demi mendorong para mahasiswa UPI
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan “hard skill” seperti ilmu pengetahuan dan
tekhnologi serta “soft skill” seperti kemampuan berkomunikasi baik lisan, tulisan, maupun
gambar, kemampuan bekerja secara mandiri dan didalam tiim, kemampuan berlogika dan
kemampuan menganalisis yang memadai (Sumbar: 2013). Selain itu dapat pula mendorong
mahasiswa UPI termasuk yang ada dalam kepengurusan dan keanggotaan BEM REMA UPI
untuk berani menjadi para wirausaha muda dan membuktikan bahwa usaha yang dilakukan
mereka dapat membuahkan hasil yang manis karena selain menciptakan lapangan pekerjaan
bagi orang lain, menambah pengalaman diri sendiri, juga dapat memotivasi mahasiswa lain
untuk melakukan hal yang serupa. Dapat dibayangkan jika banyak mahasiswa yang kreatif
berwirausaha maka menjadi suatu hal yang sangat mungkin tingkat pengangguran di
Indonesia akan turun dan perekonomian akan berkembang dengan baik (Astuti: 2011).
Mahasiswa dengan daya pikir yang kreatif, inovatif, dan kritis serta dengan ide-ide baru akan
mampu melakukan peran mereka dalam semua aspek kehidupan tidak terkecuali AEC/
MEA. Dalam menyongsong AEC/ MEA peran aktif mahasiswa sangat dibutuhkan untuk
kemajuan dan kelangsungan hidup Indonesia di mata ASEAN maupun dunia.
DIES-NATALIS-UI-TANTANGAN-DAN-KESIAPAN-
INDONESIA-HADAPI-MEA
Sabtu (6/2/2016), Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D (Guru Besar Hukum Internasional UI)
memberikan orasi ilmiahnya dalam acara wisuda UI semester Gasal 2015/2016 program
pascasarjana, profesi, spesialis, dan doktor di Balairung UI.
Orasi ilmiahnya berjudul “Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) & Tantangannya Bagi Indonesia :
Dalam Perspektif Hukum Perdagangan Internasional mencoba menjabarkan tentang dampak
implementasi MEA bagi Indonesia”.
Ia menjabarkan bahwa ada ada 7 tantangan yang dihadapi Indonesia terkait implementasi MEA saat
ini. Pertama, apakah Indonesia mampu memasukkan kepentingan nasionalnya pada forum-forum
penentu kebijakan MEA.
Kedua, adanya kewajiban untuk menerima arus barang dan jasa antar sesama anggota ASEAN.
Hal ini bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha untuk membangun pabrik di negara lain, meskipun
sasaran utama barangnya adalah Indonesia.
Fenomena tersebut berkaitan erat dengan tantangan ketiga, yaitu keengganan pengusaha untuk
berinvestasi di Indonesia karena harus menghadapi pungutan liar dan regulasi yang rumit.
Para investor akan memanfaatkan tarif pajak bersama ASEAN yang maksimal hanya 5% daripada
harus menghadapi kerumitan regulasi dan pungutan liar di Indonesia.
Tantangan keempat adalah masalah standarisasi barang, kualitas, dan sumber daya manusia (SDM)
Indonesia yang belum dipersiapkan untuk menghadapi era kompetisi bebas di MEA.
Kelima, para pelaku usaha dalam negeri yang masih sangat bergantung pada dukungan pemerintah.
Pemerintah harusnya tidak boleh lagi terlalu memanjakan pengusaha, agar mereka bisa berkompetisi
secara mandiri tanpa harus selalu disokong pemerintah.
Keenam, implementasi MEA harus dilaksanakan keseluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat
perkotaan maupun pedesaan.
Tantangan terakhir adalah keputusan yang dibuat pada forum kebijakan MEA tidak bisa dibawa ke
ranah hukum untuk diperselisihkan, maka keputusan-keputusan tersebut harus dilaksanakan.
Menurut Hikmahanto, solusi dari semua masalah ini adalah pendidikan dan perubahan cara berpikir.
“Pemerintah harus mengalokasikan dana pendidikan yang memadai, tidak hanya di kota-kota besar,
tetapi juga di daerah terpencil,” ujarnya.
Cara berpikir juga harus diubah. Inovasi harus didukung, bukan dipersulit. Bukan
hanya mindset pemerintah, tapi juga masyarakat.
“Jangan lagi ada kasus seperti Dr. Warsito dengan alat terapi kankernya atau Kusrin dengan rakitan
TVnya yang malah mengalami kasus penganiayaan. Harusnya mereka didukung oleh pemerintah dan
masyarakat untuk menjadi wiraswasta unggul,” tambahnya.
Pemberdayaan SDM dan upaya perubahan mental adalah dua kunci untuk menjawab tantangan
implementasi MEA bagi Indonesia.
Menghadapi ASEAN 2015: Tantangan
Baru Bagi Generasi Muda
Oleh Ni Wayan Diana Cahyawati
Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang digelar di Bali, yakni Bali
Concord II beberapa waktu silam, dihasilkan sebuah kesepakatan, yaitu akan
membangun suatu sistem baru yang dikenal dengan nama ASEAN Economic
Community (AEC) atau dikenal dengan Komunitas ASEAN untuk 2015 mendatang.
Pertanyaan muncul dalam benak warga Indonesia, yaitu seberapa siapkah Indonesia
dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015 ini? Seperti diketahui, sosialisasi mengenai
Komunitas ASEAN 2015 masih sangat minim sehingga rencana mengenai apa yang
akan terjadi di dalamnya belum dapat diketahui masyarakat dengan jelas.
Kegiatan Asia Tenggara ini kurang menguntungkan negara-negara yang masih dalam
kategori “merangkak” pada bidang ekonomi maupun kemajuan teknologi. Salah satunya
adalah Indonesia yang masih kalah bersaing dengan beberapa negara di ASEAN, yakni
Singapura dan Malaysia. Keduanya bahkan sudah maju dalam kancah dunia pada
beberapa bidang.
Indonesia yang terkenal dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
melimpah seharusnya dapat menandingi Singapura maupun Malaysia. Namun, hal ini
belum dapat terwujud karena teknologi yang kurang memadai serta jumlah tenaga ahli
tidak sebanding dengan barang yang hendak diolah.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan Indonesia masih kekurangan tenaga ahli
dalam usaha menciptakan kemajuan teknologi untuk mengolah sumber daya alam yang
melimpah. Jika tidak ada peningkatan jumlah tenaga ahli di Indonesia, yang terjadi
adalah Indonesia menjadi “sasaran empuk” bagi negara-negara maju untuk
mengeksploitasi sumber-sumber daya yang ada dengan biaya rendah.
Dalam hal ini peran generasi muda sangat dibutuhkan, terutama pelajar dan mahasiswa
yang merupakan pengenyam pendidikan. Mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif, tidak
hanya dalam kemampuan berpikir secara kognitif, namun juga analitis dengan keadaan
Indonesia di masa mendatang. Hal ini bertujuan agar Indonesia dapat lebih adaptif
dengan berbagai keadaan dan kemungkinan yang akan terjadi di dunia.
Semuanya dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain aktif dalam kegiatan
mahasiswa ASEAN, ikut dalam pertukaran pelajar ke luar negeri, serta aktif dalam
mengakses berita terbaru yang terjadi di dunia, khususnya ASEAN.
Hal signifikan yang dapat dilakukan adalah menjadi mahasiswa yang tidak hanya
mengejar nilai dan terpaku pada kepentingan pribadinya semata, namun juga dituntut
lebih banyak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang menunjang Indonesia di kancah
internasional.
Mahasiswa yang memiliki bakat dan hobi dalam olahraga misalnya. Mereka dapat
menyalurkannya dalam komunitas olahraga tertentu. Hal ini dilakukan supaya semakin
banyak generasi muda yang dapat mengharumkan nama bangsa di bidang olahraga.
Akan tetapi, dibutuhkan suatu komitmen yang kuat dari dalam diri agar kemampuan
tersebut dapat membuahkan prestasi yang maksimal.
Indonesia hingga kini telah memiliki banyak sekolah yang menampung anak-anak
berprestasi dalam bidang olahraga. Contohnya, SMP dan SMA Ragunan Jakarta, UPT
SMA Olahraga Jawa Timur, SMAN Olahraga Riau, dan Sekolah Khusus Olahraga
(SKOI) Kalimantan Timur. Melalui sekolah formal inilah seharusnya generasi muda
pencetak prestasi dapat dibina dan mendapatkan perhatian lebih.
Sebagai mahasiswa yang kelak akan melanjutkan roda pemerintahan Indonesia, sudah
seharusnya mata dan pikiran para mahasiswa terbuka terhadap informasi-informasi
yang sedang bergulir di seluruh dunia. Selain dituntut memiliki pengetahuan umum yang
luas, mahasiswa juga harus dapat berpikir kritis terhadap peluang-peluang yang dapat
menguntungkan bangsa Indonesia dalam persaingan bebas komunitas ASEAN 2015
mendatang.
Pada hakekatnya, dalam persaingan bebas tersebut, tentu saja negara kuat yang dapat
menguasai pangsa pasar dan mendapatkan keuntungan lebih terhadap kegiatan ini
dibandingkan dengan negara lemah.
Untuk mengetahui peluang-peluang yang ada, mahasiswa yang notabene unggul dalam
kemampuan akademik juga harus meningkatkan kemampuan linguistiknya dengan baik.
Selain harus meningkatkan kemampuan bahasa asing seperti Bahasa Inggris dan
Bahasa Mandarin, mahasiswa juga seharusnya mulai mempelajari bahasa persatuan
Asia Tenggara, yaitu Bahasa Melayu.
Hal ini patut dilakukan karena Bahasa Melayu juga merupakan salah satu bahasa
pemersatu negara-negara di Asia Tenggara sejak dahulu. Beberapa negara yang masih
menggunakan Bahasa Melayu adalah Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam,
Thailand, dan Timor Leste.
Berdasarkan kesepakatan dalam Komunitas ASEAN 2015, akan ada dua bahasa utama
yang digunakan, yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Melayu. Dari sejarahnya, Bahasa
Indonesia juga mengakar pada Bahasa Melayu sehingga mahasiswa Indonesia tidak
begitu kesulitan dalam mempelajarinya. Mereka dapat mempelajarinya melalui
masyarakat dari daerah tertentu di Indonesia yang masih menggunakan Bahasa Melayu
sebagai bahasa daerah, contohnya Bangka Belitung.
Bahasa merupakan suatu unsur yang sangat penting bagi suatu kegiatan. Ini semua
dimaksudkan agar tujuan dari kegiatan tersebut dapat tersampaikan secara jelas
kepada semua anggotanya. Bayangkan, jika suatu kelompok yang hendak melakukan
suatu kegiatan tidak saling mengerti apa yang disampaikan satu sama lain. Hal yang
terjadi adalah tujuan dari kegiatan tersebut tidak akan tersampaikan apalagi terlaksana
dengan baik.
Selain hal-hal tersebut, mahasiswa juga dituntut lebih aktif dalam menghadiri seminar-
seminar ASEAN dan juga mengikuti komunitas mahasiswa ASEAN. Demi
mengembangkan pola pikir serta pengetahuan tentang apa saja yang akan dihadapi
dalam kegiatan besar ASEAN, telah dilakukan simposium internasional dengan tema
“Menyongsong Asean Community 2015: Rekonstruksi Indonesia Tangguh”.
Simposium ini diselenggarkan oleh Forum Pemuda Pelajar Indonesia (FPPI) yang
bekerjasama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) ASEAN beberapa waktu lalu.
Simposium ini dihadiri oleh para mahasiswa seluruh Indonesia serta jajaran kementrian
Republik Indonesia.
Seperti yang telah dibahas dalam seminar di salah satu universitas negeri di Bandung
beberapa waktu lalu, perekonomian Indonesia banyak didominasi oleh Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) sehingga hal ini tidak boleh luput dari persiapan
menghadapi pasar bebas ASEAN. Sebagai mahasiswa yang tanggap dan cermat,
UMKM harus diberikan perhatian khusus, sebab UMKM merupakan sarana bagi
masyarakat kecil untuk menyalurkan usahanya dan juga berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia.
Semua ini tidak akan berhasil jika kompetensi yang dimiliki mahasiswa tidak diimbangi
dengan komitmen. Untuk melakukan semua itu, dibutuhkan suatu proses yang tidak
jarang akan mengalami banyak tantangan sehingga mental dari mahasiswa harus
ditempa agar tidak mudah menyerah dari setiap hambatan yang ada.
Hal yang tidak kalah penting bagi mahasiswa dalam menghadapi Komunitas ASEAN
2015 adalah mencintai dan menanamkan jiwa untuk membangun Indonesia yang lebih
baik, bukannya bekerja di negeri orang untuk mendapatkan upah lebih besar. Indonesia
harus dapat berdiri dengan kaki sendiri dan sukses tidaknya Indonesia berada di tangan
generasi muda.
Tantangan MEA bagi Mahasiswa Indonesia
BENGKULU - Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dapat menjadi tantangan
Indonesia untuk bisa berkompetisi di wilayah yang lebih luas. Di saat yang sama,
MEA juga bisa menjadi ancaman untuk mereka yang bekum siap menghadapi
perubahan.
Bagaimana bagi mahasiswa, apakah MEA menjadi tantangan atau malah ancaman?
"Meski belum terlalu siap, bagi saya, MEA adalah tantangan karena itu pasti akan
mendidik dan membimbing kita menjadi lebih baik," ujar Mahasiswa Universitas
Bengkulu, Mardiana kepada Okezone dalam ajang Indonesia Youth Forum atau IYF
2015 di Bengkulu, belum lama ini.
Hal serupa diungkapkan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Pendidikan Islam negeri
Curup, Bengkulu, Serli Roisca. Dia sependapat bahwa MEA akan menjadi tantangan.
"Karena MEA mencakup pasar bebas seluruh masyarakat di ASEAN. Jadi generasi
muda Indonesia harus bisa berkecimpung di dunia internasional, bukan hanya di
Tanah Air," tutur Serli tegas.
Serli tidak menyangkal bahwa MEA bisa menjadi ancaman taktala kita belum siap.
Karena itu, Serli melihat pentingnya generasi muda Indonesia mengikuti berbagai
forum pemuda.
Fajar Dwi Ariffandi juga melihat bahwa MEA akan menjadi tantangan. Namun,
mahasiswa Universitas Negeri Malang itu mengaku masih sedikit ragu
menghadapinya.
"Belum siapnya karena secara pribadi saya belum melakukan apa-apa. Kalau sudah
melakukan sesuatu, mungkin akan siap," kata Fajar.
(rfa)
Persiapan Indonesia Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) / AEC (Asean Economic Community) 2015 adalah proyek yang telah lama
disiapkan seluruh anggota ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan
ASEAN dan membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN yang kuat. Dengan diberlakukannya MEA pada
akhir 2015, negara anggota ASEAN akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja
terdidik dari dan ke masing-masing negara. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah
bagaimana Indonesia sebagai bagian dari komunitas ASEAN berusaha untuk mempersiapkan kualitas diri dan
memanfaatkan peluang MEA 2015, serta harus meningkatkan kapabilitas untuk dapat bersaing dengan Negara
anggota ASEAN lainnya sehingga ketakutan akan kalah saing di negeri sendiri akibat terimplementasinya MEA
2015 tidak terjadi.
Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen
Cetak Biru MEA dalam upaya persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN. Dalam cetak biru MEA, terdapat 12
sektor prioritas yang akan diintegrasikan oleh pemerintah. Sektor tersebut terdiri dari tujuh sektor barang yaitu
industri agro, otomotif, elektronik, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil. Kemudian
sisanya berasal dari lima sektor jasa yaitu transportasi udara, kesehatan, pariwisata, logistik, dan teknologi
informasi. Sektor-sektor tersebut pada era MEA akan terimplementasi dalam bentuk pembebasan arus barang,
jasa, investasi, dan tenaga kerja.
Sejauh ini, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia berdasarkan rencana strategis pemerintah
untuk menghadapi MEA / AEC, antara lain :
1. Penguatan Daya Saing Ekonomi
Pada 27 Mei 2011, Pemerintah meluncurkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI). MP3EI merupakan perwujudan transformasi ekonomi nasional dengan orientasi yang
berbasis pada pertumbuhan ekonomi yang kuat, inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan. Sejak MP3EI
diluncurkan sampai akhir Desember 2011 telah dilaksanakan Groundbreaking sebanyak 94 proyek investasi
sektor riil dan pembangunan infrastruktur.
2. Program ACI (Aku Cinta Indonesia)
ACI (Aku Cinta Indonesia) merupakan salah satu gerakan ‘Nation Branding’ bagian dari pengembangan ekonomi
kreatif yang termasuk dalam Inpres No.6 Tahun 2009 yang berisikan Program Ekonomi Kreatif bagi 27
Kementrian Negara dan Pemda. Gerakan ini sendiri masih berjalan sampai sekarang dalam bentuk kampanye
nasional yang terus berjalan dalam berbagai produk dalam negeri seperti busana, aksesoris, entertainment,
pariwisata dan lain sebagainya. (dalam Kemendag RI : 2009:17).
3. Penguatan Sektor UMKM
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan UMKM di Indonesia, pihak Kadin mengadakan mengadakan
beberapa program, antara lainnya adalah ‘Pameran Koperasi dan UKM Festival’ pada 5 Juni 2013 lalu yang
diikuti oleh 463 KUKM. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk UKM yang ada di Indonesia
dan juga sebagai stimulan bagi masyarakat untuk lebih kreatif lagi dalam mengembangkan usaha kecil serta
menengah.
Selain itu, persiapan Indonesia dari sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk menghadapi
MEA 2015 adalah pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi merumuskan langkah
antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM mengenai pemberlakuan MEA pada akhir
2015.
Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu pelaku
KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan wawasan pelaku KUKM terhadap
MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal,
penciptaan iklim usaha yang kondusif.
Namun, salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk bersaing dalam era pasar bebas
adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM yang secara umum masih rendah. Oleh karena itu,
pihak Kementrian Koperasi dan UKM melakukan pembinaan dan pemberdayaan KUKM yang diarahkan pada
peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja KUKM untuk menghasilkan produk-
produk yang berdaya saing tinggi.
Pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor
industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM. Penguatan IKM berperan penting
dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja dan menghasilkan barang atau jasa
untuk dieskpor. Selain itu, koordinasi dan konsolidasi antar lembaga dan kementerian pun terus ditingkatkan
sehingga faktor penghambat dapat dieliminir.
4. Perbaikan Infrastruktur
Dalam rangka mendukung peningkatan daya saing sektor riil, selama tahun 2010 telah berhasil dicapai
peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur seperti prasarana jalan, perkeretaapian, transportasi darat,
transportasi laut, transportasi udara, komunikasi dan informatika, serta ketenagalistrikan :
Globalisasi adalah peristiwa mendunia atau proses membuana dari mkeadaan lokal atau
nasional yang lebih terbatas sebelumnya. Artinya pembatasan antar negeri untuk perpindahan
barang, jasa, modal, manusia, teknologi, pasar, dan masih banyak hal lain menjadi tidak berarti
atau malahan hilang sama sekali. Globalisasi di berbagai sektor yang mengarah pada pasar
bebas tidak bisa dihindari oleh negara-negara lain termasuk diantaranya Indonesia. Di era ini,
batas negara semakin menghilang, sementara kemajuan teknologi dan informasi berkembang
demikian cepat. Globalisasi mempengaruhi perubahan di semua sektor, tidak terkecuali di
bidang kesehatan. Apalagi akan diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) atau istilah
lainnya Mayarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 ini. Indonesia sebagai negara
berkembang dan merupakan negara yang cukup diminati oleh negara asing. Pertama, karena
memiliki potensi pasar yang besar terkait dengan jumlah penduduk yang besar yaitulebih dari
200 juta penduduk. Kedua, sekarang ini kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup
menjanjikan. Dengan potensi pasar yang besar tidak mengherankan jika kelak banyak dokter
atau tenaga kesehatan asing yang berniat bekerja di Indonesia. Hal ini tampaknya menakutkan
profesi kesehatan, karena ketakutan untuk bersaing, seperti kita ketahui kualitas sumber daya
manusia kesehatan kita rendah serta penguasaan teknologi yang terbatas pula. Data yang
diperoleh dari Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan menunjukkan bahwa
jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, baik di RSU maupun RS Khusus (meliputi
RS Pemda/Provinsi/Kabupaten/Kota, TNI/Polri, BUMN, dan Swasta) di seluruh Indonesia pada
tahun 2014 sebanyak 891.897 orang. Dalam rangka akan diberlakukannya sistem AFTA atau
MEA ini, Kementerian Kesehatan telah bekerja sama dengan beberapa negara lain diantaranya
Saudi Arabia, Inggris, Kuwait, Belanda, Singapura, Amerika, Norwgia, dan Malaysia untuk
pengiriman tenaga kesehatan Indonesia ke negara-negara tersebut. Berdasarkan analisa pasar
tenaga kesehatan Indonesia di berbagai negara, jenis tenaga kesehatan Indonesia yang dikirim
ke luar negeri yaitu : dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan perawat. Arus tenaga asing
yang bekerja di Indonesia semakin meningkat. Pada suatu media massa diberitakan bahwa ada
sebanyak 2500 perawat Filipina yang mendaftarkan diri untuk dapat bekerja di rumah sakit-
rumah sakit yang ada di Indonesia. Selain itu, tenaga medis asing dan kebanyakan dari mereka
umumnya berpendikan setingkat S1, dengan status Registered Nurse (RNS) dan mampu
berbicara bahasa Indonesia. Selain itu tenaga medis asing, seperti dokter spesialis juga sudah
banyak yang melamar untuk dapat bekerja di Indonesia, kebanyakan mereka berasal dari
Filipina dan Bangladesh yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Tenaga medis asing ini sudah
mengetahui bahwa akan banyak rumah sakit di Indonesia yang membutuhkan tenaga mereka
karena jumlah dokter di Indonesia masih relatif sedikit sekali dan banyak yang telah berusia
pensiun atau kurang produktif, serta dokter spesialis baru pun juga masih sangat rendah.
Adapun sesuai dengan persyaratan dari Kementerian Kesehatan yang diatur dalam permenkes
67 / 2013 yang mengacu pada UU 39 / 2004 tentang ketenagakerjaan bahwa tenaga kesehatan
asing yang ingin bekerja di Indonesia yaitu berusia muda sekitar 30 – 45 tahun, dan merupakan
lulusan dari perguruan tinggi yang mutunya diakui secara internasional, dan telah memperoleh
lisensi dari negara asalnya. Selain itu harus lolos kualifikasi dan kompetensi serta diprioritaskan
pada penguasaan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Tenaga medis asing tersebut
juga harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dari konsil kedokteran untuk dokter dan
perawat oleh Majelis Tenaga Kerja Indonesia (MTKI). Tenaga kerja asing yang masuk pun harus
diseleksi dulu oleh kolegium untuk bisa mendapatkan STR. Kolegiumlah yang menentukan
apakah sebuah rumah sakit tersebut boleh menggunakan tenaga kesehatan asing tersebut.
Rumah sakit masa kini menghadapi tantangan-tantangan berat termasuk dalam menghadapi era
globalisasi. Globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan serta investasi adalah lahan dasar
untuk sistem pasar bebas. Pasar bebas berarti persaingan bebas termasuk persaingan bebas
dalam jasa pelayanan kesehatan. Dalam persaingan secara umum ada yang dinamakan segitiga
persaingan yaitu customer (pelanggan), competitor (pesaing), dan corporate (rumah sakit itu
sendiri). Tantangan bagi rumah sakit adalah tantangan untuk bersaing, baik dengan sesama
pemberi pelayanan kesehatan di dalam negeri maupun luar negeri. Dalam arti positif, kompetisi
dalam memberikan serta meningkatkan kepuasan konsumen atau pasien yang bermutu lebih
baik sebagai fokus utama pelayanan. Selain itu, akibat globalisasi pasien juga dapat dengan
mudah mendapatkan informasi tentang pelayanan kesehatan yang ada di luar negeri. Oleh
karena itu, dibutuhkan lebih banyak lagi sumber daya kesehatan (Health Resources) yang
diperlukan untuk memenuhi tantangan tersebut. Sedangkan sumber daya untuk itu (SDM, dana,
sarana, ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen, material kesehatan, obat, dll) masih
terbatas. Secara khusus sumber daya tenaga kesehatan. Tenaga medis Indonesia terlihat belum
bisa ikut berperan dalam globalisasi kesehatan karena dari data yang ada, hanya sedikit sekali
tenaga kesehatan yang dapat bekerja di rumah sakit luar negeri. Dari data yang ada hanya baru
perawat yang mulai dapat bekerja di luar negeri, itupun hanya di beberapa negara. Untuk dokter
umum, dokter gigi, dan dokter spesialis malah masih terlihat sangat sulit untuk bisa menembus
rumah sakit di luar negeri. Seharusnya liberalisasi pada bidang kesehatan justru menjadi
cambuk bagi kita, dimana kita perlu pemusatan diri untuk meningkatkan mutu atau
profesionalisme sehingga apapun yang terjadi di masa mendatang tenaga kesehatan Indonesia
tidak perlu takut lagi di negeri sendiri dan diluar negeri. Bila Indonesia dapat menambah jumlah,
jenis serta dapat meningkatkan mutu tenaga medisnya, maka akan turun minat rumah sakit
asing di Indonesia mempekerjakan tenaga kesehatan asing, karena Indonesia sudah dapat
memenuhi kuota tenaga kesehatan seperti hal nya dokter atau dokter spesialis dan biaya yang
dikeluarkanpun relatif murah, sebab biaya mempekerjakan dokter asing lebih mahal. Kalau
dianalisis dari sudut pandang yang lain, sebenarnya dokter Indonesia tidak perlu takut dengan
masuknya dokter asing karena ada kemungkinan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh dokter asing tidak sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan masyarakat Indonesia
sebagai akibat dari sistem pendidikan serta latar belakang sosial budaya yang berbeda.
Seharusnya kehadiran AFTA atau MEA disikapi dengan kepala dingin. Upaya pihak Indonesia
untuk meningkatkan daya saing tenaga kesehatan Indonesia dapat dilakukan dengan pertama,
meningkatkan jumlah, jenis dan mutu tenaga profesional kesehatan Indonesia dengan
penyempurnaan kurikulum, sistem pengajaran dan ujian, serta mengadakan program pendidikan
kesehatan yang komprehensif sehingga tenaga kesehatan Indonesia punya standar yang
bertaraf internasional, dan siap menghadapi serangan tenaga asing, atau terjadi perpindahan
para tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri karena sudah memilki standar internasional.
Kedua, menetapkan kebijakan yang mengharuskan tenaga kesehatan asing mengikuti ujian
profesi sesuai standar bila akan bekerja di Indonesia, serta memberlakukan peraturan timbal
balik yang artinya tenaga kesehatan asing yang dibenarkan bekerja di Indonesia adalah yang
berasal dari negara yang juga membolehkan tenaga kesehatan Indonesia bekerja di negara
tersebut. Ketiga, Indonesia memerlukan lembaga yang dapat melakukan akreditasi kompetensi
untuk menjaga profesionalisme para tenaga kesehatan di Indonesia. Sedangkan upaya dari
pihak rumah sakit menghadapi pasar bebas dalam ketenagaan kesehataannya diantaranya
meningkatkan kompetensi tenaga kesehatannya dengan cara pendidikan dan pelatihan,
seminar-seminar kesehatan, serta workshop. Seperti menyiapkan pelatihan maupun workshop
seperti tes TOEFL. Penguasaan Bahasa Inggris diharapkan mampu menunjang saat
menghadapi MEA 2015. Disamping hal itu menggalakkan kegiatan yang berhubungan dengan
kegiatan sosial kemasyarakatan, tak melulu urusan medis. Salah satunya dengan mengikuti
kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan rumah sakit itu sendiri maupun eksternal.
Mengutamakan tenaga kesehatan lokal bagi rumah sakit lebih baik daripada menggunakan
tenaga kesehatan asing. Tenaga kesehatan Indonesia dalam menghadapi era globalisasi akan
dihadapkan pada dua pilihan : Jadi tuan rumah di negeri sendiri, atau tergusur. Atau jadi tuan
rumah di negeri sendiri serta tamu terhormat di luar negeri
PERAN MAHASISWA INDONESIA DALAM
MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMUNITY (AEC)
Tentu kita sebagai warga masyarakat bangsa Indonesia masih awam dengan istilah tersebut. ASEAN
ECONOMIC COMUNITY atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah suatu ketentuan atau
kesepakatan yang telah dibuat oleh para pemimpin negara di ASEAN untuk membentuk suatu pasar
tunggal dalam ekonomi di wilayah ASEAN. Pada nantinya memungkinkan satu negara menjual barang
dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin
ketat.
Apakah kita sebagai warga Indonesia sudah siap untuk ikut serta dalam MEA????…..
Tak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut menjadi benalu disetiap benak warga negara Indonesia ini. Siap
atau tidak, pada tahun 2015 kita akan ikut serta dalam MEA. Mau atau tidak, kita akan menjadi bagian dari
Masyarakat Ekonomi Asean. Sejauh manakah bangsa kita mempersiapkan diri untuk bisa bersaing dalam
MEA???….
Sekarang ini setiap negara dalam ruang lingkup ASEAN sedang gencar-gencarnya mensosialisasikan
MEA. Banyak isu bermunculan bahwa sekarang ini warga di negara-negara ASEAN mulai belajar bahasa
Indonesia. Mereka mengetahui bahwa peluang untuk bekerja di Indonesia ini sangat mudah dan luas,
sehingga banyak sekali warga negara ASEAN yang tertarik untuk bekerja di Indonesia.
Bagaimana dengan kita sebagai warga negara Indonesia? Apakah kita juga melakukan hal yang demikian
dilakukan oleh warga negara ASEAN lain???….
Kita mengetahui bahwa sekarang ini bangsa kita sedang berbenah diri untuk bisa bersaing dengan negara
ASEAN lainnya dalam MEA. Banyak sekali program pemerintah yang dilakukan untuk mempersiapkan
bangsa kita dalam menghadapi MEA, mulai dari peningkatan Sumber Daya Manusia sampai peningkatan
pengelolaan Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia. Jangan sampai bangsa kita dijajah oleh desakan
tuntutan zaman yang semakin mengglobal.
Pastinya kita bertanya-tanya tentang dampak apakah yang akan timbul setelah berlangsungnya MEA. Pada
umumnya, MEA akan sangat menguntungkan untuk Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA,
masyarakat Indonesia akan dengan bebas untuk melakukan transaksaksi perdagangan dengan negara lain di
ASEAN. Adanya MEA akan meningkatkan kualitas dan daya saing perdagangan Indonesia di ASEAN.
MEA akan menciptakan jutaan lapangan kerja baru bagi warga Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan
produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura,
dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat
keempat di ASEAN (Republika Online, 2013).
Pada sisi investasi, keadaan ini akan menciptakan iklim yang mendukung untuk masuknya para investor
asing ke negara Indonesia yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan
teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia dan akses yang lebih mudah
kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan suatu problem lingkungan.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa dengan adanya MEA akan timbul perusahaan- perusahaan asing yang besar
di Indonesia. Perusahaan asing tersebut dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar
terhadap ketersediaan sumber daya alam di Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya
alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang
dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada
di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang
terkandung.
Selain itu juga, akan muncul tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan-permasalahan vital yang
harus segera kita benahi bersama. Dalam hal ini akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan
mengalir dalam jumlah banyak ke negara Indonesia sehingga dapat mengancam industri lokal dalam
bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas dengan harga murah. Hal ini pada
akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri. Masyarakat
Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja
profesional, seperti dokter, perawat, pengacara, akuntan, dan lainnya. Oleh karena itu, kita harus siap untuk
bisa menanggulangi keadaan tersebut.
Mahasiswa adalah iron stok bagi bangsa Indonesia dan bangsa lainnya. Mahasiswa akan menggantikan
tempat para pejabat pemerintahan yang sekarang duduk menyibukan diri dikantornya. Mahasiswa
merupakan kaum intelektual yang tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang baik,
tetapi juga kemampuan non-akademik untuk menunjang kemajuan bangsa. Mahasiswa sebagai agen
perubahan diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi serta semangat dalam
merealisasikan aspirasinya, sehingga mereka mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada
di masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai generasi muda perlu membuat berbagai kegiatan yang
bisa menopang MEA, diantaranya yaitu menciptakan inovasi dalam bentuk usaha, keaktifaan diorganisasi
kampus, mensosialisasikan MEA dan mengajak kaum muda lain untuk meningkatkan daya wirausaha
sehingga usaha-usaha baru akan muncul dan bisa mempertahankan perekonomian negara. Selain itu juga,
dari segi pendidikan mahasiswa perlu meningkatkan intelektualitas dan kredibilitas dalam bidang
kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Jangan sampai mahasiswa Indonesia kalah dengan mahasiswa lain di
negara ASEAN. Untuk menunjang peran mahasiswa dalam MEA, mahasiswa diharuskan untuk
mempunyai kemampuan berbahasa asing yang fasih dan benar. Mahasiswa Indonesia harus bisa
menujukan bahwa kita juga mampu bersaing lebih dengan mahasiswa lain di ASEAN.
Daftar Pustaka
Dukungan dari generasi muda untuk menghadapi MEA merupakan salah satu kekuatan Indonesia untuk
dapat bertahan dalam persaingan pasar bebas. Generasi muda perlu membuat berbagai kegiatan
diantaranya yaitu menciptakan usaha sendiri selagi mahasiswa, mensosialisasikan MEA dan mengajak
kaum muda lain untuk meningkatkan daya wirausaha sehingga usaha-usaha baru akan muncul dan bisa
mempertahankan perekonomian negara. Generasi muda merupakan salah satu tonggak keberhasilan tujuan
negara, karena kaum mudalah pemegang keberlanjutan negara.
Bonus Nilai-nilai positif apa yang ingin Anda dapatkan di Universitas Gadjah Mada dan juga di
Daerah Istimewa Yogyakarta?
Menanamkan sebanyak-banyaknya Nilai-nilai positif pun dapat menjadi salah satu cara dalam
menghadapi persaingan secara sehat nantinya ketika sudah terjun langsung kedalam
masyarakat.
Teringat saat pertama kali berada di Yogyakarta untuk verifikasi berkas di UGM, saya bertemu
dengan salah satu teman saya 1 Univ, 1 Prodi juga. Padahal pada saat itu kita baru kenal dan
baru pertama kali bertemu juga. Ketika dia main ke pondok pesantren, kebetulan saya waktu itu
numpang menginap di ponpes daerah karanggeneng, saya SMS dia "sudah sampai mana?
sebentar ya aku cari makan" setelah beberapa saat dia datang saat aku belum sempat membeli
makanan. Diakhir pertemua kita, dia memberikan makanan yang dia beli ketika perjalanan ke
ponpes. Sungguh pada saat itu saya merasa merinding, "Baik sekali orang Jogja yah ternyata,
baru kenal tapi sudah membawakan makanan seperti ini"
Sebenarnya jika berbicara tentang nilai-nilai positif ada banyak sekali nilai-nilai yang saya pribadi
sangat ingin sekali mendapatkannya seperti Menjadi seorang pemimpin yang baik dan tahu
perlakuan terbaik apa untuk orang-orang yang dipimpinnya, Menjadi orang yang kompetitif,
inovatif dan juga produktif, Menjadi orang yang mampu berbaur dengan banyak orang tanpa
memandang status sosial, ekonomi dan agama, dan masih banyak lagi.
Bonus lagi Bagaimana penerapan pola hidup sehat, pola hidup hemat, dan pola kehidupan
sosial bermasyarakat sebagai mahasiswa?
Sebagai seorang mahasiswa kita pun wajib untuk selalu menerapkan pola hidup sehat agar
selalu sehat, pola hidup hemat agar kondisi ekonomi pribadi stabil, dan pola kehidupan sosial
bermasyarakat agar kita mampu menjadi seorang pribadi yang rendah hati dan mau tahu apa
yang terjadi dengan orang-orang disekitar kita. Contoh-contoh penerapan pola hidup sehat, pola
hidup hemat, dan pola kehidupan sosial bermasyarakat sebagai mahasiswa sebagai berikut
Pola hidup sehat : Dengan makan dan mandi yang teratur, meskipun jauh dari orangtua tetapi
pola makan dan pola mandi harus dijaga. Bukan hanya itu saja, kita juga tidak boleh seenaknya
pergi-pergi begitu saja diwaktu-waktu tertentu. Jangan dikira jauh dari orangtua lalu kita menjadi
seseorang yang hidup bebas.
Pola hidup hemat : Menerapkan makan pada saat lapar, dan berhenti sebelum kenyang. Cara
seperti ini sangat manjur bagi kita yang notabene jauh dari orangtua. Hanya membeli sesuatu
yang diperlukan pun dapat mengantisipasi keborosan yang tidak diinginkan.
Pola kehidupan sosial bermasyarakat : Dengan cara bergaul dengan siapa saja tanpa
memandang status ekonomi, sosial dan agama. Banyak teman, banyak rezeki namun teman
disini bukan dalam artian bebas siapa saja, ada kriteria-kriteria teman mana yang mampu
menjadikan kita menjadi pribadi yang baik dan juga sebaliknya.
Persiapkan 5 Hal Ini Untuk Sukses Bersaing
di Pasar Bebas ASEAN 2015
Tahun 2015 memang bukan tahun yang biasa bagi masyarakat di regional Asia Tenggara. Tahun
yang menjadikan seluruh masyarakat Asia Tenggara menjadi satu kesatuan dalam MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) ini akan menciptakan sesuatu yang tak biasanya seperti tahun-
tahun sebelumnya.
Dengan terwujudnya MEA ini maka itu artinya pasar bebas Asia Tenggara yang merupakan
perwujudan dari AFTA (ASEAN Free Trade Area) ini telah dimulai. Dari dibukanya zona
perdagangan pasar bebas ASEAN ini maka negara-negara di ASEAN seperti Malaysia, Thailand,
Vietnam, Kamboja, dan Singapura, serta negara lainnya bebas untuk memasarkan produknya
langsung ke negara Indonesia atau sebaliknya.
Dari sini maka mau tak mau akan muncul persaingan yang semakin sengit di sektor bisnis dan
industri. Persaingan yang kini tidak hanya terjadi antar pebisnis pribumi namun juga antar
pengusaha dari luar negeri. Maka jika Anda adalah salah seorang pengusaha yang menjalankan
bisnis, maka Anda harus segara menyiapkan diri baik secara pribadi maupun dalam konteks
bisnis agar tidak tersingkir dari persaingan. Lalu hal-hal apa saja yang harus disiapkan untuk
menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 ini? Berikut ulasannya.
1. Mentalitas
Hal pertama yang perlu disiapkan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 adalah
mentalias. Pasar bebas ASEAN memang akan membuat banyak perubahan dan yang
pasti #persaingan bisnisyang semakin sengit.
Dari sini mental yang kuat dan tangguh sangat dibutuhkan para pebisnis untuk mampu
menghadapi persaingan tersebut. Jika mental yang dimiliki pebisnis setengah-setengah, maka
mereka akan mengalami banyak kesulitan untuk bisa mengatasi tantangan yang ada dan tak
lama kemudian bisnisnya bisa goncang dan akhirnya jatuh.
Artikel lain: Inilah 5 Poin Pentingnya Diferensiasi Produk Dalam Ketatnya Persaingan Pasar
2. Kompetensi
Setelah mental sudah beres, hal berikutnya yang perlu Anda siapkan untuk menghadapi pasar
bebas ASEAN 2015 adalah kompetensi. Kompetensi yang dimaksud di sini adalah kemampuan
dan keahlian. Pasar ASEAN yang sangat luas, kompetitif dan berkonsep multi-bahasa, tentu
harus membuat pebisnis jauh lebih ahli dalam kecakapan berbisnis dan berkomunikasi.
Terlebih dari sisi komunikasi, Anda akan dituntut untuk bisa berbahasa asing, terutama bahasa
Inggris. Kompetensi lain yang perlu pebisnis lebih kuasai dalam pasar bebas Asia Tenggara ini
adalah profesionalitas. Karena ini adalah pasar mancanegara, maka Anda akan dituntut lebih
untuk lebih #profesional dari sebelumnya.
3. Kolaborasi
Dalam menghadapi pasar yang sangat kompetitif ini, Anda tak bisa bekerja dengan tim yang
kecil Anda. Anda harus meluaskan hubungan dan kerjasama Anda lebih luas dan lebih intens
lagi. Dengan relasi dan kolaborasi yang makin kuat dan profesional ini bisnis Anda akan jauh
lebih kokoh dan handal.
Kekuatan relasi dalam kolaborasi ini memang sangat penting dalam dunia bisnis. Semakin kuat
dan luas jaringan relasi Anda, maka semakin besar pula sebuah bisnis akan mencapai
kesuksesan. Dalam kasus pasar bebas ASEAN ini, Anda tak bisa lagi mengandalkan jaringan yang
Anda miliki sekarang. Anda harus meluaskan lagi relasi dan kolaborasi bisnis Anda hingga
mencapai jaringan mancanegara.
4. Kapasitas
Dengan pasar yang semakin luas, Anda sebagai pebisnis tentu tak bisa hanya berkutat pada
pasar yang sekarang Anda miliki. Anda harus mau tak mau harus memperluas pasar Anda
sebelum orang lain yang akan meluaskan pasarnya.
Persaingan memang semakin sengit dan saling mengancam, namun sebagai pebisnis Anda tak
bisa hanya duduk diam saja, Anda harus bergerak cepat untuk merebut pasar sebelum
kompetitor merebutnya. Jika Anda hanya diam dan hanya mengandalkan pasar yang ada saja,
maka Anda bisa saja terimpit dan semakin tersisih dari persaingan pasar.
Baca juga: Tak Harus Menunggu Mapan untuk Merintis Bisnis, Baca Tips Ini
5. Evaluasi
Terakhir, hal yang perlu disiapkan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 adalah evaluasi.
Cepatlah untuk melakukan evaluasi yang rutin dari bisnis yang selama ini Anda jalankan.
Memang sebelum melangkah ke pasar yang lebih menantang ini, Anda tak bisa terlalu lain pada
manajemen bisnis yang Anda jalankan sekarang.
MEA 2015
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 membawa suatu peluang sekaligus tantangan
bagi ekonomi Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN
akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-
masing negara. Melalui MEA akan terjadi integrasi yang berupa “free trade area” (area perdagangan
bebas), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja dan pasar
modal yang bebas, yang akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
tiap negara.
Ibarat pisau bermata dua manfaat dari implementasi MEA itu bagi pertumbuhan ekonomi
Indonesia tentu tergantung pada cara menyikapi era pasar bebas tersebut.
Pertanyaannya, sejauh mana kesiapan dunia usaha di Indonesia dalam menghadapi era MEA
2015?
Untuk menghadapi era pasar bebas se-Asia Tenggara itu, dunia usaha di Tanah Air tentu
harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan negara
ASEAN lainnya, tak terkecuali sektor Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM). Menteri Koperasi
dan UKM Syarief Hasan mengatakan bahwa persiapan Koperasi dan UKM nasional untuk
menghadapi era MEA sudah cukup baik.
“Sejauh ini persiapan Koperasi dan UKM kita untuk menghadapi era MEA 2015 ini cukup bagus.
Persiapan sampai saat ini untuk menghadapi MEA itu kurang lebih 60 sampai 70 persen,” kata
Syarief Hasan.
Sebagai persiapan, menurut dia, pemerintah telah melaksanakan beberapa upaya strategis,
salah satunya pembentukan Komite Nasional Persiapan MEA 2015, yang berfungsi merumuskan
langkah antisipasi serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan KUKM mengenai
pemberlakuan MEA pada akhir 2015.
Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UKM untuk
membantu pelaku KUKM menyongsong era pasar bebas ASEAN itu, antara lain peningkatan
wawasan pelaku KUKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha,
peningkatan daya serap pasar produk KUKM lokal, penciptaan iklim usaha yang kondusif. Namun,
Syarif menyebutkan salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan UKM untuk
bersaing dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku KUKM yang
secara umum masih rendah.
“Untuk meningkatkan kualitas pelaku KUKM, kami melaksanakan berbagai pembinaan dan
pelatihan, baik yang bersifat teknis maupun manajerial. Namun, banyaknya tenaga kerja yang tidak
terampil tentu berdampak pada kualitas produk yang dihasilkan,” kata dia.
Oleh karena itu, lanjut Syarief, pihaknya melakukan pembinaan dan pemberdayaan KUKM
yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja
KUKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi.
“Sektor Koperasi dan UKM yang paling penting untuk dikembangkan dalam menghadapi MEA 2015
itu yang terkait dengan industri kreatif dan inovatif, handicraft, home industry, dan teknologi
informasi,” jelasnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga berupaya meningkatkan akses dan transfer teknologi untuk
mengembangkan pelaku UKM inovatif sehingga nantinya mampu bersaing dengan pelaku UKM
asing. Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
menurut dia, diperlukan para pelaku UKM di Indonesia untuk menghadapi persaingan usaha yang
makin ketat, khususnya dalam menghadapi MEA.
“Para pelaku UKM harus memanfaatkan teknologi seluas-luasnya untuk mengembangkan usahanya
sehingga mereka bisa cepat maju dan siap bersaing secara global,” ujarnya.
Ia menyatakan, sejauh ini dengan meningkatnya pemanfaatan TIK dalam kegiatan usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui kerja sama pemerintah
dengan pihak swasta, daya saing UKM Indonesia pun makin meningkat.
Hal itu, kata dia, terbukti dari data terbaru yang dikeluarkan oleh “World Economic Forum”
bahwa peringkat daya saing UKM Indonesia naik dari nomor 52 menjadi nomor 38.
“Indeks daya saing kita (di antara negara ASEAN) itu 4,1 sama dengan Thailand. Kita hanya kalah dari
Singapura dan Malaysia,” ungkapnya.
Namun, ia meyakini dalam waktu dua tahun daya saing KUKM di Tanah Air dapat sejajar dan
bahkan mengungguli Singapura dan Malaysia. Sementara itu, dari pihak Kementerian Perindustrian
juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah
(IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM.
“UMKM bidang industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
Pembinaan ini diarahkan agar IKM berdaya saing global,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat.
Sumber :
http://www.antaranews.com/berita/436319/kesiapan-koperasi-ukm-indonesia-menatap-era-mea-
2015
Kesiapan awal pribadi saya dalam menghadapi MEA 2015 adalah terlebih dahulu
menjadi job seeker. Saya ingin memulai persaingan dalam dunia pekerjaan agar saya dapat
membaca atmosfer yang berkembang dalam pencapaian kesuksesan MEA 2015 yang ada
sekarang. Setalah saya menemukan peluang untuk mengembangkan usaha di dalam atmosfer
MEA 2015 ini saya akan mengkombinasikan strategi saya yaitu menjadi seoarangjob
seeker yang unggul dan membuka sebuah bisnis atau wirausaha sebagai pencapaian yang
sempurna dalam MEA 2015. Saya menilai hal ini sangat positif dan bagus untuk masa depan
saya ke depan agar saya tetap dapat bersaing di dalam peluang kerja yang ada serta menjadi
seorang job creator yang handal. Memang tidak mudah mengkombinasikan 2 hal tersebut
yakni menjadi job seeker sekaligus mengembangkan usaha sebagai job creator, namun saya
optimis dan yakin bahwa setiap kemauan dengan didorong semangat dan disiplin diri yang
baik dapat menciptakan sebuah hal yang baik untuk kehidupan kiita sekarang dan di masa
yagn akan datang. Saya bercita-cita menjadi seorang auditor yang unggul dan handal serta
menjadi seorang wirausahawan muda yang kompeten agar tetap menjadi sumber daya
manusia yang unggul dan dapat bersaing di dunia kerja khususnya MEA 2015 sekarang dan
di masa yang akan datang.
10 Kiat Mempersiapkan Diri
Menghadapi MEA 2015
Kita nggak lagi bersaing dengan orang Indonesia, tapi juga dengan orang asing di
dunia kerja. Yang perlu kita siapkan itu hard skill dan soft skill. Dengan kata
lain, Skill dan Attitude. Jadi, daripada kita kena gusur, mending siapin bekal untuk
bersaing di masa depan! Artikel ini adalah hasil dari wawancara HAI dengan Pak
Triono Saputro, dari PPM Manajemen, dan Hosea Handoyo. Siap?
SKILL
1. Leadership
Orang yang berbakat memimpin selalu dibutuhkan di mana saja. Karena orang-
orang seperti ini punya kecenderungan mengatur dan sangat peduli akan kemajuan
kelompoknya.
Tapi, kita bisa mempelajari seni memimpin dengan mulai menjadi ketua pensi, OSIS
sampai mungkin kalau di dunia kuliah menjadi Ketua Senat. Akan ada banyak
tanggung jawab yang akan dipikul. Tujuannya jelas memajukan organisasi dan
mengembangkan orang-orang yang kita pimpin.
2. Public Speaking
Bicara di depan orang banyak adalah keterampilan yang nggak dimiliki semua
orang. Kita bisa melatihnya dengan sering menjadi juru bicara pada saat presentasi
tugas kelompok di kelas. Di dunia kerja, orang-orang dengan keterampilan
presentasi dan public speaking–lah yang sering jadi andalan.
3. Bahasa Asing
Hari gini, bisa Bahasa Inggris, lisan dan tulisan udah bukan nilai plus. Sekarang,
malah udah jadi kewajiban. Malah, di persaingan MEA 2015, bahasa kudu nambah.
Selain Inggris, perlu juga kita kuasai bahasa Mandarin, Jerman, Perancis, dan
Spanyol.
4. Project Management
Negosiasi dan mediasi itu bisa belajar dari organisasi yang kita ikuti di sekolah,
seperti OSIS atau ekskul. Negosiasi dengan guru atau pihak sekolah tentang
penyelenggaraan pensi, atau jadi mediasi pihak-pihak yang bertikai dalam tawuran
pelajar, bisa menjadi ajang untuk belajar dua hal ini. Di dunia kuliah akan lebih
banyak terpakai. Apalagi di dunia kerja.
6. Networking
Mungkin kita biasa networking di sekolah ketika kita kenalan sama pelajar dari
sekolah lain. Yup,networking sama dengan bergaul. Tapi nggak asal gaul, atau
pengenjadi ngetop.
ATTITUDE
7. Rendah Hati
Kata orang, lulusan Indonesia kebanyakan bukan rendah hati, tapi rendah diri.
Rendah diri artinya nggak pede. Tapi rendah hati itu nggak membanggakan diri atas
prestasinya.
Rendah hati lahir dari kesadaran bahwa “masih ada langit, di atas langit”. Kita masih
terus harus belajar. Banyak orang hebat, di atas kita.
8. Openness
Pikiran yang terbuka atau open minded sangat berguna ketika kita masuk ke dunia
atau lingkungan baru. Menerima perbedaan pandangan, dan budaya adalah salah
satu contohnya. Dalam persaingan kerja, sifat ini diperlukan untuk memahami
masalah-masalah antar personal di kantor atau organisasi. Modal keramahtamahan
orang Indonesia bisa jadi nilai plus, lho!
Akibat dari dua sifat ini adalah jadi sering bertanya. Bukan nanya-nanya nggak jelas,
tapi bertanya untuk memperkaya pengetahuan. Rasa ingin tahu yang besar
menandakan kita haus akan pengetahuan. Sementara rasa kritis diperlukan supaya
kita nggak cepat puas, dan selalu ingin mencari jawaban yang lebih baik lagi.
10. Profesionalisme
Kata ini banyak banget maknanya. Beberapa di antaranya tekun, kerja keras dan
fokus. Ketiganya berjalan berbarengan. Tanpa tiga hal itu, ilmu tinggi yang kita
punya akan sia-sia.
Karena orang lain akan segera melihatnya dari hasil kerja kita. Biasanya, orang yang
memiliki ketiga hal ini, bisa menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
7 Persiapan Krusial Yang Harus Kamu
Lakukan untuk Menghadapi MEA
Para pemimpin Asean telah sepakat untuk membentuk sebuah pasar tunggal
di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Pembentukan pasar
tunggal ini disebut sebagai MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean. Dengan
adanya MEA, maka satu negara akan lebih mudah menjual barang dan
jasanya ke negara-negara lain yang ada di Asia Tenggara. Tentunya hal ini
akan membuat kompetisi semakin ketat. Satu hal yang tak dapat dihindari
juga adalah adanya perubahan. Nah, apa langkah yang harus kita lakukan
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi MEA tersebut?
Pertama, semua orang akan terpacu untuk belajar Bahasa Inggris. Dalam
rangka memperingati MEA ini, Bahasa Inggris tentunya akan lebih banyak
digunakan untuk berkomunikasi verbal. Atau setidaknya memahami Bahasa
Inggris tersebut akan memudahkan kita mengartikan informasi yang
didapatkan secara visual, misalnya saat melihat produk atau jasa yang
dipromosikan dengan Bahasa Inggris. Bahkan sopir taksi yang saya temui
kemarin pun mengajak saya berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Saat
saya tanya kenapa, dia menjawab bahwa itu dilakukannya untuk
mempersiapkan diri dalam ajang MEA yang akan diselenggarakan akhir tahun
nanti. Kalau dia tak bisa berbahasa Inggris maka dia akan ketinggalan dengan
teman-temannya yang lain yang bisa berbahasa Inggris.
Produk-produk dari luar negeri juga akan berpotensi merajai pasar Indonesia.
Tak perlu menunggu MEA diresmikan, sekarang saja jika kamu pergi ke
supermarket pasti kamu akan melihat banyak produk-produk dengan brand
luar yang dijajakan kepada pengunjung.
Dulu koneksi termudah didapatkan hanya sebatas koneksi dalam negeri saja.
Tapi jika MEA sudah diresmikan maka semua akan berubah! Koneksi akan
menjadi tanpa batas. Antara satu orang dari dalam negeri dengan orang lain
di luar negeri akan lebih mudah mendapatkan koneksi dengan cepat.