Anda di halaman 1dari 10

Resume bab 12

Rebecca Ani Safitri


17130310022
6 – B.1

Persekutuan: Likuidasi
(Bagian 2)

Ilustrasi Likuidasi Bertahap


Ilustrasi yang digunakan dalam likuidasi sekaligus dari persekutuan ABC sekarang
juga digunakan untuk mengilustrasikan likuidasi secara bertahap. Aldi, Bayu, dan Citra
memutuskan untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka selama beberapa periode
waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap selama proses likuidasi.
Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 20X5, pada saat para sekutu
memutuskan untuk melikuidasi usaha adalah sebagai berikut. Persentase pembagian laba
dan rugi masing masing sekutu juga ditentukan.

Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas Rp.10.000.000
Aset Nonkas 90.000.000
Kewajiban Rp.42.000.000
Modal Aldi (40%) 34.000.000
Modal Bayu (40%) 10.000.000
Modal Citra (20%) 14.000.000
Total Rp.100.000.000 Rp.100.000.000

Berikut penjelasan mengenai kasus tersebut.


1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei 20X5 adalah
sebagai berikut.

Aldi Bayu Citra


Aset Pribadi Rp.150.000.000 Rp. 12.000.000 Rp. 42.000.000
Kewajiban Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000)
Kekayaan (defisit) Rp. 64.000.000 Rp. 4.000.000 Rp. 28.000.000
neto

Bayu secara pribadi tidak solven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven.
2. Aset nonkas persekutuan dijual sebagai berikut.

Nilai Buku Nilai Wajar Kerugian


5/15/X5 Rp.55.000.000 Rp.45.000.000 Rp.10.000.000
6/15/X5 30.000.000 15.000.000 15.000.000
7/15/X5 5.000.000 5.000.000

3. Kreditur eksternal dibayar sebesar Rp. 42.000.000 pada tanggal 20 Mei.


4. Para sekutu bersepakat untuk mrnyimpan cadangan tunai sebesar Rp.10.000.000
selama proses likuidasi yang digunakan untuk mrmbayar beban likuidasi yang
mungkin timbul.
5. Para sekutu sepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir setiap
bulan yaitu likuidasi bertahap akan dilakukan pada tanggal 31 Juli 20X5 yaitu akhir
proses likuidasi.

Figur 16-4
Kertas Kerja Likuidasi Bertahap

PERSEKUTUAN ABC
Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan
Likuidasi Sekaligus
Saldo Modal
Kas Asset Kewajiban Aldi Bayu Citra
Nonkas (40%) (40%) (20%)
Saldo
sebelum
10.000.000 90.000.000 (42.000.00) (34.000.000) (10.000.00) (14.000.00)
likuidasi , 1
Mei
Mei 20X5
Penjualan
aset dan
distribusi
45.000.000 (55.000.000) 4.000.000 4.000.000 2.000.000
Kerugian
sebesar Rp
10.000.000
55.000.000 35.000.000 (42.000.00) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.00)
Pembayara
n kepada (42.000.000) 42.000.000
kerditur
13.000.000 35.000.000 0 (30.000.000) (6.000.000) (12.000.00)
Pembayara
n Kepada
sekutu (3.000.000) 3.000.000
(Skedul 1,
Gbr 16-5)
10.000.000 35.000.000 0 (27.000.000) (6.000.000) (12.000.00)
Juni 20X5:
Penjualan
aset dan
distribusi
15.000.000 (30.000.000) 6.000.000 6.000.000 3.000.000
kerugian
sebesar Rp
15.000.000
25.000.000 5.000.000 0 (21.000.000) 0 (9.000.000)
Pembayan
kepada
sekutu 15.000.000 11.000.000 4.000.000
(skedul 2,
Gbr 16-5)
10.000.000 5.000.000 0 (10.000.000) 0 (5.000.000)
Juli 20X5
Penjualan
asset
5.000.000 (5.000.000)
sebesar
nilai buku
15.000.000 0 0 (10.000.000) 0 (5.000.000)
Pembayara (7.500.000) 3.000.000 3.000.000 1.500.000
n biaya
likuidasi Rp
7.500.000
7.500.000 0 0 (7.000.000) 3.000.000 (3.500.000)
Distribusi
defisit
sekutu (18.000.00)
yang
insolven
40/60 x
Rp3.000.00 2.000.000
0
20/60 x
1.000.000
3.000.000
7.500.000 0 0 (5.000.000) 0 (2.500.000)
Pembayan
unutk (7.500.000) 5.000.000 2.500.000
sekutu
Saldo
pasca
0 0 0 0 0 0
likuidasi, 31
Juli

Figur 16-5
Skedul Pembayaran Aman pada Para Sekutu dalam Likuidasi Bertahap

PERSEKUTUAN ABC
Skedul Pembayaran Aman Kepada Sekutu
Saldo Modal
Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Skedul 1, 31 Mei 20X5
Perhitungan Distribusi Kas yang
tersedia per 31 Mei 20X5
Saldo modal, 31 Mei, sebelum
(30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
distribusi
Asumsikan terjadi kerugian penuh
Rp.35.000.000 atas sisa asset
nonkas dan kemungkinan terjadinya 18.000.000 18.000.000 9.000.000
beban likuidasi di masa dating
Rp10.000
(12.000.000) 12.000.000 (3.000.000)
Asumsikan potensi defisit modal
Bayu harus ditanggung oleh Aldi (12.000.000)
dan Citra
40/60 Rp 12.000.000 8.000.000
20/60 Rp 12.000.000 4.000.000
Asumsikan defisit modal Citra harus
(4.000.000) 0 1.000.000
ditanggung oleh Aldi
Pembayaran aman kepada sekutu,
1.000.000 (1.000.000)
31 Mei
(3.000.000) 0 0
Skedul 2, 30 Juni 20X5
Perhitungan Distribusi Kas Yang
Trsedia per 30 Juni 20X5
Saldo modal, 30 Juni, sebelum
(21.000.000) 0 (9.000.000)
distribusi
Asumsikan terjadi kerugian penuh
Rp 5.000.000 atas sisa asset
nonkas dari kemungkinan terjadinya 6.000.000 6.000.000 3.000.000
beban likuidasi di masi dating
Rp.10.000.000
(15.000.000) 6.000.000 6.000.000
Asumsikan potensi defisit modal
Bayu harus ditanggung oleh Aldi (6.000.000)
dan Citra
40/60 x Rp 6.000.000 4.000.000
20/60 x Rp 6.000.000 2.000.000
Pembayan aman kepada sekutu, 30
(11.000.000) 0 (4.000.000)
Juni

Transaksi Selama Bulan Mei 20X5


Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan distribusi sebesar Rp.
5.000.000 kepada setiap sekutu.Prosedur yang digunakan untk menghasilkan jumlah ini
adalah sebagai berikut :
1. Penjualan asset yang bernilai Rp.55.000.000 menghasilkan kerugian sebesar
Rp.10.000.000 yang didistribusikan kepada ketiga sekutu berdasarkan rasio
pembagian laba dan rugi.
2. Pembayaran sebesar Rp.42.000.000 dilakukan kepada kreditur eksternal atas
kewajiban yang diketahui.
3. Kas yang tersedia didistribusikan pada tanggal 31 Mei 20X5.

Untuk menentukan pembayaran kas yang aman yang hendak dilakukan kepada para
sekutu pihak akuntan harus membuat beberapa asumsi mengenai likuidasi asset tersisa
dimasa depan.Dengan mengasumsikan situasi terburuk yang mungkin terjadi, sisa aset
yang bernilai Rp 35.000.000 akan menimbulkan kerugian total.Sebelum melakukan distribusi
kas kepada para sekutu, akuntan menyusun skedul pembayaran aman kepada para sekutu
dengan menggunakan asumsi kasus terburuk. Figur 16-5 menunjukkan skudul pembayaran
aman kepada para sekutu per tangal 31 Mei 20X5.
Skedul ini dimulai pada saldo modal dan pinjaman para sekutu per tanggal 31 Mei.
Skedul ini secara logika hanya menggunakan akun akun modal yang berasal dari
persamaan akuntansi : Aset – Kewajiban = Saldo modal sekutu. Jadi misalkan terjadi
kenaikan kewajiban yang mebuat asset neto berkurang, keseimbangan persamaan
akuntansi juga akan menghasilkan penurunan total modal para sekutu. Karena hanya akun
modal sekutu yang menjadi focus pembayaran kepada sekutu, tidak perlu memasukkan
atau merinci seluruh asset dan kewajiban ke dalam skedul pembayaran aman kepada para
sekutu. Skedul mencakup seluruh informasi yang diperlukan agar para sekutu mengetahui
beberapa besar kas yang akan mereka terima pada setiap tanggal distribusi kas.
Aldi,Citra dan Bayu bersepakat untuk menahan uang tunai sebesar Rp 10.000.000
untuk menutupi beban likuidasi yang mungkin timbul. Sebagai tambahan, asset nonkas
memiliki sisa saldo sebesar Rp 35.000.000 pada tanggal 31 Mei. Asumsi kasus terburuk
berupa kerugian total atas asset nonkas dan beban likuidasi sebesar Rp 10.000.000
menimbulkan total pembebanan sebesar Rp 45.000.000 yang harus didistribusikan terhadap
akun modal para sekutu. Akun modal Aldi,Bayu dan Citra dikenakan beban masing masing
sebesar Rp 18.000.000 , Rp 18.000.000 , Rp 9.000.000 untuk bagian dari kekurangan
sebesar Rp 45.000.000 tadi. Asumsi ini menghasilkan perkiraan defisit dalam akun modal
bayu.
Dengan melanjutkan perencanan kasus terburuk pihak akuntan mengasumsikan
bahwa Bayu tidak solven dan mendistribusikan perkiraan defisit dalam akun modal Bayu
kepada Aldi dan Citra sesuai rasio pembagian laba dan rugi yaitu 40:60 untuk Aldi dan 20:60
untuk Citra. Saldo kredit yang timbul mengindikasikan jumlah kas yang dengan aman dapat
didistribusikan kepada para sekutu. Pembagian kas pada tanggal 31 Mei ditunjukkan pada
figur 16-5. Kas yang tersedia sebesar Rp 3.000.000 didistribusikan kepada Aldi. Saldo akhir
seharusnya menunjukkan kesaman jumlah asset dan ekuitas pada persamaan akuntansi.
Jika kesamaan tidak berwujud, maka kemungkinan telah terjadi kesalahan yang harus
dikoreksi sebelum berlanjut pada langkah berikut. Pada tanggal 31 Mei setelah distribusi
bertahap dilakukan, persaman akuntasi akan menjadi :
Aset – Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Rp 45.000.000 – Rp 0 = Rp 45.000.000

Transaksi Selama Bulan Juni 20X5


Figur 16-4 berlanjut dengan transaksi untuk bulan Juni 20X5, yaitu sebagai berikut :
1. Aset nonkas sebesar Rp.30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan kerugian
sebesar Rp.15.000.000. Kerugian tersebut didistribusikan kepada para sekutu
menurut rasio pembagian laba dan rugi, yang menghasilkan saldo modal Bayu
sebesar nol.
2. Pada tanggal 30 Juni 20X5 kas yang tersedia didistribusikan kepada para sekutu
sebagai pembayaran bertahap.

Skedul pembayaran aman kepada para sekutu per tanggal 30 Juni 20X5 dengan
figur 16-5 menunjukkan bagaimana jumlah distribusi dihitung. Rencana kasus terburuk
mengasumsikan bahwa aset nonkas tersisa yang bernilai Rp 5.000.000 harus dihapuskan
menjadi kerugian dan bahwa kas dalam cadangan sebesar Rp 10.000.000 sepenuhnya
akan digunakan untuk beban likuidasi. Perkiraan kerugian sebesar Rp 15.000.000 ini
dialokasikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga
menimbulkan defisit sebesar Rp 6.000.000 dalam akun modal Bayu. Dengan melanjutkan
scenario kasus terburuk ini, diasumsikan bahwa Bayu tidak dapat menghilangkan saldo
debit dalam modal ini. Oleh karena itu, potensi defisit sebesar Rp 6.000.000 ini dialokasikan
kepada Aldi dan Citra menurut rasio pembagian laba dan rugi yang terjadi yaitu 40:60 untuk
Aldi dan 20:60 untuk Citra. Saldo kredit yang terjadi dalam akun modal para sekutu
menunjukkan jumlah aman kas yang akan didistribusikan. Hanya kas sebesar Rp
15.000.000 dari saldo kas yang tersedia yang akan didistribusikan kepada Aldi dan Citra
pada tanggal 30 Juni, sebagaimana diperlihatkan difigur 16-4.

Transaksi Selama Bulan Juli 20X5


Bagian terakhir figur 16-4 menunjukkan penyelesaian transaksi likuidasi selama bulan Juli
20X5.
1. Aset yang tersisa dijual sebesar nilai bukunya sebesar Rp.5.000.000.
2. Biaya likuidasi actual sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan dan dialokasikan kepada
para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi, sehingga menimbulkan
defisit sebesar Rp.3.000.000 dalam akun modal Bayu. Sisa sebesar Rp.2.500.000
dari cadangan Rp.10.000.000 untuk beban dikeluarkan agar dapat didistribusikan
kepada para sekutu.
3. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak dapat memberikan kontribusi
kepada persekutuan, maka defisit sebesar Rp.3.000.000 tersebut didistribusikan
kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi.
4. Sisa kas sebesar Rp.7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menurut saldo
modal masing masing. Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akun akan menjadi
nol, yang mengindikasi penyesuaian proses likuidasi.

RENCANA DISTRIBUSI
Pada awal proses likuidasi, adalah umum bagi para akuntan untuk menyusun
rencana distribusi kas, yang memberikan gambaran kepada para sekutu mengenai
pembayaran kas bertahap yang akan diterima oleh masing-masing pada saat telah tersedia
kas dalam persekutuan. Distribusi bertahap aktual ditentukan dengan menggunakan laporan
realisasi dan likuidasi, yang dilengkapi dengan skedul pembayaran aman kepada para
sekutu sebagaimana yang ditunjukan pada bagian akhir bab ini. Rencana distribusi kas
merupakan proyeksi pro forma penggunaan kas, apabila telah tersedia uang tunai.

Kemampuan Menanggung Kerugian


Konsep dasar rencana distribusi kas pada awal proses likuidasi adalah kemampuan
menanggung kerugian (loss absortion power – LAP). LAP seorang sekutu diartikan sebagai
kerugian maksimum yang dapat terjadi dalam persekutuan sebelum saldo akun modal dan
pinjaman sekutu dilunasi.
Kemampuan menanggung kerugian merupakan fungsi dari dua elemen, yaitu :

Saldo akun modal sekutu


LAP =
Bagian laba dan rugi sekutu

Sebagai contoh, pada 1 mei 20x5 Aldi memiliki saldo kredit akun modal sebesar
Rp.34.000.000 dan 40 persen dari bagian laba dan rugi persekutuan ABC LAP Aldi adalah :

Rp.34.000.000
LAP = = Rp.85.000.000
0,40

Ini berarti bahwa kerugian dalam penghapusan asset nonkas atau beban likuidasi
tambahan sebesar Rp.85.000.000 akan menghapuskan saldo kredit dalam akun modal aldi
dengan perhitungan sebagai berikut.
Rp.85.000.000 X 0,40 = Rp.34.000.000

Ilustrasi rencana distribusi kas


Ilustrasi berikut ini didasarkan pada contoh persekutuan ABC. Neraca saldo akun-akun
neraca persekutuan ABC pada tanggal 1 mei 20X5, yaitu hari saat para sekutu memutuskan
melikuidasi usaha, disajikan sebagai berikut :

Persekutuan ABC
Neraca Saldo
1 Mei 20X5
Kas RP. 10.000.000
Aset non kas 90.000.000
Kewajiban RP.42.000.000
Modal,Aldi (40%) 34.000.000
Modal, Bayu (40%) 10.000.000
Modal,Citra (20%) 14.000.000
Total RP.100.000.000 RP.100.000.000

Para sekutu meminta rencana distribusi kas per tanggal 1 Mei 20X5, untuk menentukan
distribusi pada saat kas tersedia selama proses likuidasi. Rencana seperti itu selalu
memberikan pembayaran kreditur eksternal sebelum distribusi dapat dilakukan kepada para
sekutu. Figur16-6 menunjukkan rencana distribusi kas per tanggal 1Mei, yang merupakan
tanggal awal proses likuidasi.
Pengamatan penting dari contoh tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan menanggung kerugian masing-masing sekutu dihitung ketika saldo
modal sebelum likuidasi dibagi dengan presentase pembagian rugi para sekutu. Aldi
memiliki LAP tertingi (85.000.000), Citra memiliki angka tertinggi berikutnya
(Rp.70.000.000) dan Bayu memiliki angka terendah (Rp.25.000.000). LAP masing –
masing sekutu merupakan jumlah kerugian yang akan menghapuskan secara total
saldo kredit modal netonya. Aldi adalah sekutu yang paling tidak rentan untuk
mengalami kerugian dan bayu adalah yang paling rentan terhadap kerugian.

2. Sekutu yang paling tidak rentan akan menjadi yang pertama untuk menerima
pembayaran tunai setelah pembayaran kepada para kreditur. Aldi akan menjadi satu-
satunya sekutu yang menerima kas hingga LAP menurun ke tingkat sekutu tertinggi
berikutnya, yaitu Citra. Untuk menurunkan LAP Aldi sebesar Rp.15.000.000
membutuhkan pembayaran sebesar Rp.6.000.000 (Rp.15.000.000 X 0,40) kepada
Aldi. Setelah pembayaran sebesar Rp.6.000.000 kepada Aldi, kemampuan
menanggug kerugian yang baru akan sama dengan Citra, yang dihitung dengan
saldo modal Aldi yang tersisa sebesar Rp.28.000.000 dibagi dengan presentase
pembagian laba dan rugi sebesar 40 persen (Rp.28.000.000/ 0,40 = Rp.70.000.000)

3. LAP aldi dan Citra sekarang akan seimbang dan mereka menerima distribusi kas
hingga LAP masing-masing menurun ke tingkat tertinggi berikutnya, yaitu sebesar
Rp.25.000.000 sebagaimana LAP Bayu. Mengalikan LAP Rp.45.000.000
(Rp.70.000.000 – Rp.25.000.000) dengan rasio pembagian rugi kedua sekutu
menunjukkan berapa banyak kas berikutnya yang tersedia agar dapat dibayarkan
dengan aman kepada masig-masing sekutu. Aldi dan citra akan menerima distribusi
kas sesuai dengan rasio pembagian ruginya. Dengan tersedianya kas sebesar
Rp.27.000.000, maka yang akan didistribusikan kepada aldi dan citra masing-masing
adalah menurut 40:60 untuk aldi dan 20:60 untuk Citra.

4. Akhirnya pada saat ketiga sekutu tersebut memiliki LAP yang sama, maka sis akas
yang tersedia akan didstribusikan menurut rasio pembagian rugi masing-masing
sekutu.

Figur 16-6
Persekutuan ABC
Rencana Distribusi Kas
1 Mei 20X5
Kemampuan Menanggung Kerugian Akun Modal
Aldi Bayu Citra Aldi Bayu Citra
Persentase
pembagian 40% 40% 20%
rugi
Saldo akun
modal dan
pinjaman
(34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
sebelum
likuidasi, 1
Mei 20X5
Kemampuan
menenggung
kerugian
(85.000.000) (25.000.000) (70.000.000)
(LAP) (Akun
modal / rasio
rugi)
Menurunkan
Aldi sebesar
Rp.15.000.00
0 (distribusi 15.000.000
6.000.000
kas:
Rp.15.000.00
0 x 0,40 =
Rp.6.000.000
(70.000.000) (25.000.000) (70.000.000) (28.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
Penurunan
LAP tertinggi
berikutnya:
Menurunkan
Aldi Sebesar
Rp.45.000.00 45.000.000 18.000.000
0 ( distribusi
kas:
Rp.45.000.00
0 x 0.40 = Rp
18.000.000)
Menurunkan
Citra sebesar
Rp
45.000.000
(distribusi 45.000.000 9.000.000
Kas: Rp
45.000.000 x
0,20 = Rp
9.000.000)
(25.000.000) (25.000.000) (25.000.000) (10.000.000) (10.000.000) (5.000.000)
Penurunan
LAP dengan
mendistribusi
kan kas
sesuai 40% 40% 20%
dengan
persentase
pembagian
laba dan rugi
Ringkasan Rencana Distribusi Kas
Langkah 1: Pertama sebesar Rp 42.000.000
kepada kreditur eksternal
Langkah 2: berikutnya sebesar Rp 10.000.000
untuk beban likuidasi
Langkah 3: berikutnya sebesar Rp 6.000.000 untuk
6.000.000
Aldi
Langkah 4: berikutnya sebesar Rp 45.000.000
untuk Aldi dan Citra sesuai dengan ratio 18.000.000 9.000.000
pembagian laba dan rugi masing – masing sekutu
Langkah 5: distribusi tambahan sesuia dengan
40% 40% 20%
rasio laba dan rugi masing – masing sekutu

Konfirmasi Rencana Distribusi Kas


PERSEKUTUAN ABC
Saldo Akun Modal
1 Mei 20X5 sampai dengan 31 Juli 20X5
Saldo Modal
Aldi (40%) Bayu (40%) Citra (20%)
Saldo modal, 31 Mei, sebelum
(34.000.000) (10.000.000) (14.000.000)
distribusi
Kerugian bulan Mei sebesar
4.000.000 4.000.000 2.000.000
Rp.10.000.000 atas penghapusan aset
(30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Distribusi kas yang tersedia sebesar 3.000.000
Rp 3.000.000 untuk para sekutu
tanggal 31 Mei Rp 3000.000 pertama
(dari Rp 6.000.000 prioritas untuk Aldi)
(27.000.000) (6.000.000) (12.000.000)
Kerugian bulan Juni sebesar
Rp.15.000.000 atas penghapusan 6.000.000 6.000.000 3.000.000
asset
(21.000.000) 0 (9.000.000)
Distibusi kas yang tersedia sebesar
Rp.15.000.000 untuk para sekutu
tanggal 30 Juni Rp 3.000.000
3.000.000
berikutnya (untuk menyelesaikan
Rp.6.000.000 prioritas untuk Aldi) sisa
Rp 12.000.000
40/60 untuk Aldi 8.000.000
20/60 untuk Citra 4.000.000
(10.000.000) 0 (5.000.000)
Biaya likuidasi Rp 7.500.000 3.000.000 3.000.000 1.500.000
(7.000.000) 3.000.000 3.500.000
Distribusi defisit aktual Bayu 2.000.000 (3.000.000) 1.000.000
(5.000.000) 0 (2.500.000)
Pembayaran final Rp 7.500.000 ke
para sekutu pada 31 Juli 20X5:
40/60 untuk Aldi 5.000.000
20/60 untuk Citra 2.500.000
Saldo pascalikuidasi, 31 Juli 0 0 0

PENGUBAHAN PERSEKUTUAN MENJADI PERSEKUTUAN


Seiring dengan perkembangan persekutuan, para sekutu dapat memutuskan untuk
mengubah bentuk usaha menjadi perseroan agar dapat memperoleh akses pendanaan
ekuitas tambahan, membatasi tanggung jawab pribadi, mendapatkan keuntungan pajak
tertentu atau untuk mencapai tujuan usaha lain yang cukup berat. Pada saat pembentukan
perseroan, persekutuan dihentikan, sedangkan asset dan kewajibannya direvaluasi menjadi
sebesar nilai pasar. Keuntungan atau kerugian revaluasi yang timbul dialokasikan kepada
akun modal para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi.
Modal saham dalam perseroan yang baru kemudian didistribusikan secara
proporsional pada akun modal para sekutu. Entitas bisnis terpisah persekutuan harus
menutup catatan akuntansinya dan perseroan, sebagai entitas baru, harus membuka
catatan akuntansi yang baru untuk mencatat penerbitan modal saham ke para sekutu
persekutuan sebelumnya.
Neraca saldo persekutuan ABC pada tanggal 1 Mei 20X5, sebagaimana yang
ditunjukan sebelumnya, digunakan untuk mengilustrasikan pengubahan persekutuan
menjadi perseroan. Misalkan para sekutu bersepakat untuk mengubah persekutuan menjadi
perseroan, dan bukan melakukan likuidasi sebagaimana yang dijelaskan dalam bab ini.
Perseroan yang baru disebut sebagai PT Induk. Pada saat pengubahan dari
persekutuan menjadi perseroan, seluruh asset dan kewajiban harus diperiksa dan dinilai
berdasarkan nilai pasar. Keuntungan atau kerugian yang timbul harus didistribusikan kepada
para sekutu sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi masing-masing sekutu. Misalkan,
asset nonkas memiliki nilai pasar sebesar Rp.80.000.000 kerugian nilai pasr sebesar
Rp.10.000.000 dialokasikan ke dalam akun modal para sekutu sebelum pembentukan
perseroan, sebagai berikut

(4) Modal Aldi 4.000.000


Modal Bayu 4.000.000
Modal Citra 2.000.000
Aset Nonkas 10.000.000

Mengakui kerugian akibat pengurangan asset menjadi nilai pasar


Tentu saja dalam praktiknya, akun asset tertentulah yang akan digunakan, bukan klasifikasi
umum seperti asset nonkas. Keuntungan atas revaluasi asset juga dapat terjadi jika sebuah
persekutuan yang sukses memilih untuk berubah menjadi perseroan.
Asset neto persekutuan mempunya nilai wajar Rp.48.000.000 (Rp.90.000.000 aset
dikurangi Rp.42.000.000 kewajiban). Perseroan menerbitkan 4.600 lembar saham biasa
dengan nilai par Rp.1.000 per lembar untuk ditukar dengan asset dan kewajiban
persekutuan ABC.ayat jurnal yang dibuat PT induk untuk memperoleh asset dan kewajiban
persekutuan yang ditukar dengan penerbitan 4.600 lembar saham sebagai berikut.

(5) Kas 10.000.000


Aset Nonkas 80.000.000
Kewajiban 42.000.000
Saham Biasa 4.600.000
Tambahan Modal disetor – Agio 43.400.000
Penerbitan saham untuk asset dan kewajiban persekutuan

Para sekutu membuat ayat jurnal berikut ini pada buku persekutuan :

(6) Investasi dalam Saham PT induk 48.000.000


Kewajiban 42.000.000
Kas 10.000.000
Aset Nonkas 80.000.000
Penerimaan saham PT induk untuk asset neto persekutuan

Ingatlah kembali bahwa asset nonkas telah dikurangi nilainya sehingga menjadi nilai wajar
dalam ayat jurnal final adalah sebagai berikut.

(7) Modal Aldi 30.000.000


Modal Bayu 6.000.000
Modal Citra 12.000.000
Investasi Pada Saham PT Induk 48.000.000

Anda mungkin juga menyukai