Anda di halaman 1dari 16

2.

LIKUIDASI PERSEKUTUAN

Pendahuluan

Pembubaran suatu persekutuan merupakan perubahan hubungan antara sekutu yang


mengakhiri persekutuan sebagai suatu entitas legal. Bagian ini membahas mengenai
situasi di mana perjanjian persekutuan diakhiri dan kegiatan usahanya juga
dihentikan. Umumnya,proses likuidasi persekutuan meliputi hal–hal berikut: (1)
mengubah aktiva bukan kas menjadi kas, (2) mengakui laba dan rugi dan biaya
likuidasi yang terjadi selama masa likuidasi, (3) melunasi seluruh kewajiban
persekutuan, dan (4) mendistribusikan dana kepada para sekutu sesuai dengan saldo
akhir modal mereka

Biasanya, proses likuidasi persekutuan menggunakan asumsi sebagai berikut:


1. Persekutuan dalam kondisi sanggup melakukan pembayaran (yaitu, aktiva
persekutuan melebihi kewajiban persekutuan),
2. Semua sekutu memiliki bagian dalam aktiva bersih persekutuan,
3. Tidak ada saldo pinjaman kepada sekutu yang masih belum dilunasi,
4. Seluruh aktiva dikonversi menjadi kas sebelum ada dana yang didistribusikan
kepada sekutu,

Namun demikian, seiring dengan dilonggarkannya asumsi-asumsi diatas, proses


likuidasi menjadi lebih rumit sehingga cakupan dari pokok bahasan ini meliputi
proses likuidasi sederhana untuk persekutuan yang sanggup melakukan pembayaran
(solvent) dan berlanjut ke likuidasi bertahap dan likuidasi pada persekutuan yang tidak
sanggup melakukan pembayaran (insolvent)

Tujuan pembelajaran dari pokok bahasan ini adalah agar mahasiswa dapat (1)
menjelaskan prosedur likuidasi dari suatu persekutuan, (2) mencatat semua transaksi
yang berkaitan dengan proses likuidasi dari suatu persekutuan, dan (3) menyusun
laporan likuidasi persekutuan.

2.1 Likuidasi Persekutuan Sederhana


Likuidasi persekutuan yang sederhana merupakan pengubahan seluruh aktiva
persekutuan menjadi kas dengan sekali distribusi dana kepada para sekutu dalam
penyelesaian akhir urusan persekutuan. Untuk mengilustrasikan likuidasi sederhana,
asumsikan bahwa Laporan Keuangan Persekutuan Membramo per 31 Desember 2010
adalah sebagai berikut (saldo dalam ribuan):

PERSEKUTUAN MEMBRAMO
NERACA (31 DESEMBER 2010)
Aktiva (dalam Rupiah) Kewajiban dan Ekuitas (dalam Rupiah)
Kas 10.000.000 Utang Usaha 40.000.000
Piutang Usaha – bersih 30.000.000 Pinjaman dari Abimanyu 10.000.000
Persediaan 30.000.000 Modal Sekutu Abimanyu 25.000.000
Aktiva Tetap – bersih 40.000.000 Modal Sekutu Anggito 35.000.000
110.000.00
  0   110.000.000

Informasi tambahan berkaitan dengan proses likuidasi Persekutuan Membramo adalah


Anggito dan Abimanyu membagi laba ruginya masing-masing 70% dan 30% dan
mereka sepakat melakukan likuidasi setelah tanggal 1 Januari 2011. Semua aktiva
persekutuan telah dijual pada tanggal 5 Januari 2011. Persediaan dijual seharga
Rp.25.000.000,- aktiva tetap seharga Rp.30.000.000,- dan kas yang diperoleh dari
penagihan piutang sebesar Rp.22.000.000,-

Dengan selesainya penjualan aktiva dan penagihan piutang, maka Persekutuan


Membramo membuat jurnal dan menyajikan neraca sebagai berikut:

Ayat Jurnal untuk Mencatat Likuidasi


Rp25.000.00
Kas (+A) 0  
Modal Abimanyu (-E) Rp3.500.000  
Modal Anggito (-E) Rp1.500.000  
Persediaan (-A)   Rp30.000.000
Mencatat penjualan persediaan senilai Rp.25.000.000,- dan
alokasi kerugian Rp.5.000.000,- ke sekutu 70% : 30%.
     
Rp30.000.00
Kas (+A) 0  
Modal Abimanyu (-E) Rp7.000.000  
Modal Anggito (-E) Rp3.000.000  
Aktiva tetap - bersih (-A)   Rp40.000.000
Mencatat penjualan aktiva tetap senilai Rp.30.000.000,- dan
alokasi kerugian Rp.10.000.000,- ke sekutu 70% : 30%.
     
Rp22.000.00
Kas (+A) 0  
Modal Abimanyu (-E) Rp5.600.000  
Modal Anggito (-E) Rp2.400.000  
Piutang Usaha - Bersih (-A)   Rp30.000.000
Mencatat penagihan piutang senilai Rp.22.000.000,- dan
menghapus sisa piutang senilai Rp.8.000.000,-

Adapun laporan keuangan yang disusun oleh Persekutuan Membramo setelah


penjualan aktiva adalah sebagai berikut:

PERSEKUTUAN MEMBRAMO
NERACA (5 Januari 2010 - Setelah Penjualan Aktiva)
Aktiva (dalam Rupiah) Kewajiban dan Ekuitas (dalam Rupiah)
87.000.00
Kas 0 Utang Usaha 40.000.000
    Pinjaman dari Abimanyu 10.000.000
    Modal Sekutu Abimanyu 8.900.000
    Modal Sekutu Anggito 28.100.000
87.000.00
  0   87.000.000

Setelah proses penjualan aktiva selesai selanjutnya Persekutuan Membramo


melakukan pelunasan kewajiban kepada pihak lain maupun kepada sekutu. Adapun
jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi diatas adalah sebagai berikut:

Ayat Jurnal untuk Mencatat Pembayaran Hutang


Utang Usaha (-L) Rp40.000.000  
Kas (-A)   Rp40.000.000
Mencatat pelunasan kewajiban kepada non sekutu
     
Pinjaman dari Abimanyu (-L) Rp10.000.000  
Kas (-A)   Rp10.000.000
Mencatat pelunasan hutang persekutuan kepada Abimanyu

Proses terakhir dari likuidasi persekutuan adalah distribusi kas kepada para sekutu
sesuai dengan proporsi pembagian laba yang telah mereka sepakati sebelumnya.
Dengan selesainya pendistribusian kas, maka selesailah proses likuidasi di
Persekutuan Membramo. Adapun jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi
pendistribusian ka situ adalah sebagai berikut:
Ayat Jurnal untuk Mencatat Pendistribusian Kas
Modal Abimanyu (-E) Rp8.900.000  
Modal Anggito (-E) Rp28.100.000  
Kas (-A)   Rp37.000.000
Mencatat pendistribusian kas kepada para sekutu

Selain jurnal, berikut adalah laporan likuidasi persekutuan yang menunjukan mutasi
dari aktiva dan kewajiban serta pelunasan kewajiban dan distribusi kas ke sekutu.
Laporan likuidasi itu adalah:

PERSEKUTUAN MEMBRAMO
Laporan Likuidasi Persekutuan (dalam Rupiah)
Periode: 1 Januari - 31 Januari 2010
Aktiva Non Prioritas Pinjaman Modal Modal
  Kas
Kas Kewajiban Abimanyu Abimanyu Anggito
Saldo 1
Januari
2010 10.000.000 100.000.000 40.000.000 10.000.000 25.000.000 35.000.000
Penjualan
Persediaa (30.000.000 (3.500.000
n 25.000.000 )     ) (1.500.000)

  35.000.000 70.000.000 40.000.000 10.000.000 21.500.000 33.500.000


Penjualan
Aktiva (40.000.000 (7.000.000
Tetap 30.000.000 )     ) (3.000.000)

  65.000.000 30.000.000 40.000.000 10.000.000 14.500.000 30.500.000

Penagihan (30.000.000 (5.600.000


Piutang 22.000.000 )     ) (2.400.000)

  87.000.000 - 40.000.000 10.000.000 8.900.000 28.100.a000

Pelunasan (40.000.000 (40.000.000


Utang )   )      

  47.000.000 - - 10.000.000 8.900.000 28.100.000


Pelunasan
Pinjaman (10.000.000 (10.000.000
Abimanyu )     )    

  37.000.000 - - - 8.900.000 28.100.000


Distribusi
Kas ke (37.000.000 (8.900.000 (28.100.000
Sekutu )       ) )
  - - - - - -
2.2 Saldo Modal Debit Dalam Persekutuan Yang Sanggup Melakukan
Pembayaran (Solvent)

Dalam melikuidasi persekutuan yang sanggup melakukan pembayaran, maka terdapat


sumber daya yang cukup untuk membayar kreditor dan mendistribusikan uang kepada
para sekutu. Namun, proses likuidasi bisa saja menimbulkan kerugian yang membuat
saldo beberapa sekutu menjadi saldo debit. Bila hal ini terjadi, sekutu yang saldo
modalnya debit mempunyai kewajiban kepada sekutu yang saldo modalnya kredit,
dan mereka dapat diharuskan untuk menggunakan harta pribadi untuk melunasi
kewajiban persekutuan mereka. Apabila sekutu dengan saldo debit tersebut tidak
memiliki harta pribadi, maka sekutu dengan saldo kredit harus menanggung kerugian
sebesar saldo debit tersebut. Kerugian ini akan dibagi dengan menggunakan rasio
pembagian laba rugi dari sekutu yang memiliki saldo kredit.

Asumsikan bahwa persekutuan Jamal, Jihan, dan Joenafri (porsi pembagian laba =
40%, 40%, dan 20%) sedang berada dalam proses likuidasi dan berikut adalah saldo
akun persekutuan setelah seluruh aktiva telah dikonversikan menjadi kas dan seluruh
kewajiban telah dilunasi:

PERSEKUTUAN JAMAL, JIHAN & JOENAFRI


NERACA (Setelah Penjualan Aktiva)
Aktiva (dalam Rupiah) Kewajiban dan Ekuitas (dalam Rupiah)
Kas 25.000.000 Modal Jamal (3.000.000)
    Modal Jihan 16.000.000
    Modal Joenafri 12.000.000
  25.000.000   25.000.000

Jika Jamal mampu membayar dari harta pribadinya, dia harus membayar
Rp.3.000.000,- kepada persekutuan untuk menghapuskan saldo debit pada akun
modalnya. Pembayaran Rp.3.000.000,- tersebut akan meningkatkan kas persekutuan
menjadi Rp.28.000.000,- yang kemudian dapat didistribusikan kepada Jihan dan
Joenafri dalam likuidasi akhir persekutuan.
Jika Jamal tidak mampu menutup saldo debit pada akun modalnya, saldo debitnya itu
menunjukkan kerugian sebesar Rp.3.000.000,- yang akan dibayarkan kepada Jihan
dan Joenafri menurut rasio pembagian laba rugi mereka. Bagian Jihan atas kerugian
tersebut adalah Rp.2.000.000,- Rp.3.000.000,- x 0,4/0,6), dan bagian Joenafri adalah
Rp.1.000.000,- (Rp.3.000.000,- x 0,2/0,6). Dalam keadaan demikian, Rp.25.000.000,-
akan didistribusikan sebesar Rp.14.000.000,- kepada Jihan dan Rp.11.000.000,-
kepada Joenafri, dan bisnis persekutuan tersebut diakhiri.

Walaupun aturan perundangan mengatur prioritas pembayaran yang lebih tinggi


kepada sekutu selain pembayaran modal dan laba, prioritas ini bisanya diabaikan dan
doktrin hokum “hak saling hapus” diterapkan jika sekutu memiliki saldo modal debit.
Jika demikian, jumlah yang terutang kepada sekutu akan menghapus sebesar saldo
debit pada akun modal.

Misalkan Persekutuan Jamal, Jihan, dan Joenafri (porsi pembagian laba = 40%, 40%,
dan 20%) mempunyai saldo akun sebagai berikut:

PERSEKUTUAN JAMAL, JIHAN & JOENAFRI


NERACA (Setelah Penjualan Aktiva)
Aktiva (dalam Rupiah) Kewajiban dan Ekuitas (dalam Rupiah)
25.000.00
Kas 0 Pinjaman dari Jamal 5.000.000
(8.000.000
    Modal Jamal )
    Modal Jihan 16.000.000
    Modal Joenafri 12.000.000
25.000.00
  0   25.000.000

Menurut aturan saling hapus, pinjaman dari Jamal tersebut tidak akan dibayar
walaupun prioritasnya lebih tinggi dalam likuidasi dibandingkan bagian modal Jihan
dan Joenafri. Sebaliknya, pinjaman tersebut akan dihapuskan terhadap saldo debit
pada akun modal Jamal, sehingga Jamal memiliki kewajiban Rp.3.000.000,- kepada
Jihan dan Joenafri. Jika Jamal mampu membayar dari harta pribadinya, dia membayar
$3.000 ke persekutuan sehingga Jihan dan Joenafri dapat menerima jumlah sesuai
dengan akun modal mereka dalam likuidasi akhir.
Namun, jika Jamal tidak mampu, situasi akan berubah. Dalam kondisi demikian,
kreditor pribadi Jamal memiliki klaim terlebih dahulu terhadap uang yang dibayarkan
kepada Jamal karena kreditor pribadi mempunyai klaim terlebih dulu terhadap harta
pribadi. Dengan aturan saling hapus. Kas Rp.25.000.000,- akan dibayarkan sebesar
Rp.14.000.000,- kepada Jihan dan Rp.11.000.000,- kepada Joenafri.
Jika aturan saling hapus tidak diterapkan dan saldo pinjaman sebesar Rp.5.000.000,-
tersebut dibayarkan langsung kepada Jamal, maka kreditor pribadinya akan dibayar
sejumlah klaim mereka hingga sebatas jumlah Rp.5.000.000,- sehingga kas akan
tersisa kurang dari Rp.25.000.000,- untuk didistribusikan kepada Jihan dan Joenafri.
Jika seluruh Rp.5.000.000,- tersebut dibayarkan kepada kreditor Jamal, maka akan
tersisa Rp.20.000.000,- saja untuk didistribusikan kepada Jihan dan Joenafri.

Karena kurangnya bakti bahwa aturan saling hapus demikian diterima secara umum
oleh pengadilan, direkomendasikan agar aturan tersebut tidak diterapkan tanpa adanya
kesepakatan dari para sekutu apabila seorang sekutu-kreditor secara pribadi tidak
sanggup melakukan pembayaran. Setelah pembubaran dan kewajiban memenuhi hak
kreditor, sekutu bisa menyepakati distribusi aset dalam bentuk yang berbeda dengan
yang diatur dalam undang–undang.

2.3 Pembayaran Terjamin Kepada Sekutu

Pada umumnya, proses likuidasi suatu usaha membutuhkan waktu yang tidak
sebentar, dan dana akan tersedia untuk distribusi kepada sekutu setelah seluruh
kewajiban dibayar, namun sebelum aktiva bukan kas dikonversi menjadi kas. Jika
para sekutu memutuskan untuk mendistribusikan dana yang tersedia sebelum seluruh
aktiva bukan kas terjual (dan sebelum seluruh keuangan dan kerugian diakui), timbul
pertanyaan berapakah dana yang dapat didistribusikan dengan aman kepada masing–
masing sekutu.

Pembayaran terjamin (safe payment) adalah distribusi dana yang dapat dilakukan
kepada sekutu dengan jaminan bahwa jumlah yang didistribusikan tidak akan diminta
untuk dikembalikan kepada persekutuan beberapa lama kemudian untuk menanggung
kewajiban yang ada atau untuk penyesuaian terhadap saldo modal sekutu.
Perhitungan pembayaran terjamin didasarkan pada asumsi berikut: (1) semua sekutu
dalam kondisi tidak sanggup melakukan pembayaran (artinya, para sekutu tidak
mampu membayar kepada persekutuan), dan (2) aktiva bukan kas mencerminkan
kemungkinan kerugian (artinya, aktiva bukan kas sepatutnya dianggap kerugian
dalam rangka menentukan pembayaran terjamin). Lagi pula, saat menghitung
pembayaran terjamin, persekutuan mungkin menahan sejumlah dana tertentu untuk
membayar biaya likuidasi, kewajiban yang tidak tercatat, dan kontijensi umum.
Jumlah dana yang ditahan merupakan kerugian kontijen bagi para sekutu dan
dianggap sebagai kerugian dalam rangka menentukan pembayaran terjamin.

Penerapan Daftar Pembayaran Terjamin. Asumsikan bahwa Persekutuan


Manorian yang dibentuk oleh Burhan, Maryam, dan Naila yang sedang berada dalam
proses likuidasi dan saldo akun–akunnya adalah sebagai berikut:

PERSEKUTUAN MANORIAN
NERACA (Dalam Proses Likuidasi)
Aktiva (dalam Rupiah) Kewajiban dan Ekuitas (dalam Rupiah)
Kas 80.000.000 Pinjaman dari Naila 20.000.000
Pinjaman pada Maryam 10.000.000 Modal Burhan (50%) 50.000.000
Tanah 20.000.000 Modal Maryam (30%) 70.000.000
Bangunan – bersih 140.000.000 Modal Naila (20%) 110.000.000
  250.000.000   250.000.000

Informasi tambahan bahwa seluruh kewajiban selain yang untuk sekutu telah dilunasi,
dan sekutu memperkirakan penjualan tanah dan bangunan akan memakan waktu
beberapa bulan. Karena itu, mereka sepakat bahwa seluruh kas yang telah tersedia
selain Rp.10.000.000,- untuk membayar biaya–biaya dan kontijensi harus segera
didistribusikan. Berdasarkan informasi tersebut, daftar pembayaran terjamin perlu
dibuat untuk menentukan jumlah uang yang dapat didistribusikan dengan aman
kepada masing–masing sekutu.

Daftar pembayaran terjamin diawali dengan ekuitas masing–masing sekutu di baris


paling atas. Ekuitas sekutu tersebut ditentukan dengan menggabungkan saldo modal
dan pinjaman untuk masing–masing sekutu. Kemungkinan kerugian dialokasikan
kepada para sekutu menurut rasio pembagian laba rugi usaha dan dikurangkan dari
saldo ekuitas sekutu dalam daftar pembayaran terjamin dengan cara yang sama
dengan pengurangan kerugian yang sebenarnya.

Kemungkinan kerugian termasuk nilai buku tanah dan bangunan (satu –satunya aktiva
bukan kas) sebesar Rp.160.000.000,- dan kas yang disisihkan sebesar Rp.10.000.000,-
untuk kontinjensi. Setelah kemungkinan kerugian dikurangkan dari ekuitas masing–
masing sekutu untuk tujuan perhitungan pembayaran terjamin, beberapa sekutu
mungkin menunjukan saldo ekuitas yang negatif. Jika demikian, saldo negatif tersebut
harus dialokasikan kepada sekutu yang memiliki saldo ekuitas positif menurut rasio
pembagian laba rugi mereka. Alokasi dalam daftar tersebut berlanjut hingga tidak ada
sekutu yang menunjukan saldo ekuitas negatif. Pada titik ini, saldo yang ditunjukkan
sekutu yang memiliki saldo ekuitas akan sama dengan kas yang tersedia untuk
distribusi.

Dari ilustrasi yang ditsajikan dalam Daftar Pembayaran Terjamin, alokasi berlanjut
hingga ekuitas Naila menunjukan saldo sebesar Rp.70.000.000,- dan ekuitas Burhan
dan Maryam sebesar nol. Jadi angka Rp.70.000.000,- tersebut dapat didistribusikan
kepada Naila dengan aman, namun tidak ada yang dapat didistribusikan kepada
Burhan dan Maryam dengan jaminan tidak akan diminta kembali.

PERSEKUTUAN MANORIAN
Daftar Pembayaran Terjamin (dalam Rupiah)
Kemungkinan Modal
  Modal Maryam Modal Naila
Kerugian Burhan
Ekuitas Sekutu 50.000.000 60.000.000 130.000.000
Kemungkinan
Rugi: Nilai buku
160.000.000 (80.000.000) (48.000.000) (32.000.000)
tanah dan
bangunan
  (30.000.000) 12.000.000 98.000.000
Kemungkinan
Rugi: Dana 10.000.000 (5.000.000) (3.000.000) (2.000.000)
Kontinjensi
  (35.000.000) 9.000.000 96.000.000
Kemungkinan
Rugi: Sekutu 35.000.000 (21.000.000) (14.000.000)
Burhan
  - (12.000.000) 82.000.000
Kemungkinan
12.000.000 (12.000.000)
Rugi: Sekutu
Maryam
  - 70.000.000

Perhatikan bahwa daftar pembayaran terjamin digunakan hanya untuk menentukan


jumlah awal yang akan didistribusikan. Daftar pembayaran terjamin tidak
mempengaruhi saldo akun atau laporan likuidasi persekutuan. Kas sebenarnya yang
didistribusikan kepada Naila dicatat dengan cara biasanya, di mana saldo pinjaman
dari Naila dikurangi hingga nol sebelum dibebankan pada akun modalnya. Adapun
ayat jurnal atas pendistribusian kas kepada sekutu Naila adalah sebagai berikut:

Pinjaman dari Naila (-L) Rp20.000.000  


Modal Naila (-E) Rp50.000.000  
Kas (-A)   Rp70.000.000

Setelah jurnal tersebut dicatat, saldo akun modal dari Persekutuan Manorian adalah
sebagai berikut:

PERSEKUTUAN MANORIAN
NERACA
Aktiva (dalam Rupiah) Kewajiban dan Ekuitas (dalam Rupiah)
Kas 10.000.000 Modal Burhan (50%) 50.000.000
Pinjaman pada Maryam 10.000.000 Modal Maryam (30%) 70.000.000
Tanah 20.000.000 Modal Naila (20%) 60.000.000
Bangunan - bersih 140.000.000    
  180.000.000   180.000.000

Pinjaman persekutuan kepada Maryam dapat dibebankan ke saldo modal Maryam


kapan saja, tergantung persetujuan para sekutu. Perhatikan bahwa pinjaman kepada
Maryam sebesar Rp.10.000.000,- tidak mempengaruhi penentuan pembayaran
terjamin karena perhitungan didasarkan pada ekuitas dan bukannya saldo modal.
Umumnya, pinjaman persekutuan kepada sekutu dapat dibebankan terhadap saldo
modal sekutu tersebut pada awal proses likuidasi.

2.4 Likuidasi Bertahap

Likuidasi bertahap meliputi distribusi dana kepada sekutu saat tersebut dana tersebut
tersedia selama masa likuidasi dan sebelum seluruh keuntungan dan kerugian
likuidasi direalisasikan. Alternatif lain adalah likuidasi sederhana, di mana tidak ada
dana yang didistribusikan kepada sekutu hingga seluruh keuntungan dan kerugian
likuidasi direalisasi dan dicerminkan dalam saldo modal sekutu.

Likuidasi yang tertib pada persekutuan yang memiliki kesanggupan membayar dapat
dilakukan dengan pendistribusian dana yang tersedia secara teratur hingga seluruh
aktiva bukan kas dikonversi menjadi kas. Tentunya kewajiban selain yang terutang
kepada sekutu harus dibayar sebelum dilakukan distribusi kepada sekutu.

Begitu dana tersedia untuk distribusi kepada sekutu, jumlah yang akan didistribusikan
kepada tiap sekutu dapat ditentukan melalui persiapan daftar pembayaran terjamin
untuk tiap distribusi bertahap. Namun, daftar pembayaran terjamin tidak diperlukan,
apabila akun modal pada awal proses likuidasi berada pada posisi rasio pembagian
laba rugi sekutu yang terkait dan tidak ada saldo pinjaman atau uang muka dengan
para sekutu. Jika demikian, seluruh distribusi kepada sekutu akan dilakukan dengan
menggunakan rasio bagi laba rugi tersebut.

Saat pembayaran bertahap kepada sekutu ditentukan menurut acuan pada daftar
pembayaran terjamin. Urutan distribusi akan dibuat sedemikian rupa sehingga saldo
modal yang tersisa (saldo ekuitas jika ada pinjaman dengan sekutu) setelah tiap–tiap
distribusi akan ditutup untuk disesuaikan dengan rasio pembagian laba rugi para
sekutu. Begitu seluruh sekutu telah termasuk dalam distribusi bertahap, saldo modal
yang tersisa (ekuitas) akan disesuaikan dan pembayaran bertahap selanjutnya akan
berdasarkan rasio bagi hasil. Jadi, walaupun saldo modal (ekuitas) tidak disesuaikan
pada awal proses likuidasi, jika seluruh sekutu termasuk dalam tahap pertama,
pembayaran bertahap selanjutnya akan termasuk dalam rasio bagi hasil, dan daftar
tambahan untuk pembayaran terjamin tidak diperlukan.

Ilustrasi Likuidasi Bertahap. Persekutuan Alabama (sekutu terdiri dari Daud,


Kevin, dan Ratna) akan dilikuidasi sesegera mungkin setelah 31 Desember 2010, dan
seluruh kas yang ada kecuali dana darurat Rp.20.000.000,- akan didistribusikan pada
akhir tiap bulan hingga likuidasi selesai. Laba rugi sekutu dibagi berdasarkan porsi
50%, 30%, dan 20% berturut–turut kepada Daud, Kevin, dan Ratna. Neraca
persekutuan per 31 Desember 2010 terdiri atas saldo dan akun berikut:
PERSEKUTUAN ALABAMA
NERACA (Proses Likuidasi)
Kewajiban dan Ekuitas (dalam
Aktiva (dalam Rupiah) Rupiah)
Kas 240.000.000 Utang Usaha 300.000.000
Piutang Usaha - Bersih 280.000.000 Wesel Bayar 200.000.000
Pinjaman kepada
Ratna 40.000.000 Pinjaman dari Kevin 20.000.000
Persediaan 400.000.000 Modal Daud (50%) 340.000.000
Tanah 100.000.000 Modal Kevin (30%) 340.000.000
Peralatan - Bersih 300.000.000 Modal Ratna (20%) 200.000.000
Goodwill 40.000.000    
1.400.000.00
  0   1.400.000.000

Rangkuman peristiwa likuidasi adalah sebagai berikut:

Januari 2011 Pinjaman kepada Ratna dihapuskan terhadap saldo


modalnya, goodwill dihapuskan, piutang sebesar
Rp.200.000.000,- berhasil ditagih, barang persediaan
senilai Rp.160.000.000,- dijual seharga
Rp.200.000.000,- dan kas didistribusikan.
Februari 2011 Peralatan dengan nilai buku Rp.80.000.000,- dijual
seharga Rp.60.000.000,- barang persediaan yang
tersisa dijual seharga Rp.180.000.000,- biaya likuidasi
sebesar Rp.4.000.000,- dibayarkan, ditemukan
kewajiban sebesar Rp.8.000.000,- dan kas
didistribusikan.
Maret 2011 Tanah dijual seharga Rp.150.000.000,- biaya likuidasi
sebesar Rp.5.000.000,- dibayarkan, dan kas
didistribusikan.
April 2011 Sisa peralatan dijual seharga Rp.150.000.000,- sisanya
dihapuskan, dan seluruh kas yang tersedia
didistribusikan dalam likuidasi akhir persekutuan.
Peristiwa Likuidasi pada Bulan Januari 2011. Peristiwa–peristiwa yang dialami
persekutuan Alabama selama bulan Januari 2011 dicatat dalam jurnal sebagai berikut:

Ayat Jurnal untuk Mencatat Transaksi Likuidasi (Januari


2011)
Modal Ratna (-E) Rp40.000.000  
Pinjaman pada Ratna (-A)   Rp40.000.000
Menghapus pinjaman ke akun modal
     
Modal Daud (-E) Rp20.000.000  
Modal Kevin (-E) Rp12.000.000  
Modal Ratna (-E) Rp8.000.000  
Goodwill (-A)   Rp40.000.000
Untuk menghapuskan akun Goodwill
     
Kas (+A) Rp200.000.000  
Piutang Usaha (-A)   Rp200.000.000
Untuk mencatat penaguhan piutang
     
Kas (+A) Rp200.000.000  
Persediaan (-A)   Rp160.000.000
Modal Daud (+E)   Rp20.000.000
Modal Kevin (+E)   Rp12.000.000
Modal Ratna (+E)   Rp8.000.000
Untuk mencatat penjualan persediaan dan laba penjualannya
     
Hutang Usaha (-L) Rp300.000.000  
Wesel Bayar (-L) Rp200.000.000  
Kas (-A)   Rp500.000.000
Untuk mencatat pelunasan hutang kepada bukan sekutu
     
Pinjaman dari Kevin (-L) Rp20.000.000  
Modal Kevin (-E) Rp100.000.000  
Kas (-A)   Rp120.000.000
Mencatat distribusi dana ke sekutu Kevin

Selain dicatat dalam akun, tiap–tiap ayat jurnal harus tercermin dalam laporan
likuidasi persekutuan. Laporan likuidasi merupakan catatan berkesinambungan yang
merangkum seluruh transaksi dan peristiwa selama masa likuidasi, dan tidak akan
selesai hingga likuidasi mencapai tahap akhir. Laporan likuidasi untuk peristiwa
Januari merupakan laporan interim. Namun, laporan likuidasi interim bisa jadi lebih
penting dari pada laporan likuidasi akhir karena laporan interim menunjukkan
perkembangan yang telah dilakukan dalam likuidasi hingga tanggal terakhir dan dapat
memberikan dasar untuk telah lengkap hanya memungkinkan pihak–pihak yang
berkepentingan untuk memeriksa apa saja yang telah dilakukan. Laporan likuidasi
persekutuan bisa jadi merupakan dokumen resmi yang dapat diterima untuk
persekutuan yang dilikuidasi melalui keputusan pailit dari pengadilan.

Dalam distribusi dana pada 31 Januari 2010, persekutuan memiliki kas sebesar
Rp.140.000.000,- yang tersisa setelah seluruh utang kepada pihak bukan sekutu
dilunasi. Dari jumlah ini, Rp.20.000.000,- ditahan persekutuan untuk keperluan
darurat (kontinjensi), dan Rp.120.000.000,- tersedia untuk distribusi kepada para
sekutu. Selain itu, berdasarkan pada Daftar Pembayaran Terjamin yang dibuat
menunjukkan bahwa Rp.120.000.000,- tersebut sepenuhnya harus didistribusikan
kepada Kevin karena persekutuan memiliki pinjaman terutang kepada Kevin sebesar
Rp.20.000.000,- dan sisanya Rp.100.000.000,- digunakan untuk melunasi sebagian
modal Kevin.

PERSEKUTUAN ALABAMA
Daftar Pembayaran Terjamin Bulan Januari 2010 (dalam Rupiah)
Kemungkinan
  Modal Daud Modal Kevin Modal Ratna
Kerugian

Ekuitas Sekutu   340.000.000 360.000.000 160.000.000


Kemungkinan
(360.000.0 (216.00 (144.000
Rugi pada aktiva 720.000.000
00) 0.000) .000)
non kas

    (20.000.000) 144.000.000 16.000.000


Kemungkinan
(10.000.0 (6.00 (4.000
Rugi: Dana 20.000.000
00) 0.000) .000)
Kontinjensi

    (30.000.000) 138.000.000 12.000.000


Kemungkinan
30.000.0 (18.00 (12.000
Rugi: Sekutu  
00 0.000) .000)
Daud
    - 120.000.000 -

Peristiwa Likuidasi pada Bulan Februari. Ayat jurnal untuk mencatat peristiwa
likuidasi persekutuan Daud, Kevin, dan Ratna selama Februari 2010 adalah sebagai
berikut:

Ayat Jurnal untuk Mencatat Transaksi Likuidasi (Februari


2011)
Kas (+A) Rp60.000.000  
Modal Daud (-E) Rp10.000.000  
Modal Kevin (-E) Rp6.000.000  
Modal Ratna (-E) Rp4.000.000  
Peralatan - bersih (-A)   Rp80.000.000
Mencatat penjualan peralatan
Kas (+A) Rp180.000.000  
Modal Daud (-E) Rp30.000.000  
Modal Kevin (-E) Rp18.000.000  
Modal Ratna (-E) Rp12.000.000  
Persediaan (-A)   Rp240.000.000
Untuk mencatat penjualan sisa persediaan
Modal Daud (-E) Rp2.000.000  
Modal Kevin (-E) Rp1.200.000  
Modal Ratna (-E) Rp800.000  
Kas (-A)   Rp4.000.000
Mencatat pembayaran biaya likuidasi
Modal Daud (-E) Rp4.000.000  
Modal Kevin (-E) Rp2.400.000  
Modal Ratna (-E) Rp1.600.000  
Hutang usaha (+L)   Rp8.000.000
Untuk mencatat utang yang belum dibayar
Hutang usaha (-L) Rp8.000.000  
Kas (-A)   Rp8.000.000
Untuk mencatat pelunasan utang usaha
Modal Daud (-E) Rp84.000.000  
Modal Kevin (-E) Rp86.400.000  
Modal Ratna (-E) Rp57.600.000  
Kas (-A)   Rp228.000.000
Mencatat distribusi dana ke para sekutu
Peristiwa Likuidasi Bulan Maret dan April. Hingga Maret 2010, likuidasi
persekutuan Daud, Kevin dan Ratna telah berada pada titik di mana saldo modal
sekutu telah termasuk dalam rasio pembagian laba dan rugi. Ayat jurnal untuk
mencatat peristiwa selama Maret dan April 2010 adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai