Anda di halaman 1dari 18

PENAMBAHAN CAMPURAN SUSU SKIM DAN LEMAK PADA COOKIES

PELANCAR ASI TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynous L. Merr)


TERHADAP DAYA TERIMA PANELIS

ADDITION OF MIXTURE OF SKIM MILK and FAT ON COOKIES MILKING KATUK


LEAVES (Sauropus androgynous L. Merr) TO RECEIVE PANELIST POWER
Riska Maiza Putri1) Almasyhuri2) Mira Mirani3)
1) 3)
dan Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Pakuan Bogor
2)
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Bogor
Abstrak
Cookies adalah salah satu produk pangan yang berbahan dasar tepung terigu. Daun katuk
merupakan tanaman yang dapat membantu meningkatkan kuantitas ASI, karena tanaman tersebut
mempunyai efek laktogagum yaitu terdapat kandungan sterol (Kamariyah, 2012). Susu skim dan
lemak digunakan sebagai bahan kombinasi dalam pembuatan cookies yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas gizi dan organoleptik cookies. Daun katuk diolah menjadi tepung yang
berfungsi untuk melengkapi gizi, susu skim yang berfungsi untuk meningkatkan nilai protein dan
lemak yang berfungsi untuk mengikat dan membentuk tekstur pada cookies. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga variasi kombinasi susu skim dan lemak
yaitu, 10 g susu skim dan 80 g lemak, 15 g susu skim dan 75 g lemak, dan 20 g susu skim dan 70
g lemak. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu produk cookies daun katuk dengan
penambahan campuran susu skim dan lemak memiliki kadar air 2,32%, kadar abu 2,33%, kadar
protein 9,54%, kadar lemak 26%, kadar karbohidrat 54,96%, kadar serat pangan 9,30%, kadar
betakaroten 2,12 mg/100g, kadar Fe 1,308 mg/100g, warna cookies cokelat pekat, aroma khas
daun katuk. Cookies dengan penambahan susu skim 15 g dan lemak 75 g memiliki kualitas gizi
baik kecuali pada kadar karbohidrat dan beta katoten serta disukai karena memiliki rasa, warna,
tekstur dan aroma yang baik.
Kata kunci : Air Susu Ibu (ASI), Cookies, Daun Katuk, Susu Skim, Lemak

Abstract
Cookies are one of the fod products made from wheat flour. Katuk leaf is a plant that data help
increase the quantity of breast milk, because the plant has a lactogagum effect that is contained
sterol (Kamariyah, 2012). Skim milk and fat are used as a combination material in the
manufacture of cookies that serves to improve the nutritional quality and organoleptic cookies.
Leaf katuk processed into a flour that serves to complement the nutritional, skim milk that serves
to increase the value of protein and fat functions to bind and form teksture cookies. This study
used a complete randomized design (RAL) with three variations of skim and fat skimmed milk
combination, 10 g of skim milk and 80 g of fat, 15 g of skim milk and 75 g of fat, and 20 g of
skim milk and 70 g of fat. The results obtained in this study are leaf katuk leaf cookies with the
addition of a mixture of skim milk and fat have 2,14% water content, 2,34% ash content, 26% fat,
9,54% protein, 55,13% carbohydrate, 9,30% dietary fiber, 2,120 mg/100g beta-carotene, 1,308
mg/100g Fe, the colour of dark chocolate cookies, the distinctive aroma of katuk leaves. Cookies
with the addition of skim milk 15 g and fat 75 g has good nutritional quality except in
carbohydrate and betacarotene levels and is preferred because it has a good taste, colour, texture,
and aroma.
Keywords: Breast Milk, Cookies, Katuk Leaves, Skim Milk, Fat.
1. Pendahuluan obat atau vitamin. Namun bukan berarti
Menurut WHO (2011), ASI Eksklusif adalah setelah pemberian ASI Eksklusif pemberian
memberikan ASI tanpa memberikan ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan
makanan dan minuman lain kepada bayi kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun.
sejak lahir sampai berusia 6 bulan, kecuali Proses produksi ASI membutuhkan energi
dalam jumlah yang cukup besar yaitu sekitar Susu skim adalah bagian susu yang
500-650 kkal/hari (Khan, 2012). Energi tertinggal sesudah krim diambil sebagian
yang diperlukan untuk menghasilkan 100cc atau seluruhnya. Susu skim dapat digunakan
ASI sebesar 80-90 kkal. Simpanan lemak dalam pembuatan keju rendah lemak dan
selama hamil memasok energi sebanyak yogurt. Susu skim mengandung protein
100-200 kkal/hari, sehingga untuk sebanyak 3,5 g. Susu skim juga berpengaruh
menghasilkan 850cc ASI diperlukan energi terhadap daya terima panelis (Buckle, 1987).
sekitar 750 kkal. Penambahan energi selama Mentega adalah bahan makanan yang
menyusui rata-rata hanya 500 kkal/hari terbuat dari minyak atau lemak hewan,
(Adriani, dkk, 2012). Kekurangan 250 kkal biasanya disebut lemak hewani. Mentega
diambil dari cadangan lemak selama hamil. bertekstur sangat lembut, sehingga tidak
Kebutuhan gizi ibu yang tidak terpenuhi tahan pada suhu ruangan dan cepat meleleh
akan diambil dari cadangan lemak sehingga (SNI, 1995). Margarin adalah bahan
dapat membantu untuk penurunan berat makanan yang terbuat dari minyak atau
badan dan dapat membantu mengurangi lemak tumbuh-tumbuhan atau yang biasa
tumpukan lemak yang terjadi selama disebut lemak nabati. (SNI, 2002).
kehamilan (Ukegbu PO, dkk. 2012). Cookies merupakan salah satu jenis biskuit
Daun katuk merupakan tanaman yang dapat yang dibuat dari adonan lunak, berkadar
membantu meningkatkan kuantitas ASI, lemak tinggi, relatif renyah jika dipatahkan
karena tanaman tersebut mempunyai efek dan penampang potongannya bertekstur
laktogagum yaitu terdapat kandungan sterol. padat (SNI, 1992). Pengembangan produk
Sterol merupakan senyawa golongan steroid cookies dengan penambahan tepung daun
(Kamariyah, 2012). katuk dipilih karena cookies merupakan
kudapan yang diminati masyarakat dan rata-
rata konsumsi cookies di Indonesia adalah
0,40 kg/kapita/tahun (Suarni, 2009).
Tingginya tingkat konsumsi cookies di
Indonesia membuat produk ini menjadi
pilihan dalam memenuhi asupan gizi
terutama pada ibu menyusui. Sebagai
produk pangan kering, cookies tergolong
makanan ringan yang tidak mudah rusak dan
mempunyai umur simpan yang relative
panjang (Indrawani, 2010).

2. Metode Penelitian tepung daun katuk adalah Ayakan ukuran


Alat 100 mesh, Blender, Oven, Pisau. Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan pengolah cookies adalah Cetakan, Loyang,
Mixer, Oven Listrik dan Timbangan. Bahan yang akan digunakan pada penelitian
Peralatan untuk analisis kimia antara Alat ini yaitu daun katuk (Sauropus androgynous
Gelas, Cawan Porselen, Desikator, Kain L. Merr) yang diperoleh dari Pasar Cibinong
Satin, Kertas Perkamen, Kertas Saring, Krus Kabupaten Bogor - Jawa Barat. Bahan
Silikat, Labu Kjeldahl 30 mL, Neraca dideterminasi tanaman akan dilakukan di
Analitik, pH meter, Penangas Air, pH meter, Herbarium Bogorience, Bidang Botani,
Tanur, Seperangkat Alat Destilasi, Soxhlet, Pusat Penelitian Biologi - LIPI, Cibinong -
Spektrofotometer. Bogor.
Bahan Pembuatan Simplisia dan Tepung Daun
Bahan daun katuk diperoleh dari Pasar Katuk
Cibinong dan digunakan bahan-bahan lain Pembuatan simplisia dan tepung daun katuk
seperti Air, Garam, Gula Tepung, Kuning (Sauropus androgynous (L.) Merr)
Telur, Margarin, Mentega, Tepung Terigu, dilakukan di Laboratorium Universitas
dan Susu Bubuk. Pakuan, Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa
Bahan kimia yang digunakan adalah Air Barat 16111, Indonesia.
Suling, Asam Klorida Pekat, Asam Nitrat Proses pembuatan simplisia dan tepung daun
Pekat, Asam Sulfat Pekat, Aseton, katuk (Sauropus androgynous (L.) Merr)
Aquadest, Etanol 95%, Eter, FeCl 3%, HCl diawali dengan pemilihan bahan baku yang
0,02N, Heksana, Hydrogen Peroksida, digunakan adalah daun katuk masih segar
H3BO3, Indikator Metil Merah, K2SO4, dan muda yang sudah dipisahkan terlebih
Larutan Amonium Disulfida, Magnesium, dahulu dengan tangkainya. Setelah
Metanol, NaOH, Na2S2O3, NH3, Natrium mendapatkan daun katuk yang segar,
Fosfat pH 6, Pankreatin, Pepsin, Pereaksi dilakukan proses sortasi basah dengan
Bouchardat LP, Pereaksi Mayer LP, tujuan untuk mengurangi kotoran yang
Petroleum Eter 0,1 M, Termamyl. menempel pada daun, kemudian dilakukan
Metode Penelitian proses pencucian dengan air mengalir.
Pengumpulan Bahan dan Determinasi Proses pencucian bertujuan menghilangkan
kotoran-kotoran dan mengurangi mikroba-
mikroba dan pengotor lain yang melekat
pada bahan. Selanjutnya daun katuk yang
telah cuci dikeringkan dengan menggunakan
oven dengan suhu 40 – 60 oC selama 72 jam.
Ciri daun katuk yang telah kering adalah
mudah dihancurkan. Hasil pengeringan daun

katuk, selanjutnya dilakukan proses sortasi tercampur dengan pengotor pada saat
kering dengan tujuan agar simplisia yang dilakukan proses pengeringan. Kemudian
akan dilakukan ke proses selanjutnya tidak dilakukan proses grinder dan pengayakan
dengan menggunakan ayakan mesh 80 agar
mendapatkan hasil tepung yang halus.
x100%
Uji Karakteristik Tepung Daun Katuk
Penetapan Kadar Air Perhitungan Rendemen Tepung Daun
Penetapan kadar air tepung daun katuk Katuk
dilakukan dengan menggunakan metode Perhitungan rendemen tepung daun katuk
gravimetri, dengan cara ditimbang sampel yaitu dengan membandingkan antara bobot
sebanyak 10 g kemudian dimasukkan ke yang diperoleh dengan bobot awal simplisia
dalam cawan porselen yang sebelumnya kering.
telah ditara terlebih dahulu, dimasukkan ke Cara perhitungannya:
o
dalam oven dengan suhu 105 C selama 5
jam dan ditimbang. Dilakukan pengeringan Rendemen tepung =
dan penimbangan pada jarak 1 jam sampai x 100%
beratnya konstan (DepKes. RI, 2000).
Analisis Fitokimia
Kadar air (%) =
Analisis fitokimia dilakukan pada tepung
x100% daun katuk (Sauropus androgynous L.
Merr.)
Penetapan Kadar Abu Senyawa Golongan Steroid
Sebanyak 2-3 g sampel ditimbang dengan Sebanyak 1 gram sampel dimaserasi dengan
seksama, dimasukkan ke dalam krus silikat methanol selama 2 jam kemudian disaring.
yang telah dipijarkan dan ditara dalam tanur Filtratnya diuji dengan pereaksi Lieberman
dengan suhu 500 - 600°C. sampel dipijarkan Burchard diatas plat tetes. Kedalam plat
perlahan-lahan hingga arang habis, tetes dimasukkan ekstrak metanol kemudian
didinginkan lalu ditimbang. Kadar abu 5 tetes asam asetat anhidrida lalu diaduk,
dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di setelah kering ditambahkan 1 tetes asam
udara (DepKes. RI, 2000). sulfat pekat, jika terbentuk warna hijau
Cara perhitungannya: berarti sampel positif mengandung steroid.
Senyawa Golongan Flavonoid
Sebanyak 500 mg sampel dilarutkan dalam 5
mL etanol 95%. Diambil larutan sebanyak 2
mL dan ditambahkan 0,1 g serbuk
Magnesium, kemudian ditambahkan 10 tetes
asam klorida pekat, dikocok perlahan.

Warna merah jingga hingga merah ungu Senyawa Golongan Tanin


yang terbentuk menunjukkan positif adanya Sebanyak 20 mg sampel ditambah etanol
flavonoid. (Hanani, 2015). sampai sampel terendam semua. Dipindahkan
1 mL larutan ke dalam tabung reaksi dan kuat-kuat selama 10 menit. Reaksi positif
ditambahkan 2-3 tetes larutan jika terbentuk buih yang mantap selama
tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
Jumlah Bahan (gram)
Bahan sampai 10 cm, dan penambahan 1 tetes asam
F1 F2 F3
klorida 2N buih tidak hilang. (Hanani,
Tepung daun katuk 20 20 20
2015).
Tepung terigu 40 40 40
Senyawa Golongan Alkaloid
Kuning telur 15 15 15
Sebanyak 500 mg sampel dimasukkan ke
Gula palem 50 50 50
dalam beaker glass, ditambahkan 1 mL asam
Lemak :
klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan
- Margarine 75 70 65
di atas penangas air selama 2 menit,
- Butter 5 5 5
didinginkan kemudian disaring. Diambil 3
Susu skim 10 15 20
tetes filtrat pada kaca arloji kemudian
Baking powder 1 1 1
ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat
Chocolate chips 10 10 10
LP. Hasil dinyatakan positif terbentuk
Flavour :
endapan cokelat sampai hitam. Pada cawan
- Cokelat 2 2 2
lain, 3 tetes filtrat ditambahkan dengan 2
Total 228 228 228 tetes pereaksi Mayer LP, hasil dinyatakan
FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan positif bila terbentuk endapan menggumpal
terbentuknya warna hitam kebiruan atau berwarna putih atau kuning yang larut di
hijau. (Hanani, 2015). dalam methanol. Apabila tidak terbentuk
Senyawa Golongan Saponin endapan maka sampel tidak mengandung
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke alkaloid (Hanani, 2015).
dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air Formulasi Sediaan Cookies
panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat- Keterangan :
kuat selama 10 detik. Jika zat yang diperiksa F = Formula 1 keping = 20 g
berupa sediaan cair, 1 mL sediaan yang Sumber : Erli Mutiara, 2012
diperiksa diencerkan 10 mL air dan kocok
Pembuatan Sediaan Cookies
Menurut Matz (1992), pembuatan cookies
meliputi tiga tahap, yaitu pembuatan
adonan, pencetakan, dan pemanggangan.
Pada tahap pembuatan adonan/pencampuran
bahan, telur, margarin, butter, baking

powder dikocok menggunakan mixer hingga susu skim ditambahkan dan diaduk hingga
mengembang dan membentuk krim. Tepung tercampur rata. Tepung terigu dan flavour
daun katuk, choco chips, gula palem dan chocolate ditambahkan sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga homogen dan adonan Waktu selang untuk mencicipi formula 1
menjadi kalis. dengan yang lain kurang lebih 1 menit dan
Tahap pembuatan cookies selanjutnya setelah mencicipi minuman serbuk
adalah tahap pencetakan. Pencetakan ini diharapkan panelis minum air putih atau
bentuknya bervariasi sesuai dengan selera. berkumur sebelum mencicipi formula
Adonan yang sudah dicetak, diletakkan ke lainnya. Parameter uji hedonik yang diuji
dalam loyang yang sudah disiapkan. meliputi kerenyahan, rasa, warna dan aroma
Tahap terakhir dilakukan proses yang masing-masing akan mendapat
pembakaran/ baking. Proses pembakaran penilaian 1: sangat tidak suka, 2: tidak suka,
dilakukan di dalam oven dengan suhu antara 3: netral, 4: suka, 5: sangat suka. Hasil uji
150-200oC, dengan waktu 16 – 25 menit. hedonik dianalisis menggunakan SPSS.
Oven yang digunakan dalam baking tidak Formula terbaik dan yang paling disukai,
boleh terlalu panas saat kue hendak kemudian dilakukan analisis zat gizi
dimasukkan karena bagian luar kue akan cookies, yaitu pengujian proksimat, β-
terlalu cepat matang sehingga menghambat karoten, Fe, serat pangan dan sterol.
perkembangan dan membuat permukaan
cookies menjadi pecah – pecah. Pengujian Mutu Sediaan Cookies Terbaik
Penetapan Kadar Air
Uji Kesukaan
Pengujian kadar air dilakukan dengan
Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang
metode gravimetri, dengan cara sampel
panelis, dikhususkan perempuan (Ibu-ibu)
ditimbang sebanyak 2 g kemudian
yang sedang tidak hamil dan sebelumnya
dimasukkan ke dalam cawan porselen yang
para panelis tidak mengkonsumsi makanan
sebelumnya telah ditara terlebih dahulu, lalu
atau minuman yang dapat mempengaruhi
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
penilaian. Para panelis diminta mencicipi
1050C selama 5 jam dan ditimbang,
dan menilai tekstur, rasa, warna dan aroma
kemudian dilanjutkan dengan pengeringan
dari sampel biskuit yang telah disediakan.
dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai
didapat berat konstan (Depkes. RI, 2000).
Dilakukan duplo. Syarat kadar air menurut
SNI (2011) maksimal 5%. Perhitungan :
Cara perhitungannya:
Kadar air (%) =

x 100%
Analisis Kadar Protein Metode Kjeltec tabung Kjeltec dan ditambahkan 2 gram
Sampel yang dihaluskan ditimbang campuran selen, ditambah 12 ml H2SO4 pekat,
sebanyak 1 gram, dimasukkan ke dalam larutan dipanaskan (destruksi) dengan suhu
4000C selama 1 jam (sampai larutan jernih), larutan jernih dan pelarut yang ada di dalam
didiamkan sampai larutan dingin. Buat labu lemak terdestilasi. Selanjutnya labu
sampel sequence pada Kjeltec dengan lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan
program AN300. Pasang tabung Kjeltec dan dalam oven dengan suhu 105 0C hingga
jalankan sequence. Lakukan penetapan didapatkan berat konstan, didinginkan dalam
blanko. Menurut SNI (2011) syarat protein desikator dan ditimbang (AOAC, 1995).
pada cookies minimal 9%. Kadar protein Menurut SNI (2011) syarat lemak pada
dihitung menggunakan rumus: cookies minimal 9,5%

Kadar protein = Kadar lemak (%) =

Keterangan: x
W = Berat Sampel 100%
V1 = Volume HCl 0,01 N yang
diperlukan pada penitaran contoh Analisis Kadar Abu

V2 = Volume HCl 0,01 N yang Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara

diperlukan pada penitaran blanko lebih kurang 2 g - 3 g sampel ditimbang

N = Normalitas HCl secara seksama, serbuk dimasukkan

Fk = Faktor konversi untuk protein dari kedalam krus silikat yang telah dipijarkan

makanan secara umum = 6,25 dan ditara. Sampel dipijarkan perlahan-lahan


hingga arang habis, didinginkan, ditimbang,
Analisis Kadar Lemak jika dengan cara ini arang tidak dapat
Labu lemak yang digunakan dikeringkan dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring
dan dioven dengan suhu 105 0C, lalu melalui kertas saring bebas abu. Sisa abu
didinginkan dalam desikator. Setelah dingin, dan kertas saring dipijarkan dalam krus yang
ditimbang bobot kosong. Sampel ditimbang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus,
sebanyak 2 gram, dibungkus dengan kain diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap,
batis dan dimasukkan ke dalam alat kemudian filtrat ditimbang. (DepKes RI,
ekstraksi (soxhlet) yang telah berisi pelarut 2000). Menurut SNI (2011) syarat kadar abu
heksana. Proses soxhletasi dilakukan hingga maksimal 1,6%.
Penetapan kadar abu dilakukan duplo dan
cara perhitungannya adalah sebagai berikut :
Kadar abu (%) = (Bobot krus + abu sampel)
- Bobot kosong krus x 100%
Bobot Sampel
Analisis Karbohidrat kadar air, kadar abu, kadar protein kadar
Kadar karbohidrat pada sampel dihitung lemak dan kadar serat kasar. Menurut SNI
secara by difference, yaitu dengan cara (2011) syarat karbohidrat pada cookies
mengurangkan 100% dengan nilai total dari minimal 70% Perhitungan :
Kadar karbohidrat (%) = dengan crucible kering porositas 2 yang
100 % - (kadar air + kadar abu + kadar telah ditimbang bobotnya yang mengandung
protein + kadar lemak + kadar serat kasar) celite kering (bobot diketahui), lalu dicuci
dua kali dengan aquadest.
Analisis Kadar Serat Pangan, Metode
Residu (Serat Makanan Tidak
Enzimatis
Larut/IDF)
Lemak sampel kering diekstrak dengan
Dicuci sampel dengan 2 x 10 mL etanol
pelarut petroleum eter pada suhu kamar
95% dan 2 x 10 mL aseton, lalu dikeringkan
selama 15 menit. Dimasukkan 1 g sampel
pada suhu 105ºC sampai berat konstan
bebas lemak (w) ke dalam erlen mayer,
(sekitar 12 jam), ditimbang setelah
kemudian ditambahkan 25 mL 0,1 M buffer
didinginkan dalam desikator (D1).
natrium fosfat pH 6 dan dibuat suspensi.
Kemudian diabukan dalam tanur 500ºC
Ditambahkan 0,1 mL termamyl, ditutup
selama minimal 5 jam, dan ditimbang
dengan alufo dan diinkubasi pada suhu
setelah didinginkan dalam desikator (I1).
100ºC selama 15 menit, diangkat dan
Filtrat (Serat Makanan Larut/SDF)
didinginkan, ditambahkan 20 mL aquadest
Diatur volume filtrat dengan aquadest
dan diatur pH menjadi 1,5 dengan
sampai dengan 100 mL, lalu ditambah
menambahkan HCl 4M. Selanjutnya
dengan 400 mL etanol 95% hangat (60ºC),
ditambahkan 100 mg pepsin, ditutup dan
diendapkan 1 jam. Lalu disaring dengan
diinkubasi pada suhu 40ºC dan diagitasi
crucible kering (porositas 2) yang
selama 60 menit. Kemudian ditambahkan 20
mengandung 0,5 g celite kering dan dicuci
mL aquadest dan diatur pH menjadi 6,8.
dengan 20 mL etanol 78%, 20 mL aseton,
Ditambahkan 100 mg pankreatin, ditutup
lalu dikeringkan pada suhu 105ºC hingga
dan diinkubasi pada suhu 40ºC selama 60
berat konstan, didinginkan dalam desikator
menit sambil diagitasi, dan terakhir pH
dan ditimbang (D2). Diabukan dalam tanur
diatur dengan HCl menjadi 4,5. Disaring
500ºC selama minimal 5 jam, didinginkan
dalam desikator dan ditimbang (I2).
Serat Makanan Total/TDF dan Blanko
Ditentukan serat makanan total (TDF)
dengan menjumlahkan nilai SDF dan IDF.
Nilai blanko untuk IDF dan SDF diperoleh
dengan cara yang sama namun tanpa
menggunakan sampel.
Perhitungan =
Nilai IDF (% bb) = ((D1 – I1 – B1) /w) x 100%
100% Nilai TDF(% bb) = Nilai IDF + SDF
Nilai SDF(% bb) = ((D2 – I2 – B2) /w) x
Analisis Kadar Fe
Persiapan sampel Destruksi Sampel
Sebanyak 1-3 sampel cookies terbaik Destruksi kering adalah perombakan atau
digrinder dan diayak sampai didapat sampel pemecahan senyawa organik menjadi
berbentuk serbuk halus dan ditimbang. senyawa anorganik dengan cara pengabuan
Identifikasi Zat Besi (Fe) pada Cookies sampel pada suhu 600oC
Secara Kualitatif. Penyiapan Larutan Sampel Cookies
1. Sampel ditimbang dalam bentuk abu 1. Hasil dekstrusi kering dib asahi
sebanyak 1 g, dimasukkan ke dalam dalam bentuk abu dengan 1 mL air
tabung reaksi kemudian suling.
ditambahkan 2 mL larutan NaOH 1 2. Ditambahkan 2 mL asam nitrat
N. Diamati rekasi yang terjadi. pekat, dan beberapa tetes hidrogen
(identifikasi Fe2+). peroksida, kemudian digoyang-
2. Larutan sampel sebanyak 1 mL goyangkan dengan tangan.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, 3. Krus porselin dipanaskan di atas
ditambahkan larutan NH3 sebanyak penangas air atau plat pemanas
1 mL. Diamati reaksi yang terjadi. hingga abu hampir kering.
(identifikasi Fe3+). 4. Abu dilarutkan dengan 10 mL asam
3. Larutan sampel sebanyak 1 mL klorida 3 N diaduk dengan batang
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, pengaduk, dipanaskan sampai
ditambahkan larutan NaOH 1 N. larutan berwarna kekuningan,
Diamati reaksi yang terjadi. dipindahkan ke dalam labu ukur 50
(identifikasi Fe3+). mL dicukupkan hingga tanda batas
4. Larutan sampel sebanyak 1 mL dengan air suling, dikocok larutan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, dengan cara membolak-balik.
ditambahkan larutan amonium 5. Krus porselin dibilas dengan air
disulfida. Diamati reaksi yang suling, air bilasan tersebut
terjadi. (identifikasi Fe3+). dimasukkan ke dalam labu ukur 50
mL

Pengukuran Serapan Larutan Standar


dan Pembuatan Kurva Kalibrasi.
Sederetan larutan standar Fe dengan
konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,
dan 10 ppm, diukur serapannya dengan
Spektrofotometri Serapan Atom pada

panjang gelombang 248,3 nm, kemudian absorban.


dibuat kurva kalibrasi dengan Pengukuran Kadar Zat Besi (Fe) dalam
menghubungkan konsentrasi dengan Sampel Cookies Secara SSA.
Larutan sampel dipipet 2 mL, kemudian sampel jernih/tidak berwarna (kandungan
dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, minyak dalam sampel sudah habis atau
kemudian diencerkan dengan air suling hampir habis). Selanjutnya, ditambahkan
sampai tanda batas. Ukur absorban larutan Na2SO4 anhidrat untuk menghilangkan sisa
sampel pada panjang gelombang 248,3 nm air yang ikut tersari dari dalam sampel.
dengan Spektrofotometer Serapan Atom. Ekstrak n-heksana hasil maserasi kemudian
Perhitungan Kadar Zat Besi (Fe) dalam diuapkan dengan rotary vacuum evaporator
Sampel Cookies suhu ≤ 40 °C, hingga didapatkan minyak
Dibuat kurva kalibrasi konsentrasi larutan kental dan aroma n-heksana tidak tercium.
standar. Sehingga kadar besi (Fe) dapat Selanjutnya, rendemen minyak dihitung.
dihitung dengan menggunakan rumus : Kandungan α-tokoferol selanjutnya
y = a + bx dikuantifikasi dengan metode kromatografi.
Keterangan : Kandungan Beta-Karoten Metode HPLC
y = absorban a,b = koefisien regresi Sampel emulsi dipersiapkan segar dan
x = kadar zat kemudian disimpan pada suhu 4°C tidak
lebih dari tujuh hari sebelum analisis. Total
Analisis Kadar β-Karoten Metode HPLC
karotenoid diuji menggunakan
Persiapan Analisis Metode HPLC
menggunakan instrumen HPLC (Shimadzu
Ekstraksi dengan pelarut
LC20AD, Japan) dengan kolom C-18, dan
Sampel ditimbang sebanyak 500 g kemudian
detektor UV-Vis (Shimadzu, Japan) pada
digiling dan disaring (≥ 80 mesh). Sampel
panjang gelombang 450 nm.
dibagi menjadi tiga untuk pengerjaan secara
Preparasi dilakukan dengan mengambil
triplo, masing-masing 130 g sampel
sebanyak 3 gram sampel untuk ditimbang
dimaserasi dengan pelarut n-heksana
dan di-masukkan ke dalam labu erlenmeyer
sebanyak 170 mL untuk menarik kandungan
dan ditambahkan kloroform (Merck) :
minyak dari dalam sampel, maserasi
metanol (Merck) (2:1) sebanyak 20 mL.
dilakukan berulang (kontinyu) sampai n-
Selanjutnya, larutan diaduk dengan bantuan
heksana rendaman yang dipisahkan dari
stirrer selama 1 jam dan disaring. Larutan
kemudian ditambahkan 4 mL 0,88% NaCl
(Merck) dan kemudian dikocok. Setelah
terbentuk dua lapisan, lapisan atas dibuang
dan lapisan bawah disaring menggunakan
kertas saring. Larutan kemudian dievaporasi
dan dihembus gas N2. Ekstrak minyak

ditempatkan di dalam botol gelap dan minyak akan dianalisis, maka terlebih dahulu
disimpan di dalam refrigerator sampai minyak dipindahkan dari tempat
dibutuhkan untuk dianalisis. Apabila ekstrak penyimpanan, didiamkan pada suhu ruang
sampai semuanya meleleh. retensi peak β-karoten dalam sampel dengan
Kadar β-karoten dalam sampel ditentukan waktu retensi standar β-karoten.
dengan metode AOAC Official Method 3. Hasil Dan Pembahasan
2001.13 (AOAC, 2005). Sampel sebanyak Determinasi
0,1-0,25 g disaponifikasi menggunakan 10 Hasil determinasi menyatakan bahwa
mL etanol absolut (Merck) dan 2,5 mL KOH tanaman yang digunakan dalam penelitian
(Merck) 50% dalam aquades (b/v), ini adalah daun katuk dengan nama latin
kemudian dipanaskan dalam penangas air Sauropus androgynous L. Merr yang
bersuhu 80°C selama 1 jam. Campuran termasuk suku Phyllantaceae.
didinginkan dan ditambah 2,5 mL asam
asetat glasial (Merck). Campuran Hasil Pembuatan Tepung Daun Katuk

dipindahkan ke dalam labu ukur 25 mL dan Simplisia kering daun katuk yang digunakan

volume ditepatkan dengan etanol: adalah 7500 gram, setelah diserbukan dan

tetrahidrofuran (Merck) 1:1 (v/v). Kemudian diayak menggunakan mesh 80 didapat

sampel disaring dengan filter syringe serbuk simplisia sebesar 2500 gram.

polyvinylidene fluoride (PVDF) berukuran Rendemen tepung daun katuk adalah 16,8%.

pori 0,45 μm (Milipore). Kadar β-karoten Hasil Analisis Karakteristik Tepung

ditentukan dengan HPLC (Shimadzu, Hasil pemeriksaan secara organoleptis

Jepang) secara isokratik menggunakan menunjukkan bahwa tepung daun katuk

kolom C18 atau ODS (15 cm x 4,6 cm, i.d. 5 bertekstur halus, berwarna hijau tua, tidak

μm) dan detektor UV Vis pada 450 nm. terlalu pahit, berbau aromatis khas.

Elusi dilakukan dengan laju alir 1,0


mL/menit pada suhu ruang, menggunakan
fase gerak metil
diklorida/metanol/asetonitril (Merck) (2:1:3)
yang telah disonikasi selama 45 menit.
Puncak β-karoten dalam sampel
Kadar air tepung daun katuk yang didapat
diidentifikasi dengan mencocokkan waktu
sebesar 6,37 %. Hasil tersebut bahwa kadar
air tepung telah memenuhi syarat untuk
simplisia secara umum yang tidak boleh
lebih dari 12% (Depkes RI, 2000).
Penetapan kadar air dilakukan untuk
memberikan batasan minimal atau rentang
besarnya kandungan air. Banyaknya

kandungan air pada suatu bahan dapat Penetapan kadar abu dilakukan untuk
menyebabkan perubahan kimia pada mengetahui senyawa anorganik yang
senyawa aktif. terkandung dalam suatu simplisia. Kadar abu
tepung daun katuk yang didapatkan sebesar hitam
1,28%. Berdasarkan data tersebut, kadar abu Terbentuk +
tepung telah memenuhi syarat secara umum endapan
yang tidak boleh lebih dari 8,9%. menggum

Hasil Analisis Fitokimia Tepung Daun pal

Katuk Mayer berwarna

Pada penelitian ini dilakukan identifikasi LP putih atau

kandungan senyawa kimia yang terkandung kuning

dalam tepung. Identifikasi fitokimia yang larut

dilakukan unntuk mengetahui senyawa didalam

dalam tumbuhan berdasarkan golongannya methanol

sebagai informasi awal dalam mengetahui HCL(p) Terbentuk

senyawa kimia apa yang mempunyai dan warna

aktivitas biologi dari suatu tanaman, dengan Flavono Serbuk jingga


+
demikian senyawa yang berpotensi sebagai id Mg hingga

pelancar ASI dapat diketahui dan dapat merah

tersari. ungu

Senyaw Pereaksi Parameter Has Saponin Aquadest Terbentuk -

a il + HCl buih

Sterol Lieberma Terbentuk + konstan

n warna Terbentuk

Burchard hijau warna


FeCl3
Terbentuk Tanin hitam +
1%
Alkaloi Bouchar endapan kebiruan
+ atau hijau
d dat LP coklat
sampai Keterangan : Tanda (+) Ada
Tanda (-) Tidak Ada
Berdasarkan reaksi warna yang ditimbulkan
pada uji fitokimia yang dilakukan
menunjukan reaksi positif pada senyawa uji
serbuk tepung daun katuk pada senyawa
sterol, flavonoid, alkaloid dan tanin
sedangkan reaksi negatif ditunjukan pada
senyawa saponin. Jika dibandingkan

dengan penelitian Sa’roni, dkk (2004), hasil reaksi positif pada senyawa sterol, flavonoid,
yang ditunjukkan pada pengujian fitokimia alkaloid, dan tanin.
tepung daun katuk yaitu menunjukkan
Hasil uji statistik pada parameter warna
Uji Kesukaan menunjukkan tidak adanya pengaruh yang

Parameter berbeda nyata pada Formula 1 dan Formula


Formul Warn Rasa Arom Tekstu 3, akan tetapi memberikan pengaruh yang
a a a r berbeda nyata pada Formula 2 (sig p ≥ 0,05).
F1 3,10ɑ 3,10 3,60ɑ 3,75b Hasil uji lanjut dengan Duncan terhadap
b parameter warna menunjukkan tidak ada
F2 3,95b 4,30 3,95ɑ 4,60c perbedaan yang nyata pada Formula 1 dan
c Formula 3. Perbedaan tingkat konsentrasi
F3 2,60ɑ 2,40 3,75ɑ 3,15ɑ susu skim dan lemak (margarin dan butter)
ɑ yang digunakan tidak memberikan

Keterangan: Huruf superskrip yang sama perbedaan yang tidak nyata terhadap tingkat

pada kolom dan baris yang kesukaan parameter warna.

sama menunjukkan pengaruh Hasil uji statistik pada parameter rasa dan

yang tidak berbeda nyata. tekstur menunjukkan adanya pengaruh yang


berbeda nyata dari ketiga formula (sig p ≥
Hasil uji statistik pada parameter aroma
0,05). Perbedaan tingkat konsentrasi susu
menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
skim dan lemak (margarin dan butter)
berbeda nyata dari ketiga formula (sig p ≥
memberikan perbedaan yang nyata terhadap
0,05). Hasil uji lanjut dengan Duncan
F1, F2, dan F3.
terhadap parameter aroma menunjukkan
Perbedaan perbandingan lemak (margarin
tidak ada perbedaan yang nyata pada ketiga
dan butter) dan susu skim digunakan karena
formula. Perbedaan tingkat konsentrasi susu
ibu menyusui membutuhkan asupan protein
skim dan lemak (margarin dan butter) yang
dan lemak yang mencukupi untuk bayi.
digunakan tidak memberikan perbedaan
Lemak dan susu skim berfungsi untuk
yang nyata terhadap tingkat kesukaan
memberikan rasa gurih dan renyah pada
parameter aroma.
cookies.
Berdasarkan hasil uji lanjut dengan Duncan
dapat disimpulkan bahwa formula paling
disukai oleh panelis adalah formula 2,
karena pada parameter warna, rasa, aroma,
dan tekstur formula 2 mendapatkan rata-rata
nilai tertinggi.
Hasil Evaluasi Sediaan Cookies
Pengujian sediaan cookies meliputi uji proksimat (kadar air, kadar abu, lemak,
organoleptik (warna, aroma, kerenyahan dan karbohidrat dan protein), uji betakaroten, uji
rasa), uji hedonik (uji kesukaan), uji serat pangan, dan uji Fe.
Sediaan cookies yang dihasilkan dari ketiga tinggi akan menjadi media pertumbuhan
formula memiliki bentuk yang relatif sama, mikroorganisme sehingga menyebabkan
berwarna coklat gelap, rasa agak pahit dan masa simpan suatu sediaan tidak dapat
aroma khas daun katuk. Berat rata-rata bertahan lama.
cookies didapat sebesar 18,1 g. Penetapan kadar abu dilakukan untuk
Parameter Hasil mengetahui senyawa anorganik yang
Kadar air 2,32 terkandung dalam suatu bahan. Nilai kadar
Kadar abu 2,33 abu yang telah ditetapkan oleh SNI (2011),
Kadar lemak 26 bahwa kadar abu dalam sediaan cookies
Kadar protein 9,54 tidak lebih dari 1,6%. Hasil yang didapat
pada sediaan cookies formula 2 lebih dari
1,6% yaitu sebesar 2,33%, kemungkinan hal
Kadar karbohidrat 54,96 ini dipengaruhi oleh bahan baku katuk
Kadar serat pangan 9, 30 banyak mengandung mineral.
Kadar betakatoten 2,12 mg/ Lemak merupakan zat makanan yang
Kadar Fe 100g penting untuk menjaga kesehatan tubuh
1,308 manusia. Lemak juga merupakan sumber
mg/ 100g energi yang lebih efektif dibanding dengan
karbohidrat dan protein. Lemak terdapat
Berdasarkan standar yang telah ditetapkan
pada hampir semua bahan pangan dengan
oleh SNI (2011), nilai kadar air untuk
kandungan yang berbeda-beda (Winarno,
sediaan cookies yaitu tidak lebih dari 5%.
2007). Lemak diartikan sebagai semua
Kandungan air rata-rata dalam sediaan
bahan organik yang dapat larut dalam
cookies formula 2 pada memenuhi syarat
pelarut organik yang memiliki
yaitu sebesar 2,32%. Penetapan kadar air
kecenderungan non polar. Maka kelompok
dilakukan untuk mengetahui besarnya
lipida ini secara khusus berbeda dengan
kandungan air yang terdapat pada suatu
karbohidrat dan protein yang tak larut dalam
sediaan karena adanya kandungan air yang
pelarut organik ini (Sudarmadji, dkk. 2003).
Kadar lemak cookies daun katuk pada
penelitian ini sebesar 26%, nilai ini masih
masuk dalam kisaran spesifikasi persyaratan
mutu SNI (2011) dengan kadar lemak
minimum 9,5%. Jika AKG Lemak pada ibu
menyusui sebanyak 87 g mengonsumsi

cookies yang mengandung lemak 26 g, maka dianjurkan sebanyak 12 g, maka kebutuhan


kecukupannya adalah 29,88%. Jika dapat terpenuhi dengan mengonsumsi cookies
dibandingkan dengan tambahan lemak yang 50 g yang setara dengan 3 keping cookies.
Protein merupakan suatu zat makanan yang seperti lemak dan protein ; berperan penting
amat penting bagi tubuh, karena zat ini di dalam metabolisme ; berperan penting
samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam membentuk struktur sel, jaringan, dan
dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat organ tubuh. Nilai kandungan karbohidrat
pembangun dan pengatur. Protein adalah dihitung menggunakan metode by
sumber asam-asam amino yang mengandung difference, yaitu dengan memperhitungkan
unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki jumlah karbohidrat dari pengurangan
oleh lemak atau karbohidrat. Perhitungan komponen total (100%) terhadap kadar air,
kadar protein dalam sediaan cookies lemak, protein, abu, dan serat kasar). Kadar
berdasarkan SNI (2011) tidak kurang dari karbohidrat pada cookies 54,96%. Kadar
9%. Sediaan cookies formula 2 memiliki karbohidrat pada cookies belum memenuhi
kadar protein yang telah memenuhi syarat minimal 70% syarat mutu cookies menurut
yaitu sebesar 9,54%. Jika AKG Protein pada SNI (2011). Jika AKG karbohidrat pada ibu
ibu menyusui sebanyak 76 g mengonsumsi menyusui sebesar 359 g mengonsumsi
cookies yang mengandung lemak 9,54 g, cookies yang mengandung karbohidrat 54,96
maka kecukupannya adalah 12,59%. Jika g, maka kecukupannya adalah 15,30%. Jika
dibandingkan dengan tambahan protein yang dibandingkan dengan tambahan karbohidrat
dianjurkan sebanyak 20 g, maka kebutuhan yang dianjurkan sebanyak 50 g, maka
dapat terpenuhi dengan mengonsumsi kebutuhan dapat terpenuhi dengan
cookies 50 g yang setara dengan 3 keping mengonsumsi cookies 50 g yang setara
cookies. dengan 3 keping cookies.
Karbohidrat adalah sumber energi utama Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet
tubuh. Merupakan zat gizi yang terdapat atau Dietary fiber, merupakan bagian dari
dalam makanan yang tersusun dari unsur tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan
Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). tersusun dari karbohidrat yang memiliki
Karbohidrat mempunyai fungsi sebagai sifat resisten terhadap proses pencernaan
bahan pembentuk senyawa kimia lainnya, dan penyerapan di usus halus manusia serta
mengalami fermentasi sebagian atau
keseluruhan di usus besar. Hasil analisis
kadar serat pangan cookies daun katuk
sebesar 9,30%. Jika AKG serat pada ibu
menyusui sebesar 38 g mengonsumsi
cookies yang mengandung serat 9,3 g, maka
kecukupannya adalah 24,47%. Jika

dibandingkan dengan tambahan serat yang keping cookies.


dianjurkan sebanyak 6 g, maka kebutuhan Beta-karoten adalah bentuk provitamin A
dapat terpenuhi dengan mengonsumsi 3 paling aktif, yang terdapat atas dua molekul
retinol yang saling berkaitan. Karotenoid 3,96%. Jika dibandingkan dengan tambahan
terdapat di dalam kloroplas tanaman dan zat besi yang dianjurkan sebanyak 7 mg,
berperan sebagai katalisator dalam maka kebutuhan dapat terpenuhi dengan
fotosintesis yang dilakukan oleh klorofil. mengonsumsi cookies sebanyak 3 keping
Karotenoid paling banyak terdapat dalam cookies.
sayuran berwarna hijau tua. Hasil analisis
kadar betakaroten cookies daun katuk Kesimpulan

sebesar 2,120 mg/100g (21,2 mcg). Jika 1. Formula 2 dengan jumlah tepung daun
AKG betakaroten pada ibu menyusui katuk sebesar 20 g, lemak (margarin =
sebesar 850 mcg mengonsumsi cookies yang 70 g dan butter = 5 g), dan susu skim 15
mengandung betakaroten 2,120 mg/100g g dari jumlah bahan yang digunakan
(21,2 mcg) maka kecukupannya adalah merupakan formula yang paling disukai
2,49%. Jika dibandingkan dengan tambahan oleh panelis pada parameter rasa, aroma,
betakaroten yang dianjurkan sebanyak 350 dan tekstur.
mcg, maka cookies ini dinyatakan 2. Formula 2 mengandung 2,32% air,
kekurangan kadar betakaroten. 2,33% abu, 26% lemak, 9,54% protein,
Zat besi berfungsi untuk membentuk sel 54,96% karbohidrat, 9,30% serat
darah merah, dan sel darah merah bertugas pangan, 2,120 mg/ 100g beta-karoten,
membawa oksigen dan zat-zat makanan ke dan 1,308 mg/ 100g Fe. Kadar
seluruh tubuh, juga membantu proses karbohidrat pada cookies ini dinyatakan
metabolisme tubuh untuk menghasilkan tidak memenuhi syarat.
energi. Oleh sebab itu kadar zat besi sangat
Saran
dibutuhkan dalam tubuh. Hasil analisis
- Perlu dilakukan penelitian analisis
kadar besi cookies daun katuk sebesar 1,308
steroid secara kuantitatif pada
mg/100g. Jika AKG zat besi pada ibu
cookies tepung daun katuk untuk
menyusui sebesar 33 mg mengonsumsi
mengetahui jumlah steroid yang
cookies yang mengandung zat besi 1,308
terdapat dalam cookies tersebut.
mg/100g, maka kecukupannya adalah
- Perlu dilakukan penelitian ulang untuk
memperbaiki nilai karbohidrat pada
cookies ini.
- Perlu dilakukan penelitian langsung
terhadap Ibu menyusui selama 3 bulan
untuk mengetahui cookies ini dapat

berpengaruh terhadap kelancaran ASI DAFTAR PUSTAKA


atau tidak. Adriani M, Wirjatmadi B. Peranan Gizi
Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012
Hatsu IE, McDougald DM, Anderson Departemen Kesehatan Republik
AK. Effect of Infant Feeding on Indonesia. Jakarta. Halaman : 10-11
Maternal Body Composition.
International Breastfeeding Journal, Hanani, E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta.

2008: 3-18. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

BSN (Badan Standar Internasional). SNI 01- Kamariyah, N. 2012. Pengaruh Fraksi
2973-2011 Syarat Mutu Kue Kering Ekstrak Daun Sauropus androgynus
(Kukis). Jakarta : Badan Standarisasi (L) Merr (Katuk) Terhadap Kadar
Nasional (BSN). Prolaktin Tikus Menyusui dan Sel

SNI 01-3744-1995 Syarat Mutu Neuraglia anak Tikus. Universitas

Mentega. Jakarta : Badan Airlangga. Surabaya.

Standarisasi Nasional (BSN). [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan

SNI 01-3541-2002 Syarat Mutu Republik Indonesia. 2012. Kinerja

Margarin. Jakarta : Badan Kegiatan Pembinaan Gizi Tahun

Standarisasi Nasional (BSN). 2011. Jakarta (ID): Direktorat


Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
Departemen Kesehatan. RI. 1977. Material dan Anak.
Medika Indonesia Jilid 1. Jakarta
Khan YM, Khan A. A Study on Factors
1992. Daftar Komposisi Bahan Influencing the Nutritional Status of
Makanan. Depkes, Bogor Lactating women in Jammu, Kashmir
and Ladakh Regions. International
1995. Farmakope Indonesia Edisi
Journal of Advancements in
IV. Jakarta
Research & Technology. 2012:1(4).
2000. Parameter standar U mu
m Lailiyana. 2012. Analisis Kandungan Zat
Ekstrak Tumbuhan
Obat. Gizi dan Uji Hedonik Cookies Kaya
Gizi pada Siswi SMPN 27 Pekanbaru
Tahun 2012. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Depok.

Matz, S. A. 1972. Bakery Technology and


Engineering, Second Edition The

AVI Publishing Co, Inc, West Port, Technology. AVI Publishing Co. Inc.,
Connecticut. Connecticut.

1978. Cookie & Cracker 1984. Snack Food Technology. The


AVI Publishing Co., Westport, Mutiara E, Adikahriani, Wahidah S. 2012.
Connecticut. Pengembangan Formula Biskuit
Daun Katuk Untuk Meningkatkan
1992. Bakery Technology and
Produksi ASI. Fakultas Teknik
Engineering. Third Edition. Pan-
Universitas Negeri Medan.
Tech International Inc., Texas.Matz
S Suarni. 2009. Prospek Pemanfaatan T epun
A. 1991. Cookies and Cracker g
Jagung untuk Kue Kering (cookies). J
Teknologi. Avi Publishing, Westport, Litbang Pertanian, 28 (2): 63-71.
Connecticut.
Ukegbu PO, Uwaegbute A.C. Body
Matz, S. A. dan Matz, T. D. 1978. Cookie Composition Changes Among
and Cracker Technology. Second Lactating Mothers In Abia State,
Edition. The Avi Publishing Nigeria. Am. J. Food. Nutr.
Compani Inc., USA. 2012:2(1): 21-25.

Word Health Organization (WHO). 2011.


Pengertian
ASI
Eksklusif. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai