Abstract
Cookies are one of the fod products made from wheat flour. Katuk leaf is a plant that data help
increase the quantity of breast milk, because the plant has a lactogagum effect that is contained
sterol (Kamariyah, 2012). Skim milk and fat are used as a combination material in the
manufacture of cookies that serves to improve the nutritional quality and organoleptic cookies.
Leaf katuk processed into a flour that serves to complement the nutritional, skim milk that serves
to increase the value of protein and fat functions to bind and form teksture cookies. This study
used a complete randomized design (RAL) with three variations of skim and fat skimmed milk
combination, 10 g of skim milk and 80 g of fat, 15 g of skim milk and 75 g of fat, and 20 g of
skim milk and 70 g of fat. The results obtained in this study are leaf katuk leaf cookies with the
addition of a mixture of skim milk and fat have 2,14% water content, 2,34% ash content, 26% fat,
9,54% protein, 55,13% carbohydrate, 9,30% dietary fiber, 2,120 mg/100g beta-carotene, 1,308
mg/100g Fe, the colour of dark chocolate cookies, the distinctive aroma of katuk leaves. Cookies
with the addition of skim milk 15 g and fat 75 g has good nutritional quality except in
carbohydrate and betacarotene levels and is preferred because it has a good taste, colour, texture,
and aroma.
Keywords: Breast Milk, Cookies, Katuk Leaves, Skim Milk, Fat.
1. Pendahuluan obat atau vitamin. Namun bukan berarti
Menurut WHO (2011), ASI Eksklusif adalah setelah pemberian ASI Eksklusif pemberian
memberikan ASI tanpa memberikan ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan
makanan dan minuman lain kepada bayi kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun.
sejak lahir sampai berusia 6 bulan, kecuali Proses produksi ASI membutuhkan energi
dalam jumlah yang cukup besar yaitu sekitar Susu skim adalah bagian susu yang
500-650 kkal/hari (Khan, 2012). Energi tertinggal sesudah krim diambil sebagian
yang diperlukan untuk menghasilkan 100cc atau seluruhnya. Susu skim dapat digunakan
ASI sebesar 80-90 kkal. Simpanan lemak dalam pembuatan keju rendah lemak dan
selama hamil memasok energi sebanyak yogurt. Susu skim mengandung protein
100-200 kkal/hari, sehingga untuk sebanyak 3,5 g. Susu skim juga berpengaruh
menghasilkan 850cc ASI diperlukan energi terhadap daya terima panelis (Buckle, 1987).
sekitar 750 kkal. Penambahan energi selama Mentega adalah bahan makanan yang
menyusui rata-rata hanya 500 kkal/hari terbuat dari minyak atau lemak hewan,
(Adriani, dkk, 2012). Kekurangan 250 kkal biasanya disebut lemak hewani. Mentega
diambil dari cadangan lemak selama hamil. bertekstur sangat lembut, sehingga tidak
Kebutuhan gizi ibu yang tidak terpenuhi tahan pada suhu ruangan dan cepat meleleh
akan diambil dari cadangan lemak sehingga (SNI, 1995). Margarin adalah bahan
dapat membantu untuk penurunan berat makanan yang terbuat dari minyak atau
badan dan dapat membantu mengurangi lemak tumbuh-tumbuhan atau yang biasa
tumpukan lemak yang terjadi selama disebut lemak nabati. (SNI, 2002).
kehamilan (Ukegbu PO, dkk. 2012). Cookies merupakan salah satu jenis biskuit
Daun katuk merupakan tanaman yang dapat yang dibuat dari adonan lunak, berkadar
membantu meningkatkan kuantitas ASI, lemak tinggi, relatif renyah jika dipatahkan
karena tanaman tersebut mempunyai efek dan penampang potongannya bertekstur
laktogagum yaitu terdapat kandungan sterol. padat (SNI, 1992). Pengembangan produk
Sterol merupakan senyawa golongan steroid cookies dengan penambahan tepung daun
(Kamariyah, 2012). katuk dipilih karena cookies merupakan
kudapan yang diminati masyarakat dan rata-
rata konsumsi cookies di Indonesia adalah
0,40 kg/kapita/tahun (Suarni, 2009).
Tingginya tingkat konsumsi cookies di
Indonesia membuat produk ini menjadi
pilihan dalam memenuhi asupan gizi
terutama pada ibu menyusui. Sebagai
produk pangan kering, cookies tergolong
makanan ringan yang tidak mudah rusak dan
mempunyai umur simpan yang relative
panjang (Indrawani, 2010).
katuk, selanjutnya dilakukan proses sortasi tercampur dengan pengotor pada saat
kering dengan tujuan agar simplisia yang dilakukan proses pengeringan. Kemudian
akan dilakukan ke proses selanjutnya tidak dilakukan proses grinder dan pengayakan
dengan menggunakan ayakan mesh 80 agar
mendapatkan hasil tepung yang halus.
x100%
Uji Karakteristik Tepung Daun Katuk
Penetapan Kadar Air Perhitungan Rendemen Tepung Daun
Penetapan kadar air tepung daun katuk Katuk
dilakukan dengan menggunakan metode Perhitungan rendemen tepung daun katuk
gravimetri, dengan cara ditimbang sampel yaitu dengan membandingkan antara bobot
sebanyak 10 g kemudian dimasukkan ke yang diperoleh dengan bobot awal simplisia
dalam cawan porselen yang sebelumnya kering.
telah ditara terlebih dahulu, dimasukkan ke Cara perhitungannya:
o
dalam oven dengan suhu 105 C selama 5
jam dan ditimbang. Dilakukan pengeringan Rendemen tepung =
dan penimbangan pada jarak 1 jam sampai x 100%
beratnya konstan (DepKes. RI, 2000).
Analisis Fitokimia
Kadar air (%) =
Analisis fitokimia dilakukan pada tepung
x100% daun katuk (Sauropus androgynous L.
Merr.)
Penetapan Kadar Abu Senyawa Golongan Steroid
Sebanyak 2-3 g sampel ditimbang dengan Sebanyak 1 gram sampel dimaserasi dengan
seksama, dimasukkan ke dalam krus silikat methanol selama 2 jam kemudian disaring.
yang telah dipijarkan dan ditara dalam tanur Filtratnya diuji dengan pereaksi Lieberman
dengan suhu 500 - 600°C. sampel dipijarkan Burchard diatas plat tetes. Kedalam plat
perlahan-lahan hingga arang habis, tetes dimasukkan ekstrak metanol kemudian
didinginkan lalu ditimbang. Kadar abu 5 tetes asam asetat anhidrida lalu diaduk,
dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di setelah kering ditambahkan 1 tetes asam
udara (DepKes. RI, 2000). sulfat pekat, jika terbentuk warna hijau
Cara perhitungannya: berarti sampel positif mengandung steroid.
Senyawa Golongan Flavonoid
Sebanyak 500 mg sampel dilarutkan dalam 5
mL etanol 95%. Diambil larutan sebanyak 2
mL dan ditambahkan 0,1 g serbuk
Magnesium, kemudian ditambahkan 10 tetes
asam klorida pekat, dikocok perlahan.
powder dikocok menggunakan mixer hingga susu skim ditambahkan dan diaduk hingga
mengembang dan membentuk krim. Tepung tercampur rata. Tepung terigu dan flavour
daun katuk, choco chips, gula palem dan chocolate ditambahkan sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga homogen dan adonan Waktu selang untuk mencicipi formula 1
menjadi kalis. dengan yang lain kurang lebih 1 menit dan
Tahap pembuatan cookies selanjutnya setelah mencicipi minuman serbuk
adalah tahap pencetakan. Pencetakan ini diharapkan panelis minum air putih atau
bentuknya bervariasi sesuai dengan selera. berkumur sebelum mencicipi formula
Adonan yang sudah dicetak, diletakkan ke lainnya. Parameter uji hedonik yang diuji
dalam loyang yang sudah disiapkan. meliputi kerenyahan, rasa, warna dan aroma
Tahap terakhir dilakukan proses yang masing-masing akan mendapat
pembakaran/ baking. Proses pembakaran penilaian 1: sangat tidak suka, 2: tidak suka,
dilakukan di dalam oven dengan suhu antara 3: netral, 4: suka, 5: sangat suka. Hasil uji
150-200oC, dengan waktu 16 – 25 menit. hedonik dianalisis menggunakan SPSS.
Oven yang digunakan dalam baking tidak Formula terbaik dan yang paling disukai,
boleh terlalu panas saat kue hendak kemudian dilakukan analisis zat gizi
dimasukkan karena bagian luar kue akan cookies, yaitu pengujian proksimat, β-
terlalu cepat matang sehingga menghambat karoten, Fe, serat pangan dan sterol.
perkembangan dan membuat permukaan
cookies menjadi pecah – pecah. Pengujian Mutu Sediaan Cookies Terbaik
Penetapan Kadar Air
Uji Kesukaan
Pengujian kadar air dilakukan dengan
Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 orang
metode gravimetri, dengan cara sampel
panelis, dikhususkan perempuan (Ibu-ibu)
ditimbang sebanyak 2 g kemudian
yang sedang tidak hamil dan sebelumnya
dimasukkan ke dalam cawan porselen yang
para panelis tidak mengkonsumsi makanan
sebelumnya telah ditara terlebih dahulu, lalu
atau minuman yang dapat mempengaruhi
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
penilaian. Para panelis diminta mencicipi
1050C selama 5 jam dan ditimbang,
dan menilai tekstur, rasa, warna dan aroma
kemudian dilanjutkan dengan pengeringan
dari sampel biskuit yang telah disediakan.
dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai
didapat berat konstan (Depkes. RI, 2000).
Dilakukan duplo. Syarat kadar air menurut
SNI (2011) maksimal 5%. Perhitungan :
Cara perhitungannya:
Kadar air (%) =
x 100%
Analisis Kadar Protein Metode Kjeltec tabung Kjeltec dan ditambahkan 2 gram
Sampel yang dihaluskan ditimbang campuran selen, ditambah 12 ml H2SO4 pekat,
sebanyak 1 gram, dimasukkan ke dalam larutan dipanaskan (destruksi) dengan suhu
4000C selama 1 jam (sampai larutan jernih), larutan jernih dan pelarut yang ada di dalam
didiamkan sampai larutan dingin. Buat labu lemak terdestilasi. Selanjutnya labu
sampel sequence pada Kjeltec dengan lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan
program AN300. Pasang tabung Kjeltec dan dalam oven dengan suhu 105 0C hingga
jalankan sequence. Lakukan penetapan didapatkan berat konstan, didinginkan dalam
blanko. Menurut SNI (2011) syarat protein desikator dan ditimbang (AOAC, 1995).
pada cookies minimal 9%. Kadar protein Menurut SNI (2011) syarat lemak pada
dihitung menggunakan rumus: cookies minimal 9,5%
Keterangan: x
W = Berat Sampel 100%
V1 = Volume HCl 0,01 N yang
diperlukan pada penitaran contoh Analisis Kadar Abu
V2 = Volume HCl 0,01 N yang Penetapan kadar abu dilakukan dengan cara
Fk = Faktor konversi untuk protein dari kedalam krus silikat yang telah dipijarkan
ditempatkan di dalam botol gelap dan minyak akan dianalisis, maka terlebih dahulu
disimpan di dalam refrigerator sampai minyak dipindahkan dari tempat
dibutuhkan untuk dianalisis. Apabila ekstrak penyimpanan, didiamkan pada suhu ruang
sampai semuanya meleleh. retensi peak β-karoten dalam sampel dengan
Kadar β-karoten dalam sampel ditentukan waktu retensi standar β-karoten.
dengan metode AOAC Official Method 3. Hasil Dan Pembahasan
2001.13 (AOAC, 2005). Sampel sebanyak Determinasi
0,1-0,25 g disaponifikasi menggunakan 10 Hasil determinasi menyatakan bahwa
mL etanol absolut (Merck) dan 2,5 mL KOH tanaman yang digunakan dalam penelitian
(Merck) 50% dalam aquades (b/v), ini adalah daun katuk dengan nama latin
kemudian dipanaskan dalam penangas air Sauropus androgynous L. Merr yang
bersuhu 80°C selama 1 jam. Campuran termasuk suku Phyllantaceae.
didinginkan dan ditambah 2,5 mL asam
asetat glasial (Merck). Campuran Hasil Pembuatan Tepung Daun Katuk
dipindahkan ke dalam labu ukur 25 mL dan Simplisia kering daun katuk yang digunakan
volume ditepatkan dengan etanol: adalah 7500 gram, setelah diserbukan dan
sampel disaring dengan filter syringe serbuk simplisia sebesar 2500 gram.
polyvinylidene fluoride (PVDF) berukuran Rendemen tepung daun katuk adalah 16,8%.
kolom C18 atau ODS (15 cm x 4,6 cm, i.d. 5 bertekstur halus, berwarna hijau tua, tidak
μm) dan detektor UV Vis pada 450 nm. terlalu pahit, berbau aromatis khas.
kandungan air pada suatu bahan dapat Penetapan kadar abu dilakukan untuk
menyebabkan perubahan kimia pada mengetahui senyawa anorganik yang
senyawa aktif. terkandung dalam suatu simplisia. Kadar abu
tepung daun katuk yang didapatkan sebesar hitam
1,28%. Berdasarkan data tersebut, kadar abu Terbentuk +
tepung telah memenuhi syarat secara umum endapan
yang tidak boleh lebih dari 8,9%. menggum
tersari. ungu
a il + HCl buih
n warna Terbentuk
dengan penelitian Sa’roni, dkk (2004), hasil reaksi positif pada senyawa sterol, flavonoid,
yang ditunjukkan pada pengujian fitokimia alkaloid, dan tanin.
tepung daun katuk yaitu menunjukkan
Hasil uji statistik pada parameter warna
Uji Kesukaan menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
Keterangan: Huruf superskrip yang sama perbedaan yang tidak nyata terhadap tingkat
sama menunjukkan pengaruh Hasil uji statistik pada parameter rasa dan
sebesar 2,120 mg/100g (21,2 mcg). Jika 1. Formula 2 dengan jumlah tepung daun
AKG betakaroten pada ibu menyusui katuk sebesar 20 g, lemak (margarin =
sebesar 850 mcg mengonsumsi cookies yang 70 g dan butter = 5 g), dan susu skim 15
mengandung betakaroten 2,120 mg/100g g dari jumlah bahan yang digunakan
(21,2 mcg) maka kecukupannya adalah merupakan formula yang paling disukai
2,49%. Jika dibandingkan dengan tambahan oleh panelis pada parameter rasa, aroma,
betakaroten yang dianjurkan sebanyak 350 dan tekstur.
mcg, maka cookies ini dinyatakan 2. Formula 2 mengandung 2,32% air,
kekurangan kadar betakaroten. 2,33% abu, 26% lemak, 9,54% protein,
Zat besi berfungsi untuk membentuk sel 54,96% karbohidrat, 9,30% serat
darah merah, dan sel darah merah bertugas pangan, 2,120 mg/ 100g beta-karoten,
membawa oksigen dan zat-zat makanan ke dan 1,308 mg/ 100g Fe. Kadar
seluruh tubuh, juga membantu proses karbohidrat pada cookies ini dinyatakan
metabolisme tubuh untuk menghasilkan tidak memenuhi syarat.
energi. Oleh sebab itu kadar zat besi sangat
Saran
dibutuhkan dalam tubuh. Hasil analisis
- Perlu dilakukan penelitian analisis
kadar besi cookies daun katuk sebesar 1,308
steroid secara kuantitatif pada
mg/100g. Jika AKG zat besi pada ibu
cookies tepung daun katuk untuk
menyusui sebesar 33 mg mengonsumsi
mengetahui jumlah steroid yang
cookies yang mengandung zat besi 1,308
terdapat dalam cookies tersebut.
mg/100g, maka kecukupannya adalah
- Perlu dilakukan penelitian ulang untuk
memperbaiki nilai karbohidrat pada
cookies ini.
- Perlu dilakukan penelitian langsung
terhadap Ibu menyusui selama 3 bulan
untuk mengetahui cookies ini dapat
BSN (Badan Standar Internasional). SNI 01- Kamariyah, N. 2012. Pengaruh Fraksi
2973-2011 Syarat Mutu Kue Kering Ekstrak Daun Sauropus androgynus
(Kukis). Jakarta : Badan Standarisasi (L) Merr (Katuk) Terhadap Kadar
Nasional (BSN). Prolaktin Tikus Menyusui dan Sel
AVI Publishing Co, Inc, West Port, Technology. AVI Publishing Co. Inc.,
Connecticut. Connecticut.