Perawat Di Instalasi Rawat Inap (Irna) II RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Ayu Dewiati Savitri
Wira Usaha di Jakarta
Abstrak: Pada perkembangan industri, teknologi dan institusi rumah sakit umum di
Indonesia, berbagai perubahan akan terjadi di masa yang akan datang termasuk
perubahan pada masyarakat yang selalu menginginkan pelayanan yang terbaik maupun
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di segala bidang. Tujuan dari peneliti ini
adalah untuk mengetahui adanya pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap
motivasi kerja perawat di Instalasi Rawat Inap (IRNA) II Rumah Sakit Umum Dr. Saiful
Anwar Malang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 72 orang perawat, dengan
teknik propotional random sampling. Perhitungan validitas menggunakan rumus korelasi
product moment. Sedangkan uji reliabilitas butir skala menggunakan program uji keandalan
teknik Hoyt. Uji analisis data diperoleh Freg = 51,618 dengan p = 0,000 dinyatakan sangat
signifikan, artinya ada pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja
perawat di Instalasi Rawat Inap II Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.
1991). Maka, kepemimpinan transforma motivasi kerja perawat di Instalasi Rawat Inap
sional bisa digunakan dalam sebuah institusi (IRNA) II Rumah Sakit Umum Dr. Saiful
salah satunya adalah dibidang kesehatan, hal anwar Malang. Perusahaan atau organisasi
ini sering terkait dalam ruang lingkup rumah perlu diperhatikan gaya kepe mimpinannya,
sakit dengan melibatkan kompetensi karena hal ini bisa berpengaruh terhadap
karyawannya. Misalnya, dalam rumah sakit motivasi kerja perawat yang dapat berdampak
umum (RSU) Dr. Saiful Anwar Malang adalah pada perkembangan rumah sakit maupun
salah satu rumah sakit pemerintah terbesar dan pelayanannya. Berdasarkan latar belakang
dengan fasilitas lengkap dan memberikan yang telah diuraikan diatas maka dapat
pelayanan yang baik di Kota Malang. dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut
Rumah sakit swasta lain yang ada di “Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan
Malang sekarang banyak bermunculan dengan transformasional terhadap motivasi kerja
fasilitas lengkap dan memberikan pelayanan perawat di Instalasi Rawat Inap II Rumah
yang baik. Manusia merupakan aset utama Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang?”. kerja
dalam pelayanan rumah sakit. Maka, perawat. Kepemimpinan transformasional bisa
manajemen sumber daya manusia di rumah berdampak positif dalam perkembangan
sakit perlu adanya motivasi dalam bidang globalisasi untuk menciptakan hasil yang lebih
perawat atau tenaga keperawatan yang baik.
merupakan kelompok sumber daya manusia
relatif besar pada tiap-tiap rumah sakit. Pengertian Motivasi
Rumah sakit umum di Indonesia pada Motif seringkali diartikan istilah
umumnya dalam bidang keperawatan dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut
memiliki kualitas pelayanan yang baik dan merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk
memiliki perilaku yang baik terhadap pasien berbuat sesuatu dalam bekerja. Motif tersebut
tetapi pada RSU Dr. Saiful Anwar Malang merupakan driving force yang menggerakkan
dalam bidang keperawatan pelayanan kurang manusia untuk bekerja dan didalam aktivitas
adanya komunikasi yang baik terhadap itu pula manusia mempunyai tujuan tertentu
pasien. dalam bekerja. Wexley & Yukl (1977)
Perawat merupakan personil yang mengemukakan bahwa, motif adalah
pertama kali berhadapan langsung dengan pemberian atau penimbulan motif bisa
pasien dan yang paling lama berhubungan diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Para
dengan pasien. Frekuensi pertemuan pasien ahli lain memberikan kesamaan antara motif
dengan perawat lebih banyak dari pada dengan needs (dorongan, kebutuhan). Batasan
petugas yang lain. Perawat dapat mengubah diatas bisa disimpulkan bahwa motif adalah
perilaku pasien selama dalam proses yang melatar belakangi perbuatan untuk
pengobatan. Oleh karena itu peran dan mencapai tujuan tertentu (As’ad, 2003).
kualitas perawat sangat menentukan pelayanan Motivasi berasal dari kata latin movere
di rumah sakit (Sugiarto, 1999). yang berarti mendorong atau menggerak kan.
Berdasarkan latar belakang tersebut Motivasi (motivation) menyangkut suatu
peneliti tertarik untuk mengetahui gaya keadaan bagaimana caranya mengarahkan
kepemimpinan transformasional terhadap daya potensi seseorang agar mau bekerja
4 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 1 APRIL 2014
Ayu Dewiati Savitri
secara produktif berhasil mencapai dan Suyati, S, 1995). Uraian teori tersebut, dapat
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah
(Hasibuan, 1999). sesuatu yang dapat menimbulkan semangat
Motivasi sebagai faktor yang mendorong dan menghasilkan produktivitas kerja yang
orang untuk bertindak dengan cara tertentu. lebih baik.
Kamus administrasi The Liang Gie (1989),
merumuskan motivasi atau dorongan sebagai Faktor-faktor Motivasi Kerja
pekerjaan yang dilakukan seorang manager Menurut McClelland (1974), timbulnya
dalam memberi inspirasi dan dorongan tingkah laku karena dipengaruhi oleh
terhadap orang lain/karyawan untuk kebutuhan-kebutuhan yang ada didalam diri
mengambil tindakan-tindakan. Pemberian manusia. Konsepnya mengenai motivasi dalam
dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan or- diri individu, terdapat tiga kebutuhan pokok
ang-orang atau karyawan agar mereka yang mendorong tingkah lakunya. Konsep
bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagai motivasi ini lebih dikenal dengan “Social Mo-
mana dikehendaki dari orang-orang tersebut tives Theory” yang memiliki tiga kebutuhan.
(Anoraga, 2005). Kebutuhan tersebut munculnya sangat
dipengaruhi oleh situasi yang sangat spesifik.
Pengertian Motivasi Kerja Apabila individu tersebut tingkah lakunya
Motivasi kerja merupakan tingkah laku didorong oleh tiga kebutuhan maka tingkah
seseorang, biasanya didorong oleh keinginan lakunya akan nampak ciri-ciri sebagai berikut:
atau kebutuhan yang harus diambil, diawasi 1) Need for Achievement, tingkah laku
dan diarahkan untuk melaksanakan tugas guna individu yang didorong oleh kebutuhan
mencapai kerja yang diharapkan (Wahyu berprestasi yang tinggi akan nampak
sumidjo, 1990). sebagai berikut :
Motivasi Kerja adalah sesuatu yang - Berusaha melakukan sesuatu
menimbulkan semangat atau dorongan kerja dengan cara-cara baru dan kreatif
(As’ad, 2003). - Mencari umpan balik tentang per
Motivasi kerja adalah “Besar kecilnya buatannya.
usaha yang diberikan seseorang untuk - Memilih resiko yang sedang didalam
melaksanakan tugas-tugas pekerjaan” perbuatannya. Memilih resiko yang
(Ravianto, 1995). sedang berarti masih ada peluang
Motivasi kerja atau dorongan karyawan untuk berprestasi yang lebih tinggi.
adalah kemauan kerja karyawan yang - Mengambil tanggung jawab pribadi
ditimbulkan karena adanya dorongan dari atas perbuatan-perbuatannya.
dalam pribadi karyawan yang bersangkutan 2) Need for affiliation, tingkah laku individu
sebagai hasil integrasi keseluruhan dari pada yang didorong oleh kebutuhan untuk
kebutuhan pribadi, pengaruh lingkungan fisik bersahabat yang tinggi akan nampak
dan pengaruh lingkungan sosial dimana sebagai berikut :
kekuatannya tergantung dari proses penginte - Lebih memperhatikan segi hubungan
grasian faktor-faktor tersebut (Anoraga & pribadi yang ada dalam pekerjaannya
daripada segi tugas-tugas yang ada
ISSN : 0853-8050 5
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja di Instalasi Rawat Inap II RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
sarana motivasi kerja yang langsung berkaitan lain, manusia cenderung berperilaku negatif,
dengan kerja dan tenaga kerja adalah “kondisi adanya kepercayaan bahwa orang-orang
dan syarat-syarat kerja seperti upah, em- dimotivasi oleh orang, tunjangan dan ancaman
ployee benefits, lingkungan kerja, hukuman. Berbeda dengan Teori Y yang
keselamatan kerja, jaminan sosial dan berasumsi bahwa orang pada hakekatnya
sebagainya”. tidak malas dan dapat dipercaya atau dapat
Menurut Zamani (1990) terdapat dikatakan manusia cenderung berperilaku
banyak perubahan teori motivasi. Namun positif. Dari asumsi ini terdapat anggapan, jika
jika diklasifikasikan secara sederhana terbagi manusia dimotivasi dengan tepat akan dapat
dalam tiga kelompok, yaitu : mengalahkan diri dan kreatif dalam bekerja.
1) Teori Pemuasan Kebutuhan Asumsi pada hakekat manusia menurut teori
Dalam teori ini dibicarakan faktor- X adalah sebagai berikut :
faktor yang ada didalam diri individu 1) Pada umumnya orang-orang tidak suka
yang menyebabkan mereka melakukan bekerja.
tindakan tertentu. Ingin mengetahui 2) Orang-orang pada umumnya tidak
kebutuhan apa saja yang mereka ingin ambisius, hanya sedikit memiliki
penuhi. tanggung jawab dan lebih suka diarah
2) Teori Proses kan.
Teori ini mengemukakan tentang 3) Orang-orang pada umumnya hanya
bagaimana dan berdasar tujuan apa memiliki kemampuan memecahkan
individu itu termotivasi, yang termasuk permasalahan dalam organisasi.
dalam kategori teori proses adalah teori 4) Motivasi hanya timbul pada level-level
pengharapan (expectancy theory), mem fisiologis dan rasa aman.
bentuk perilaku (operant conditioning), 5) Orang-orang pada umumnya hanya
teori Porter Lower dan teori keadilan. harus diawasi dengan ketat atau
3) Teori Penguatan dipaksa untuk mencapai tujuan organisasi.
Teori ini mengemukakan tentang Asumsi pada hakekat manusia teori Y adalah
bagaimana akibat tindakan masa lalu sebagai berikut :
mempengaruhi tindakan yang akan 1) Pekerjaan pada hakekatnya seperti
datang, semacam proses mempelajari bermain apabila kondisinya menyenang
atau belajar dari pengalaman dengan kan.
pandangan tindakan tertentu yang akan 2) Swa-kendali sering sangat diperlukan
menghasilkan sesuatu yang baik. untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Menurut Douglas Mc. Gregor, teori yang 3) Orang-orang pada umumnya memiliki
dikmukakan dikenal dengan teori “X” dan “Y”, kemampuan kreatif untuk memecahkan
teori ini dikemukakan atas dasar asumsi masalah.
tentang hakekat dan motivasi. Teori X 4) Motivasi timbul pada level-level sosial,
berasumsi bahwa orang-orang pada umumnya penghargaan dan perwujudan diri serta
lebih suka diarahkan, enggan memikul level fisiologis dan rasa aman
tanggung jawab dan lebih menginginkan (Handoko,1991).
keselamatan diatas segalanya. Dengan kata Menurut Herzberg, terkenal dengan teori
ISSN : 0853-8050 7
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja di Instalasi Rawat Inap II RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
“Dua Faktor”. Dalam memotivasi karyawan, mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamis
kondisi kerja memungkinkan individu untuk yang dapat mengkoordinasikan dan memoti
memenuhi kebutuhan tingkat atas dinamakan vasi karyawan untuk mencapai tujuan (Hughes,
faktor motivator dan yang penting untuk Ginnet, dan Curphy, 2002).
memenuhi kebutuhan tingkat bawah Sebutan pemimpin terlepas dari
dinamakan faktor hygiene (Widagdo, 1992). perbedaan definisi, perbedaan status formal
a. Faktor motivator tersebut meliputi : dan non-formal, perbedaan strata atau job
1) Achievement ( Pencapaian prestasi) title-nya, mengarah pada satu pemahaman
2) Recognition (Pengakuan) sebagai sumber solusi suatu urusan. Jadi
3) Responsibility (Tanggung jawab) pemimpin adalah orang yang isi pikirannya
4) Advancement (Kesempatan maju atau berupa solusi bukan masalah yang ia
Pengembangan diri) rasakan. Maka, syarat mutlak yang bersifat
5) The work it self (Pekerjaan itu sendiri) fundamental adalah memiliki paket
b. Faktor hygience, meliputi : keahlian dan paket kekuatan. Paket
1) Working Condition (Kondisi tempat keahlian merujuk pada kualitas personal yang
kerja) sifatnya internal mulai dari skill, knowledge,
2) Technical Supervisor ( Jenis Supervisi) attitude, atau lainnya sedangkan paket
3) Interpersonal Supervisor (Hubungan kekuatan merujuk pada power yang bisa
antar pribadi) berbentuk kekayaan, networking, atau
4) Wages (gaji) mungkin kekuatan fisik. Keahlian berguna
5) Company Policy and Administration untuk memimpin kelompok ahli sementara
(Kebijaksanaan dan Administrasi kekuatan berguna untuk memimpin khalayak
perusahaan) umum (Ubaydillah, 2003).
Berdasarkan pendapat diatas dapat Uraian diatas dapat diambil kesimpulan
disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah bahwa pemimpin memiliki tanggung jawab
semangat atau energi yang mendorong terhadap karyawannya, kelompok, organisasi
karyawan untuk melakukan aktivitas kerja atau tim untuk mencapai pada tujuan spesifik
guna mencapai tujuan organisasi. Timbulnya atau sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
motivasi kerja karena individu sebagai seorang Ivancevich dan McMahon, J. T. (1982)
karyawan memiliki berbagai macam kebutu mendefinisikan bahwa, kepemimpinan sebagai
han dan kebutuhan tersebut muncul setelah kemampuan mempengaruhi aktivitas orang lain
kebutuhan lain terpenuhi dan oleh individu melalui komunikasi, baik individual maupun
dirasakan sebagai kebutuhan yang paling kelompok kearah pencapaian tujuan. Boone
pokok. dan Kurtz (1984) mendenifisikan kepemimpi
nan adalah tindakan memotivasi orang lain atau
Kepemimpinan Transformasional menyebabkan orang lain melakukan tugas
Bass mengemukakan bahwa, pemimpin tertentu dengan tujuan untuk mencapai tujuan
adalah orang yang memiliki suatu program spesifik (dalam Anoraga & Suyati, S, 1995).
kegiatan dan berprilaku secara bersama-sama McFarland (1987) mendefinisikan
dengan karyawannya untuk mengaplikasikan bahwa, kepemimpinan sebagai suatu proses
cara atau gaya tertentu. Gaya kepemimpinan dimana pimpinan dilukiskan akan memberi
8 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 1 APRIL 2014
Ayu Dewiati Savitri
perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses ia lihat. Usaha menyelaraskan presepsi
mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam diantara orang yang mempe ngaruhi perilaku
memilih dan mencapai tujuan yang telah dengan orang yang akan dipengaruhi menjadi
ditetapkan. Pfiffner (1980) mengemukakan amat penting kedudukan nya.
bahwa, kepemimpinan adalah seni mengkoor Gaya kepemimpinan adalah pola-pola
dinasi dan memberi arah kepada individu atau perilaku dari kepemimpinan yang dapat
kelompok untuk mencapai tujuan yang didefinisikan sebagai perilaku pimpinan
diinginkan (dalam Danim, 2003). dikalangan karyawan. Gaya kepemimpinan
Konsep tentang kepemimpinan adalah pola perilaku yang dilaksanakan oleh
mengalami banyak perkembangan dengan orang tersebut pada waktu berupaya
memasukkan kerangka pemikiran yang mempengaruhi aktivitas orang lain seperti
mengacu pada taktik, dan strategi yang yang dilihat orang tersebut (Hersey P. dan
digunakan oleh orang-orang dalam menyatu Blanchard K Terjemahan Agus D, 1992).
kan pemikiran dan menguraikan arti dari Keith Davis, merumuskan 4 sifat umum
kejadian-kejadian yang ditemukan. Memba- gaya kepemimpinan yang mempunyai
has definisi-definisi teori kepemimpinan dan pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpi
gagasan, menginterpretasikannya mungkin nan organisasi, yaitu : 1) Kecerdasan, 2)
akan terbantu melalui pengalaman struktur Keleluasaan hubungan sosial, 3) Motivasi diri
pendidikan. dan dorongan berprestasi, 4) sikap dan
Yukl (1981) mengemukakan bahwa, hubungan kemanusiaan (Darma, 1992).
kepemimpinan sebagai penggerak dan penentu Berdasarkan pengertian diatas dapat
perjalanan organisasi. Melalui kemampuan ditarik suatu kesimpulan bahwa gaya
inovatif seorang dan gaya pemimpin, dapat kepemimpinan adalah suatu kemampuan atau
mengantarkan organisasi untuk mencapai kesanggupan seorang pemimpin untuk
tujuan. Upaya yang dapat dilakukan oleh mempengaruhi bawahannya agar dapat
pimpinan adalah mengarahkan, meningkatkan beraktivitas untuk mencapai suatu tujuan yang
dan menggerakkan potensi diri karyawannya ditentukan sebelumnya.
agar secara bersama-sama memfokuskan Transformasional adalah suatu model
pada keberhasilan organisasi. Selain itu, yang dikonseptualisasikan sebagai perubahan
melalui daya kreatifitas seorang pemimpin pelatihan organisasi yang fundamental,
akan mampu memaksimalkan potensi menghasilkan budaya dan iklim dimana
karyawannya yang berada di lingkungannya keanekaragaman etnik dan ras dapat dinilai
untuk meningkatkan efisiensi organisasi yang (Hugges, Ginnet, dan Curphy, 2002).
optimal. Secara signifikansi sebenarnya Podsakoff (1996) mengemukakan
pemimpin-pemimpin itu telah berperan bahwa, gaya kepemimpinan transformasional
memberikan dukungan dan mempercepat merupakan faktor penentu yang mempengaru-
kreatifitas karyawannya dalam organisasi. hi sikap, presepsi, dan perilaku karyawan
(Hugges, Ginnet, dan Curphy, 2002). dimana terjadi pening katan kepercayaan
Menurut pendapat Toha (1995), gaya kepada pemimpin, motivasi, kepuasan kerja
kepemimpinan diartikan sebagai norma dan mampu mengurangi sejumlah konflik yang
perilaku yang digunakan orang lain seperti yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Yuki
ISSN : 0853-8050 9
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja di Instalasi Rawat Inap II RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
mengatakan bahwa, pemimpin transforma nan yang dapat di evaluasi. Gaya kepemimpi
sional adalah pemimpin yang mampu nan transformasional memiliki karakteristik
mendorong karyawannya untuk memunculkan faktor-faktor kepemimpinan yang dapat
ide-ide baru dan solusi kreatif atas masalah- mempengaruhi karyawan yang melebihi tar-
masalah yang dihadapi (Andarika dan get atau harapan. Terutama yang terpenting
Marcelius, 2004). adalah bahwa kepemimpinan transformasional
Burns berpandangan bahwa, kepemimpi secara langsung sebagai pemimpin yang
nan transformasional sebagai sebuah proses karismatik dalam berinteraksi dengan
bersama-sama antara pemimpin dan pengikut karyawannya (Hugges, Ginnet, dan Curphy,
saling meningkatkan motivasi yang tinggi. 2002).
Kepemimpinan transformasional dapat Menurut Bass (1994), faktor-faktor
diperlihatkan oleh siapa saja (Endah M, 2007). kepemimpinan transformasional adalah
Kepemimpinan transformasional tidak sebagai berikut :
hanya sekedar menghasilkan kepatuhan dari 1) Menunjukkan perilaku karismatik
para pengikutnya, ia dapat mengubah (Attribut Charisma)
keyakinan dasar, nilai dan kebutuhan para Pemimpin mendahulukan kepenti
pengikutnya untuk mendapatkan pencapaian ngan perusahaan dan kepentingan or-
dan hasil yang lebih hebat. Pertukaran yang ang lain dari kepentingan sendiri. Sebagai
terjadi melibatkan kepercayaan, komitmen pimpinan perusahaan bersedia memberi
dan penghormatan. Model hubungan vertical kan pengorbanan untuk kepentingan
dyad, pemimpin membuat semua orang bagian perusahaan. Pemimpin menimbulkan
dari dalam kelompok. Bass telah menerapkan kesan pada bawahannya bahwa sebagai
pendekatan ini terhadap kepemimpinan pemimpin memiliki keahlian untuk
organisasi, seperti yang telah dilakukan Tichy melakukan tugas pekerjaannya, sehingga
dan Devanna. Menurut Tichy dan Devanna patut dihargai. Bawahan memiliki rasa
(1986), pemimpin transformasional mengenali bangga dan merasa tenang berada dekat
kebutuhan akan perubahan organisasi, dengan pimpinannya. Pemimpin juga dapat
kemampuan melihat kedepan, mobilisasi tenang menghadapi situasi yang kritikal,
komitmen terhadap penglihatan kedepan, dan yakin dapat berhasil mengatasinya.
pembentukan budaya perusahaan untuk 2) Munculnya motivasi inspirasional
mendukung perubahan, dan melihat sinyal (Inspirational Motivation)
perubahan yang baru (Danuyasa, 1990). Pemimpin mampu menimbulkan
inspirasi pada bawahannya, antara lain
Faktor-faktor gaya Kepemimpinan dengan menentukan standar-standar tinggi,
Transformasional memberikan keyakinan bahwa tujuan
Bass menyatakan bahwa kepemimpinan dapat dicapai. Bawahan merasa mampu
transformasional merupa kan konsep yang melakukan tugas pekerjaannya, mampu
komprehensip dalam hubungannya dengan memberikan berbagai macam gagasan.
perspektif pemimpin berpengaruh terhadap Bawahan merasa diberikan inspirasi oleh
karyawan. Gaya kepemimpinan seorang pimpinannya.
pemimpin menunjukkan performan kepemimpi 3) Memberikan stimulasi intelektual
10 PSIKOVIDYA VOLUME 18 NOMOR 1 APRIL 2014
Ayu Dewiati Savitri
Penyusunan blue print skala motivasi terdapat 33 item yang dinyatakan sahih karena
kerja disusun berdasarkan pada aspek dari sesuai dengan target yang diinginkan sehingga
teori McClelland (As’ad, 2003),yaitu : data akurat dan 15 item yang dinyatakan gugur
a. Kebutuhan akan mencapai sukses (Need (2,3,5,6,8,12,20,21,23,33,36,38,42, 45,47)
for Achievement). karena item yang gugur tidak bisa diukur sesuai
Kebutuhan individu yang didorong dengan target yang diinginkan sehingga data
oleh kebutuhan untuk berpeluang yang didapat tidak akurat, dimana item yang
mendapatkan prestasi yang tinggi dalam sahih memilih nilai dan yang bergerak antara
mencapai kesuksesan. 0,189 sampai 0,792.
b. Kebutuhan akan keakraban (Need for Menghitung reliabilitas skala motivasi
Affiliation). kerja dengan menggunakan bantuan
Kebutuhan individu yang didorong komputasi seri Program Statistik (SPS-2000)
oleh kebutuhan untuk bersahabat yang Program Analisis Keandalan Butir teknik Hoyt
tinggi dalam melakukan kerjasama dengan edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih,
rekan kerja atau dengan atasan. UGM Yogyakarta versi IBM/ IN. Hasil
c. Kebutuhan akan kekuasaan (Need for perhitungan reliabilitas skala motivasi kerja
power). pada tabel 1.
Kebutuhan individu yang didorong Hasil perhitungan dari tiga aspek dalam
oleh kebutuhan untuk berkuasa yang tinggi skala motivasi kerja dinyatakan sangat
dan memepengaruhi orang lain sehingga signifikan dengan p = 0,000, dimana nilai r
menyebabkan orang tersebut tidak atau bergerak antara 0,687 sampai 0,792 dengan
kurang memperdulikan perasaan orang demikian skala motivasi kerja dapat
lain. dinyatakan andal/ reliabel.
Penelitian ini menggunakan cara try out
terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian Tabel 1
yang sebenarnya. Adapun prosesnya yaitu Hasil Reliabilitas Skala Motivasi Kerja
dengan menggunakan teknik purposive ran-
dom sampling, dimana pengambilan sampel
dengan cara diundi yang sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan oleh pihak peneliti, yaitu
perawat yang sudah lama bekerja di RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang sebanyak 65 orang
dengan jumlah 48 item untuk skala Motivasi
Kerja.
Menghitung validasi skala Motivasi
Kerja dilakukan dengan menggunakan
bantuan komputasi seri Program Statistik
(SPS-2000) Program Analisis Kesahihan
Butir edisi Sutrisno Hadi dan Yuni
Pamardiningsih, UGM Yogyakarta versi IBM/
IN. Setelah dilakukan uji validasi pada 48 item
cara diundi yang sesuai dengan kriteria yang bantuan komputasi Seri Program Statistik
telah ditentukan oleh pihak peneliti, yaitu (SPS-2000) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni
perawat yang sudah lama bekerja di RSU Dr. Pamardiningsih, UGM Yogyakarta Indonesia
Saiful Anwar Malang. Sampel perawat Instansi versi IBM/IN dengan menggunakan prosedur
Rawat Inap II RSU Dr. Saiful Anwar Malang atau langkah- langkah sebagai berikut :
sebanyak 65 orang dengan jumlah 50 item 1. Membuat rancangan komputasi analisis
untuk skala gaya kepemimpinan data seperti pada tabel berikut :
transformasional.
Menghitung validasi skala gaya Tabel 2
kepemimpinan transformasional dilakukan Tabulasi Rancangan Komputasi Variabel
dengan menggunakan bantuan komputasi seri Bebas danVariabel Terikat
Program Satistik (SPS-2000) Program
Analisis Kesahihan Butir edisi Sutrisno Hadi
dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta
versi IBM/IN. Setelah dilakukan uji validasi
pada 50 item terdapat 44 item yang dinyata Keterangan :
kan sahih karena sesuai dengan target yang X= Skor Pengukuran skala Gaya Kepemimpi
diinginkan sehingga data akurat dan 6 item nan Transformasional
yang dinyatakan gugur (1,15,16,32, 33,35) Y = Skor Pengukuran skala Motivasi Kerja
karena item yang gugur tidak bisa diukur sesuai N = jumlah subyek penelitian
dengan target yang diinginkan sehingga data
yang didapat tidak akurat, dimana item yang
2. Berdasarkan data statistik di atas, dapat
sahih memilki nilai r bt yang bergerak antara
0,198 sampai 0,755. diperoleh data koefisien dengan mengguna
kan teknik korelasi product moment dari
Reliabilitas Butir Skala Gaya Kepemimpinan Karl Pearson, yaitu :
Transformasional
Hasil perhitungan dari lima aspek dalam
skala gaya kepemimpinan transformasional
dinyatakan sangat signifikan dengan p = 0,000
, dimana nilai r a bergerak antara 0,616 sampai
0,814 dengan demikian skala gaya
kepemimpinan transformasional dapat Keterangan :
dinyatakan andal/reliabel. rxy = Koefisien korelasi product
moment
Analisis Data X = Jumlah variabel X
Metode analisis data dengan mengguna Y = Jumlah variabel Y
kan metode analisis regresi. Analisis regresi XY = Jumlah perkalian antara variabel x
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan variabel Y
hubungan variabel bebas dengan variabel N = Jumlah subyek dalam penelitian
terikat. Menganalisa data menggunakan X² = Jumlah kuadrat skor item
Y² = Jumlah kuadart skor item total (a) Jika F hitung < F tabel 5 %,maka hipotesis
1. Nilai rxy diatas untuk menghitung nilai alternatif ditolak karena variabel X tidak
koefisien determinan (r²) melalui rumus r² mempunyai hubungan yang siginifikan
= (r²)x100 dengan variabel Y
2. Membuat persamaan garis regresi dengan (b) Jika F tabel < F tabel 5 % < F hitung < F
rumus regresi satu prediktor, yaitu : tabel 1 %, maka hipotesis alternatif
Y = aX + K diterima karena variabel X mempunyai
Keterangan : hubungan yang signifikan dengan variabel
Y = Kriterium Y
X = Prediktor (c) Jika F hitung > F tabel 1 % , maka hipotesis
A = Harga koefisien prediktor alternatif diterima karena varibel X
K = Harga bilangan konstan mempunyai hubungan yang sangat
Harga a dan k dapat dicari melalui metode signifikan dengan variabel (Supratiknya A,
skor dasar dari persamaan : 2000)
(a) XY = a X ² + K X
(b) Y = a X + NK HASIL
Hasil perhitungan ini untuk mengetahui
3. Membuat rangkuman hasil analisa regresi, ada tidaknya hubungan variabel bebas dengan
seperti pada tabel 3. Analisa regresi variabel terikat dengan menggunakan rumus
bilangan F diperoleh dari rumus : Koefisien Beta dan Koefisien Parsial-Model
F reg = RK reg Penuh bantuan komputasi Seri Program
RK res Statistik (SPS-2000) EDISI Sutrisno Hadi
dan Yuni Pamardiningsih, UGM Yogyakarta
Tabel 3
Indonesia versi IBM/IN seperti pada tabel 4.
Rangkuman Analisis Regresi Satu Prediktor
Tabel 4
Koefisien Beta dan Koefisien Parsial –
Model Penuh
Keterangan :
F reg = harga bilangan F untuk garis regresi
RK reg = rerata kuadarat garis regresi
RK res = rerata kuadarat residu
merupakan aset utama dalam pelayanan rumah mengeluarkan usaha ekstra untuk mencapai
sakit. Maka, dalam manajemen sumber daya kinerja yang direncanakan. Hasil ini sejalan
manusia di rumah sakit perlu adanya motivasi dengan konsepsi tentang kepemimpinan
dalam bidang perawat atau tenaga keperawa transformasional, yang berasumsi bahwa
tan yang merupakan kelompok sumber daya pemimpin transformasional berusaha untuk
manusia yang relatif besar pada tiap-tiap membangkitkan kebutuhan para bawahannya
rumah sakit. pada tingkatan yang lebih tinggi (Fahrudin dan
Bass & Avolio (1990) menyatakan Pareke, 2004).
bahwa, karakteristik yang dimiliki pemimpin Perilaku yang dimiliki aspek gaya
transformasional dapat mempertinggi motivasi kepemimpinan dapat mempengaruhi motivasi
bawahan sehingga bawahan mau mengeluar kerja karyawan untuk memunculkan ide-ide
kan upaya ekstra untuk hasil yang diharapkan. produktif, tanggung jawab, dan kepedulian
Kepemimpinan transfor masional mampu edukasional dalam mencapai visi organisasi
membawa perubahan-perubahan yang lebih yang sesungguhnya juga dapat membawa
mendasar seperti perluasan nilai-nilai, tujuan karyawan kearah demokrasi.
dan kebutuhan bawahan dan perubahan- Podsakoff mengemukakan bahwa gaya
perubahan tersebut bedampak pada upaya kepemimpinan transformasional merupakan
bawahan karena dengan terpenuhinya faktor penentu yang mempengaruhi sikap,
kebutuhan yang lebih tinggi membuat bawahan persepsi, dan perilaku bawahan dimana terjadi
mempertinggi motivasi untuk melakukan peningkatan kepercayaan kepada pemimpin.
upaya dalam mencapai hasil kerja yang lebih Motivasi, kepuasan kerja dan mampu
optimal (Endah M & Sutrisno Hadi, 2003). mengurangi sejumlah konflik yang sering
Pencapaian tujuan organisasi bergantung terjadi dalam satu organisasi (Rita A, 2004).
pada kualitas kerja karyawan kepada Hasil perhitungan koefisien korelasi
pimpinan yang sudah terbentuk dan determinan (R ²)= 0,424 ini berarti bahwa
terbentuknya motivasi kerja yang dapat 42.4% mempengaruhi gaya kepemimpinan
menjembatani pengaruh gaya kepemimpinan transformasional yang dari sisanya sebesar
transformasional pada meningkatnya atau 41.4% dipengaruhi oleh faktor lain yaitu
menurunnya keharmonisan dan kinerja dari diri pengaruhi lingkungan fisik dan pengaruh
karyawan dalam perusahaan/organisasi. Hasil lingkungan sosial.
perhitungan koefisien korelasi (r) diperoleh Solso mengemukakan bahwa, pada
hasil 0,651. Korelasi ini menunjukan korelasi dasarnya kepemimpinan merupakan
yang positif, artinya semakin tinggi gaya kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi
kepemimpinan transformasional maka semakin bawahan dalam sebuah organisasi sehingga
tinggi pula motivasi kerjanya, dan sebaliknya mereka termotivasi untuk mencapai tujuan
semakin rendah gaya kepe mimpinan organisasi dan dalam memberikan penilaian
transformasional maka semakin rendah pula terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan
motivasi kerjanya. pemimpin, bahwa melakukan proses kognitif
Mujiasih dan Hadi (2003) menemukan untuk menerima, mengorganisasikan, dan
bahwa, perilaku pemimpin transformasional memberi penafsiran terhadap pemimpin (Rita,
dapat mempertinggi motivasi seseorang untuk 2004).
ISSN : 0853-8050 19
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Motivasi Kerja di Instalasi Rawat Inap II RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
nan Transformasional dalam komu Hughes, R.L., Ginnet, C. R., Curphy, J.R.
nitas organisasi pembelajaran. 2Leadership: Ehnancing the
0 0 2 .
ISSN : 0853-8050 23