Anda di halaman 1dari 35

POSTPARTUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Analyze Methode


Ariani Fatmawati, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Mat

Disusun oleh :
Dizza Tressa D (3020170 Shalma Fauziah S (3020170
Siti Amanah (3020170 Silvia Pebriyani (3020170
Ekka Nur (3020170 Siti Amanah (3020170
Teguh Tresna (3020170
Eka Pitaloka N (3020170 Utami Maharani (3020170
Utari Suci (3020170
Elis Susilawati (3020170 Vegi Pira L (3020170
Zainab Zakiya ZF (3020170
Eliza Ayunda (3020170

Fina Asfiaul H (3020170

Lulu Lutfiah (3020170


Rizky Maulana (3020170
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat yang tiada terhitung
jumlahnya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurahkan ke pada Nabi
Muhammad SAW. Khususnya kepada penyusun serta selalu memberikan hidayah
dan inayahnya sehingga penyusun dapat membuat makalah ini dengan penuh rasa
syukur dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penyusun buat ini untuk memnuhi salah satu tugas CAM (Case
Analyze Methode). Dalam penyusunanya pun penyusun mendapat dukungan dari
staf dosen, teman-teman, referensi buku, dan yang bersangkutan.
Adapun makalah yang penyusun buat belum sepenuhnya sempurna, sehingga
penyusun dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun sehingga dikemudian hari penyusun dapat membuat makalah
jauh lebih baik dari makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.

Bandung, Oktober 2018`

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Postpartum

Masa periode pascapartum ialah sejak bayi lahir sampai organ – organ
reproduksi kembali pada keadaan normal sebelum hamil dan pada masa 6 minggu.
(menurut buku ajar)
Masa nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat’’
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama
6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologis maupun
psikologis akan putih dalam waktu 3bulan. Jika secara psiologi sudah terjadi
perubahan pada bentuk semula ( sebelum hamil ), tetapi cara psikologis masih
terganggu maka dikatakan masa nifas tersebut belum berjalan dengan norman atau
sempurna.(asuhan kebidanan postpartum)
Masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pasca
persalinan, melilputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi
sebelum hamil. Menurut buku asuhan kebidanan nifas dan menyusui).
Ada yang membagi nifas dalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu masa pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial adalah pemulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
Anatomi Sistem Reproduksi

Reproduksi berarti “membuat kembali”, jadi reproduksi manusia berarti


kemampuan manusia untuk memperoleh keturunan, sehingga sistem reproduksi
adalah organ-organ yang berhubungan dengan masalah seksualitas.

6
Sistem reproduksi pada wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di
dalam rongga pelvis di topang oleh lantai pelvis, dan genital eksterna, yang
terletak di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna wanita berkembang
dan menjadi matur akibat rangsangan hormon progesteron.[ CITATION Bob04 \l
1057 ]
Struktur Organ Reproduksi Wanita
Struktur organ reproduksi wanita meliputi organ reproduksi internal dan organ
reproduksi eksternal. Keduanya saling berhubungan dan tak terpisahkan. Organ
reproduksi internal terdapat di dalam rongga abdomen, meliputi sepasang ovarium
dan saluran reproduksi yang terdiri saluran telur (oviduk/tuba falopi), rahim
(uterus) dan vagina. Organ reproduksi luar meliputi mons veneris, klitoris,
sepasang labium mayora dan sepasang labium minora[ CITATION Bob04 \l 1057 ].

Vulva
Merupakan celah paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari
mons pubis atau mons veneris yang merupakan daerah atas dan terluar dari
vulva yang banyak mengandung jaringan lemak. Mons veneris adalah bagian
yang sedikit menonjol dan bagian yang menutupi tulang kemaluan (simfisis
pubis). Bagian ini disusun oleh jaringan lemak dengan sedikit jaringan ikat.
Mons Veneris juga sering dikenal dengan nama gunung venus, ketika dewasa

7
bagian mons veneris akan ditutupi oleh rambut-rambut kemaluan dan
membentuk pola seperti segitiga terbalik. Fungsi Vulva :
1. Sebagai indra raba/ sentuhan.

2. Kelenjar : menghasilkan cairan untuk membasahi dan melicinkan


permukaan vulva.

Labia Mayora

Seperti namanya, Bagian ini berbentuk seperti bibir. Labia Mayora


merupakan bagian lanjutan dari mons veneris yang berbentuk lonjok, menuju
ke bawah dan bersatu membentuk perineum. Bagian Luar dari Labia Mayor
disusun oleh jaringan lemak, kelenjar keringat, dan saat dewasa biasanya
ditutupi oleh rambut-rambut kemaluan yang merupakan rambut dari mons
veneris. Sedangkan selaput lemak yang tidak berambut, namun memiliki
banyak ujung-ujung saraf sehingga sensitif saat melakukan hubungan seksual.
Fungsi dari labia mayora yaitu untuk melindungi struktur alat kelamin yang
berada di dalam dengan cara menutup.

Labia Minora (Bibir Kecil Kemaluan)

Labia Minora merupakan organ berbentuk lipatan yang terdapat di dalam


Labia Mayora. Alat ini tidak memiliki rambut, tersusun atas jaringan lemak,
dan memiliki banyak pembuluh darah sehingga dapat membesar saat gairah
seks bertambah. Bibir Kecil Kemaluan ini mengelilingi Orifisium Vagina
(lubang Kemaluan). Labia Minora analog dengan Kulit Skrotum pada Alat
Reproduksi Pria. Fungsi dari labia minora yaitu untuk saluran urin,
pembukaan kelenjar bartholin dan juga skene atau vestibula.

Klitoris

Klitoris adalah organ bersifat erektil yang sangat sensitif terhadap


rangsangan saat hubungan seksual. Klitoris memiliki banyak pembuluh darah
dan terdapat banyak ujung saraf padanya, oleh karena itu Organ ini sangat
sensitif dan bersifat erektil. Klitoris Analog dengan Penis pada Alat
Reproduksi Pria.

8
Vestibulum Vagina

Vestibulum adalah rongga pada kemaluan yang dibatasi oleh labia minora
pada sisi kiri dan kanan, dibatasi oleh klitoris pada bagian atas, dan dibatasi
oleh pertemuan dua labia minora pada bagian belakang bawahnya.Vestibulum
merupakan tempat bermuaranya :

 Uretra (saluran kencing)


 Muara vagina (liang senggama)

Masing-masing dua lubang saluran kelenjar bartholini dan skene (Kelenjar


ini mengeluarkan cairan seperti lendir saat pendahuluan hubungan untuk
memudahkan masuknya penis). Fungsi dari vestibulum adalah sebagai tempat
bermuaranya uretra atau saluran kencing dan vagina atau liang senggama.

Himen

Himen merupakan selaput membran tipis yang menutupi lubang vagina.


Himen ini mudah robek sehingga dapat dijadikan salah satu aspek untuk
menilai keperawanan. Normalnya Himen memiliki satu lubang agak besar
yang berbentuk seperti lingkaran. Himen merupakan tempat keluarnya cairan
atau darah saat menstruasi. Saat Melakukan hubungan seks untuk pertama
kalinya himen biasanya akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah
melahirkan hanya akan tertinggal sisa-sisa himen yang disebut caruncula
Hymenalis (caruncula mirtiformis).

Ovarium

Memiliki jumlah sepasang dengan panjang 3-4 cm, menggantung bertaut


melalui mesentrium ke uterus. Ovarium merupakan gonad wanita yang
berfungsi menghasilkan ovum dan mensekresikan hormon kelamin wanita
yaitu estrogen dan progesteron. Seorang wanita kira-kira memiliki 400.000
koliker dari kedua ovariumnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Hanya
beberapa ratus saja yang berkembang dan melepaskan ovum selama masa

9
reproduksi yaitu sejak menarche (pertama mendapat menstruasi) hingga
menopause.
Selama mengalami pematangan, polikel mensekresikan hormon estrogen.
Setelah polikel pecah dan melepaskan ovum, polikel akan berubah menjadi
korpus luteum yang mensekrekasikan estrogen dan hormon progestoren.

Tuba Fallopi

Tuba fallopi berjumlah sepasang, (di kanan dan di kiri ovarium) dengan
panjang sekitar 10 cm. Tuba Fallopi berfungsi juga untuk:

 Sebagai saluran spermatozoa dan ovum


 Penangkap ovum
 Bisa menjadi tempat pembuahan (fertilisasi)
 Sebagai tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu masuk ke
bagian dalam Uterus (Rahim).

Tuba Fallopi terdiri atas 4 bagian :

a. Infundibulum, yaitu bagian berbentuk seperti corong yang terletak di


pangkal dan memiliki Fimbriae. Fimbriae berfungsi untuk menangkap
ovum
b. Pars ampularis, yaitu bagian agak lebar yang merupakan tempat
bertemunya ovum dengan sperma (Pembuahan/fertilisasi).
c. Pars Ismika, yaitu bagian tengah tuba yang sempit.
d. Pars Interstitialis, yaitu bagian tuba yang letaknya dekat dengan uterus.

Uterus

Memiliki jumlah satu buah, berotot polos tebal, berbentuk seperti buah vir,
bagian bawah mengecil disebut serviks. Uterus merupakan tempat tumbuh dan
berkembangnya embrio, dindingan dapat mengembang selama kehamilan dan
kembali berkerut setelah melahirkan.
Uterus manusia berfungsi sebagai perkembangan zigot apabila terjadi
fertilisasi. Terletak diantara kandungan urine dan poros usus. Terdiri dari

10
badan rahim (korpus uteri) dan leher rahim (serviks uteri).Fungsinya adalah
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Otot pada uterus bersifat
elastis sehingga dapat menyesuaikan dan menjaga janin ketika proses
kehamilan selama 9 bulan. Fungsi lain dari uterus yaitu :

o Endometrium : menyiapkan dan ikut bekerja untuk proses nidasi dan ikut
memelihara plasenta
o Miometrium :

a. Mengisap spermatozoa yang diejakulasikan waktu coitus.


b. Untuk melancarkan aliran sperma menuju infundibulum.
c. Meluruh kanembrio, plasenta waktu melahirkan /keguguran/haid.

Vagina

Vagina adalah muskulo membranasea (Otot-Selaput) yang


menghubungkan rahim dengan dunia luar. Vagina memiliki panjang sekitar 8-
10 cm, terletak antara kandung kemih dan rektum, memiliki dinding yang
berlipat-lipat, lapisan terluarnya merupakan selaput lendir, lapisan tengahnya
tersusun atas otot-otot, dan lapisan paling dalam berupa jaringan ikat yang
berserat. Vagina berfungsi sebagai jalan lahir, sebagai sarana dalam hubungan
seksual dan sebagai saluran untuk mengalirkan darah dan lendir saat
menstruasi
Etiologi

Penyebab dalam persalinan belum diketahui dengan pasti. Tetapi ada beberapa
faktor yang turut berperan dan saling berkaitan.
1. Perubahan kadar hormon
Perubahan kadar hormon mungkin disebabkan oleh penuaan plasenta dan
terjadi sebagai berikut :
a. Kadar progesteron menurun (relaksasi otot menghilang).
b. Kadar esterogen dan prostaglandin meninggi.

11
c. Oksitosin pituitari dilepaskan (pada kebanyakan kehamilan, produksi
hormon ini akan disupresi).
2. Distensi uterus
Distensi uterus menyebabkan terjadinya hal berikut :
a. Serabut otot yang teregang sampai batas kemampuan nya akan bereaksi
dengan mengadakan kontraksi.
b. Produksi dan pelepasan prostagladin F miometrium.
c. Sirkula siplasenta mungkin terganggu sehingga menimbulkan perubahan
hormonal (seperti atas).
3. Tekanan janin
Kalau janin sudah mencapai batas pertumbuhannya didalam uterus, ia akan
menyebabkan :
a. Peningkatan tekanan dan ketegangan pada dinding uterus.
b. Stimulasi dinding uterus yang tegang tersebut sehingga timbul kontraksi.
4. Faktor-faktor lain
a. Penurunan tekanan secara mendadak ketika selaput amnion pecah.
b. Gangguan emosional yang kuat (lewat rantai korteks-hipotalamus hipofise)
dapat menyababkan pelepasan oksitosin.
Manifestasi klinis

1. Adapun tanda-tanda persalinan yaitu :

a. Lightening atau pengosongan


Penurunan secara bertahap, wanita akan merasa lebih lega dan lebih mudah
bernafas. Tetapi akibat pergeseran ini terjadi peningkatan tekanan pada
kandung kemih sehingga akan lebih sering berkemih.
b. Persalinan palsu
Selama 4 sampai 8 minggu akhir masa kehamilan rahim menjalani
kontraksi tak teratur dan bersifat sporadik. Pada bulan terakhir kehamilan,
kadang-kadang setiap 10 sampai 20 menit dengan intensitas lebih besar.
Mengeluh merasa nyeri yang menetap pada punggung bagian bawah dan

12
tekanan pada sakroiliaka. Kadangkadang mengalami kontraksi yang kuat,
sering (braxton hicks).
c. Pembukaan serviks
Serviks sering dirasakan melunak akibat peningkatan kandung air dan lisis
kolagen. Pembukaan secara serentak, atau penipisan sementara serviks itu
melebar ke dalam segmen bawah uterus. Lendir vagina yang keluar semakin
banyak akibat besarnya kongesti selaput lendir vagina. Lendir serviks
berwarna kecoklatan atau bercak darah (bloody show) keluar. Serviks menjadi
lunak (matang), sebagian menipis dan berdilatasi ketuban pecah dengan
spontan (jensen, 2005).
Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut
“involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah
yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Tanda dan Gejala

Penatalaksanaan

13
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
Perubahan fisiologi dan psikologis

Perubahan fisiologi postpartum:

1. Sistem Reproduksi
a) Payudara
Keadaan payudara pada pertama post partum sama dengan keadaan pada
masa hamil. Pada hari ke 3 dan ke 4 payudara mulai membesar dan keras dan
ditandai adanya proses pengeluaran air susu. Payudara membesar dan keras
karena adanya peningkatan hormon prolaktin dan oksitosin untuk
memproduksi ASI kemudian. Pada tahap ini payudara sangat tegas, hangat dan
lembut.
b) Uterus
Oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior menginduksi
kontraksi myometrium yang saling berkaitan dan kuat. Rongga uterus telah
kosong, maka uterus secara keseluruhan berkontraksi ke arah bawah dan
dinding uterus kembali menyatu satu sama lain, dan ukuran uterus secara
bertahap kembali seperti sebelum hamil (Coad dan Dunstall, 2006). Involusi
uterus suatu proses yang menyebabkan uterus kembali pada posisi semula.
Infolusi uterus ini akan mengalami kontraksi dan retraksi otot sehingga akan
menjadi keras. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia myometrium

14
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan reaksi uterus yang terus-
menerus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus
menjadi relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormone
estrogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya sepuluh kali
panjang sebelum hamil dan lebarnya lima kali sebelum hamil yang
terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormone estrogen dan hormone progesterone.
4) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi pendarahan.
Tabel. Tinggi fundus uteri

Waktu sejak malahirkan Posisi fundus uteri Berat uterus


Pertengahanpusat
1-2 jam 1000 gr
simphisis
12 jam-1 hari 1 jari dibawah pusat 500 gr
3 hari dibawah pusat,
3 hari
terusi turun 1 jari/hari
Tidak teraba dibawah
9 hari
simphisis
c). Endometrium

Selaput lendir yang melapisi Rahim mengalami regenerasi setelah


mengeluarkan plasenta melalui proses nekrosis lapisan superfisial dari desidua
dan regenerasi desidua basalis menjadi jaringan endometrium. Proses regenerasi
ini menghasilkan lochia yang merupakan darah yang dikeluarkan dari uterus dan

15
terdiri dari jariingan nekrotik serta mengalami perubahan-perubahan yang
menunjukan tahap penyembuhan endometrium.

Lochea adalah secret yang berasal dari dalam Rahim terutama luka bekas
implantasi plasenta yang keluar melalui vagina. Lochea merupakan pembersihan
uterus setelah melahirkan yang secara mikroskopik terdiri dari eritrosit, jaringan
desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada awal masa nifas. Lochea
mempunyai bau amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea dibagi berdasarkan warna dan
kandungannya, yaitu:

a. Lochea Rubra: keluar pada hari pertama sampai hari ke-3 post partum (2
jam PP sampai 3 hari). Berisi darah segar, berwarna merah berisi eritrosit,
leukosit, sel-sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium,
sisa-sisa selaput ketuban dan sisa darah.
b. Lochea Serosa: lochea serosa merupakan cairan berwarna kuning
kecoklatan, yang mengandung sel darah, serum, berisi leukosit, robekan
plasenta dan sisa-sisa jaringan dan sejumlah mikroorganisme. Locheal ini
keluar pada hari ke-4 sampai hari ke-10 post partum.
c. Locheal Alba: locheal ini keluar mulai pada hari ke-10 sampai minggu ke-
2-6 post partum. Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah,
berisi sel leukosit, sel desidua, serum, sel-sel epitel dan lendir serviks. Jika
pengeluaran locheal berkepanjangan, pengeluaran lochea tertahan, lochea
yang purulenta (nanah), rasa nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta
merupakan indikasi perdarahan dan infeksi intra uterin.

d). Genitalia eksterna, Vagina, Vulva, dan Perineum.

Selama proses persalinan, vulva dan vagina mengalami penekanan serta


peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Beberapa hari
setelah persalinan, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi

16
lebih menonjol. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat
sebelum persalinan pertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum


mengalami robekan. Selama early postpartum jaringan sekitar perineum
mengalami edema dan laserasi. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan
ataupun dilakukan episiotomi atas indikasi tertentu. Jika ada episiotomi atau
laserasi akan menimbulkan rasa takut untuk berkemih dan buang air besar. Pada
postpartum hari ke-5, perineum sudah mulai kembali ke semula, kekuatan
tonusnya tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

2. Sistem Integumen
Pada ibu post partum terjadi perubahan pada kulit yang terdiri dari :
 Cloasma gravidarum adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan yang
tampak pada kulit kening dan pipi. Cloasma gravidarum ini di
pengaruhi oleh adanya perubahan hormon.
 Linea nigra adalah garis hitam yang pada sejak ibu sedang hamil, garis
ini memanjang dari umbilikus ke pubis. Garis ini timbul karena adanya
peningkatan hormon yang menstimulasi produksi melanosit.
 Striae gravidarum adalah tanda parut yang berupa guratan-guratan
putih dengan pola yang tidak beraturan dan memanjang. Garis ini
terbentuk karena adanya peragangan pada kulit sedangkan pada bagian
bawah kulit robek akibat adanya peragangan.

3. Sistem Pencernaan (Gastrointestinal)


Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,
antaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan
melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar
progesteron mulai menurun. Namun, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari
untuk kembali normal.

17
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain sebagai berikut:
 Nafsu makan, rasa lelah yang amat berat setelah proses persalinan
dapat memangaruhi nafsu makan ibu, sebagian ibu tidak
merasakan lapar sampai rasa lelahnya hilang. Ada juga yang
merasakan lapar segera setelah persalinan. Sebaiknya setelah
persalinan segera mungkin berikan ibu minuman hangat dan manis
untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Secara bertahap berikan
makanan yang sifatnya ringan karena alat pencernaan juga perlu
waktu untuk memulihkan keadaan.
 Motilitas, secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Pada
persalinan bedah sesar kelebihan analgesik dan anestesi bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
 Pengosongan usus, pascamelahirkan, ibu sering mengalami
konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama
proses persalinan dan awal masa nifas, diare sebelum persalinan,
enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid,
ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu yang kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali secara teratur,
antara lain sebagai berikut:
1. Pengaturan diet/menu makanan yang mengandung serat tinggi.
2. Pemberian cairan yang cukup, minimal delapan gelas per hari.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pascamelahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5. Melakukan mobilisasi.

4. Sistem Perkemihan

18
Distensi pada kandung kemih, pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna, dan ketidakmampuan buang air merupakan hal yang biasa
terjadi pada beberapa hari pertama diperiode postpartum. Hal ini
berhubungan dengan penurunan sensasi untuk buang air dan atau edema
disekitar uretra. Kandung kemih pada masa nifas sangat kurang sensitif
dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah
buang air kecil masih tertinggal urine residual (normal ± 15 cc). Sisa urine
dan trauma pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi. Diuresi disebabkan menurunnya kadar estrogen dan oksitosin,
terjadi dalam waktu 12 jam pasca melahirkan dan mengurangi kelebihan
cairan pada jaringan.

5. Sistem Muskuloskeletal
Setelah melahirkan otot-otot uterus berkontraksi dan otot-otot perut
mengalami pengurangan dan perut tampak lembut dan kendur. Ligamen-
ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendur. Stabilitas secara sempurna terjadi
pada 6-8 minggu setelah persalinan.
Sebagai akibat putusnya serat-serat plastik kulit dan distensi yang
berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding
abdomen masih agak lunak dan kendur untuk sementara waktu. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-
otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-
latihan tertentu atau senam nifas.

6. Sistem Kardiovaskular
Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara
cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi, selama

19
masa ini, ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya
progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan
meningkatnya vascular pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-
sama dengan trauma masa persalinan. Wanita akan kehilangan darah
normalnya sekitar 400-500 ml terkait dengan melahirkan secara normal,
sedangkan dengan persalinan SC pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan
terdiri atas volume darah dan kadar ht (hematocrit).

7. Sistem Hematologi
Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis adalah
meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama
persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama
masa postpartum.
Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematocrit, dan eritrosit sangat
bervarisasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta, dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Jika hematocrit pada hari pertama atau
kedua lebih rendah dari titik dua persen atau lebih tinggi daripada saat
memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah
yang cukup banyak.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematocrit dan hemoglobin pada hari ke
3-7 postpartum dan akan normal kembali dalam 4-5 minggu postpartum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500
ml, minggu pertama postpartum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa
nifas berkisar 500 ml.

8. Sistem Endokrin
Perubahan mendadak pada system endokrin setelah pengeluaran plasenta.
Penurunan level estrogen, progesterone, dan prolactin. Estrogen kembali

20
meningkat setelah seminggu pertama pasca melahirkan. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar prolactin terus menurun sepanjang 3 minggu
pertama periode postpartum. Pada wanita menyusui kadar prolactin
meningkat sebagai respon bayi menyusu. Ada 4 hormon dalam system ini
sebagai berikut:
 Hormone plasenta
Hormone plasenta HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
menurun dengan cepat setelah persalinan dan menetap sampai 10%
dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
 Hormone pituitary
Menurunnya kadar estrogen merangsang kelenjar pituitary bagian
belakang untuk mengeluarkan prolactin. Hormone ini berperan
dalam pembesaran payudara dan merangsang produksi ASI.
 Hormone hipofisis dan fungsi ovarium
Pada wanita menyusui kadar prolactin tetap meningkat sampai
minggu ke-6 setelah melahirkan. Kadar prolactin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama tiap kali menyusui,
dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Untuk ibu yang
menyusui dan tidak menyusui akan memengaruhi lamanya ibu
mendapatkan menstruasi kembali.
 Hormone estrogen dan progesterone
Setelah persalinan, kadar estrogen menurun 10% dalam kurun
waktu sekitar 3 jam. Progesterone turun pada hari ke-3 postpartum
kemudian digantikan dengan peningkatan hormone prolactin dan
prostaglandin yang berfungsi sebagai pembentukan ASI dan
meningkatkan kontraksi uterus sehingga mencegah terjadinya
perdarahan.

Perubahan psikologis postpartum

21
Proses persalinan dan lahirnya bayi memberikan arti dan makna yang
sangat besar bagi seorang ibu, bahkan sering kali dapat mengubah sikap dan
psikologis orangtua. Meskipun fisik ibu nifas secara bertahap mengalami
pemulihan, secara emosional ibu nifas belum pulih. Minggu pertama merupakan
masa rentan, masih terdapat rasa gembira berganti depresi atau berubah-ubah di
antara keduanya. Perasaan tidak mampu menjadi ibu, merawat bayi, terutama jika
ibu meyusui dan bertambah atau menurunnya minat terhadap seks.
Timbulnya gejala-gejala psikologis tersebut dipengaruhi oleh:
1. Jenis persalinan yang ibu alami.
2. Dukungan dari lingkungan sekitar.
3. Bertambahnya tugas dan tanggu jawab ibu dengan adanya kehadiran bayi.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas, antara lain
sebagai berikut:
1. Memahami fungsi menjadi orang tua.
2. Adanya respons dan dukungan dari keluarga.
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan sebelumnya.
4. Harapan, keinginan, dan aspirasi saat hamil dan melahirkan.
Teori Revarubin (1963) menjelaskan bahwa, “Seorang ibu yang baru
melahirkan mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melalui
tiga fase penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya sebagai ibu”. Tiga
fase adaptasi psikologis ibu nifas dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Fase Taking-in (Fase Ketergantungan)
Hari pertama sampai kedua setelah persalinan ibu masih merasakan
lelah karena proses persalinan yang dilaluinya, terkesan pasif terhadap
bayi dan lingkungan sekitar dan ibu masih berfokus pada dirinya
sendiri. Kebutuhan ibu nifas yang wajib diperhatikan pada fase ini
adalah terpenuhinya kebutuhan asupan nutrisi, dan istirahat.
Dukungan keluarga dan petugas kesehatan dalam mendampingi dan
membantu ibu melewati fase ini sangat diharapkan agar ibu tidak
mengalami gangguan psikologis seperti rasa bersalah karena belum

22
mampu merawat bayinya, belum bias menyusui karena ASI belum
keluar, dan kecewa terhadap jenis kelamin yang tidak sesuai harapan.
2. Fase Taking-hold (Fase Transisi antara Ketergantungan dan
Kemandirian).
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan sudah mulai ada rasa tanggung
jawab dalam perawatan bayinya,tetapi perasaan ibu lebih sensitive
sehingga mudah tersinggung. Tugas petugas kesehatan antara lain
mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara
perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi,
istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain.
3. Fase Letting-go (Fase Mandiri)
Fase ini berlangsung 2-4 minggu setelah persalinan, ibu merasa lebih
percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan diri dan bayinya. Terjadi penyesuaian dalam hubungan
keluarga untuk mengobservasi bayi, hubungan antar pasangan
memerluka penyesuaian dengan kehadiran anggota baru (bayi).
Dukungan suami dan keluarga dalam merawat bayi akan sangat
membantu ibu, sehingga kebutuhan akan istirahat tetap terpenuhi
untuk menjaga kondisi fisiknya. Hal-hal yang harus dipenuhi selama
masa nifas anatara lain sebagai berikut:
- Fisik berupa istirahat, asupan gizi, dan lingkungan bersih.
- Psikologi berupa dukungan dari keluarga dan lingkungan
sekitar sangat diperlukan.
- Social berupa perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu
saat sedih, dan menemani saat ibu merasa kesepian.
- Psikososial berupa hubungan yang baik dan diterima oleh
lingkungan sekitar tempat ibu tinggal.

23
24
BAB III

TINJAUAN KASUS

Seorang perempuan berusia 18 tahun P1A0 postpartum spontan 7 jam


yang lalu. Pasien terlihat belum menggendong bayinya, pasien dan suami terlihat
bingung saat melihat bayinya, pasien mengatakan belum tahu cara menggendong
bayi apalagi cara memandikan bayi dan perawatan payudara, belum tahu cara
menyusui, belum tahu harus menyusui berapa lama, tidak tahu tentang ASI
Eksklusif. Pada saat ditanya alat kontrasepsi apa yang digunakan, pasien tidak
tahu karena selama ini belum mendapatkan informasi.

Pada saat dikaji pasien mengeluh nyeri daerah perineum karena ada luka
jahitan episiotomy yang membuat pasien takut untuk melakukan perineal care.

Hasil pemeriksaan fisik : TD 110/70 mmHg, N 78 x/menit, Suhu 36ºC.


Rambut pasien terlihat acak-acakan, lengket dan berbau, baju pasien bau keringat,
kulit badan pasien lengket dan berkeringat. Konjungtiva anemis, tidak terdapat
cloasma gravidarum, mulut bau, pasien mengatakan belum mandi maupun sikat
gigi, gigi tidak ada yang karies.

Tidak terdapat hiperpigmentasi pada kulit dada, payudara simetris kiri dan
kanan, ASI belum keluar, putting susu yang kiri inverted, yang kanan menonjol,
putting susu kotor dan kaku, hiperpigmentasi pada areola, payudara teraba
lembek, belum ada bendungan ASI. Terdapat linea nigra dan striae gravidarum
pada kulit perut, tidak ada bekas luka operasi, bising usus 8x/menit, kandung
kemih penuh, tinggi fundus 2 jari dibawah pusat, teraba disebelah kanan keras,
diastasis rektus abdominis (DRA) positif 2 jari. Perineum terlihat kotor, pembalut
terlihat penuh, tercium bau amis, terdapat lochea berwarna merah, terdapat luka
episiotomy, terlihat merah dan sedikit edema, tanda REEDA tidak ada, luka
jahitan utuh, tidak ada hemoroid. Ekstremitas bawah tidak terdapat edema, reflek
patella positif, homan’s sign negative, tidak ada tanda-tanda varies
(thrombophlebitis). Pasien bertanya apakah benar jika ibu nifas tidak boleh makan

25
ikan dan ayam, karena dikeluarga dan dikampungnya ibu nifas hanya boleh
makan sayur-sayuran saja.

Pertanyaan :

1). Apa yang dimaksud dengan P1A0 ?

2). Jelaskan adaptasi fisiologi dan psikologis pasien !

3). Jelaskan yang dimaksud dengan inverted, cloasma gravidarum, linea nigra,
striae gravidarum, diastasis retus abdominals (DRA), dan homan’s sign !

4). Jelaskan tentang tanda REEDA dan proses inflamasi !

5). Buatlah asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan kasus !

6). Lampirkan leaflet terkait intervensi yang diberikan pada pasien.

Jawaban

1). P1A0 : partus 1 dan tidak ada abortus.

2). – adaptasi fisiologis meliputi:

a) System Reproduksi
b) System Kardiovaskular
c) System Perkemihan
d) System Gastrointestinal (Pencernaan)
e) System Endokrin
f) System Muskuloskeletal
g) System Hematologi

-adaptasi psikologis meliputi:

a) Fase Taking-in (Fase Ketergantungan)


b) Fase Taking-hold (Fase Transisi antara Ketergantungan dan Kemandirian)
c) Fase Letting-go (Fase Mandiri)

3). -

26
I. PENGKAJIAN
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas Klien
a. Nama : NY.A
b. No. Medrec :
c. Umur :18 tahun
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Alamat :
g. Agama :
h. Suku Bangsa :
i. Status Marital :Menikah
j. Golongan Darah :
k. Tanggal Masuk Rumah Sakit :
l. Tanggal Pengkajian :
m. Tanggal Dilakukan Operasi :
n. Diagnosa Medis :

2. Identitas Penanggung Jawab


a. Nama :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Alamat :
f. Agama :
g. Suku Bangsa :
h. Status Marital :
i. Golongan Darah :
j. Hubungan Dengan Klien :

3. Riwayat Kesehatan

27
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri daerah perineum karena ada luka jahitan
episiotomy yang membuat pasien takut untuk melakukan perineal
care.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien terlihat belum menggendong bayinya, pasien dan suami
terlihan bingung saat melihat bayinya, pasien mengatakan belum
tahu cara menggendong bayi apalagi cara memandikan bayi dan
perawatan payudara, belum tahu cara menyusui, belum tahu cara
menyusui berapa lama, tidak tahu tentang ASI Eksklusif. Rambut
terlihat acak-acakan, lengket dan berbau, baju pasien bau keringat,
kulit badan pasien lengket dan berkeringat. Konjungtiva anemis,
tidak terdapat cloasma gravidarum, mulut bau, pasien mengatakan
belum mandi maupun sikat gigi, gigi tidak ada yang karies.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan dahulu.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat kesehatan keluarga.
5) Riwayat Gynekologi & Obstetri
a) Riwayat Gynekologi
(1) Riwayat Menstruasi
(2) Riwayat Perkawinan
(3) Riwayat Keluarga Berencana
b) Riwayat Obstetric
(1) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Keadaan
Jenis Tempat atau J B Masalah
No Thn. Partus Umur Hamil Anak
Partus Penolong K B
Hamil Lahir Nifas Bayi

(2) Riwayat Kehamilan Sekarang

28
(3) Riwayat Persalinan Sekarang

4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Ibu
1) Keadaan Umum
- TD (Tekanan Darah) :100/70 mmHg
- N (Nadi) : 78x/menit
- R (Respirasi/Pernapasan) :-
- Suhu (Suhu) : 36ºC
- BB (Berat Badan) :-
- TB (Tinggi Badan) :-
2) Sistem Pernafasan
Kaji system pernafasan.
3) Sistem Kardiovaskular
TD : 100/70 mmHg, Nadi : 78x/menit
4) Sistem Pencernaan
Kaji adanya bau mulut, bising usus 8x/menit.
5) Sistem Persyarafan
Kaji system persyarafan.
6) Sistem Endokrin
Kaji system endokrin.
7) Sistem Perkemihan
Kandung kemih penuh.
8) Sistem Reproduksi
1. Mammae
 Payudara teraba lembek
 Putting susu yang kiri inverted, yang kanan
menonjol
 Putting susu kotor dan kaku
 Hiperpigmentasi pada areola

29
 Belum ada bendungan ASI
2. Fundus Uteri
 Tinggi fundus 2 jari dibawah pusat
 Teraba disebelah kanan keras
3. Vulva/vagina
 Perineum terlihat kotor
 Tercium bau amis
 Terdapat lochea berwarna merah
 Terdapat luka episiotomy
 Terlihat merah dan sedikit edema
 Tanda REEDA tidak ada
 Luka jahitan utuh
 Tidak ada hemoroid
9) Sistem Muskuloskeletal
 Diastasis Rektus Abdominis (DRA) positif 2 jari
 Ekstremitas bawah tidak terdapat edema
 Reflek patella positif
 Tidak ada tanda-tanda varies (thrombophlebitis)
10) Sistem Integumen
 Bau keringat
 Rambut terlihat acak-acakan
 Lengket dan berbau
 Tidak terdapat cloasma gravidarum.
b. Pemeriksaan Fisik Bayi
1) Keadaan Umum
2) Tanda-tanda Vital
3) Kepala
4) Mata
5) Telinga
6) Hidung

30
7) Mulut
8) Dada
9) Abdomen
10) Genetalia
11) Ekstrimitas Atas dan Bawah

5. Pola Aktivitas Sehari-hari

No Aktivitas Sebelum Saat Hamil


. Hamil
Nutrisi
Makan
- Frekuensi
- Jenis
- Makanan yang Disukai
- Makanan yang Tidak
Disukai
1.
- Makanan
Pantangan/alergi
- Nafsu Makan
- Porsi Makan
Minum
- Jumlah
- Jenis
2. Eliminasi
BAB
- Frekuensi
- Warna
- Bau
- Konsistensi
- Keluhan

31
BAK
- Frekuensi
- Warna
- Bau
- Konsistensi
- Keluhan
Personal Hygine
a. Mandi
b. Gosok gigi
3. c. Keramas
d. Pakaian
e. Kuku
f. Vulva hygine
Istirahat Tidur
a. Waktu tidur
b. Lama tidur/hari
c. Kebiasaan pengantar
4.
tidur
d. Kebiasaan saat tidur
e. Kesulitan dalam hal
tidur
Gaya Hidup
a. Kegiatan dalam
pekerjaan
5. b. Olahraga
c. Kegiatan diwaktu
luang

6. Ketergantungan fisik
a. Merokok
b. Minuman keras
c. Obat-obatan

32
d. Lain-lain

6. Aspek Psikososial
a) Pola pikir dan persepsi
Pasien terlihat bingung
b) Persepsi diri
c) Gaya komunikasi
d) Konsep diri
(1) Gambaran diri
(2) Peran diri
(3) Ideal diri
(4) Identitas diri
(5) Harga mati
e) Pengetahuan
f) Kebiasaan seksual
7. Data Spiritual
8. Data Penunjang
9. Therapi

A. ANALISIS DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada
daerah perineum
DO :
- Perineum terlihat kotor
- terdapat luka episiotomi
- terlihat merah dan sedikit
edema, tanda REEDA tidak
ada, luka jahitan utuh, tidak

33
ada hemoroid
- TD 100/70 mmhg
- N 78x/menit
- Suhu 36oC
2. DS : Defisiensi
- Pasien terlihat belum pengetahuan
menggendong bayinya,
- pasien dan suami terlihat
bingung saat melihat bayi,
- saat melihat bayi pasien
mengatakan belum tahu cara
menggendong, memandikan
bayi, dan perawatan payudara,
- belum tau cara menyusui,
belum tahu harus menyusuhi
berapa lama
- tidak tahu ASI ekslusif
DO :
- Pada saat ditanya alat
kontrasepsi apa saja yang
akan digunakan,pasien tidak
tahu karena selama ini belum
mendapatkan informasi
3. DS : Difisit
- Rambut pasien terlihat acak- perawatan diri :
acakan, Mandi
- lengket dan berbau,
- baju pasien bau keringat,
- kulit badan pasien lengeket
dan berkeringan,
- konjungtiva anemis,

34
- tidak terdapat cloasma
gravidarum,
- mulut bau,
- pasien mengatakan belum
mandi mapun sikat gigi,
- gigi tidak ada yang karies
DO :
- Puting susu kotor,
- perineum terlihat kotor,
- pembalut terlihat kotor,
- tercium bau amis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN SKALA


PRIORITAS
Ketidakmampuan klien merawat bayinya:

C. PERENCANAAN

No. DX Tujuan Intervensi Rasional

D. PELAKSANAAN

No. DX Tanggal Jam Implementasi

E. EVALUASI

No. DX Tanggal Jam Evaluasi


S:
O:
A:
P:

35

Anda mungkin juga menyukai