Anda di halaman 1dari 5

4.

Klasifikasi Vulnarable Group (kelompok Rentan)


.Bencana menimbulkan berbagai potensi permasalahan kesehatan bagi masyarakat
terdampak. Dampak ini akan dirasakan lebih parah oleh kelompok penduduk rentan.
Terdapat individu atau kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat yang lebih rentan
terhadap efek lanjut dari kejadian bencana yang memerlukan perhatian dan penanganan
khusus untuk mencegah kondisi yang lebh buruk pasca bencana. Sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 55 (2) UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, kelompok
rentan meliputi: I). Bayi, balita dan anak-anak; 2). Ibu yang sedang mengandung atau
menyusui; 3). Penyandang cacat; dan 4) Orang lanjut usia.
A. Bayi dan anak-anak
Bayi dan anak sering menjadi korban dalam semua tipe bencana karena ketidak
mampuan mereka melarikan diri dari daerah yang berbahaya. Ketika tsunami di aceh
sebanyak 35.000 anak kehilangan satu atau kedua orang tua mereka akibat bencana
tsunami 2004. Anak-anak juga rentan terpisah dari orang tua merek saat bencana,
anak-anak juga rentan mengalami trauma yang mendalam . Terdapat juga laporan
adanya perdagangan anak (child –trafficking) yang dialami oleh anak-anak yang
kehilangan orangtuanya (Powers & Daily,2010)
Pasca bencana anak-anak beresiko mengalami masalah jangka pendek dan jangka
pajang baik fisik dan psikologis karena malnutrisi, penyakit infeksi, kurangnya
ketrampilan bertahan hidup dan komunikasi , ketidak mampuan melidungi diri
sendiri, kurangnya kekuatan fisik, imunitas dan kemampua koping. Kondisi tersebut
dapat mengancam nyawa jika tidak diidentifikasi dan ditangani dengan segera oleh
petugas kesehatan(Powers & Daily,2010;Veenema,2007)
B. Perempuan
Diskriminasi terhadap perempuan dalam kondisi bencana menjadi isu yang sanat
vital yang memerlukan perhatian dan penaganganan kusus. Oleh karena itu,
memerlukan perencananan dalam penanganan bencana yang memperhatikan standar
internasional perlindungan hak asasi manusia perlu direncanakan dalam semua stase
penanganan bencana (Klynman, Kouppari & mukhier,2007)
Bencana tsunami 2004, membawa beban psikososial dan fisik bagi perempuan
hamil. Jika pelayanan kesehatan bagi mereka diabaikan, ibu hamil rentan mengalami
aborsi spontan dan perempuan hamil juga rentan melahirkan prematur.Bagi
perempuan yang belum menikah, tsunami bisa mendorong terjadinya pernikahan dini
dengan alasan ekonomi. Padahal, pernikahan dini itu bisa berdampak pada pendidikan
dan kesehatan reproduksi. Sering terjadi pada saat bencana perempuan menjadi
korban kekerasan seksual dan pemerkosaan. Keamanan perempuan dalam tenda-
tenda pengungsian perlu menjadi perhatian, agar tak terjadi kekerasan seksual dan
pemerkosaan.
C. Lansia
Kelompok lansia terbentuk dari setiap individu dengan dipengaruhi sejumlah
unsur, seperti gaya hidup, ciri khas, keluarga, sumber daya sosial dan ekonomi,
budaya dan adaptasi, lingkungan, struktur gen, dan sebagianya.
1. Dampak fisik dan bencana
Peningkatan usia adalah sebuah proses yang normal dan fungsi fisiologis
menurun secara perlahan-lahan. Pengaruh dari bencana terhadap lansia
beragam sesuai dengan fungsi fisiologis yang dimiliki oleh setiap individu. Ciri
khas fisik yang disebabkan oleh peningkatan usia adalah :
a. Penurunan hemostatis. Hemostatis adalah sebuah fungsi untuk
mengendalikan dan mempertahankan kondisi dalam tubuh dengan
menggunakan segala daya tahan, daya kesiapan, dan daya adaptasi pada
saat adanya tekanan dari luar (stresor) yang beraneka ragam. Ketika
stresor lansia besar seperti bencana misalnya, maka daya kesiapan dan
daya adaptasi menurun dan melemah secara drastis. Karena banyak
stresor akan bermunculan pada saat bencana maka diperlukan
menghilangkan atau mengurangi stresor dan mempertahnkan fungsi fisik
lansia.
b. Penurunan fungsi organ. Efek dari bencana akan berbeda tergantung
pada level penurunan fungsi, lansia akan dipersulit oleh adaptasi yang
tidak atau kurang berfungsi. Kurangnya perhatian pada lansia dalam
penanganan daruratpun menjadi penyebab utama terjadinya tidak daat
beradaptasi, sehingga menghilangkan kemandirian fisik dari lansia dan
mengakibatkan penurunan fungsi tubuh.
c. Dampak mental dan bencana
Bencana akan menjadi pengalam kehilangan bagi lansia. Menurut
Bettis bahwa ada proses menua terdapat dua proses yakni proses yang
memungkinkan beradaptasi diri pada kehilangan dan proses yang
membuat yang bersangkutan sulit beradaptasi diri pada kehilangan.
Sootoka berpendapat bahwa lansia merespons pada keadaan kerugian
dengan baik, maka pada kehilangan keluarga lansia memperlihatkan
pemulihan daripada usia yang lebih muda. Identifikasi, menggali dan
mengetahui kondisi mental seperti kegelisahan dan ketakutan pada
lansia.
d. Dampak sosial dan bencana
Ada beberapa struktur keluarga yang mempersulit lansia
memperoleh keamanan dan bantuan (support) dari orang-orang terdekat.
Jika melihat dari sisi ekonomi, penypkong nafkah lansia kebanyakan
adalah lansia itu sendiri yaitu bertahan menggunakan upah pensiunan.
Kehilangan rumah dan harta akan mengakibatkan kehilangan harapan
untuk membangkitkan kehidupan dan harapan untuk masa depan.

D. Individu dengan keterbatasan fisik (kecacatan) dan penyakit kronis


Menurut WHO, terdapat lebih dari 600 juta orang yang menderita kecacatan di
seluruh dunia atau mewakili sekitar 7-10% dari populasi global. 80% diantaranya
tinggal di negara berkembang. Angka ini terus meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk, angka harapan hidup dan kemajuan di bidang kesehatan (Klynman
et al., 2007).
1. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana kepada pengidap penyakit kronis
a. Penyakit kronis mengakibatkan penurunan fisik yan berlangsung dalam
jangka panjang, sekaligus menurunkan daya tahan terhadap keadaan kritis,
sehingga mudah dirugikan secara fisik karena bencana.
b. Kemungkinan besar penyekit itu kambuh atau menjadi lebih parah ketika
hidup dipengungsian atau ketika memulai kehidupan sehari-hari lagi.
c. Bagi yang memiliki resiko penyakit kronis, perubahan kehidupan yang
disebabkan oleh bencana akan menjadi pemicu meningkatnya kemungkinan
munculnya penyakit kronis sebagai penyakit dari kebiasaan/gaya hidup
2. Ciri Khas dari Pengidap Penyakit Kronis
a. Perubahan struktur kehidupan dan penyekit kronis
Istilah “kronis ” memiliki arti “berlangsung lama”, maka penyakit kronis
diartikan sebagai “penyakit yang gejalanya tidak keras namun prosesnya lama,
sulit diobati, dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang sangat panjang
walaupun bersifat bisa disembuhkan. Dikarenakan pola kehidupan berubah,
maka meningkat presentase orang-orang yang beresiko terkena penyakit
kronis disetiap lapisan generasi. Selain itu semakin tua usia seseorang, maka
semakin tinggi presentase pengidap penyakit kronis, dan kebanyakan
memiliki gejala komplikasi dari beberapa penyakit. Oleh karena itu, orang
lansia tidak hanya tinggi persentase pengidap penyakit kronis, tetapi
kebanyakan terjangkit beberapa penyakit sekaligus.
b. Perubahan struktur seperti ini sudah meluas diseluruh dunia, maka semakin
penting penanganan terhadap penyakit kronis sebagai masalah kesehatan.
Dimanapun lokasi bencananya, perawat perlu bertugas dan mengingat
keberadaan orang yang mengidap penyakit kronis di semua lapisan generasi
dan kemungkinan besar mereka terkena beberapa penyakit termasuk
komplikasi.
Alifa, S., & Wibowo, A. (2015). Peran Kelompok Rentan Dalam Penanggulangan Bencana Dan
Pengurangan Resiko Bencana Di Desa Tangguh Bencana (Studi Deskriptif Satuan Tugas
Desa Tangguh Bencana Di Desa Gunung Geulis, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor).
Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 16(1), 16–32. https://doi.org/10.7454/jurnalkessos.v16i1.

Klynman,Y., Kouppari, N & Mukhier, M .2007.World Disaster report 2007: Fokus on


diskrimination.Geneva, Swizherland: International federation of Red Cross and Red
Crescent Societies

Powers, R & Daily, E .2010. International Disaster Nursing.Cambridge, UK:The World


Asosiation for Disaster and Emergensi Medince & Cambridge University Press

Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Venema T.G. 2007. Disaster Nursing and Emergency Preparedness for Chemical,
Biological, and Radilogical, and Terorism and Other Hazards (2 ed). New
york,NY : springer publishing Company,LLC.

Widayatun, & Fatoni, Z. (2013). Permasalahan Kesehatan dalam Kondisi Bencana:Peran Petugas
Kesehatan dan Partisipasi Masyarakat (Health Problems in a Disaster Situation : the Role of
Health Personnels and Community Participation). Jurnal Kependudukan Indonesia, 8(1),
37–52.

Anda mungkin juga menyukai