Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KULIAH

PDAM

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik Dan Melengkapi Salah
Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat – Kedokteran Pencegahan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Disusun Oleh :
Aanisah Ikbar Sayyidah 6120018016

Himami Firdausiyah 6120018017

Rosyidah Husna Hanifah 6120018018

Imam Dwi Wahyudi 6120018019

Nuris Umi Rizki 6120018020

Pembimbing :
dr. Dewi Masithah., M. Kes

DEPARTEMEN / SMF IKM – KP


(ILMU KESEHATAN MASYARAKAT – KEDOKTERAN PENCEGAHAN)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
1. Nama Institusi : PDAM Surya Sembada Surabaya
2. Pemberi Materi : ibu Palupi Wikandari selaku Manajer
perencanaan strategis dan pengembangan bisnis
3. Waktu Pemberian Materi : 08.00 – 09.50 WIB
4. Profil Institusi :
a) Status :
Berdirinya PDAM Surya Sembada Kota Surabaya merupakan peninggalan
jaman Belanda, dimana pembentukan sebagai BUMD berdasarkan :
1) Peraturan Daerah No. 7 tahun 1976 tanggal 30 Maret 1976
2) Disahkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I
Jawa Timur, tanggal 06 Nopember 1976 No. II/155/76
3) Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Surabaya tahun 1976 seri C pada tanggal 23 Nopember 1976 No. 4/C
b) Sejarah :
1) 1890 : Penyediaan pertama air minum untuk Kota Surabaya pertama yang
diperoleh dari sumber mata air desa Purut di Kabupaten Pasuruan dan
diangkut menggunakan Kereta Api
2) 1901 : Pembangunan sistem penyediaan air minum mata air Pandaan oleh
Carel Willem Weijs. Penyelesaian pekerjaan membutuhkan waktu 2,5
tahun. Pekerjaan terdiri dari:
a. Pembangunan sumber mata air Toyo Arang (107 SHVP) dengan
kapasitas 62-73 liter/detik
b. Pembangunan sumber mata air Plintahan (264 SHVP) dengan
kapasitas 102-125 liter/detik
c. Pembangunan reservoir/tandon tamanan (103 SHVP)
d. Pemasangan pipa transmisi, diameter 450mm dengan panjang:
38,318 Km
e. Pemasangan 133 Km jaringan pipa distribusi (22 Km pipa dengan
diameter 20-50mm, 111 Km pipa sirkulasi dengan diameter 60-150
mm)
f. Selain itu juga pemasangan 16 km pipa ke daerah militer / laut, 1.000
Hidran dan 150 air mancur jalan
3) 1903 : peresmian pekerjaan 8 penyediaan sumber mata air minum
pandaan. Perusahaan air minum didirikan dibawah pemerintahan bekanda
4) 1906 : Jumlah Pelanggan mencapai ± 1.500 sambungan
5) 1922 : IPAM ngangel 1 dibangun dengan kapasitas 60l/detik
6) 1932 : Pembangunan sistem penyediaan air Umbulan untuk memenuhi
kebutuhan air minum Kota Surabaya. Pekerjaan meliputi pembangunan
rumah pompa baru beserta aksesorisnya
7) 1942 : peningkatan kapasitas IPAM Ngangel 1 menjadi 180l/detik
8) 1950 : Perusahaan Air Minum diserahkan pada Pemerintah Republik
Indonesia (Kota Praja Surabaya).
9) 1954 : peningkatan kapasitas IPAM Ngangel 1 menjadi 350l/detik
10) 1959 : Pembangunan IPAM Ngagel II kapasitas 1.000 liter/detik, didesain
& dilaksanakan oleh F.A. Degremont (Perancis).
11) 1976 : perusahaan air minum disahkan menjadi perusahaan daerah dengan
PERDA No 7 tanggal 30 maret 1976
12) 1977 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 500 lt/dt.
13) 1978 : pengalihan status menjadi perusahaan daerah air minum dari dinas
air minum berdasarkan SK walikotamadya dati No 657/WK/77 tanggal
30 desember 1977
14) 1980 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1.000 lt/dt.
15) 1982 : pembangunan IPAM Ngagel III
16) 1990 : Pembangunan IPAM Karangpilang I dengan kapasitas 1.000 lt/dt
dengan dana Loan IBRD No. 2632 IND
17) 1994 :Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1.500 lt/dt.
18) 1996 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel I menjadi 1.800 lt/dt.
Peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang I dengan kapasitas 1.200 lt/dt
19) 1997 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel III menjadi 1.500
lt/dt.,Produksi awal 500 l/dt IPAM Karangpilang II didistribusikan ke
pelanggan
20) 1999 : Pembangunan IPAM Karangpilang I dengan kapasitas 2.000 lt/dt
telah selesai
21) 2001 : Pekerjaan peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang II menjadi
2.500 lt/dt dimulai.
22) 2006 : Peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang I menjadi 1.450 lt/dt,
Peningkatan kapasitas IPAM Karangpilang II menjadi 2.750 lt/dt
23) 2009 : Peningkatan kapasitas IPAM Ngagel III menjadi 2.000 lt/dt
c) Visi : Menjadi perusahaan air minum modern
d) Misi :
1) Memastikan pengelolaan keuangan yang transparan untuk kesejahteraan
masyarakat
2) Membangun masyarajat yang bijak dalam penggunaan air
3) Menyediakan air minum yang efisien dan berkelanjutan
4) Membangun lingkungan kerja yang memprioritaskan integritas dan
prestasi
e) Kebijakan Mutu :
1) Memberikan pelayan prima pada pelanggan
2) Menyediakan sistim informasi
3) Menyediakan SDM unggul
4) Menciptakana budaya bersih dan kompetitif
5) Meningkatkan pertambahan laba usaha
f) Struktur Organisasi :

Direktur utama : Ir. Dody Soedarjono


Direktur operasi : Ir. Anizar Firmadi
Direktur pelayanan : Ir. Dody Soedarjono
Direktur keuangan : T. Alvin Papatria
5. Isi Materi :
Pengertian K3
A. Filosofi (Mangkunegara)
Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani
maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
B. Keilmuan
Semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

Dasar Hukum Penerapan K3 Di Tempat Kerja


 UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
 Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3
Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan atau
yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).
 Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3)
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang atau
lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio aktif.
Tujuan K3

Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

Insiden K3

1. Kecelakaan Kerja
Insiden yang menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun
kefatalan (kematian).

2. Nearmiss (hampir celaka)


Insiden yang tidak menyebabkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK)
ataupun kefatalan (kematian).

Penyebab Kecelakaan Kerja

1. Kurangnya Prosedur/Aturan.
2. Kurangnya Sarana.
3. Kurangnya Kesadaran.
4. Kurangnya Kepatuhan.

Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

 Identifikasi dan Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja


1. Pemantauan Kondisi Tidak Aman.
2. Pemantauan Tindakan Tidak Aman.
 Pembinaan dan Pengawasan
1. Pelatihan dan Pendidikan.
2. Konseling & Konsultasi.
3. Pengembangan Sumber Daya.
 Sistem Manajemen
1. Prosedur dan Aturan.
2. Penyediaan Sarana dan Prasarana.
3. Penghargaan dan Sanksi.

Bahaya K3

Semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera dan
atau penyakit akibat kerja (PAK).

Faktor

1. Biologi (Bakteri, Virus, Jamur, Tanaman, Binatang).


2. Kimia (Bahan/Material/Cairan/Gas/Uap/Debu Beracun, Reaktif, Radioaktif,
Mudah Meledak/Terbakar, Iritan, Korosif).
3. Fisik/Mekanik (Ketinggian, Konstruksi, Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat,
Ruang Terbatas, Tekanan, Kebisingan, Suhu, Cahaya, Listrik, Getaran,
Radiasi).
4. Biomekanik (Gerakan Berulang, Postur/Posisi Kerja, Pengangkutan Manual,
Desain Tempat Keja/Alat/Mesin).
5. Psikologi/Sosial (Stress, Kekerasan, Pelecehan, Pengucilan, Lingkungan,
Emosi Negatif).
Resiko K3
Potensi kerugian yang bias diakibatkan apabila terdapat kontak dengan suatu bahaya
(contoh : luka bakar, patah tulang, kram, asbetosis, dsb).

Keparahan
Sangat

Sangat Berat
Sedang
Ringan

Berat
Ringan

Sangat
Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
Sering

Sering Sedang Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim


Frekuensi

Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Ekstrim

Jarang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi

Sangat
Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi
Jarang

Budaya 5R
5R adalah cara/metode untuk mengatur/mengelola/mengorganisir tempat kerja
menjadi tempat kerja yang lebih baik secara berkelanjutan.
Tujuan
Untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas tempat kerja.
Manfaat
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan luas.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang
bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan pemborosan-pemborosan di
tempat kerja.

Langkah-Langkah Penerapan 5R

Ringkas
1. Memilah barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan.
2. Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
3. Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
4. Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.
Rapi
1. Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
2. Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan
penggunaannya, keseragaman, fungsi dan batas waktu.
3. Pengaturan tanda visual supaya peralatan/barang mudah ditemukan.
Resik
1. Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
2. Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
3. Meminimalisir sumber-sumber sampah dan kotoran.
4. Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak
(peremajaan).
Rawat
Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
Rajin
Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
Izin Pekerjaan Bahaya/Resiko Tinggi

1. Izin kerja diperlukan untuk pekerjaan non-rutin yang mengandung


bahaya/resiko tinggi di tempat kerja.
2. Izin kerja bertujuan untuk memastikan bahwa semua kegiatan/kondisi/lokasi
aman untuk dilangsungkannya pekerjaan berbahaya/resiko tinggi.
3. Pengurusan izin kerja dilaksanakan oleh tenaga kerja bersangkutan dengan
petugas K3 Perusahaan.

Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Pengertian
Gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan dan atau diperparah
karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.
Contoh
Anthrax, Silicosis, Asbestosis, Low Back Pain, White Finger Syndrom, dsb.

Faktor Penyebab
Biologi (Bakteri, Virus Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan
Berbahaya/Radioaktif) ; Fisik (Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya) ; Biomekanik
(Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan Manual) ; Psikologi (Stress, dsb).
Pencegahan
1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala.
2. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.
3. Pelayanan Kesehatan.
4. Penyedian Sarana dan Prasarana.

Kesehatan Kerja
Pengertian
Penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya dari
kesehatan fisik, mental dan sosial dari tenaga kerja pada semua pekerjaan,
pencegahan gangguan kesehatan pada tenaga kerja yang disebabkan oleh kondisi
kerjanya, perlindungan tenaga kerja dari resiko akibat faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya, dan
sebagai kesimpulannya merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
manusia kepada pekerjaanya.
Ruang Lingkup
1. Penyelenggaraaan pelayanan kesehatan kerja :
o Sarana.
o Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter perusahaan dan
paramedis perusahaan).
o Organisasi (pimpinan unit PKK, pengesahan penyelenggaraan PKK).
2. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan kerja tenaga kerja (Awal, Berkala,
Khusus dan Purna Bakti)
3. Pelaksanaan P3K (Petugas P3K, Kotak P3k dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan gizi kerja (pemeriksaan gizi dan makanan tenaga kerja, kantin,
katering pengelola makanan tenaga kerja , pengelola dan petugas katering).
5. Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi.
6. Pelaksanaan pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja, Penyakit Akibat Kerja)
Tanggap Darurat
Pengertian Keadaan Darurat
Keadaan sulit yang tidak diduga yang memerlukan penanggulangan segera supaya
tidak terjadi kecelakaan.

Ruang Lingkup
1. Kebakaran yang gagal dipadamkan regu pemadam kebakaran Perusahaan.
2. Peledakan.
3. Kebocoran gas/cairan/material berbahaya yang tidak dapat diatasi dalam waktu
singkat.
4. Keracunan.
5. Bencana Alam.
6. Perampokan.
7. Ancaman Bom.
8. Demonstrasi / Unjuk Rasa.
9. Huru-hara.
Pelaksanaan Tanggap Darurat Secara Umum
1. Matikan/hentikan seluruh proses/mesin/aktivitas produksi/kerja.
2. Segera menuju titik evakuasi dengan mengikuti jalur evakuasi darurat.
3. Selamatkan aset yang memungkinkan untuk diselamatkan.
4. Tetap tenang dan cepat bertindak.
5. Informasikan kepada petugas Tanggap Darurat apabila ada rekan yang masih
tertinggal/terperangkap/terluka.
6. Tetap di area aman hingga ada instruksi lanjutan dari petugas berwenang.

Kewajiban Pengusaha (Pengurus)


1. Menulis dan memasang semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas
atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
2. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut
petunjuk pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja yang dipimpinnya.
3. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
dipimpin maupun orang lain yang memasuki tempat kerja disertai petunjuk-
petunjuk yang diperlukan menurut pegawai pengawas atau Ahli K3 di tempat kerja
yang dipimpinnya.
Kewajiban Tenaga Kerja
1. Memberi keterangan yang benar apabila diminta pegawai pengawas/keselamatan
kerja.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang diwajibkan.
3. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
4. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat K3 yang
diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD yang diwajibkan diragukan
olehnya kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam
batas yang dapat dipertanggungjawabkan.
Syarat Dasar K3
1. Mencegah & mengurangi kecelakaan kerja.
2. Mencegah, mengurangi & memadamkan kebakaran.
3. Mencegah & mengurangi bahaya peledakan.
4. Memberi jalur evakuasi keadaan darurat.
5. Memberi P3K.
6. Memberi APD pada tenaga kerja.
7. Mencegah & mengendalikan timbulnya penyebaran suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, radiasi, kebisingan & getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan keracunan.
9. Penerangan yang cukup dan sesuai.
10. Suhu dan kelembaban udara yang baik.
11. Menyediakan ventilasi yang cukup.
12. Memelihara kebersihan, kesehatan & ketertiban.
13. Keserasian tenaga kerja, peralatan, lingkungan, cara & proses kerja.
14. Mengamankan & memperlancar pengangkutan manusia, binatang, tanaman &
barang.
15. Mengamankan & memelihara segala jenis bangunan.
16. Mengamankan & memperlancar bongkar muat, perlakuan & penyimpanan
barang.
17. Mencegah tekena aliran listrik berbahaya.
18. Menyesuaikan & menyempurnakan keselamatan pekerjaan yang resikonya
bertambah tinggi.

4. Pertanyaan dan jawaban audien :


5. Opini Kelompok :
menurut kelompok kami setiap perusahaan wajib mematuhi peraturan terkait K3
agar dapat meminimalisir kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, selain itu
SDM hiperkes di UTPK3 juga perlu ditingkatkan agar dapat menyeimbangi jumlah
perusahaan di Indonesia sehingga tugas hiperkes dapat diakukan secara efisien dan
optimal.
6. Kesimpulan :
7. Daftar Pustaka :
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 12
3. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14
4. Tarwaka. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press; 2014.
5. Suma’mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Bandung:Sagung Seto; 2014.
6. Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Tata Cara
Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan
Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia; 2016.
7. Sucipto CD. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publising;
2014.
8. Handayani EE, Wibowo TA, Suryani D. Hubungan Antara Penggunaan Alat
Pelindung Diri, Umur dan Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Bagian Rustic di PT. Borneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta Kesehatan
Masyarakat. 2010;4(3):144-239.
9. Pratama AK. Hubungan Karakteristik Pekerja dengan Unsafe Action pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat di PT. Terminal Petikemas Surabaya. The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. 2015;4(1):64-73.
10. Kristiana, Retna. 2018. Identifikasi Penyebab Kecelakaan Kerja Pada Proyek
Konstruksi Bangunan Gedung Tinggi. Jurrnal.Jakarta:Universitas Mercu Buana.
11.

Anda mungkin juga menyukai