6 RENCANA
6.1 Konsep Sistem RTH
Secara umum, Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Mojokerto dikelompokkan ke dalam 2 (dua)
kelompok yaitu RTH Publik dan RTH Privat. Namun jika dilihat dari kondisi eksisting maka Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di Kota Mojokerto dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu:
Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti pada
persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah yang
membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat berupa
taman atau non taman. Pada median Jalan, tanaman berfungsi sebagai penahan silau
lampu kendaraan. Kriteria RTH pada median jalan antara lain:
Tidak Beracun, Tidak Berduri, Dahan Tidak Mudah Patah, Perakaran Tidak Mengganggu
Pondasi
Tajuk Cukup Rindang Dan Kompak, Tetapi Tidak Terlalu Gelap
Ketinggian Tanaman Bervariasi, Warna Hijau Dengan Variasi Warna Lain Seimbang
Perawakan Dan Bentuk Tajuk Cukup Indah
Kecepatan Tumbuh Sedang
Berupa Habitat Tanaman Lokal Dan Tanaman Budidaya
Jenis Tanaman Tahunan Atau Musiman
Jarak Tanam Setengah Rapat Sehingga Menghasilkan Keteduhan Yang Optimal
Tahan Terhadap Hama Penyakit Tanaman
Mampu Menyerap Dan Menyerap Cemaran Udara
Sedapat Mungkin Merupakan Tanaman Yang Mengundang Burung.
Tabel Konsep Pengembangan Vegetasi Taman Kota
a. Pohon Palem
b. Pohon Beringin
c. Pohon Trembesi
d. Pohon Angsana
e. Pohon Puring
5. Ruang Terbuka Hijau Pemakaman
RTH Pemakaman selain memiliki fungsi utama sebagai tempat peristirahat terakhir untuk jasad
pada umumnya juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat
pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta
fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Untuk
penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut:
Vegetasi dengan tajuk daun yang rindang
ukuran makam 1 meter x 2 meter
jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 meter
tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/ perkerasan
pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan
dengan kondisi pemakaman setempat
batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon
pelindung disalah satu sisinya
6. Ruang Terbuka Hijau Fungsi Khusus
Penyediaan RTH Fungsi Khusus diarahkan pada penyediaan RTH sempadan Jalur kereta api dan
RTH Sempadan sungai. Konsep pengembangan pada kawasan ini di arahkan dengan penataan
serta pemilihan vegetasi yang sesuai dengan kondisi eksisting. Penataan pada jalur sempadan
sungai dan sempadan jalur kereta api pada kawasan ini lebih berfungsi sebagai konservasi dan
pengaman, sedangkan untuk pemilihan vegetasi juga memiliki tipologi yang memberi fungsi
lindung. Maka dari itu dibutuhkan penyediaan Vegetasi yang sesuai dengan fungsi dan karakter
kawasan tersebut.
a. RTH Sempadan Jalur Kereta Api
Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut:
Persyaratan pola tanam vegetasi pada RTH sempadan sungai adalah sebagai berikut:
jalur hijau tanaman meliputi sempadan sungai selebar 50 m pada kiri- kanan
sungai besar dan sungai kecil (anak sungai);
sampel jalur hijau sungai berupa petak-petak berukuran 20 m x 20 m diambil
secara sistematis dengan intensitas sampling 10% dari panjang sungai;
sebelum di lapangan, penempatan petak sampel dilakukan secara awalan acak
(random start) pada peta. sampel jalur hijau sungai berupa jalur memanjang
dari garis sungai ke arah darat dengan lebar 20 m sampai pohon terjauh;
sekurang-kurangnya 100 m dari kiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri kanan
anak sungai yang berada di luar permukiman;
Tabel Konsep Pengembangan Vegetasi RTH Sempadan Sungai
No Jenis dan Nama Nama Latin
Tanaman
1. Elaeocarpus
Anting - Anting
grandiflorus
2. Asam Kranji Pithecelobium Dulce
3. Johar Cassia Grandis
4. Cemara Cupresus papuana
5. Pinus pinus merkusii
6. Pala Hutan Myristica Fatua
7. Cemara Sumatra Casuarina Sumatrana
8. Palur Raja oreodoxa regia
9. Kebusi Leutik Lindera Srtichchytolla
10. Kaliandra Calliandra Marginata
11 Balam Sudu Palagulum
Sumatranum
12. Sawo Duren Crysophylium cainito
13. Locust Hymenaea coubarill
14. Ebony Dyospiros celebica
15. Kempas Kompasia excelsum
16. Kecapi Oerodoxa regia
17. Palem Raja Poliantha laterflora
18. Kalak Maniloa brawneodes
19. Saputangan Manejtera foetida
20. Bacang iInnamonum burmani
21. Kawista Cananglium odoratum
22. Kenanga Feronia limonia
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
1. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat
2. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari :
a. 20% ruang terbuka hijau publik
b. 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat
3. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas
lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap
dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota
maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas
wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan.
Ditengah
1 250 Jiwa Taman RT 250 1,0
Lingkungan RT
Di Pusat Kegiatan
2 2.500 Jiwa Taman RW 1250 0,5
RW
Dikelompokkan
Taman
3 30.000 Jiwa 9000 0,3 dengan Sekolah /
Kelurahan
Pusat Kelurahan
Dikelompokkan
Taman
24.000 0,2 dengan Sekolah /
4 120.000 Jiwa Kecamatan
Pusat Kelurahan
Kawasan Pinggiran
Fungsi Disesuaikan
Disesuaikan 12,5
Tertentu Dengan Kebutuhan
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
a. RTH Pekarangan
Pekarangan adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai aktivitas.
Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) di
kawasan perkotaan, seperti tertuang di dalam PERDA mengenai RTRW di masing-masing
kota/kabupaten.
Arahan
Jenis RTH Pekarangan
Penyediaan Pemanfaatan
Jumlah pohon pelindung Sebagai tempat utilitas
yang harus disediakan tertentu seperti sumur
minimal 3 pohon yang resapan
Rumah Besar ditambah dengan semak Sebagai tempat menanam
(>500m2) serta penutup tanah tanaman hias dan tanaman
produktif yang dapat
menghasilkan buah-
buahan
Rumah Sedang Jumlah pohon pelindung Pemanfaatan untuk
2
(200-500 m ) yang harus disediakan menanam tanaman obat
minimal 2 pohon yang atau yang biasa disebut
ditambah dengan semak apotik hidup serta
serta penutup tanah tanaman pot untuk nilai
estetika
Sebagai bentuk
pemanfaatan untuk
efisiensi ruang, tanaman
pot diatur dalam bentuk
vertikal
Jumlah pohon pelindung Pemanfaatan untuk
yang harus disediakan menanam tanaman obat
minimal 2 pohon yang atau yang biasa disebut
ditambah dengan semak apotik hidup serta
serta penutup tanah tanaman pot untuk nilai
Rumah Kecil
estetika
(<200 m2)
Sebagai bentuk
pemanfaatan untuk
efisiensi ruang, tanaman
pot diatur dalam bentuk
vertikal
Pekarangan perkantoran KDB 70-90% perlu Bentuk oemanfaatannya
dan Pertokoan menambahkan pot sebagai selain tempat
KDB > 70% harus utilitas tertentu contohnya
menyediakan minimal 2 seperti sebagai area parkir
pohon kecil yang ditanam terbuka atau tempat untuk
pada lahan atau pot menyelenggarakan
KDB < 70% berlaku seperti
berbagai aktivitas diluar
persyaratan pada RTH
ruangan seperti upacara
pekarangan rumah, dan
dan sebagainya,
ditanam diluar area KDB
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
b. RTH Lingkungan
Pemanfaatan dan kelengkapan fasilitas yang ada dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Koefisien
Jenis RTH Jenis Taman Fasilitas Vegetasi
Daerah Hijau
Kelurahan Umum
Sirkulasi jalur >100 Pohon
pejalan kaki tahunan yang
dengan lebar berukuran
Pasif 80-90% 1.5 – 2 meter sedang dan kecil
Kamar Mandi Semak
Umum
Kios Penutup tanah
Kursi Taman Rerumputan
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
..........Konsep bentuk taman dapat dikembangkan yang sesuai dengan tema yang diarahkan seperti taman kota
maupun taman khusus para lanjut usia. Konsep taman tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Taman Edukasi
Taman edukasi bertujuan untuk melakukan kegiatan edukasi/pendidikan yang ditujukan
kepada anak-anak usia bermain. Taman edukasi ini diarahkan untuk dikembangkan
dengan beberapa fasilitas Pendidikan yang dimana diantaranya fasilitas pendidikan
PAUD dan tempat bermain untuk anak-anak. Akan tetapi, lebih baik apabila taman
edukasi ini diletakkan di dekat fasilitas pendidikan
b. Taman Lanjut Usia
Taman Lanjut Usia diperuntukkan bagi masyarakat yang sudah berumur lanjut usia.
Taman lansia tersebut diarahkan untuk diletakkan jalur kursi roda untuk lansia dan jalur
untuk refleksi kaki serta kursi untuk para pengantar lansia tersebut
c. Taman Ecopark.
Di dalam Taman Ecopark, terdapat Beberapa Atribut Kota Hijau yang harus dipenuhi,
antara lain:
Green Waste, yaitu pengelolaan sampah yang ramah lingkungan seperti
pemilahan sampah, komposter, furniture hijau
Green Water, yaitu pemanfaatan air secara optimal dengan teknologi daur
ulang seperti misalnya daur ulang air (sumur resapan, biopori)
Green Energy, yaitu penggunaan energi ramah lingkungan seperti lampu panel
surya
Green Building, yatitu penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan
misalnya gazebo, toilet ,dlldari bahan ramah lingkungan;
Green Transportation, yaitu dengan memasukkan elemen transportasi ramah
lingkungan seperti jalur pedestrian, jalur sepeda
Green Open Space, yaitu penggunaan tanaman vegetasi dengan tinggi minimal 3
meter
Green Community, yaitu adanya komunitas didalamnya dimana taman
berfungsi sebagai wadah interaksi sosial/kegiatan komunitas masyarakat
d. Arboretum
Arboretum berfungsi Sebagai museum hidup untuk flora dari berbagai jenis. Salah satu
tujuan dari arboretum adalah untuk penelitian, dilengkapi laboratorium (pengembangan
bibit baru, dll)
e. Taman Keanekaragaman Hayati
Taman keanekaragaman hayati bertujuan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati
serta sebagai tempat persinggahan/migrasi burung. Selain itu taman keanekaragaman hayati
dapat pula berfungsi sebagai hutan konservasi binatang (contoh: Hutan Konservasi Bekantan,
Tarakan-Kaltim)
6.5 Rencana Pengembangan dan Penataan RTH
6.5.1 RuangTerbuka Hijau (RTH) Publik
6.5.1.1. RTH Hutan Kota
RTH hutan kota merupakan taman yang bereran sebagai penyangga kota dengan
fungsi : memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan
keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kotan dan mendukung pelestarian dan
perlindungan keanekaragaman hayati. RTH ini akan direncakan di Kelurahan Kauman, Blooto
dan Mentikan, rencananya dengan mamanfaatkan lahan pertanian dan lahan kosong. Rencana
taman ini berfungsi sebagai taman pasif, estetika kota maupun ekologis.
Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini adalah menampilkan konsep hutan bersifat
pasif yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dengan presentase pemanfaatan lahan 95%
hutan, 5% pemanfaatan lain seperti areal parkir, tempat duduk.
Selain itu kawasan ini akan kelilingi lampu penerangan untuk taman (desain Asmaul
Husna) ditambah jenis tanaman perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan rumput
yang nantinya menjadikan kawasan ini nyaman dipandang dan dikunjungi.
Tata Hijau
1. Pengadaan hutan 95% dari total luas hutan dengan jenis vegetasi yang berfariasi
(mengadopsi konsep hutan kota sebelumnya) berupa tanaman tahunan seperti
glodokan, jambu air, mangga, jeruk, dan perlunya tanaman yang mencirikhaskan Kota
Mojokerto seperti tanaman maja (tanaman istimewa).
2. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa beringin, glodokan, angsana.
3. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan
media tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
4. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) diseluruh permukaan
yang tidak dmanfaatkan untuk Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH), dalam
mengoptimalkan fungsi hutan sebagai kawasaan RTH.
Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman penghijauan
sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi sebagai pelengkap
dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan tata hijau kota,
adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :
1. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu
sorot (spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan
ditonjolkan keberadaannya, antara lain patung, tugu atau jenis tanaman istimewa
seperti tanaman maja pada lokasi tersebut.
Jenis lampu yang digunakan sebaiknya yang berwarna putih (TL/neon) agar
memberikan pencahayaan yang cerah pada malam hari. Jika menggunakan lampu
neon biasa atau lampu merkuri berwarna kuning akan memberikan kesan muram,
temaram dan remang-remang. Lampu TL dapat divariasi dengan penggunaan wadah
berwarna, umumnya warna merah, hijau atau biru.
Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa
besi dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih,
atau menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen
dari besi cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam
konsep taman sebelumnya.
Peletakan lampu ditempatkan pada posisi yang memungkinkan cahaya dapat diterima
pada sebagian besar area, atau pada titik sentral orientasi taman, misalnya pada
tengah taman atau pada obyek yang menjadi pusat penonjolan taman, seperti
tanaman istimewa (tanaman maja yang menjadi ciri khas dari Kota Mojokerto).
Dapat dipadukan dengan unsur iklan/reklame produk untuk menyerap potensi swasta
dalam pembiayaan dan pengelolaan taman, dengan tetap memperhatikan aspek
keindahan, keserasian dan keterpaduan tampilan lampu dengan desain Asmaul Husna
diatas kemudian menampilkan papan reklame dibawah jadi dari segi estetikanya tetap
ada dan juga tidak menghilangkan nilai komersil.
Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1
meter, taman lingkungan, taman olahraga dan taman bermain anak.
2. Jalan setapak, dengan karakteristik sebagai berikut :
Disediakan untuk sirkulasi orang yang sedang menikmati taman, serta dapat
dimanfaatkan juga sebagai lintasan jogging track dan sepeda santai.
Untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pemeliharaan serta lebih rapi dan
tertata maka konstruksi jalan setapak diarahkan terbuat dari beton atau pasangan bata
press (paving block), dengan pemilihan aneka variasi bentuk dan warna.
Ukuran penampang jalan disesuaikan dengan fungsi yang akan diemban, jika hanya
untuk pejalan kaki cukup dengan lebar 1,0-1,5 meter, sedangkan jika bercampur
dengan jogging track/bycicle track minimal memiliki lebar 2,0 meter untuk
memberikan ruang bebas antara pejalan kaki dengan pengendara sepeda. Ketinggian
jalan berkisar antara 10-15 cm dari permukaan tanah agar tidak tergenang saat hujan
dan tidak membahayakan pemakai karena terlalu tinggi.
Jaringan jalan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau sebagian besar
areal tata hijau dan tidak mengganggu peruntukan dan fungsi elemen tata hijau
lainnya.
Alokasi penyediaannya diarahkan pada alun-alun kota, hutan kota, taman kecamatan,
taman kelurahandan taman RW.
3. Gazebo, dengan karakteristik sebagai berikut :
Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai dan bisa menjadi tempat diskusi untuk para
pelajar.
Bahan bangunan menggunakan bahan dengan mengadopsi konsep taman sebelumnya
seperti gazebo yang ada pada hutan kota.
Ukuran luas gazebo disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang
dikembangkan, sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan
elemen tata hijau lainnya.
Jumlah unit yang dikembangan maksimalnya 4 unit yang penempatannya ditempatkan
pada pada pojok taman yang membentuk pola segi empat.
Jenis sarana ini dialokasikan pada taman kelurahan dan taman RW dan hutan kota.
4. Kursi taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai
Untuk memudahkan perawatan dan keawetan/tahan lama maka bahan yang
digunakan untuk kursi sebaiknya yang kuat/kokoh dan tahan lama. Kuat dalam arti
tidak mudah rusak/patah/lepas, dan tahan lama dalam arti tidak mudah lapuk, reot
atau berkarat karena proses iklim, karena penggunaannya bersifat umum/publik dan
pemanfaatannya terkadang tidak sesuai kapasitas semestinya. Untuk itu bahan yang
paling memungkinkan digunakan adalah pasangan batu/semen, fiberglass dan kayu
ulin. Sedangkan bahan dari besi umumnya mudah mengalami kerusakan dan karat
akibat cuaca.
Ukuran kursi disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan,
sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau
lainnya. Sebaiknya menggunakan dua jenis kursi, yaitu kursi menggunakan sandaran
tubuh dan tanpa sandaran.
Penempatannya diatur sedemikian rupa dalam jarak tertentu, sehingga tersebar
merata disebagian kawasan dengan tetap memperhatikan tata letak dan orientasi
elemen tata hijau yang ada, agar kegiatan dan aktifitas pengunjung tidak
terkonsentrasi dalam satu lokasi serta penempatan elemen tata hijau juga tidak
terpusat.
Jenis tata hijau yang memungkinkan dialokasikan elemen ini adalah alun-alun kota,
hutan kota, taman kecamatan, taman kelurahandan taman RW.
5. Tempat sampah, dengan karakteristik sebagai berikut :
Dimaksudkan untuk menciptakan kebersihan dan keindahan kawasan, sehingga tetap
menarik untuk dinikmati, karena jenis tata hijau yang potensial dikunjungi orang akan
menarik banyak pedagang kaki lima untuk berjualan dilokasi tersebut.
Tempat sampah yang disediakan diarahkan berbentuk bin/tong sampah, dengan bahan
yang digunakan terbuat dari seng/drum, karet, fiberglass atau plastik. Agar
memudahkan dalam perawatan dan operasional pengumpulan sampah oleh petugas
kebersihan.
Ukuran dan desain tong sampah dibuat dengan fungsional, kokoh, fleksibel dan
menarik, sehingga akan menunjang pembentukan citra kawasan.
Penempatannya disesuaikan dengan orientasi kegiatan dalam kawasan dan
penempatan elemen tata hijau lainnya, yaitu harus berada disekitar kursi taman,
lintasan jalan dan tempat pedagang kaki lima serta lokasi-lokasi dimana orang
melakukan aktifitas dalam kawasan tersebut. Selain itu harus mudah dijangkau oleh
sarana petugas pengumpul sampah (gerobak sampah).
Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah alun-alun kota,
hutan kota, taman kecamatan, taman kelurahandan taman RW.
6. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan
karena keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi
lain (pelataran, dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dalam
kawasan.
Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga
atau tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah
atau dengan elemen tata hijau lainnya.
Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara
lain berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-
bentuk artistik lainnya.
Bahan yang digunakan merupakan bahan yang awet dan mudah dalam perawatannya,
antara lain dari semen dan karet, dengan pewarnaan menggunakan warna alami dan
netral untuk menghindari kesan mencolok dan tidak serasi dengan lingkungannya,
antara lin warna putih, coklat atau warna semen.
Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi
tempat aktifitas orang yaitu alun-alun kota, hutan kota, taman kecamatan, taman
kelurahandan taman RW.
7. Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut:
Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-
100 m.
Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir
jalan setapak (paving), dan pinggiran lapangan olahraga basket dan voli.
Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan
mengingat fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas
pengunjung.
Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman,
hutan, tepi jalan dan pekarangan.
RTH taman monumen merupakan taman yang memiliki fungsi utama sebagai estetika
kawasan sedangkan fungsi lainnya yaitu memperbaiki dan menjaga iklim mikro, meresapkan
air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota. RTH ini akan direncakan
di beberapa titik lokasi direncakannya monumen selamat datang/jalan masuk dan keluar Kota
Mojokerto sebagai penghias kawasan tersebut, adapun lokasi direncakannya monumen yaitu
di jalan yang menghubungkan ke Surabaya tepatnya di Kelurahan Kedungdung, arah Karang
Kedawang Kelurahan Blooto dan arah Mojosari Kelurahan Meri dan arah Jombang Kelurahan
Kranggan.
A. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini adalah menampilkan konsep taman pasif dengan
mengadopsi konsep taman pojok persimpangan jalan sebelumnya, fungsi taman sebagai
estetika kawasan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan tanaman hias perdu dan semak
seperti bunga dan rumput untuk menutup permukaan taman (ground cover), dilengkapi lampu
penerangan untuk taman.
B. Tata Hijau
1. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan media
tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
2. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Penghijauan yang dilakukan dengan mengadopsi konsep pengembangan taman pojok
persimpangan jalan sebelumnya.
C. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman penghijauan
sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi sebagai pelengkap
dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan tata hijau kota,
adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :
RTH taman kelurahan merupakan taman yang skala pelayananya untuk penduduk
kelurahan, perencanaannya tersebar pada masing-masing kelurahan yaitu di Kelurahan
Wates, Kedungdung, Meri, dan Pulorejo, rencananya dengan mamanfaatkan lahan kosong
dan lapangan olahraga sebelumnya yang perlu ditata ulang. Rencana taman ini berfungsi
sebagai tempat rekreasi aktif dan pasif, estetika kota maupun ekologis.
2. Tata Hijau
Tata hijau adalah rencana utama dari suatu RTH, adapun jenis penghijauan yang akan
dikembangkan pada Taman Kelurahan Wates yaitu :
1. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti), palem. dan tanaman maja yang merupakan tanaman yang mengcirikhaskan
Kota Mojokerto.
2. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan
media tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
3. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka
dan juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman
penghijauan sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi
sebagai pelengkap dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap
pembentukan tata hijau kota, adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk
dikembangkan adalah sebagai berikut :
2. Tata Hijau
Tata hijau adalah rencana utama dari suatu RTH, adapun jenis penghijauan yang akan
dikembangkan pada Taman Kelurahan Pulorejo yaitu :
1. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana dwarf geometry (terminalia
molineti), palem dan tanaman maja yang merupakan tanaman yang mengcirikhaskan Kota
Mojokerto.
2. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan media
tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
3. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman
penghijauan sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi
sebagai pelengkap dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan
tata hijau kota, adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah
sebagai berikut :
1. Pengadaan hutan kecil dengan jenis vegetasi yang berfariasi (mengadopsi konsep hutan kota
sebelumnya) berupa tanaman tahunan seperti glodokan, ketapang, jambu air, mangga, jeruk,
dan perlunya tanaman yang mencirikhaskan Kota Mojokerto seperti tanaman maja (tanaman
istimewa).
2. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti).
3. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan media
tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
4. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman penghijauan
sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi sebagai pelengkap
dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan tata hijau kota,
adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :
2. Tata Hijau
Tata hijau adalah rencana utama dari suatu RTH, adapun jenis penghijauan yang akan
dikembangkan pada Taman Kelurahan Meri yaitu :
a. Pengadaan hutan kecil dengan jenis vegetasi yang berfariasi (mengadopsi konsep hutan kota
sebelumnya) berupa tanaman tahunan seperti glodokan, ketapang, jambu air, mangga, jeruk,
dan perlunya tanaman yang mencirikhaskan Kota Mojokerto seperti tanaman maja (tanaman
istimewa).
b. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti).
c. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan media
tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
d. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman penghijauan
sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi sebagai pelengkap
dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan tata hijau kota,
adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :
RTH taman RW merupakan taman yang diperuntukan untuk penduduk RW, RTH ini
akan direncakan pada masing-masing RW dengan mamanfaatkan lahan pertanian, lahan
kosong, taman ini berfungsi sebagai tempat rekreasi pasif, estetika kota maupun ekologis.
A. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini adalah menampilkan konsep alun-alun
yang berfungsi sebagai lapangan terbuka untuk menunjang beberapa aktivitas pendidikan
seperti SD, SMP maupun SMA, maupun aktivitas masyarakat pada umumnya, areal parkir,
lapangan terbuka, dikelilingi lampu penerangan untuk taman (desain Asmaul Husna)
ditambah jenis tanaman perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan rumput
yang nantinya menjadikan kawasan ini nyaman dipandang dan dikunjungi.
B. Tata Hijau
1. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti) dan tanaman maja yang merupakan tanaman yang mengcirikhaskan Kota
Mojokerto.
2. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan
media tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
3. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
C. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman
penghijauan sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi
sebagai pelengkap dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan
tata hijau kota, adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah
sebagai berikut :
RTH tepi jalan merupakan RTH jalan yang tanamannya terdapat pada kiri kanan jalan.
Kedepannya RTH ini akan direncakan di pada Jalan Brawijaya dan Jalan Raya Blooto.
Konsep pengembangan RTH ini adalah pengembangan tanaman yang berfungsi untuk
peneduh, penyerap polusi udara, peredam kebisingan. Adapun penempatannya disesuikan
dengan kondisi jalan tersebut
A. Jalan Brawijaya
Konsep pengembangan Jalan Brawijaya direncanakan dengan jenis vegetasi yang dapat
memberikan keteduhan bagi pengguna jalan dan sebagai penyerap polusi udara.
Jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi peneduh dan pola penataannya
disyaratkan sebagai berikut :
Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median);
Percabangan 2 m di atas tanah;
Bentuk percabangan batang tidak merunduk;
Bermassa daun padat;
Berasal dari perbanyakan biji;
Ditanam secara berbaris;
Tidak mudah tumbang.
Sedangkan jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi sebagai penyerap polusi udara
dan pola penataannya disyaratkan sebagai berikut :
Penyerap polusi udara
Terdiri dari pohon, perdu/semak;
Memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
Jarak tanam rapat;
Bermassa daun padat.
Dalam mengoptimalkan fungsi RTH sebagai kawasan yang dapat menanggulangi banjir,
untuk itu perlunya dikembangkan biopori dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir.
2. Bioporidibuat pada bahu jalan dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm
dengan jarak antar lubang 50-100 m.
3. Alokasi pengembagan biopori ini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan,
tepi jalan dan pekarangan.
4. Biopori dibuat pada bahu jalan dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm
dengan jarak antar lubang 50-100 m.
5. Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan, tepi
jalan dan pekarangan.
B. Jalan Raya Blooto
Konsep pengembang Jalan Raya Blooto direncanakan dengan jenis vegetasi yang dapat
memberikan kenyamanan kepada masyarakat sekitar dan juga pengguna jalan, yaitu
dengan pengembangan vegetasi yang berfungsi sebagai peredam kebisingan, pemecah
angin dan penyerap polusi udara. Konsep ini disesuaikan dengan kondisi jalan yang
pemanfaatan lahannya tidak ada permukiman terutama untuk bagian utara jalan saat ini
pemanfaatannya sebagai pertanian, selain itu juga jalur jalan tersebut mengikuti garis jalur
rel kereta api.
Jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi peredam kebisingan dan pola
penataannya disyaratkan sebagai berikut :
Terdiri dari pohon, perdu/semak;
Membentuk massa;
Bermassa daun rapat;
Berbagai bentuk tajuk.
Jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi pemecah angin dan pola penataannya
disyaratkan sebagai berikut :
Tanaman tinggi, perdu/semak;
Termassa daun padat;
Titanam berbaris atau membentuk massa;
Tarak tanam rapat < 3 m.
Sedangkan jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi sebagai penyerap polusi
udara dan pola penataannya disyaratkan sebagai berikut :
Penyerap polusi udara
Terdiri dari pohon, perdu/semak;
Memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
Jarak tanam rapat;
Bermassa daun padat.
Dalam mengoptimalkan fungsi RTH sebagai kawasan yang dapat menanggulangi banjir,
untuk itu perlunya dikembangkan bioporidengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir.
2. Biopori dibuat pada bahu jalan dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100
cm dengan jarak antar lubang 50-100 m.
3. Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan,
tepi jalan dan pekarangan.