Anda di halaman 1dari 64

BAB

6 RENCANA
6.1 Konsep Sistem RTH
Secara umum, Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Mojokerto dikelompokkan ke dalam 2 (dua)
kelompok yaitu RTH Publik dan RTH Privat. Namun jika dilihat dari kondisi eksisting maka Ruang Terbuka
Hijau (RTH) di Kota Mojokerto dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu:

 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik;


Merupakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam jaringan kota yang terbuka dan dapat dicapai
secara visual maupun fisik dan dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat dalam
suasana kebebasan dan kesamaan derajat. Karena milik publik maka penyediaan dan
pemeliharaannya menjadi tanggung jawab pemerintah

 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Semi Publik;


Ruang Terbuka Hijau (RTH) milik publik yang karena sifat dan karakteristik penggunaannya,
maka dibatasi penggunaannya untuk publik dan tidak dapat digunakan secara bebas oleh semua
lapisan masyarakat.

 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Semi Privat;


Merupakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada lahan milik pribadi atau lembaga yang karena sifat
kegiatannya dimungkinkan untuk penggunaan oleh publik secara terbatas.

 Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat;


Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang merupakan bagian dari lahan milik swasta/lembaga atau
perorangan, penyediaan dan pemeliharannya menjadi tanggung jawab swasta, perorangan, atau
masyarakat. Oleh karena itu penggunaan oleh publik terbatas.

Tabel Konsep Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Mojokerto


No Jenis RTH Sifat Ruang
Publik Semi Publik Semi Private Private
RTH PUBLIK
1 RTH Jalur Hijau
Jalan
Median Jalan √
Pulau Jalan √
2. RTH Taman
Kota
Taman Alun-Alun √
Taman Lingkungan √ √
Taman Pintu Masuk √
3. RTH Hutan Kota
Hutan Kota √
4. RTH Lapangan
Olahraga
Lapangan Olahraga √ √
5. RTH
Pemakaman
Pemakaman umum √
Taman Makam
Pahlawan
6. RTH Fungsi
Khusus
Sempadan Sungai √
Sempadan Rel KA √
RTH Private
Pekarangan √ √
Taman Kantor √ √
Fasilitas Umum √ √
Sumber : Hasil Analisis, 2020

6.2 Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH)


1. Ruang Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan
RTH Jalur Hijau Jalan dikembangkan melalui vegetasi yang ditempatkan antara 20–30%
dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan kelas jalan. Pemilihan jenis tanaman harus
memperhatikan 2 komponen yang dimana komponen tersebut adalah fungsi tanaman dan
persyaratan peletakkan tanaman tersebut. Jenis tanaman yang direkomendasikan adalah jenis
tanaman khas daerah setempat, tanaman yang disukai oleh burung-burung, serta memiliki
tingkat evapotranspirasi rendah.
Gambar Konsep Tata Letak Tanaman Jalur Hijau Jalan

Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008

a) Median dan Pulau Jalan


Median jalan adalah ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk
membagi jalan dalam masing-masing arah serta untuk mengamankan ruang bebas
samping jalur lalu lintas. Saat ini di Kota Mojokerto beberapa ruas jalan utama kota yang
dikembangkan dalam dua jalur pergerakan jalan sehingga memiliki median. Konsep
pengembangan pada median jalan diusulkan beberapa hal sebagai berikut:
 Median jalan khususnya pada diusulkan selebar 2-3 meter
 Jarak perpotongan median untuk gerakan berbelok kendaraan rata-rata 300
meter
 Agar tidak menghalangi pandangan pengemudi, maka pada median jalan tidak
direkomendasikan ditanami pohon yang yang bertajuk lebar dan berdaun
rindang.
 Lampu jalan dan perabot jalan yang ditempatkan pada median jalan
diperhitungkan untuk jalur jalan dengan kecepatan sedang hingga tinggi
Gambar Konsep Tata Letak Tanaman Pada Median Jalan
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008

Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti pada
persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah yang
membagi jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat berupa
taman atau non taman. Pada median Jalan, tanaman berfungsi sebagai penahan silau
lampu kendaraan. Kriteria RTH pada median jalan antara lain:

 Merupakan tanaman perdu/semak


 Ditanam dengan rapat dan membentuk massa
 Tanaman memiliki ketinggian kurang dari 1,5 m
 Memiliki massa daun yang padat
b) Persimpangan Jalan
Beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam penyelesaian lansekap jalan
pada persimpangan, antara lain:

 Daerah bebas pandang di ujung persimpangan


Pada ujung persimpangan diperlukan daerah terbuka agar tidak menghalangi
pandangan pemakai jalan. Untuk daerah bebas pandang ini ada ketentuan
mengenai letak tanaman yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan
bentuk persimpangannya.
 Pemilihan jenis tanaman pada persimpangan
Penataan lansekap pada persimpangan akan merupakan ciri dari persimpangan
itu atau lokasi setempat. Pemilihan tanaman sebaiknya menggunakan tenaman
yang berbentuk perdu dengan ketinggian 0.80 m serta jenisnya merupakan
tanaman yang berbunga atau tanaman yang berstruktur indah
 Bila pada persimpangan terdapat pulau lalu lintas atau kanal yang
dimungkinkan untuk ditanami, sebaiknya digunakan tanaman perdu rendah
dengan pertimbangan agar tidak mengganggu penyeberang jalan dan tidak
menghalangi pandangan pengemudi kendaraan.
 Penggunaan tanaman tinggi berbentuk tanaman pohon sebagai tanaman
pengarah
Tabel Kriteria Pemilihan Tanaman Pada Persimpangan Jalan
Bentuk Letak Tanaman Jarak dan Jenis Tanaman
Kecepatan 40 Kecepatan 60
Persimpangan
km/jam km/jam
Persimpangan kaki Pada ujung 20 m 40 m
empat tegak lurus persimpangan Tanaman rendah Tanaman rendah
Mendekati 80 m 100 m
tanpa kanal
Persimpangan Tanaman tinggi Tanaman tinggi
Persimpangan kaki 30 m 50 m
empat tidak tegak Pada ujung Tanaman rendah Tanaman rendah
persimpangan 80 m 80 m
lurus
Tanaman tinggi Tanaman tinggi
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

2. Ruang Terbuka Hijau Taman Kota


Penyediaan RTH pada taman kota diarahkan untuk mengembangkan konsep vegetasi
yang mengarah kepada segi estetika yang bertujuan untuk memberi ruang kawasan
yang asri, rindang, dan harmonis. Penyediaan vegetasi pada kawasan ini ditujukan untuk
memberi visual kawasan yang harmonis dan sinergis antara estetika dengan fungsi
lainnya salah satunya sebagai tempat bermain, istirahat dan tanda. Maka datri itu,
dibutuhkan Vegetasi yang memenuhi standar yang sesuai dengan fungsi dan karakter
kawasan tersebut. Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008, kriteria standar
untuk pemilihan vegetasi adalah sebagai berikut :

 Tidak Beracun, Tidak Berduri, Dahan Tidak Mudah Patah, Perakaran Tidak Mengganggu
Pondasi
 Tajuk Cukup Rindang Dan Kompak, Tetapi Tidak Terlalu Gelap
 Ketinggian Tanaman Bervariasi, Warna Hijau Dengan Variasi Warna Lain Seimbang
 Perawakan Dan Bentuk Tajuk Cukup Indah
 Kecepatan Tumbuh Sedang
 Berupa Habitat Tanaman Lokal Dan Tanaman Budidaya
 Jenis Tanaman Tahunan Atau Musiman
 Jarak Tanam Setengah Rapat Sehingga Menghasilkan Keteduhan Yang Optimal
 Tahan Terhadap Hama Penyakit Tanaman
 Mampu Menyerap Dan Menyerap Cemaran Udara
 Sedapat Mungkin Merupakan Tanaman Yang Mengundang Burung.
Tabel Konsep Pengembangan Vegetasi Taman Kota

No Jenis dan Nama Nama Latin Keterangan


Tanaman
1. Bunga Kupu - Kupu bauhinian purpurea berbunga
2. Sikat Botol calistemon lanceolatus berbunga
3. Kemboja Merah plumeria rubra berbuah
4. Kersen muntingia calabura berbunga
5. Kendal cordia sebestena berbunga
6. Tanjung mimosup elengi berbunga
7. Kenanga canangan odorata berbunga
8. Sawo Kecik manilkara kauki berbuah
9. Lengkeng ephorbia longan berbuah
10. Bunga Lampion brownea ariza berbunga
11. Jambu Air eugenia aguea berbuah
12. Kenari canarium commune berbuah
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

3. Ruang Terbuka Hijau Hutan Kota


Penyediaan RTH untuk hutan kota berorientasi pada jenis vegetasi yang memiliki fungsi ekologis
dan konservasi. Fungsi hutan kota adalah perwujudan proyeksi pemenuhan vegetasi perkotaan
yang dapat meminimalisir carbon tax perkotaan. Vegetasi hutan kota diarahkan pada jenis yang
dapat memberi habitat bagi fauna endemik. Seperti burung dan binatang mamalia seperti tupai.
Kriteria konsep untuk pengembangan hutan kota adalah sebagai berikut :

 memiliki ketinggian yang bervariasi


 sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang kehadiran burung
 tajuk cukup rindang dan kompak
 mampu menjerap dan menyerap cemaran udara
 tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor dan industri
 batang dan sistem percabangan kuat
 sistem perakaran yang kuat sehingga mampu mencegah terjadinya longsor
 jenis tanaman dari golongan tanaman yang menggugurkan daun

Tabel Konsep Pengembangan Vegetasi Hutan Kota

No Jenis dan Nama Nama Latin Potensi yang


Tanaman dihasilkan
1. Dangdeur Gosampinus Burung Ukut-ukut
heptaphylla Srigunting
2. Aren Arenga Pinata Bahan Pembuat Sarang
3. Buni Antidesma Bunius buah dapat dimakan
4. Serut Streblus asper tahan pangkas
5. Jamblang syzygium sumini buah dapat dimakan
6. Salam Sysygium polyanntum bumbu dapur
7. Kiara Bauhinian purpurea Punai (Treron sp )
8. Beringin Calistemon lanceolatus Punai (Treron sp )
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

4. Ruang Terbuka Hijau Lapangan Olahraga


Penyediaan RTH lapangan olahraga umumnya memiliki fungsional seperti untuk melakukan
kegiatan atau aktivitas olah raga serta memiliki ekologi yaitu sebagai peneduh, fungsi resapan,
dan juga sebagai tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi. RTH Lapangan olahraga pada
umumnya juga berfungsi sebagai fungsi sosial yang dimana masyarakat sekitar melakukan
interaksi serta kegiatan berjualan sebagai sumber pendapatan. Permen PU No.5 Tahun 2008
sudah menentukan standar bentuk lapangan olahraga yaitu sebagai berikut :

 Vegetasi dengan tajuk daun yang rindang


 Memberi batas sebagai gradasi lingkungan
 Sebagai fungsi estetika pada beberapa sudut Kawasan
Arahan untuk jenis vegetasi pada kawasan lapangan olah raga adalah sebagai berikut :

a. Pohon Palem
b. Pohon Beringin
c. Pohon Trembesi
d. Pohon Angsana
e. Pohon Puring
5. Ruang Terbuka Hijau Pemakaman
RTH Pemakaman selain memiliki fungsi utama sebagai tempat peristirahat terakhir untuk jasad
pada umumnya juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat
pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta
fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan. Untuk
penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut:
 Vegetasi dengan tajuk daun yang rindang
 ukuran makam 1 meter x 2 meter
 jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 meter
 tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/ perkerasan
 pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan
dengan kondisi pemakaman setempat
 batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon
pelindung disalah satu sisinya
6. Ruang Terbuka Hijau Fungsi Khusus
Penyediaan RTH Fungsi Khusus diarahkan pada penyediaan RTH sempadan Jalur kereta api dan
RTH Sempadan sungai. Konsep pengembangan pada kawasan ini di arahkan dengan penataan
serta pemilihan vegetasi yang sesuai dengan kondisi eksisting. Penataan pada jalur sempadan
sungai dan sempadan jalur kereta api pada kawasan ini lebih berfungsi sebagai konservasi dan
pengaman, sedangkan untuk pemilihan vegetasi juga memiliki tipologi yang memberi fungsi
lindung. Maka dari itu dibutuhkan penyediaan Vegetasi yang sesuai dengan fungsi dan karakter
kawasan tersebut.
a. RTH Sempadan Jalur Kereta Api
Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut:

 sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan


bangunan
 fase anakan tumbuh cepat, tetapi tumbuh lambat pada fase dewasa
 ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia
 batang dan sistem percabangan kuat
 batang tegak kuat, tidak mudah patah
 perawakan dan bentuk tajuk cukup indah
 daun tidak mudah rontok karena terpaan angin kencang
 buah berukuran kecil dan tidak bisa dimakan oleh manusia secara langsung
Tabel Konsep Pengembangan Vegetasi RTH Sempadan Jalur Kereta Api
No Jenis dan Nama Nama Latin
Tanaman
1. Flamboyan Delonix Regia
2. Angsana Ptereocarpus indicus
3. Kiara payung Filicium Decipiesns
4. Johar Cassia Multiyoga
5. Ketapang Terminalia Cattapa
6. Kupu - Kupu Bauhinia Purpurea
7. Damar Agathis alba
8. calophyllum
Nyamplung inophyllum
9. Jakaranda Jacaranda filicifolia
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

b. RTH Sempadan Sungai


Terdapat beberapa alternatif vegetasi yang dikembangkan pada RTH sempadan sungai.
Khusus untuk pengembangan vegetasi RTH Sempadan sunga, maka pemilihan vegetasi
untuk RTH sempadan sungai disesuaikan dengan potensi dan kesesuaian lahan pada
daerah masing-masing. Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut:

 sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah


 tumbuh baik pada tanah padat
 sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan
 kecepatan tumbuh bervariasi
 tahan terhadap hama dan penyakit tanaman
 jarak tanam setengah rapat sampai rapat 90% dari luas area, harus dihijaukan
 tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap
 berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya
 dominasi tanaman tahunan
 sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.

Persyaratan pola tanam vegetasi pada RTH sempadan sungai adalah sebagai berikut:

 jalur hijau tanaman meliputi sempadan sungai selebar 50 m pada kiri- kanan
sungai besar dan sungai kecil (anak sungai);
 sampel jalur hijau sungai berupa petak-petak berukuran 20 m x 20 m diambil
secara sistematis dengan intensitas sampling 10% dari panjang sungai;
 sebelum di lapangan, penempatan petak sampel dilakukan secara awalan acak
(random start) pada peta. sampel jalur hijau sungai berupa jalur memanjang
dari garis sungai ke arah darat dengan lebar 20 m sampai pohon terjauh;
 sekurang-kurangnya 100 m dari kiri kanan sungai besar dan 50 m di kiri kanan
anak sungai yang berada di luar permukiman;
Tabel Konsep Pengembangan Vegetasi RTH Sempadan Sungai
No Jenis dan Nama Nama Latin
Tanaman
1. Elaeocarpus
Anting - Anting
grandiflorus
2. Asam Kranji Pithecelobium Dulce
3. Johar Cassia Grandis
4. Cemara Cupresus papuana
5. Pinus pinus merkusii
6. Pala Hutan Myristica Fatua
7. Cemara Sumatra Casuarina Sumatrana
8. Palur Raja oreodoxa regia
9. Kebusi Leutik Lindera Srtichchytolla
10. Kaliandra Calliandra Marginata
11 Balam Sudu Palagulum
Sumatranum
12. Sawo Duren Crysophylium cainito
13. Locust Hymenaea coubarill
14. Ebony Dyospiros celebica
15. Kempas Kompasia excelsum
16. Kecapi Oerodoxa regia
17. Palem Raja Poliantha laterflora
18. Kalak Maniloa brawneodes
19. Saputangan Manejtera foetida
20. Bacang iInnamonum burmani
21. Kawista Cananglium odoratum
22. Kenanga Feronia limonia
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

6.3 Konsep Aspek-Aspek Perencanaan


1. Keseimbangan
Keseimbangan perlu diterapkan dalam mewujudkan taman, sehingga keindahan taman tersebut
tidak menimbulkan kemonotonan pada satu titik saja. Taman harus memilki irama tekanan yang
seimbang. Keseimbangan tersebut dapat diterapkan dengan mengikuti pola sebagai berikut:
a. Pola Simetris (Formal)
 Keseimbangan dengan susunan elemen-elemen taman yang bila ditarik suatu
sumbu maka akan membelah sama besar bagian kiri maupun kanan.
 Bobot visual (keseimbangan pandangan) dicapai oleh dukungan susunan
elemen taman yang sama.
b. Pola Keseimbangan Informal (asimetris)
 Keseimbangan yang lebih cenderung atau condong ke satu arah saja.
 Elemen taman di satu sisi tidak sama persis dengan sisi lainnya, tetapi
bobot visualnya tetap sama.
 Keseimbangan ini dapat pula memberikan kesan seimbang dengan
pengaturan elemen taman.
 Jika di sisi yang satu volumenya lebih banyak diletakkan dekat sumbu,
maka di sisi lainnya yang volumenya lebih sedikit diletakkan lebih jauh
dari sumbunya.
c. Pola Keseimbangan Proksimal/Distal
 Keseimbangan yang diperoleh dengan mengembangkan satu sisi taman
untuk mengimbangi sisi lainnya dari taman bersangkutan.
 ..........Pengaturan keseimbangan dapat dilakukan melalui komposisi warna dan tekstur
elemen taman.
 Warna cerah seperti kuning –merah dari sekelompok tanaman dapat
diimbangi dengan penempatan elemen taman yang lainnya.
2. Irama
Merupakan perasaan yang menggambarkan suatu alur atau penelusuran suatu taman. Dapat
dirasakan dengan menuruntukan arah pandangan mata (bergerak) sesuai dengan irama tertentu
dari suatu benda ke benda lainnya. Jadi dalam suatu pandangan taman, bila terlihat sesuatu
tidak secara tiba-tiba muncul. Irama dalam perancangan juga dapat memecahkan kemonotonan
yang membosankan. Beberapa bentuk elemen yang berbeda ukurannya atau bentuk yang
disusun selang-seling atau cara peletakan yang bervariasi, dapat memberikan kesan atau
perasaan gerak yang berirama. Dapat juga dikreasikan dengan menggunakan pola garis
kontinyu, pengulangan, gradasi, dan radiasi.
Garis kontinyu dan garis terputus-putus memiliki sifat yang mengalir. Contoh : jalan setapak
yang membelok, jalur selokan, arah pagar, dan jalur topografi. Pengulangan suatu elemen
desain (garis, bentuk, warna, tekstur, motif) dapat mengontrol gerak pandangan mata sehingga
menuju titik tertentu. Pengulangan jajaran pohon tertentu (misalnya palm) yang tinggi akan
memberikan kesan pandangan dari sisi ke sisi. Gradasi atau variasi memberikan efek pada mata
untuk bergerak lebih kuat daripada pengulangan. Gradasi ketinggian tanaman dapat berupa
tanaman yang paling pendek sebagai tanaman terdepan dan tanaman tertinggi diletakkan paling
belakang. Kesan tersebut dapat pula diatur dengan mengatur topografi, jika tinggi tanaman
sama (seragam).
3. Skala
Skala dalam konteks perencanaan pertamanan kota merupakan perbandingan antara elemen
kota atau taman dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai bagi manusia. Skala,
perbandingan antara elemen-elemen taman yang jauh dari manusia tetapi perbandingannya
dapat dirasakan secara visual dengan nyaman. Pengaturan perbandingan/skala yang perlu
dilakukan adalah antara tanaman dengan lingkungan; tanaman dengan tanaman lainnya; dan
tanaman dengan manusia. Dalam perencanaan pertamanan di kabupaten badung skala yang
dominan digunakan adalah skala perkotaan yaitu skala ruang yang dikaitkan dengan kota dan
lingkungan manusianya sehingga menimbulkan rasa sense of place atau rasa untuk memiliki
tempat tersebut.
4. Point Of Interest (Titik Perhatian)
Point Of Interest, untuk mengarahkan pandangan ke suatu arah yang menonjol, agar tidak
membosankan. Point Of Interest ditujukan menunjukkan kelebihan dari suatu pandangan
(taman). Point Of Interest dapat menggugah semangat, menghidupkan suasana, dan mendobrak
kejenuhan. Kesan ini diperoleh dengan membuat kontras atau membuat pola susunan tertentu,
atau memberikan tekanan (emphasis) atau aksen pada suatu titik pandang taman.
Point Of Interest dapat berupa warna gelap atau warna terang, kontras dari tekstur atau
penonjolan dari suatu bentuk dengan tujuan memberikan variasi. Tekanan dapat pula diciptakan
dengan pengaturan suatu penonjolan bentuk pohon, gedung atau benda lainnya.
6.4 Konsep Bentuk RTH Taman
Arahan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat
2. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari :
a. 20% ruang terbuka hijau publik
b. 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat
3. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas
lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap
dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota
maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas
wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan.

Tabel Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk


Luas
Luas
No Unit Lingkungan Tipe RTH Minimal/Unit Minimal/Kapital Lokasi
(m2)
(m2)

Ditengah
1 250 Jiwa Taman RT 250 1,0
Lingkungan RT

Di Pusat Kegiatan
2 2.500 Jiwa Taman RW 1250 0,5
RW

Dikelompokkan
Taman
3 30.000 Jiwa 9000 0,3 dengan Sekolah /
Kelurahan
Pusat Kelurahan

Dikelompokkan
Taman
24.000 0,2 dengan Sekolah /
4 120.000 Jiwa Kecamatan
Pusat Kelurahan

Pemakaman Disesuaikan 1,2 Tersebar

5 480.000 Jiwa Di Pusat Wilayah /


Taman Kota 144.000 0,3
Kota

Hutan Kota Disesuaikan 4,0 Di Dalam /


Luas
Luas
No Unit Lingkungan Tipe RTH Minimal/Unit Minimal/Kapital Lokasi
(m2)
(m2)

Kawasan Pinggiran

Fungsi Disesuaikan
Disesuaikan 12,5
Tertentu Dengan Kebutuhan

Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

a. RTH Pekarangan
Pekarangan adalah lahan di luar bangunan, yang berfungsi untuk berbagai aktivitas.
Luas pekarangan disesuaikan dengan ketentuan koefisien dasar bangunan (KDB) di
kawasan perkotaan, seperti tertuang di dalam PERDA mengenai RTRW di masing-masing
kota/kabupaten.

Tabel Arahan Penyediaan dan Pemanfaatan RTH Pekarangan

Arahan
Jenis RTH Pekarangan
Penyediaan Pemanfaatan
Jumlah pohon pelindung Sebagai tempat utilitas
yang harus disediakan tertentu seperti sumur
minimal 3 pohon yang resapan
Rumah Besar ditambah dengan semak Sebagai tempat menanam
(>500m2) serta penutup tanah tanaman hias dan tanaman
produktif yang dapat
menghasilkan buah-
buahan
Rumah Sedang Jumlah pohon pelindung Pemanfaatan untuk
2
(200-500 m ) yang harus disediakan menanam tanaman obat
minimal 2 pohon yang atau yang biasa disebut
ditambah dengan semak apotik hidup serta
serta penutup tanah tanaman pot untuk nilai
estetika
Sebagai bentuk
pemanfaatan untuk
efisiensi ruang, tanaman
pot diatur dalam bentuk
vertikal
Jumlah pohon pelindung Pemanfaatan untuk
yang harus disediakan menanam tanaman obat
minimal 2 pohon yang atau yang biasa disebut
ditambah dengan semak apotik hidup serta
serta penutup tanah tanaman pot untuk nilai
Rumah Kecil
estetika
(<200 m2)
Sebagai bentuk
pemanfaatan untuk
efisiensi ruang, tanaman
pot diatur dalam bentuk
vertikal
Pekarangan perkantoran KDB 70-90% perlu Bentuk oemanfaatannya
dan Pertokoan menambahkan pot sebagai selain tempat
KDB > 70% harus utilitas tertentu contohnya
menyediakan minimal 2 seperti sebagai area parkir
pohon kecil yang ditanam terbuka atau tempat untuk
pada lahan atau pot menyelenggarakan
KDB < 70% berlaku seperti
berbagai aktivitas diluar
persyaratan pada RTH
ruangan seperti upacara
pekarangan rumah, dan
dan sebagainya,
ditanam diluar area KDB

Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan

b. RTH Lingkungan
Pemanfaatan dan kelengkapan fasilitas yang ada dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel Pemanfaatan dan Kelengkapan Fasilitas RTH Lingkungan

Koefisien
Jenis RTH Jenis Taman Fasilitas Vegetasi
Daerah Hijau

Bangku taman Tanaman


sebagai apotik
Taman RT Aktif 70-80% hidup
Fasilitas main Sayur dan buah
anak anak buahan
Taman RT Aktif 70-80% Lapangan Minimal 10
Bangku Taman pohon
Fasilitas main
pelindung dari
anak anak
jenis pohon
kecil atau
sedang
Lapangan Minimal 25
pohon
Kamar Mandi Semak
Aktif 70-80%
Umum
Kursi taman Penutup tanah
Kios Rerumputan
Taman Sirkulasi jalur Minimal 50

Kelurahan pejalan kaki pohon


dengan lebar
Pasif 80-90% 1.5 – 2 meter
Kamar Mandi Semak
Umum
Kios Penutup tanah
Kursi Taman Rerumputan
Lapangan Minimal 50
Terbuka pohon
Lapangan Semak
Basket
Kursi taman Penutup tanah
Aktif 70-80%
Kios Rerumputan
Parkir
Kendaraan
Taman Kamar Mandi

Kelurahan Umum
Sirkulasi jalur >100 Pohon
pejalan kaki tahunan yang
dengan lebar berukuran
Pasif 80-90% 1.5 – 2 meter sedang dan kecil
Kamar Mandi Semak
Umum
Kios Penutup tanah
Kursi Taman Rerumputan
Sumber : Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan
..........Konsep bentuk taman dapat dikembangkan yang sesuai dengan tema yang diarahkan seperti taman kota
maupun taman khusus para lanjut usia. Konsep taman tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Taman Edukasi
Taman edukasi bertujuan untuk melakukan kegiatan edukasi/pendidikan yang ditujukan
kepada anak-anak usia bermain. Taman edukasi ini diarahkan untuk dikembangkan
dengan beberapa fasilitas Pendidikan yang dimana diantaranya fasilitas pendidikan
PAUD dan tempat bermain untuk anak-anak. Akan tetapi, lebih baik apabila taman
edukasi ini diletakkan di dekat fasilitas pendidikan
b. Taman Lanjut Usia
Taman Lanjut Usia diperuntukkan bagi masyarakat yang sudah berumur lanjut usia.
Taman lansia tersebut diarahkan untuk diletakkan jalur kursi roda untuk lansia dan jalur
untuk refleksi kaki serta kursi untuk para pengantar lansia tersebut
c. Taman Ecopark.
Di dalam Taman Ecopark, terdapat Beberapa Atribut Kota Hijau yang harus dipenuhi,
antara lain:
 Green Waste, yaitu pengelolaan sampah yang ramah lingkungan seperti
pemilahan sampah, komposter, furniture hijau
 Green Water, yaitu pemanfaatan air secara optimal dengan teknologi daur
ulang seperti misalnya daur ulang air (sumur resapan, biopori)
 Green Energy, yaitu penggunaan energi ramah lingkungan seperti lampu panel
surya
 Green Building, yatitu penggunaan material bangunan yang ramah lingkungan
misalnya gazebo, toilet ,dlldari bahan ramah lingkungan;
 Green Transportation, yaitu dengan memasukkan elemen transportasi ramah
lingkungan seperti jalur pedestrian, jalur sepeda
 Green Open Space, yaitu penggunaan tanaman vegetasi dengan tinggi minimal 3
meter
 Green Community, yaitu adanya komunitas didalamnya dimana taman
berfungsi sebagai wadah interaksi sosial/kegiatan komunitas masyarakat
d. Arboretum
Arboretum berfungsi Sebagai museum hidup untuk flora dari berbagai jenis. Salah satu
tujuan dari arboretum adalah untuk penelitian, dilengkapi laboratorium (pengembangan
bibit baru, dll)
e. Taman Keanekaragaman Hayati
Taman keanekaragaman hayati bertujuan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati
serta sebagai tempat persinggahan/migrasi burung. Selain itu taman keanekaragaman hayati
dapat pula berfungsi sebagai hutan konservasi binatang (contoh: Hutan Konservasi Bekantan,
Tarakan-Kaltim)
6.5 Rencana Pengembangan dan Penataan RTH
6.5.1 RuangTerbuka Hijau (RTH) Publik
6.5.1.1. RTH Hutan Kota

RTH hutan kota merupakan taman yang bereran sebagai penyangga kota dengan
fungsi : memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan
keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kotan dan mendukung pelestarian dan
perlindungan keanekaragaman hayati. RTH ini akan direncakan di Kelurahan Kauman, Blooto
dan Mentikan, rencananya dengan mamanfaatkan lahan pertanian dan lahan kosong. Rencana
taman ini berfungsi sebagai taman pasif, estetika kota maupun ekologis.

Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini adalah menampilkan konsep hutan bersifat
pasif yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dengan presentase pemanfaatan lahan 95%
hutan, 5% pemanfaatan lain seperti areal parkir, tempat duduk.
Selain itu kawasan ini akan kelilingi lampu penerangan untuk taman (desain Asmaul
Husna) ditambah jenis tanaman perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan rumput
yang nantinya menjadikan kawasan ini nyaman dipandang dan dikunjungi.

Tata Hijau
1. Pengadaan hutan 95% dari total luas hutan dengan jenis vegetasi yang berfariasi
(mengadopsi konsep hutan kota sebelumnya) berupa tanaman tahunan seperti
glodokan, jambu air, mangga, jeruk, dan perlunya tanaman yang mencirikhaskan Kota
Mojokerto seperti tanaman maja (tanaman istimewa).
2. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa beringin, glodokan, angsana.
3. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan
media tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
4. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) diseluruh permukaan
yang tidak dmanfaatkan untuk Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH), dalam
mengoptimalkan fungsi hutan sebagai kawasaan RTH.

 Elemen Pelengkap

Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman penghijauan
sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi sebagai pelengkap
dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan tata hijau kota,
adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :
1. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
 Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu
sorot (spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan
ditonjolkan keberadaannya, antara lain patung, tugu atau jenis tanaman istimewa
seperti tanaman maja pada lokasi tersebut.
 Jenis lampu yang digunakan sebaiknya yang berwarna putih (TL/neon) agar
memberikan pencahayaan yang cerah pada malam hari. Jika menggunakan lampu
neon biasa atau lampu merkuri berwarna kuning akan memberikan kesan muram,
temaram dan remang-remang. Lampu TL dapat divariasi dengan penggunaan wadah
berwarna, umumnya warna merah, hijau atau biru.
 Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa
besi dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih,
atau menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen
dari besi cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam
konsep taman sebelumnya.
 Peletakan lampu ditempatkan pada posisi yang memungkinkan cahaya dapat diterima
pada sebagian besar area, atau pada titik sentral orientasi taman, misalnya pada
tengah taman atau pada obyek yang menjadi pusat penonjolan taman, seperti
tanaman istimewa (tanaman maja yang menjadi ciri khas dari Kota Mojokerto).
 Dapat dipadukan dengan unsur iklan/reklame produk untuk menyerap potensi swasta
dalam pembiayaan dan pengelolaan taman, dengan tetap memperhatikan aspek
keindahan, keserasian dan keterpaduan tampilan lampu dengan desain Asmaul Husna
diatas kemudian menampilkan papan reklame dibawah jadi dari segi estetikanya tetap
ada dan juga tidak menghilangkan nilai komersil.
 Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1
meter, taman lingkungan, taman olahraga dan taman bermain anak.
2. Jalan setapak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk sirkulasi orang yang sedang menikmati taman, serta dapat
dimanfaatkan juga sebagai lintasan jogging track dan sepeda santai.
 Untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pemeliharaan serta lebih rapi dan
tertata maka konstruksi jalan setapak diarahkan terbuat dari beton atau pasangan bata
press (paving block), dengan pemilihan aneka variasi bentuk dan warna.
 Ukuran penampang jalan disesuaikan dengan fungsi yang akan diemban, jika hanya
untuk pejalan kaki cukup dengan lebar 1,0-1,5 meter, sedangkan jika bercampur
dengan jogging track/bycicle track minimal memiliki lebar 2,0 meter untuk
memberikan ruang bebas antara pejalan kaki dengan pengendara sepeda. Ketinggian
jalan berkisar antara 10-15 cm dari permukaan tanah agar tidak tergenang saat hujan
dan tidak membahayakan pemakai karena terlalu tinggi.
 Jaringan jalan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau sebagian besar
areal tata hijau dan tidak mengganggu peruntukan dan fungsi elemen tata hijau
lainnya.
 Alokasi penyediaannya diarahkan pada alun-alun kota, hutan kota, taman kecamatan,
taman kelurahandan taman RW.
3. Gazebo, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai dan bisa menjadi tempat diskusi untuk para
pelajar.
 Bahan bangunan menggunakan bahan dengan mengadopsi konsep taman sebelumnya
seperti gazebo yang ada pada hutan kota.
 Ukuran luas gazebo disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang
dikembangkan, sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan
elemen tata hijau lainnya.
 Jumlah unit yang dikembangan maksimalnya 4 unit yang penempatannya ditempatkan
pada pada pojok taman yang membentuk pola segi empat.
 Jenis sarana ini dialokasikan pada taman kelurahan dan taman RW dan hutan kota.
4. Kursi taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai
 Untuk memudahkan perawatan dan keawetan/tahan lama maka bahan yang
digunakan untuk kursi sebaiknya yang kuat/kokoh dan tahan lama. Kuat dalam arti
tidak mudah rusak/patah/lepas, dan tahan lama dalam arti tidak mudah lapuk, reot
atau berkarat karena proses iklim, karena penggunaannya bersifat umum/publik dan
pemanfaatannya terkadang tidak sesuai kapasitas semestinya. Untuk itu bahan yang
paling memungkinkan digunakan adalah pasangan batu/semen, fiberglass dan kayu
ulin. Sedangkan bahan dari besi umumnya mudah mengalami kerusakan dan karat
akibat cuaca.
 Ukuran kursi disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan,
sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau
lainnya. Sebaiknya menggunakan dua jenis kursi, yaitu kursi menggunakan sandaran
tubuh dan tanpa sandaran.
 Penempatannya diatur sedemikian rupa dalam jarak tertentu, sehingga tersebar
merata disebagian kawasan dengan tetap memperhatikan tata letak dan orientasi
elemen tata hijau yang ada, agar kegiatan dan aktifitas pengunjung tidak
terkonsentrasi dalam satu lokasi serta penempatan elemen tata hijau juga tidak
terpusat.
 Jenis tata hijau yang memungkinkan dialokasikan elemen ini adalah alun-alun kota,
hutan kota, taman kecamatan, taman kelurahandan taman RW.
5. Tempat sampah, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Dimaksudkan untuk menciptakan kebersihan dan keindahan kawasan, sehingga tetap
menarik untuk dinikmati, karena jenis tata hijau yang potensial dikunjungi orang akan
menarik banyak pedagang kaki lima untuk berjualan dilokasi tersebut.
 Tempat sampah yang disediakan diarahkan berbentuk bin/tong sampah, dengan bahan
yang digunakan terbuat dari seng/drum, karet, fiberglass atau plastik. Agar
memudahkan dalam perawatan dan operasional pengumpulan sampah oleh petugas
kebersihan.
 Ukuran dan desain tong sampah dibuat dengan fungsional, kokoh, fleksibel dan
menarik, sehingga akan menunjang pembentukan citra kawasan.
 Penempatannya disesuaikan dengan orientasi kegiatan dalam kawasan dan
penempatan elemen tata hijau lainnya, yaitu harus berada disekitar kursi taman,
lintasan jalan dan tempat pedagang kaki lima serta lokasi-lokasi dimana orang
melakukan aktifitas dalam kawasan tersebut. Selain itu harus mudah dijangkau oleh
sarana petugas pengumpul sampah (gerobak sampah).
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah alun-alun kota,
hutan kota, taman kecamatan, taman kelurahandan taman RW.
6. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan
karena keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi
lain (pelataran, dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dalam
kawasan.
 Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga
atau tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
 Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah
atau dengan elemen tata hijau lainnya.
 Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara
lain berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-
bentuk artistik lainnya.
 Bahan yang digunakan merupakan bahan yang awet dan mudah dalam perawatannya,
antara lain dari semen dan karet, dengan pewarnaan menggunakan warna alami dan
netral untuk menghindari kesan mencolok dan tidak serasi dengan lingkungannya,
antara lin warna putih, coklat atau warna semen.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi
tempat aktifitas orang yaitu alun-alun kota, hutan kota, taman kecamatan, taman
kelurahandan taman RW.
7. Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut:
 Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-
100 m.
 Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir
jalan setapak (paving), dan pinggiran lapangan olahraga basket dan voli.
 Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan
mengingat fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas
pengunjung.
 Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman,
hutan, tepi jalan dan pekarangan.

6.5.1.2. RTH Taman Monumen

RTH taman monumen merupakan taman yang memiliki fungsi utama sebagai estetika
kawasan sedangkan fungsi lainnya yaitu memperbaiki dan menjaga iklim mikro, meresapkan
air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota. RTH ini akan direncakan
di beberapa titik lokasi direncakannya monumen selamat datang/jalan masuk dan keluar Kota
Mojokerto sebagai penghias kawasan tersebut, adapun lokasi direncakannya monumen yaitu
di jalan yang menghubungkan ke Surabaya tepatnya di Kelurahan Kedungdung, arah Karang
Kedawang Kelurahan Blooto dan arah Mojosari Kelurahan Meri dan arah Jombang Kelurahan
Kranggan.

A. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini adalah menampilkan konsep taman pasif dengan
mengadopsi konsep taman pojok persimpangan jalan sebelumnya, fungsi taman sebagai
estetika kawasan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan tanaman hias perdu dan semak
seperti bunga dan rumput untuk menutup permukaan taman (ground cover), dilengkapi lampu
penerangan untuk taman.

B. Tata Hijau
1. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan media
tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
2. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Penghijauan yang dilakukan dengan mengadopsi konsep pengembangan taman pojok
persimpangan jalan sebelumnya.
C. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman penghijauan
sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi sebagai pelengkap
dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan tata hijau kota,
adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :

1. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :


 Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
 Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu sorot
(spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan
ditonjolkan keberadaannya, antara lain patung, tugu atau jenis tanaman istimewa seperti
tanaman maja pada lokasi tersebut.
 Jenis lampu yang digunakan sebaiknya yang berwarna putih (TL/neon) agar memberikan
pencahayaan yang cerah pada malam hari. Jika menggunakan lampu neon biasa atau lampu
merkuri berwarna kuning akan memberikan kesan muram, temaram dan remang-remang.
Lampu TL dapat divariasi dengan penggunaan wadah berwarna, umumnya warna merah,
hijau atau biru.
 Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa besi
dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih, atau
menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen dari besi
cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam konsep alun-
alun Kota Mojokerto.
 Peletakan lampu ditempatkan pada posisi yang memungkinkan cahaya dapat diterima pada
sebagian besar area, atau pada titik sentral orientasi taman, misalnya pada tengah taman
atau pada obyek yang menjadi pusat penonjolan taman, seperti tanaman istimewa.
 Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1 meter,
taman lingkungan, taman olahraga dan taman bermain anak.
2. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan
karena keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi lain
(pelataran, dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dalam
kawasan.
 Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga atau
tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
 Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah atau
dengan elemen tata hijau lainnya.
 Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara lain
berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-bentuk
artistik lainnya.
 Bahan yang digunakan merupakan bahan yang awet dan mudah dalam perawatannya,
antara lain dari semen dan karet, dengan pewarnaan menggunakan warna alami dan netral
untuk menghindari kesan mencolok dan tidak serasi dengan lingkungannya, antara lin
warna putih, coklat atau warna semen.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi tempat
aktifitas orang yaitu alun-alun kota, taman kawasan, taman lingkungan, taman bermain
anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman olahraga.
3. Resapan Air Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut:
 Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-100 m.
 Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir jalan
setapak (paving).
 Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan mengingat
fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas pengunjung.
 Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan, tepi
jalan dan pekarangan.
6.5.1.3. RTH Taman Kecamatan

RTH taman kecamatan akan direncakan di kecamatan Prajurit Kulon, rencananya


dengan mamanfaatkan lahan pertanian, lahan kosong dan lapangan terbuka sebelumnya
(untuk ditata ulang). Rencana taman ini berfungsi sebagai tempat rekreasi aktif, estetika
kota maupun ekologis.
A. Kecamatan Prajurit Kulon
1. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini adalah menampilkan konsep alun-alun
yang berfungsi sebagai lapangan terbuka untuk menunjang beberapa aktivitas terutama
pendidikan seperti perguruan tinggi, SMA, SMP dan SD, atau dinas-dinas lainnya seperti
pemerintahan maupun aktivitas masyarakat pada umumnya, terdapat jogging track
diseluruh lingkaran, areal parkir, lapangan terbuka, lapangan bola voli, lapangan bola
basket, dikelilingi lampu penerangan untuk taman (desain Asmaul Husna), ditambah
kawasan hutan kecil yang berisikan pohon sedang dan kecil, dan penyebaran jenis tanaman
perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan rumput yang nantinya menjadikan
kawasan ini nyaman dipandang dan dikunjungi.
2. Tata Hijau
Tata hijau adalah rencana utama dari suatu RTH, adapun jenis penghijauan yang akan
dikembangkan pada Taman Kecamatan Prajurit Kulon yaitu :
a. Pengadaan hutan kecil dengan jenis vegetasi yang berfariasi (mengadopsi konsep hutan
kota sebelumnya) berupa tanaman tahunan seperti glodokan, ketapang, jambu air, mangga,
jeruk, dan perlunya tanaman yang mencirikhaskan Kota Mojokerto seperti tanaman maja
(tanaman istimewa).
b. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti) dan palem.
c. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan
media tanam dalam bentuk pot sebagai tanaman hias taman.
d. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) diseluruh permukaan yang
tidak dmanfaatkan untuk Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH), dengan tujuan untuk
mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman
penghijauan sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi
sebagai pelengkap dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan
tata hijau kota, adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah
sebagai berikut :
a. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
 Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu sorot
(spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan
ditonjolkan keberadaannya, seperti jenis tanaman istimewa pada lokasi tersebut seperti
tanaman maja yang merupakan ciri khas dari Kota Mojokerto.
 Jenis lampu yang digunakan sebaiknya yang berwarna putih (TL/neon) agar memberikan
pencahayaan yang cerah pada malam hari. Jika menggunakan lampu neon biasa atau
lampu merkuri berwarna kuning akan memberikan kesan muram, temaram dan remang-
remang. Lampu TL dapat divariasi dengan penggunaan wadah berwarna, umumnya warna
merah, hijau atau biru.
 Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa besi
dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih, atau
menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen dari besi
cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam konsep alun-
alun kota sebelumnya.
 Peletakan lampu ditempatkan pada posisi yang memungkinkan cahaya dapat diterima
pada sebagian besar area, atau pada titik sentral orientasi taman, misalnya pada tengah
taman atau pada obyek yang menjadi pusat penonjolan taman, seperti tanaman istimewa
(tanaman maja yang menjadi ciri khas dari Kota Mojokerto).
 Dapat dipadukan dengan unsur iklan/reklame produk untuk menyerap potensi swasta
dalam pembiayaan dan pengelolaan taman, dengan tetap memperhatikan aspek
keindahan, keserasian dan keterpaduan tampilan lampu dengan desain Asmaul Husna
diatas kemudian menampilkan papan reklame dibawah jadi dari segi estetikanya tetap
ada dan juga tidak menghilangkan nilai komersil.
 Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1 meter,
taman kecamatan, taman kelurahan dan taman RW.
b. Jalan setapak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk sirkulasi orang yang sedang menikmati taman, serta dapat dimanfaatkan
juga sebagai lintasan jogging track dan sepeda santai.
 Untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pemeliharaan serta lebih rapi dan tertata
maka konstruksi jalan setapak diarahkan terbuat dari beton atau pasangan bata press
(paving block), dengan pemilihan aneka variasi bentuk dan warna.
 Ukuran penampang jalan disesuaikan dengan fungsi yang akan diemban, jika hanya untuk
pejalan kaki cukup dengan lebar 1,0-1,5 meter, sedangkan jika bercampur dengan jogging
track/bycicle track minimal memiliki lebar 2,0 meter untuk memberikan ruang bebas
antara pejalan kaki dengan pengendara sepeda. Ketinggian jalan berkisar antara 10-15 cm
dari permukaan tanah agar tidak tergenang saat hujan dan tidak membahayakan pemakai
karena terlalu tinggi.
 Jaringan jalan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau sebagian besar areal
tata hijau dan tidak mengganggu peruntukan dan fungsi elemen tata hijau lainnya.
 Alokasi penyediaannya diarahkan pada alun-alun kota, hutan kota, taman kelurahan dan
taman RW.
c. Kursi taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai
 Untuk memudahkan perawatan dan keawetan/tahan lama maka bahan yang digunakan
untuk kursi sebaiknya yang kuat/kokoh dan tahan lama. Kuat dalam arti tidak mudah
rusak/patah/lepas, dan tahan lama dalam arti tidak mudah lapuk, reot atau berkarat
karena proses iklim, karena penggunaannya bersifat umum/publik dan pemanfaatannya
terkadang tidak sesuai kapasitas semestinya. Untuk itu bahan yang paling memungkinkan
digunakan adalah pasangan batu/semen, fiberglass dan kayu ulin. Sedangkan bahan dari
besi umumnya mudah mengalami kerusakan dan karat akibat cuaca.
 Ukuran kursi disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan,
sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau
lainnya. Sebaiknya menggunakan dua jenis kursi, yaitu kursi menggunakan sandaran
tubuh dan tanpa sandaran.
 Penempatannya diatur sedemikian rupa dalam jarak tertentu, sehingga tersebar merata
disebagian kawasan dengan tetap memperhatikan tata letak dan orientasi elemen tata
hijau yang ada, agar kegiatan dan aktifitas pengunjung tidak terkonsentrasi dalam satu
lokasi serta penempatan elemen tata hijau juga tidak terpusat.
 Jenis tata hijau yang memungkinkan dialokasikan elemen ini adalah taman kota/alun-alun,
taman kelurahan, taman RW, dan hutan kota.
d. Tempat sampah, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Dimaksudkan untuk menciptakan kebersihan dan keindahan kawasan, sehingga tetap
menarik untuk dinikmati, karena jenis tata hijau yang potensial dikunjungi orang akan
menarik banyak pedagang kaki lima untuk berjualan dilokasi tersebut.
 Tempat sampah yang disediakan diarahkan berbentuk bin/tong sampah, dengan bahan
yang digunakan terbuat dari seng/drum, karet, fiberglass atau plastik. Agar memudahkan
dalam perawatan dan operasional pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan.
 Ukuran dan desain tong sampah dibuat dengan fungsional, kokoh, fleksibel dan menarik,
sehingga akan menunjang pembentukan citra kawasan.
 Penempatannya disesuaikan dengan orientasi kegiatan dalam kawasan dan penempatan
elemen tata hijau lainnya, yaitu harus berada disekitar kursi taman, lintasan jalan dan
tempat pedagang kaki lima serta lokasi-lokasi dimana orang melakukan aktifitas dalam
kawasan tersebut. Selain itu harus mudah dijangkau oleh sarana petugas pengumpul
sampah (gerobak sampah).
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah alun-alun kota,
taman kelurahan, taman RW dan hutan kota.
e. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan
karena keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi lain
(pelataran, lapangan bakset, voli dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan
kesan indah dalam kawasan.
 Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga atau
tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
 Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah
atau dengan elemen tata hijau lainnya.
 Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara lain
berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-bentuk
artistik lainnya.
 Bahan yang digunakan merupakan bahan yang awet dan mudah dalam perawatannya,
antara lain dari semen dan karet, dengan pewarnaan menggunakan warna alami dan
netral untuk menghindari kesan mencolok dan tidak serasi dengan lingkungannya, antara
lin warna putih, coklat atau warna semen.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi
tempat aktifitas orang yaitu alun-alun kota, taman kecamatan, taman kelurahan, taman
RW dan hutan kota.
f. Tempat dan alat bermain anak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Untuk menunjang fungsi tata hijau sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif bagi warga
untuk segala kelompok umur, sehingga dapat menjadi alternatif rekreasi keluarga dengan
murah dan meriah yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak.
 Terdiri dari berbagai permainan yang kreatif, aktif dan tidak membahayakan, antara lain
jungkitan, prosotan, ayunan, dan panjatan
 Bentuk dan desain alat permainan dibuat semenarik mungkin dengan warna yang meriah
dan mencolok, untuk memberikan kesan kemeriahan dan mengundang minat bagi anak-
anak untuk bermain.
 Bahan yang digunakan sebaiknya bahan yang awet dan konstruksinya kuat, yaitu terbuat
dari beri atau semen/pasangan batu, atau divariasikan dengan bahan dari kayu.
 Penempatannya disesuaikan dengan komposisi dan ketersediaan ruang dalam kawasan,
antara lain dipelataran rumput atau semen dibawah kerindangan pohon atau disekitar
tanaman perdu dan bunga-bungan yang dapat dilihat dari kejauhan untuk memudahkan
pengawasan oleh anggota keluarga lainnya.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan taman bermain anak adalah yang
memungkinkan digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga dan anak-anak, yaitu alun-
alun kota, taman kelurahan, taman RW dan hutan kota.
g. Area Hotspot, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Unsur penunjang kegiatan RTH sebagai sarana rekreasi aktif bagi warga untuk segala
kelompok umur, dan khususnya untuk kalangan pelajar.
 Pembuatan website yang berkaitan informasi penataan RTH wilayah perencanaan dan
manfaatnya, guna dalam mempromosikan keberadaan RTH aktif untuk dikunjungi dan
dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pengembangan RTH yang akan
menjadi salah satu wujud paritisipasi masyrakat dalam pembangunan RTH.
 Penempatannya disesuaikan dengan pemanfaatannya yaitu disekitaran kursi taman yang
akan menjadi tempat masyarkat dan pengunjung lainnya bersantai.
 Kecepatan dalam mengakses harus cepat, guna memberikan kenyamanan masyarakat
atau penungjung lainnya dalam menggunakan teknologi internet.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan Area Hotspot adalah alun-alun kota, taman
kecamatann, taman RW.
h. Resapan Air Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut:
 Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-100
m.
 Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir jalan
setapak (paving), dan pinggiran lapangan olahraga basket dan voli.
 Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan
mengingat fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas
pengunjung.
 Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan,
tepi jalan dan pekarangan.
i. Tempat pedagang kaki lima, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dengan jenis dagangan yang
diperjualbelikan sesuai dengan aktifitas dan fungsi kawasan, antara lain berupa makanan,
minuman, dan mainan anak-anak.
 Penyediaannya dimaksudkan untuk mengantisipasi munculnya berbagai pedagang kaki
lima yang timbul seiring dengan keberadaan aktifitas warga, dengan melokalisasi dalam
satu tempat sehingga teratur dan tidak menimbulkan kesemerawutan yang pada akhirnya
akan menurunkan kualitas estetika dan fungsional kawasan. Untuk itu dialokasikan pada
bagian dimana pengunjung memulai dan mengakhiri kegiatan dikawasan tersebut, dekat
dengan fasilitas umum dan elemen tata hijau lainnya seperti tempat sampah, kursi taman
dan lampu penerangan taman.
 Bukan dimaksudkan untuk penyediaaan secara permanen, tetapi berupa satu areal
terbuka dimana pedagang dapat memasang dan membongkar tempat dagangannya pada
hari yang sama, sehingga pedagang tidak akan tinggal secara permanen yang pada
akhirnya akan menimbulkan kekumuhan dan keruwetan. Untuk itu sarana berjualan yang
digunakan sebaiknya berupa gerobak dorong atau gerobak becak. Lebih detailnya dapat
dilihat pada beberapa gambar mengenai rencana Taman Kecamatan Prajurit Kulon.
6.5.1.4. RTH Taman Kelurahan

RTH taman kelurahan merupakan taman yang skala pelayananya untuk penduduk
kelurahan, perencanaannya tersebar pada masing-masing kelurahan yaitu di Kelurahan
Wates, Kedungdung, Meri, dan Pulorejo, rencananya dengan mamanfaatkan lahan kosong
dan lapangan olahraga sebelumnya yang perlu ditata ulang. Rencana taman ini berfungsi
sebagai tempat rekreasi aktif dan pasif, estetika kota maupun ekologis.

A. Kelurahan Wates - Taman Aktif


1. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini sama dengan konsep taman kecamatan
yaitu menampilkan konsep alun-alun yang sifatnya aktif, taman ini berfungsi sebagai
lapangan terbuka untuk menunjang beberapa aktivitas seperti pendidikan, maupun
aktivitas masyarakat pada umumnya, terdapat jogging track diseluruh lingkaran, areal
parkir, lapangan terbuka, dikelilingi lampu penerangan untuk taman (desain Asmaul
Husna) ditambah jenis tanaman perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan
rumput (ground cover) yang nantinya menjadikan kawasan ini nyaman dipandang dan
dikunjungi.

2. Tata Hijau
Tata hijau adalah rencana utama dari suatu RTH, adapun jenis penghijauan yang akan
dikembangkan pada Taman Kelurahan Wates yaitu :

1. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti), palem. dan tanaman maja yang merupakan tanaman yang mengcirikhaskan
Kota Mojokerto.
2. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan
media tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
3. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka
dan juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman
penghijauan sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi
sebagai pelengkap dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap
pembentukan tata hijau kota, adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk
dikembangkan adalah sebagai berikut :

a. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :


 Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
 Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu sorot
(spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan
ditonjolkan keberadaannya, seperti jenis tanaman istimewa seperti tanaman maja pada
lokasi tersebut.
 Jenis lampu yang digunakan sebaiknya yang berwarna putih (TL/neon) agar memberikan
pencahayaan yang cerah pada malam hari. Jika menggunakan lampu neon biasa atau
lampu merkuri berwarna kuning akan memberikan kesan muram, temaram dan remang-
remang. Lampu TL dapat divariasi dengan penggunaan wadah berwarna, umumnya warna
merah, hijau atau biru.
 Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa besi
dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih, atau
menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen dari besi
cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam konsep alun-
alun kota.
 Peletakan lampu ditempatkan pada posisi yang memungkinkan cahaya dapat diterima
pada sebagian besar area, atau pada titik sentral orientasi taman, misalnya pada tengah
taman atau pada obyek yang menjadi pusat penonjolan taman, seperti tanaman istimewa
(tanaman maja yang menjadi ciri khas dari Kota Mojokerto).
 Dapat dipadukan dengan unsur iklan/reklame produk untuk menyerap potensi swasta
dalam pembiayaan dan pengelolaan taman, dengan tetap memperhatikan aspek
keindahan, keserasian dan keterpaduan tampilan lampu dengan desain Asmaul Husna
diatas kemudian menampilkan papan reklame dibawah jadi dari segi estetikanya tetap
ada dan juga tidak menghilangkan nilai komersil.
 Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1 meter,
taman lingkungan, taman olahraga dan hutan kota.
b. Jalan setapak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk sirkulasi orang yang sedang menikmati taman, serta dapat dimanfaatkan
juga sebagai lintasan jogging track dan sepeda santai.
 Untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pemeliharaan serta lebih rapi dan tertata
maka konstruksi jalan setapak diarahkan terbuat dari beton atau pasangan bata press (paving
block), dengan pemilihan aneka variasi bentuk dan warna.
 Ukuran penampang jalan disesuaikan dengan fungsi yang akan diemban, jika hanya untuk
pejalan kaki cukup dengan lebar 1,0-1,5 meter, sedangkan jika bercampur dengan jogging
track/bycicle track minimal memiliki lebar 2,0 meter untuk memberikan ruang bebas antara
pejalan kaki dengan pengendara sepeda. Ketinggian jalan berkisar antara 10-15 cm dari
permukaan tanah agar tidak tergenang saat hujan dan tidak membahayakan pemakai karena
terlalu tinggi.
 Jaringan jalan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau sebagian besar areal
tata hijau dan tidak mengganggu peruntukan dan fungsi elemen tata hijau lainnya.
 Alokasi penyediaannya diarahkan pada alun-alun kota, hutan kota, taman rekreasi, taman
olahraga dan taman lingkungan.
c. Gazebo, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai dan dapat menjadi tempat diskusi para pelajar.
 Bahan bangunan menggunakan bahan dengan mengadopsi konsep taman sebelumnya
seperti gazebo yang ada pada hutan kota.
 Ukuran luas gazebo disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan,
sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau lainnya.
 Jumlah unit yang dikembangan maksimalnya 4 unit yang penempatannya ditempatkan pada
pojok taman atau pada persimpangan jalan yang membentuk pola segi empat.
 Jenis sarana ini dialokasikan pada taman kelurahan dan taman RW dan hutan kota.
d. Kursi taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai
 Untuk memudahkan perawatan dan keawetan/tahan lama maka bahan yang digunakan
untuk kursi sebaiknya yang kuat/kokoh dan tahan lama. Kuat dalam arti tidak mudah
rusak/patah/lepas, dan tahan lama dalam arti tidak mudah lapuk, reot atau berkarat karena
proses iklim, karena penggunaannya bersifat umum/publik dan pemanfaatannya terkadang
tidak sesuai kapasitas semestinya. Untuk itu bahan yang paling memungkinkan digunakan
adalah pasangan batu/semen, fiberglass dan kayu ulin. Sedangkan bahan dari besi umumnya
mudah mengalami kerusakan dan karat akibat cuaca.
 Ukuran kursi disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan, sehingga
keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau lainnya. Sebaiknya
menggunakan dua jenis kursi, yaitu kursi menggunakan sandaran tubuh dan tanpa sandaran.
 Penempatannya diatur sedemikian rupa dalam jarak tertentu, sehingga tersebar merata
disebagian kawasan dengan tetap memperhatikan tata letak dan orientasi elemen tata hijau
yang ada, agar kegiatan dan aktifitas pengunjung tidak terkonsentrasi dalam satu lokasi serta
penempatan elemen tata hijau juga tidak terpusat.
 Jenis tata hijau yang memungkinkan dialokasikan elemen ini adalah taman kota/alun-alun,
taman lingkungan, taman kawasan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan
taman olahraga.
e. Tempat sampah, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Dimaksudkan untuk menciptakan kebersihan dan keindahan kawasan, sehingga tetap
menarik untuk dinikmati, karena jenis tata hijau yang potensial dikunjungi orang akan
menarik banyak pedagang kaki lima untuk berjualan dilokasi tersebut.
 Tempat sampah yang disediakan diarahkan berbentuk bin/tong sampah, dengan bahan yang
digunakan terbuat dari seng/drum, karet, fiberglass atau plastik. Agar memudahkan dalam
perawatan dan operasional pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan.
 Ukuran dan desain tong sampah dibuat dengan fungsional, kokoh, fleksibel dan menarik,
sehingga akan menunjang pembentukan citra kawasan.
 Penempatannya disesuaikan dengan orientasi kegiatan dalam kawasan dan penempatan
elemen tata hijau lainnya, yaitu harus berada disekitar kursi taman, lintasan jalan dan tempat
pedagang kaki lima serta lokasi-lokasi dimana orang melakukan aktifitas dalam kawasan
tersebut. Selain itu harus mudah dijangkau oleh sarana petugas pengumpul sampah (gerobak
sampah).
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
f. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan karena
keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi lain (pelataran,
dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dalam kawasan.
 Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga atau
tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
 Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah atau
dengan elemen tata hijau lainnya.
 Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara lain
berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-bentuk
artistik lainnya.
 Bahan yang digunakan merupakan bahan yang awet dan mudah dalam perawatannya, antara
lain dari semen dan karet, dengan pewarnaan menggunakan warna alami dan netral untuk
menghindari kesan mencolok dan tidak serasi dengan lingkungannya, antara lin warna putih,
coklat atau warna semen.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi tempat
aktifitas orang yaitu alun-alun kota, taman kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak,
hutan kota, taman rekreasi dan taman olahraga.

g. Tempat dan alat bermain anak, dengan karakteristik sebagai berikut :


 Untuk menunjang fungsi tata hijau sebagai sarana rekreasi aktif bagi warga untuk segala
kelompok umur, sehingga dapat menjadi alternatif rekreasi keluarga dengan murah dan
meriah yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak.
 Terdiri dari berbagai permainan yang kreatif, aktif dan tidak membahayakan, antara lain
jungkitan, prosotan, ayunan, dan panjatan
 Bentuk dan desain alat permainan dibuat semenarik mungkin dengan warna yang meriah dan
mencolok, untuk memberikan kesan kemeriahan dan mengundang minat bagi anak-anak
untuk bermain.
 Bahan yang digunakan sebaiknya bahan yang awet dan konstruksinya kuat, yaitu terbuat dari
beri atau semen/pasangan batu, atau divariasikan dengan bahan dari kayu.
 Penempatannya disesuaikan dengan komposisi dan ketersediaan ruang dalam kawasan,
antara lain dipelataran rumput atau semen dibawah kerindangan pohon atau disekitar
tanaman perdu dan bunga-bungan yang dapat dilihat dari kejauhan untuk memudahkan
pengawasan oleh anggota keluarga lainnya.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang memungkinkan
digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga dan anak-anak, yaitu alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
h. Resapan Air Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut:
 Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-100 m.
 Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir jalan
setapak (paving), dan pinggiran lapangan olahraga basket dan voli.
 Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan mengingat
fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas pengunjung.
 Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan, tepi
jalan dan pekarangan.
i. Tempat pedagang kaki lima, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dengan jenis dagangan yang
diperjualbelikan sesuai dengan aktifitas dan fungsi kawasan, antara lain berupa makanan,
minuman, dan mainan anak-anak.
 Penyediaannya dimaksudkan untuk mengantisipasi munculnya berbagai pedagang kaki lima
yang timbul seiring dengan keberadaan aktifitas warga, dengan melokalisasi dalam satu
tempat sehingga teratur dan tidak menimbulkan kesemerawutan yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitas estetika dan fungsional kawasan. Untuk itu dialokasikan pada bagian
dimana pengunjung memulai dan mengakhiri kegiatan dikawasan tersebut, dekat dengan
fasilitas umum dan elemen tata hijau lainnya seperti tempat sampah, kursi taman dan lampu
penerangan taman.
 Bukan dimaksudkan untuk penyediaaan secara permanen, tetapi berupa satu areal terbuka
dimana pedagang dapat memasang dan membongkar tempat dagangannya pada hari yang
sama, sehingga pedagang tidak akan tinggal secara permanen yang pada akhirnya akan
menimbulkan kekumuhan dan keruwetan. Untuk itu sarana berjualan yang digunakan
sebaiknya berupa gerobak dorong atau gerobak becak. Lebih detailnya dapat dilihat pada
beberapa gambar mengenai Rencana Taman Kelurahan Wates.

B. Kelurahan Pulorejo – Taman Aktif


1. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini sama dengan konsep taman kecamatan yaitu
menampilkan konsep alun-alun yang sifatnya aktif, taman ini berfungsi sebagai lapangan
terbuka untuk menunjang beberapa aktivitas seperti pendidikan, maupun aktivitas
masyarakat pada umumnya, terdapat jogging track diseluruh lingkaran, areal parkir, lapangan
terbuka, dikelilingi lampu penerangan untuk taman (desain Asmaul Husna) ditambah jenis
tanaman perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan rumput (ground cover)
yang nantinya menjadikan kawasan ini nyaman dipandang dan dikunjungi.

2. Tata Hijau
Tata hijau adalah rencana utama dari suatu RTH, adapun jenis penghijauan yang akan
dikembangkan pada Taman Kelurahan Pulorejo yaitu :

1. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana dwarf geometry (terminalia
molineti), palem dan tanaman maja yang merupakan tanaman yang mengcirikhaskan Kota
Mojokerto.
2. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan media
tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
3. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman
penghijauan sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi
sebagai pelengkap dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan
tata hijau kota, adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah
sebagai berikut :

a. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :


 Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
 Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu sorot
(spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan ditonjolkan
keberadaannya, antara lain patung, tugu atau jenis tanaman istimewa seperti tanaman maja
pada lokasi tersebut.
 Jenis lampu yang digunakan sebaiknya yang berwarna putih (TL/neon) agar memberikan
pencahayaan yang cerah pada malam hari. Jika menggunakan lampu neon biasa atau lampu
merkuri berwarna kuning akan memberikan kesan muram, temaram dan remang-remang.
Lampu TL dapat divariasi dengan penggunaan wadah berwarna, umumnya warna merah,
hijau atau biru.
 Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa besi
dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih, atau
menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen dari besi
cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam konsep alun-alun
kota.
 Peletakan lampu ditempatkan pada posisi yang memungkinkan cahaya dapat diterima pada
sebagian besar area, atau pada titik sentral orientasi taman, misalnya pada tengah taman
atau pada obyek yang menjadi pusat penonjolan taman, seperti tanaman istimewa (tanaman
maja yang menjadi ciri khas dari Kota Mojokerto).
 Dapat dipadukan dengan unsur iklan/reklame produk untuk menyerap potensi swasta
dalam pembiayaan dan pengelolaan taman, dengan tetap memperhatikan aspek keindahan,
keserasian dan keterpaduan tampilan lampu dengan desain Asmaul Husna diatas kemudian
menampilkan papan reklame dibawah jadi dari segi estetikanya tetap ada dan juga tidak
menghilangkan nilai komersil.
 Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1 meter,
taman lingkungan, taman olahraga dan taman bermain anak.
b. Jalan setapak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk sirkulasi orang yang sedang menikmati taman, serta dapat dimanfaatkan
juga sebagai lintasan jogging track dan sepeda santai.
 Untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pemeliharaan serta lebih rapi dan tertata
maka konstruksi jalan setapak diarahkan terbuat dari beton atau pasangan bata press (paving
block), dengan pemilihan aneka variasi bentuk dan warna.
 Ukuran penampang jalan disesuaikan dengan fungsi yang akan diemban, jika hanya untuk
pejalan kaki cukup dengan lebar 1,0-1,5 meter, sedangkan jika bercampur dengan jogging
track/bycicle track minimal memiliki lebar 2,0 meter untuk memberikan ruang bebas antara
pejalan kaki dengan pengendara sepeda. Ketinggian jalan berkisar antara 10-15 cm dari
permukaan tanah agar tidak tergenang saat hujan dan tidak membahayakan pemakai karena
terlalu tinggi.
 Jaringan jalan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau sebagian besar areal
tata hijau dan tidak mengganggu peruntukan dan fungsi elemen tata hijau lainnya.
 Alokasi penyediaannya diarahkan pada alun-alun kota, hutan kota, taman rekreasi, taman
olahraga dan taman lingkungan.
c. Gazebo, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai dan dapat menjadi tempat diskusi para pelajar.
 Bahan bangunan menggunakan bahan dengan mengadopsi konsep taman sebelumnya
seperti gazebo yang ada pada hutan kota.
 Ukuran luas gazebo disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan,
sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau lainnya.
 Jumlah unit yang dikembangan maksimalnya 4 unit yang penempatannya ditempatkan
pada pada pojok taman atau pada perisimpangan jalan yang membentuk pola segi empat.
 Jenis sarana ini dialokasikan pada taman kelurahan dan taman RW dan hutan kota.
d. Kursi taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai
 Untuk memudahkan perawatan dan keawetan/tahan lama maka bahan yang digunakan
untuk kursi sebaiknya yang kuat/kokoh dan tahan lama. Kuat dalam arti tidak mudah
rusak/patah/lepas, dan tahan lama dalam arti tidak mudah lapuk, reot atau berkarat karena
proses iklim, karena penggunaannya bersifat umum/publik dan pemanfaatannya terkadang
tidak sesuai kapasitas semestinya. Untuk itu bahan yang paling memungkinkan digunakan
adalah pasangan batu/semen, fiberglass dan kayu ulin. Sedangkan bahan dari besi umumnya
mudah mengalami kerusakan dan karat akibat cuaca.
 Ukuran kursi disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan, sehingga
keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau lainnya. Sebaiknya
menggunakan dua jenis kursi, yaitu kursi menggunakan sandaran tubuh dan tanpa sandaran.
 Penempatannya diatur sedemikian rupa dalam jarak tertentu, sehingga tersebar merata
disebagian kawasan dengan tetap memperhatikan tata letak dan orientasi elemen tata hijau
yang ada, agar kegiatan dan aktifitas pengunjung tidak terkonsentrasi dalam satu lokasi serta
penempatan elemen tata hijau juga tidak terpusat.
 Jenis tata hijau yang memungkinkan dialokasikan elemen ini adalah taman kota/alun-alun,
taman lingkungan, taman kawasan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan
taman olahraga.
e. Tempat sampah, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Dimaksudkan untuk menciptakan kebersihan dan keindahan kawasan, sehingga tetap
menarik untuk dinikmati, karena jenis tata hijau yang potensial dikunjungi orang akan
menarik banyak pedagang kaki lima untuk berjualan dilokasi tersebut.
 Tempat sampah yang disediakan diarahkan berbentuk bin/tong sampah, dengan bahan
yang digunakan terbuat dari seng/drum, karet, fiberglass atau plastik. Agar memudahkan
dalam perawatan dan operasional pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan.
 Ukuran dan desain tong sampah dibuat dengan fungsional, kokoh, fleksibel dan menarik,
sehingga akan menunjang pembentukan citra kawasan.
 Penempatannya disesuaikan dengan orientasi kegiatan dalam kawasan dan penempatan
elemen tata hijau lainnya, yaitu harus berada disekitar kursi taman, lintasan jalan dan tempat
pedagang kaki lima serta lokasi-lokasi dimana orang melakukan aktifitas dalam kawasan
tersebut. Selain itu harus mudah dijangkau oleh sarana petugas pengumpul sampah (gerobak
sampah).
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
f. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan
karena keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi lain
(pelataran, dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dalam kawasan.
 Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga atau
tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
 Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah atau
dengan elemen tata hijau lainnya.
 Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara lain
berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-bentuk
artistik lainnya.
 Bahan yang digunakan merupakan bahan yang awet dan mudah dalam perawatannya,
antara lain dari semen dan karet, dengan pewarnaan menggunakan warna alami dan netral
untuk menghindari kesan mencolok dan tidak serasi dengan lingkungannya, antara lin warna
putih, coklat atau warna semen.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi tempat
aktifitas orang yaitu alun-alun kota, taman kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak,
hutan kota, taman rekreasi dan taman olahraga.
g. Tempat dan alat bermain anak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Untuk menunjang fungsi tata hijau sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif bagi warga untuk
segala kelompok umur, sehingga dapat menjadi alternatif rekreasi keluarga dengan murah
dan meriah yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak.
 Terdiri dari berbagai permainan yang kreatif, aktif dan tidak membahayakan, antara lain
jungkitan, prosotan, ayunan, dan panjatan
 Bentuk dan desain alat permainan dibuat semenarik mungkin dengan warna yang meriah
dan mencolok, untuk memberikan kesan kemeriahan dan mengundang minat bagi anak-anak
untuk bermain.
 Bahan yang digunakan sebaiknya bahan yang awet dan konstruksinya kuat, yaitu terbuat
dari beri atau semen/pasangan batu, atau divariasikan dengan bahan dari kayu.
 Penempatannya disesuaikan dengan komposisi dan ketersediaan ruang dalam kawasan,
antara lain dipelataran rumput atau semen dibawah kerindangan pohon atau disekitar
tanaman perdu dan bunga-bungan yang dapat dilihat dari kejauhan untuk memudahkan
pengawasan oleh anggota keluarga lainnya.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang memungkinkan
digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga dan anak-anak, yaitu alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
h. Resapan Air Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut:
 Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-100 m.
 Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir jalan
setapak (paving), dan pinggiran lapangan olahraga basket dan voli.
 Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan mengingat
fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas pengunjung.
 Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan, tepi
jalan dan pekarangan.
i. Tempat pedagang kaki lima, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dengan jenis dagangan yang
diperjualbelikan sesuai dengan aktifitas dan fungsi kawasan, antara lain berupa makanan,
minuman, dan mainan anak-anak.
 Penyediaannya dimaksudkan untuk mengantisipasi munculnya berbagai pedagang kaki lima
yang timbul seiring dengan keberadaan aktifitas warga, dengan melokalisasi dalam satu
tempat sehingga teratur dan tidak menimbulkan kesemerawutan yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitas estetika dan fungsional kawasan. Untuk itu dialokasikan pada bagian
dimana pengunjung memulai dan mengakhiri kegiatan dikawasan tersebut, dekat dengan
fasilitas umum dan elemen tata hijau lainnya seperti tempat sampah, kursi taman dan lampu
penerangan taman.
 Bukan dimaksudkan untuk penyediaaan secara permanen, tetapi berupa satu areal terbuka
dimana pedagang dapat memasang dan membongkar tempat dagangannya pada hari yang
sama, sehingga pedagang tidak akan tinggal secara permanen yang pada akhirnya akan
menimbulkan kekumuhan dan keruwetan. Untuk itu sarana berjualan yang digunakan
sebaiknya berupa gerobak dorong atau gerobak becak. Lebih detailnya dapat dilihat pada
beberapa gambar mengenai Rencana Taman Kelurahan Pulorejo.
C. Kelurahan Kedundung – Taman Pasif
1. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini sama dengan konsep taman kecamatan yaitu
menampilkan konsep alun-alun yang sifatnya pasif, RTH ini berfungsi sebagai lapangan terbuka
untuk menunjang beberapa aktivitas seperti pendidikan, maupun aktivitas masyarakat pada
umumnya, terdapat jogging track diseluruh lingkaran, areal parkir, lapangan basket/lapangan
voli, dikelilingi lampu penerangan untuk taman (desain Asmaul Husna) ditambah kawasan
hutan dan jenis tanaman perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan rumput
(ground cover) yang nantinya menjadikan kawasan ini nyaman dipandang dan dikunjungi.
2. Tata Hijau
Tata hijau adalah rencana utama dari suatu RTH, adapun jenis penghijauan yang akan
dikembangkan pada Taman Kelurahan Kedungdung yaitu :

1. Pengadaan hutan kecil dengan jenis vegetasi yang berfariasi (mengadopsi konsep hutan kota
sebelumnya) berupa tanaman tahunan seperti glodokan, ketapang, jambu air, mangga, jeruk,
dan perlunya tanaman yang mencirikhaskan Kota Mojokerto seperti tanaman maja (tanaman
istimewa).
2. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti).
3. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan media
tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
4. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman penghijauan
sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi sebagai pelengkap
dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan tata hijau kota,
adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :

a. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :


 Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
 Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu sorot
(spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan ditonjolkan
keberadaannya, antara lain patung, tugu atau jenis tanaman istimewa seperti tanaman maja
pada lokasi tersebut.
 Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa besi
dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih, atau
menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen dari besi
cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam konsep alun-alun
kota.
 Dapat dipadukan dengan unsur iklan/reklame produk untuk menyerap potensi swasta
dalam pembiayaan dan pengelolaan taman, dengan tetap memperhatikan aspek keindahan,
keserasian dan keterpaduan tampilan lampu dengan desain Asmaul Husna diatas kemudian
menampilkan papan reklame dibawah jadi dari segi estetikanya tetap ada dan juga tidak
menghilangkan nilai komersil.
 Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1 meter,
taman lingkungan, taman olahraga dan taman bermain anak.
b. Jalan setapak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk sirkulasi orang yang sedang menikmati taman, serta dapat dimanfaatkan
juga sebagai lintasan jogging track dan sepeda santai.
 Untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pemeliharaan serta lebih rapi dan tertata
maka konstruksi jalan setapak diarahkan terbuat dari beton atau pasangan bata press (paving
block), dengan pemilihan aneka variasi bentuk dan warna.
 Ukuran penampang jalan disesuaikan dengan fungsi yang akan diemban, jika hanya untuk
pejalan kaki cukup dengan lebar 1,0-1,5 meter, sedangkan jika bercampur dengan jogging
track/bycicle track minimal memiliki lebar 2,0 meter untuk memberikan ruang bebas antara
pejalan kaki dengan pengendara sepeda. Ketinggian jalan berkisar antara 10-15 cm dari
permukaan tanah agar tidak tergenang saat hujan dan tidak membahayakan pemakai karena
terlalu tinggi.
 Jaringan jalan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau sebagian besar areal
tata hijau dan tidak mengganggu peruntukan dan fungsi elemen tata hijau lainnya.
 Alokasi penyediaannya diarahkan pada alun-alun kota, hutan kota, taman rekreasi, taman
olahraga dan taman lingkungan.
c. Gazebo, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai dan dapat menjadi tempat diskusi para pelajar.
 Bahan bangunan menggunakan bahan dengan mengadopsi konsep taman sebelumnya
seperti gazebo yang ada pada hutan kota.
 Ukuran luas gazebo disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan,
sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau lainnya.
 Jumlah unit yang dikembangan maksimalnya 4 unit yang penempatannya ditempatkan
pada pada pojok taman atau pada perisimpangan jalan yang membentuk pola segi empat.
 Jenis sarana ini dialokasikan pada taman kelurahan dan taman RW dan hutan kota.
d. Kursi taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai
 Untuk memudahkan perawatan dan keawetan/tahan lama maka bahan yang digunakan
untuk kursi sebaiknya yang kuat/kokoh dan tahan lama. Kuat dalam arti tidak mudah
rusak/patah/lepas, dan tahan lama dalam arti tidak mudah lapuk, reot atau berkarat karena
proses iklim, karena penggunaannya bersifat umum/publik dan pemanfaatannya terkadang
tidak sesuai kapasitas semestinya. Untuk itu bahan yang paling memungkinkan digunakan
adalah pasangan batu/semen, fiberglass dan kayu ulin. Sedangkan bahan dari besi umumnya
mudah mengalami kerusakan dan karat akibat cuaca.
 Penempatannya diatur sedemikian rupa dalam jarak tertentu, sehingga tersebar merata
disebagian kawasan dengan tetap memperhatikan tata letak dan orientasi elemen tata hijau
yang ada, agar kegiatan dan aktifitas pengunjung tidak terkonsentrasi dalam satu lokasi serta
penempatan elemen tata hijau juga tidak terpusat.
e. Tempat sampah, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Dimaksudkan untuk menciptakan kebersihan dan keindahan kawasan, sehingga tetap
menarik untuk dinikmati, karena jenis tata hijau yang potensial dikunjungi orang akan
menarik banyak pedagang kaki lima untuk berjualan dilokasi tersebut.
 Tempat sampah yang disediakan diarahkan berbentuk bin/tong sampah, dengan bahan
yang digunakan terbuat dari seng/drum, karet, fiberglass atau plastik. Agar memudahkan
dalam perawatan dan operasional pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan.
 Penempatannya disesuaikan dengan orientasi kegiatan dalam kawasan dan penempatan
elemen tata hijau lainnya, yaitu harus berada disekitar kursi taman, lintasan jalan dan tempat
pedagang kaki lima serta lokasi-lokasi dimana orang melakukan aktifitas dalam kawasan
tersebut. Selain itu harus mudah dijangkau oleh sarana petugas pengumpul sampah (gerobak
sampah).
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
f. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan
karena keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi lain
(pelataran, dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dalam kawasan.
 Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga atau
tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
 Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah atau
dengan elemen tata hijau lainnya.
 Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara lain
berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-bentuk
artistik lainnya.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi tempat
aktifitas orang yaitu alun-alun kota, taman kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak,
hutan kota, taman rekreasi dan taman olahraga.
g. Tempat dan alat bermain anak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Untuk menunjang fungsi tata hijau sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif bagi warga untuk
segala kelompok umur, sehingga dapat menjadi alternatif rekreasi keluarga dengan murah
dan meriah yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak.
 Terdiri dari berbagai permainan yang kreatif, aktif dan tidak membahayakan, antara lain
jungkitan, prosotan, ayunan, dan panjatan
 Bentuk dan desain alat permainan dibuat semenarik mungkin dengan warna yang meriah
dan mencolok, untuk memberikan kesan kemeriahan dan mengundang minat bagi anak-anak
untuk bermain.
 Bahan yang digunakan sebaiknya bahan yang awet dan konstruksinya kuat, yaitu terbuat
dari beri atau semen/pasangan batu, atau divariasikan dengan bahan dari kayu.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang memungkinkan
digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga dan anak-anak, yaitu alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
h. Resapan Air Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-100 m.
 Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir jalan
setapak (paving), dan pinggiran lapangan olahraga basket dan voli.
 Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan mengingat
fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas pengunjung.
 Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan, tepi
jalan dan pekarangan.
i. Tempat pedagang kaki lima, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dengan jenis dagangan yang
diperjualbelikan sesuai dengan aktifitas dan fungsi kawasan, antara lain berupa makanan,
minuman, dan mainan anak-anak.
 Penyediaannya dimaksudkan untuk mengantisipasi munculnya berbagai pedagang kaki lima
yang timbul seiring dengan keberadaan aktifitas warga, dengan melokalisasi dalam satu
tempat sehingga teratur dan tidak menimbulkan kesemerawutan yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitas estetika dan fungsional kawasan. Untuk itu dialokasikan pada bagian
dimana pengunjung memulai dan mengakhiri kegiatan dikawasan tersebut, dekat dengan
fasilitas umum dan elemen tata hijau lainnya seperti tempat sampah, kursi taman dan lampu
penerangan taman.
 Bukan dimaksudkan untuk penyediaaan secara permanen, tetapi berupa satu areal terbuka
dimana pedagang dapat memasang dan membongkar tempat dagangannya pada hari yang
sama, sehingga pedagang tidak akan tinggal secara permanen yang pada akhirnya akan
menimbulkan kekumuhan dan keruwetan. Untuk itu sarana berjualan yang digunakan
sebaiknya berupa gerobak dorong atau gerobak becak. Lebih detailnya dapat dilihat pada
beberapa gambar mengenai Rencana Taman Kelurahan Kedundung.
D. Kelurahan Meri – Taman Pasif
1. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini sama dengan konsep taman kecamatan yaitu
menampilkan konsep alun-alun yang sifatnya pasif, RTH ini berfungsi sebagai lapangan terbuka
untuk menunjang beberapa aktivitas seperti pendidikan, maupun aktivitas masyarakat pada
umumnya, terdapat jogging track diseluruh lingkaran, areal parkir, dikelilingi lampu
penerangan untuk taman (desain Asmaul Husna) ditambah kawasan hutan dan jenis tanaman
perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan rumput (ground cover) yang nantinya
menjadikan kawasan ini nyaman dipandang dan dikunjungi.

2. Tata Hijau
Tata hijau adalah rencana utama dari suatu RTH, adapun jenis penghijauan yang akan
dikembangkan pada Taman Kelurahan Meri yaitu :

a. Pengadaan hutan kecil dengan jenis vegetasi yang berfariasi (mengadopsi konsep hutan kota
sebelumnya) berupa tanaman tahunan seperti glodokan, ketapang, jambu air, mangga, jeruk,
dan perlunya tanaman yang mencirikhaskan Kota Mojokerto seperti tanaman maja (tanaman
istimewa).
b. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti).
c. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan media
tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
d. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
3. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman penghijauan
sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi sebagai pelengkap
dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan tata hijau kota,
adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah sebagai berikut :

a. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :


 Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
 Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu sorot
(spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan ditonjolkan
keberadaannya, antara lain patung, tugu atau jenis tanaman istimewa seperti tanaman maja
pada lokasi tersebut.
 Jenis lampu yang digunakan sebaiknya yang berwarna putih (TL/neon) agar memberikan
pencahayaan yang cerah pada malam hari. Jika menggunakan lampu neon biasa atau lampu
merkuri berwarna kuning akan memberikan kesan muram, temaram dan remang-remang.
Lampu TL dapat divariasi dengan penggunaan wadah berwarna, umumnya warna merah, hijau
atau biru.
 Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa besi
dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih, atau
menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen dari besi
cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam konsep alun-alun
kota.
 Peletakan lampu ditempatkan pada posisi yang memungkinkan cahaya dapat diterima pada
sebagian besar area, atau pada titik sentral orientasi taman, misalnya pada tengah taman atau
pada obyek yang menjadi pusat penonjolan taman, seperti tanaman istimewa (tanaman maja
yang menjadi ciri khas dari Kota Mojokerto).
 Dapat dipadukan dengan unsur iklan/reklame produk untuk menyerap potensi swasta
dalam pembiayaan dan pengelolaan taman, dengan tetap memperhatikan aspek keindahan,
keserasian dan keterpaduan tampilan lampu dengan desain Asmaul Husna diatas kemudian
menampilkan papan reklame dibawah jadi dari segi estetikanya tetap ada dan juga tidak
menghilangkan nilai komersil.
 Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1 meter,
taman lingkungan, taman olahraga dan taman bermain anak.
b. Jalan setapak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk sirkulasi orang yang sedang menikmati taman, serta dapat dimanfaatkan juga
sebagai lintasan jogging track dan sepeda santai.
 Untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pemeliharaan serta lebih rapi dan tertata maka
konstruksi jalan setapak diarahkan terbuat dari beton atau pasangan bata press (paving block),
dengan pemilihan aneka variasi bentuk dan warna.
 Ukuran penampang jalan disesuaikan dengan fungsi yang akan diemban, jika hanya untuk
pejalan kaki cukup dengan lebar 1,0-1,5 meter, sedangkan jika bercampur dengan jogging
track/bycicle track minimal memiliki lebar 2,0 meter untuk memberikan ruang bebas antara
pejalan kaki dengan pengendara sepeda. Ketinggian jalan berkisar antara 10-15 cm dari
permukaan tanah agar tidak tergenang saat hujan dan tidak membahayakan pemakai karena
terlalu tinggi.
 Jaringan jalan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau sebagian besar areal tata
hijau dan tidak mengganggu peruntukan dan fungsi elemen tata hijau lainnya.
 Alokasi penyediaannya diarahkan pada alun-alun kota, hutan kota, taman rekreasi, taman
olahraga dan taman lingkungan.
c. Gazebo, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai dan dapat menjadi tempat diskusi para pelajar.
 Bahan bangunan menggunakan bahan dengan mengadopsi konsep taman sebelumnya seperti
gazebo yang ada pada hutan kota.
 Ukuran luas gazebo disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan,
sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau lainnya.
 Jumlah unit yang dikembangan maksimalnya 4 unit yang penempatannya ditempatkan pada
pada pojok taman yang membentuk pola segi empat.
 Jenis sarana ini dialokasikan pada taman kelurahan dan taman RW dan hutan kota.
d. Kursi taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai
 Untuk memudahkan perawatan dan keawetan/tahan lama maka bahan yang digunakan
untuk kursi sebaiknya yang kuat/kokoh dan tahan lama. Kuat dalam arti tidak mudah
rusak/patah/lepas, dan tahan lama dalam arti tidak mudah lapuk, reot atau berkarat karena
proses iklim, karena penggunaannya bersifat umum/publik dan pemanfaatannya terkadang
tidak sesuai kapasitas semestinya. Untuk itu bahan yang paling memungkinkan digunakan
adalah pasangan batu/semen, fiberglass dan kayu ulin. Sedangkan bahan dari besi umumnya
mudah mengalami kerusakan dan karat akibat cuaca.
 Ukuran kursi disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan, sehingga
keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau lainnya. Sebaiknya
menggunakan dua jenis kursi, yaitu kursi menggunakan sandaran tubuh dan tanpa sandaran.
 Penempatannya diatur sedemikian rupa dalam jarak tertentu, sehingga tersebar merata
disebagian kawasan dengan tetap memperhatikan tata letak dan orientasi elemen tata hijau
yang ada, agar kegiatan dan aktifitas pengunjung tidak terkonsentrasi dalam satu lokasi serta
penempatan elemen tata hijau juga tidak terpusat.
 Jenis tata hijau yang memungkinkan dialokasikan elemen ini adalah taman kota/alun-alun,
taman lingkungan, taman kawasan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan
taman olahraga.
e. Tempat sampah, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Dimaksudkan untuk menciptakan kebersihan dan keindahan kawasan, sehingga tetap
menarik untuk dinikmati, karena jenis tata hijau yang potensial dikunjungi orang akan menarik
banyak pedagang kaki lima untuk berjualan dilokasi tersebut.
 Tempat sampah yang disediakan diarahkan berbentuk bin/tong sampah, dengan bahan
yang digunakan terbuat dari seng/drum, karet, fiberglass atau plastik. Agar memudahkan
dalam perawatan dan operasional pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan.
 Ukuran dan desain tong sampah dibuat dengan fungsional, kokoh, fleksibel dan menarik,
sehingga akan menunjang pembentukan citra kawasan.
 Penempatannya disesuaikan dengan orientasi kegiatan dalam kawasan dan penempatan
elemen tata hijau lainnya, yaitu harus berada disekitar kursi taman, lintasan jalan dan tempat
pedagang kaki lima serta lokasi-lokasi dimana orang melakukan aktifitas dalam kawasan
tersebut. Selain itu harus mudah dijangkau oleh sarana petugas pengumpul sampah (gerobak
sampah).
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
f. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan
karena keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi lain
(pelataran, dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dalam kawasan.
 Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga atau
tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
 Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah atau
dengan elemen tata hijau lainnya.
 Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara lain
berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-bentuk
artistik lainnya.
 Bahan yang digunakan merupakan bahan yang awet dan mudah dalam perawatannya,
antara lain dari semen dan karet, dengan pewarnaan menggunakan warna alami dan netral
untuk menghindari kesan mencolok dan tidak serasi dengan lingkungannya, antara lin warna
putih, coklat atau warna semen.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi tempat
aktifitas orang yaitu alun-alun kota, taman kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak,
hutan kota, taman rekreasi dan taman olahraga.
g. Tempat dan alat bermain anak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Untuk menunjang fungsi tata hijau sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif bagi warga untuk
segala kelompok umur, sehingga dapat menjadi alternatif rekreasi keluarga dengan murah dan
meriah yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak.
 Terdiri dari berbagai permainan yang kreatif, aktif dan tidak membahayakan, antara lain
jungkitan, prosotan, ayunan, dan panjatan
 Bentuk dan desain alat permainan dibuat semenarik mungkin dengan warna yang meriah
dan mencolok, untuk memberikan kesan kemeriahan dan mengundang minat bagi anak-anak
untuk bermain.
 Bahan yang digunakan sebaiknya bahan yang awet dan konstruksinya kuat, yaitu terbuat
dari beri atau semen/pasangan batu, atau divariasikan dengan bahan dari kayu.
 Penempatannya disesuaikan dengan komposisi dan ketersediaan ruang dalam kawasan,
antara lain dipelataran rumput atau semen dibawah kerindangan pohon atau disekitar
tanaman perdu dan bunga-bungan yang dapat dilihat dari kejauhan untuk memudahkan
pengawasan oleh anggota keluarga lainnya.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang memungkinkan
digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga dan anak-anak, yaitu alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
h. Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut:
 Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-100 m.
 Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir jalan
setapak (paving), dan pinggiran lapangan olahraga basket dan voli.
 Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan mengingat
fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas pengunjung.
 Alokasi pengembagan biopori ini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan,
tepi jalan khususnya Jalan Majapahit dan sekitaranya (kawasan perdagangan jasa) dan
pekarangan.
i. Tempat pedagang kaki lima, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dengan jenis dagangan yang
diperjualbelikan sesuai dengan aktifitas dan fungsi kawasan, antara lain berupa makanan,
minuman, dan mainan anak-anak.
 Penyediaannya dimaksudkan untuk mengantisipasi munculnya berbagai pedagang kaki lima
yang timbul seiring dengan keberadaan aktifitas warga, dengan melokalisasi dalam satu
tempat sehingga teratur dan tidak menimbulkan kesemerawutan yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitas estetika dan fungsional kawasan. Untuk itu dialokasikan pada bagian
dimana pengunjung memulai dan mengakhiri kegiatan dikawasan tersebut, dekat dengan
fasilitas umum dan elemen tata hijau lainnya seperti tempat sampah, kursi taman dan lampu
penerangan taman.
 Bukan dimaksudkan untuk penyediaaan secara permanen, tetapi berupa satu areal terbuka
dimana pedagang dapat memasang dan membongkar tempat dagangannya pada hari yang
sama, sehingga pedagang tidak akan tinggal secara permanen yang pada akhirnya akan
menimbulkan kekumuhan dan keruwetan. Untuk itu sarana berjualan yang digunakan
sebaiknya berupa gerobak dorong atau gerobak becak.
6.5.1.5. RTH Taman RW

RTH taman RW merupakan taman yang diperuntukan untuk penduduk RW, RTH ini
akan direncakan pada masing-masing RW dengan mamanfaatkan lahan pertanian, lahan
kosong, taman ini berfungsi sebagai tempat rekreasi pasif, estetika kota maupun ekologis.

A. Konsep Desain
Konsep desain yang akan ditampilkan disini adalah menampilkan konsep alun-alun
yang berfungsi sebagai lapangan terbuka untuk menunjang beberapa aktivitas pendidikan
seperti SD, SMP maupun SMA, maupun aktivitas masyarakat pada umumnya, areal parkir,
lapangan terbuka, dikelilingi lampu penerangan untuk taman (desain Asmaul Husna)
ditambah jenis tanaman perdu dan semak disekeliling areal ini dengan hamparan rumput
yang nantinya menjadikan kawasan ini nyaman dipandang dan dikunjungi.

B. Tata Hijau
1. Pengadaan vegetasi yang mengelilingi taman (tanaman pembatas taman maupun antar
kegiatan) dengan jenis vegetasi berupa glodokan, angsana, dwarf geometry (terminalia
molineti) dan tanaman maja yang merupakan tanaman yang mengcirikhaskan Kota
Mojokerto.
2. Pengadaan perdu dan semak baik yang akan ditanam langsung maupun menggunakan
media tanam dalam bentuk pot sebagai penghias taman.
3. Pengadaan rumput untuk menutup permukaan (Ground Cover) untuk lapangan terbuka dan
juga untuk mengoptimalkan fungsi taman sebagai kawasaan RTH.
C. Elemen Pelengkap
Pada dasarnya pengembangan tata hijau kota tidak berdiri sendiri hanya terbatas pada
tanaman semata, tetapi perlu dilengkapi dengan elemen pengisi dimana tanaman
penghijauan sebagai unsur utama tata hijau, sedangkan elemen pengisi memiliki fungsi
sebagai pelengkap dan memperkaya atau memberikan nilai tambah terhadap pembentukan
tata hijau kota, adapun elemen tata hijau yang memungkinkan untuk dikembangkan adalah
sebagai berikut :

1. Lampu taman, dengan karakteristik sebagai berikut :


 Memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat penerang dan juga sebagai pembentuk estetika.
 Sebagai lampu penerang terdiri atas dua jenis yaitu lampu penerang area dan lampu sorot
(spotlight) yang biasanya digunakan untuk memfokuskan suatu obyek yang akan
ditonjolkan keberadaannya, antara lain patung, tugu atau jenis tanaman istimewa seperti
tanaman maja pada lokasi tersebut.
 Jenis lampu yang digunakan sebaiknya yang berwarna putih (TL/neon) agar memberikan
pencahayaan yang cerah pada malam hari. Jika menggunakan lampu neon biasa atau lampu
merkuri berwarna kuning akan memberikan kesan muram, temaram dan remang-remang.
Lampu TL dapat divariasi dengan penggunaan wadah berwarna, umumnya warna merah,
hijau atau biru.
 Konstruksi lampu dapat menggunakan bahan yang sederhana dengan tiang dari pipa besi
dan wadah lampu berbentuk bulat atau persegi dari kaca bening berwarna putih, atau
menggunakan bahan yang lebih artistik dari pasangan batu alam atau ornamen dari besi
cor/crom, atau dengan mengadopsi seperti yang telah direncanakan dalam konsep alun-
alun Kota Mojokerto.
 Peletakan lampu ditempatkan pada posisi yang memungkinkan cahaya dapat diterima pada
sebagian besar area, atau pada titik sentral orientasi taman, misalnya pada tengah taman
atau pada obyek yang menjadi pusat penonjolan taman, seperti tanaman istimewa.
 Dapat dipadukan dengan unsur iklan/reklame produk untuk menyerap potensi swasta
dalam pembiayaan dan pengelolaan taman, dengan tetap memperhatikan aspek
keindahan, keserasian dan keterpaduan tampilan lampu dengan desain Asmaul Husna
diatas kemudian menampilkan papan reklame dibawah jadi dari segi estetikanya tetap ada
dan juga tidak menghilangkan nilai komersil.
 Disediakan pada jenis taman alun-alun kota, taman pojok/sudut jalan, taman halaman,
taman pulau jalan, taman pembatas jalan dengan lebar pembatas jalan minimal 1 meter,
taman lingkungan, taman olahraga dan taman bermain anak.
2. Jalan setapak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk sirkulasi orang yang sedang menikmati taman, serta dapat dimanfaatkan
juga sebagai lintasan jogging track dan sepeda santai.
 Untuk kenyamanan pemakai dan memudahkan pemeliharaan serta lebih rapi dan tertata
maka konstruksi jalan setapak diarahkan terbuat dari beton atau pasangan bata press
(paving block), dengan pemilihan aneka variasi bentuk dan warna.
 Ukuran penampang jalan disesuaikan dengan fungsi yang akan diemban, jika hanya untuk
pejalan kaki cukup dengan lebar 1,0-1,5 meter, sedangkan jika bercampur dengan jogging
track/bycicle track minimal memiliki lebar 2,0 meter untuk memberikan ruang bebas antara
pejalan kaki dengan pengendara sepeda. Ketinggian jalan berkisar antara 10-15 cm dari
permukaan tanah agar tidak tergenang saat hujan dan tidak membahayakan pemakai
karena terlalu tinggi.
 Jaringan jalan didesain sedemikian rupa sehingga dapat menjangkau sebagian besar areal
tata hijau dan tidak mengganggu peruntukan dan fungsi elemen tata hijau lainnya.
 Alokasi penyediaannya diarahkan pada alun-alun kota, hutan kota, taman rekreasi, taman
olahraga dan taman lingkungan.
3. Gazebo, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai dan bisa menjadi tempat diskusi untuk para pelajar.
 Bahan bangunan menggunakan bahan dengan mengadopsi konsep taman sebelumnya
seperti gazebo yang ada pada hutan kota.
 Ukuran luas gazebo disesuaikan dengan jenis dan ukuran tata hijau yang dikembangkan,
sehingga keberadaannya akan terpadu dan proporsional dengan elemen tata hijau lainnya.
 Jumlah unit yang dikembangan maksimalnya 4 unit yang penempatannya ditempatkan
pada pada pojok taman atau persimpangan jalan dalam taman yang membentuk pola segi
empat.
 Jenis sarana ini dialokasikan pada taman kelurahan dan taman RW dan hutan kota.
4. Kursi taman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Disediakan untuk pengunjung sebagai tempat beristirahat atau menikmati
pemandangan/suasana dengan santai
 Untuk memudahkan perawatan dan keawetan/tahan lama maka bahan yang digunakan
untuk kursi sebaiknya yang kuat/kokoh dan tahan lama. Kuat dalam arti tidak mudah
rusak/patah/lepas, dan tahan lama dalam arti tidak mudah lapuk, reot atau berkarat karena
proses iklim, karena penggunaannya bersifat umum/publik dan pemanfaatannya terkadang
tidak sesuai kapasitas semestinya. Untuk itu bahan yang paling memungkinkan digunakan
adalah pasangan batu/semen, fiberglass dan kayu ulin. Sedangkan bahan dari besi
umumnya mudah mengalami kerusakan dan karat akibat cuaca.
 Penempatannya diatur sedemikian rupa dalam jarak tertentu, sehingga tersebar merata
disebagian kawasan dengan tetap memperhatikan tata letak dan orientasi elemen tata
hijau yang ada, agar kegiatan dan aktifitas pengunjung tidak terkonsentrasi dalam satu
lokasi serta penempatan elemen tata hijau juga tidak terpusat.
 Jenis tata hijau yang memungkinkan dialokasikan elemen ini adalah taman kota/alun-alun,
taman lingkungan, taman kawasan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan
taman olahraga.
5. Tempat sampah, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Dimaksudkan untuk menciptakan kebersihan dan keindahan kawasan, sehingga tetap
menarik untuk dinikmati, karena jenis tata hijau yang potensial dikunjungi orang akan
menarik banyak pedagang kaki lima untuk berjualan dilokasi tersebut.
 Tempat sampah yang disediakan diarahkan berbentuk bin/tong sampah, dengan bahan
yang digunakan terbuat dari seng/drum, karet, fiberglass atau plastik. Agar memudahkan
dalam perawatan dan operasional pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan.
 Ukuran dan desain tong sampah dibuat dengan fungsional, kokoh, fleksibel dan menarik,
sehingga akan menunjang pembentukan citra kawasan.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
6. Pot tanaman, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan media tanam bagi tanaman penghijauan
karena keterbatasan lahan atau karena sebagian besar lahan digunakan untuk fungsi lain
(pelataran, dll), selain itu juga dimaksudkan untuk memberikan kesan indah dalam
kawasan.
 Tanaman yang ditempatkan dalam pot diperuntukan khusus untuk tanaman bunga atau
tanaman perdu yang akarnya tidak terlalu banyak.
 Jumlah pot yang disediakan disesuaikan dengan kebutuhan dan komposisinya dalam
kawasan, agar keberadaannya tidak malah menimbulkan ketidakserasian atau terkesan
semerawut dan tumpang tindih dengan jenis tanaman yang ditanam langsung ditanah atau
dengan elemen tata hijau lainnya.
 Bentuk dan desain pot dibuat semenarik mungkin dengan corak yang beragam, antara lain
berbentuk bunga, bentuk bulat, bentuk batang pohon, bentuk buah atau bentuk-bentuk
artistik lainnya.
 Bahan yang digunakan merupakan bahan yang awet dan mudah dalam perawatannya,
antara lain dari semen dan karet, dengan pewarnaan menggunakan warna alami dan netral
untuk menghindari kesan mencolok dan tidak serasi dengan lingkungannya, antara lin
warna putih, coklat atau warna semen.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang menjadi tempat
aktifitas orang yaitu alun-alun kota, taman kawasan, taman lingkungan, taman bermain
anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman olahraga.
7. Resapan Air Biopori, dengan karakteristik sebagai berikut:
 Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir,
dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm dan jarak antar lubang 50-100 m.
 Penempatannya pada pinggiran ruang terbuka non hijau (RTNH) seperti pada pinggir jalan
setapak (paving).
 Permukaan bioporiditutup pada musim kemarau dan dibuka pada musim hujan mengingat
fungsi taman aktif agar penggunaanya tidak berdampak pada aktivitas pengunjung.
 Alokasi pengembagan biopori ini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan,
tepi jalan dan pekarangan.
8. Tempat dan alat bermain anak, dengan karakteristik sebagai berikut :
 Untuk menunjang fungsi tata hijau sebagai sarana rekreasi aktif dan pasif bagi warga untuk
segala kelompok umur, sehingga dapat menjadi alternatif rekreasi keluarga dengan murah
dan meriah yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak.
 Terdiri dari berbagai permainan yang kreatif, aktif dan tidak membahayakan, antara lain
jungkitan, prosotan, ayunan, dan panjatan
 Bentuk dan desain alat permainan dibuat semenarik mungkin dengan warna yang meriah
dan mencolok, untuk memberikan kesan kemeriahan dan mengundang minat bagi anak-
anak untuk bermain.
 Bahan yang digunakan sebaiknya bahan yang awet dan konstruksinya kuat, yaitu terbuat
dari beri atau semen/pasangan batu, atau divariasikan dengan bahan dari kayu.
 Penempatannya disesuaikan dengan komposisi dan ketersediaan ruang dalam kawasan,
antara lain dipelataran rumput atau semen dibawah kerindangan pohon atau disekitar
tanaman perdu dan bunga-bungan yang dapat dilihat dari kejauhan untuk memudahkan
pengawasan oleh anggota keluarga lainnya.
 Jenis tata hijau yang memerlukan penyediaan tempat sampah adalah yang memungkinkan
digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga dan anak-anak, yaitu alun-alun kota, taman
kawasan, taman lingkungan, taman bermain anak, hutan kota, taman rekreasi dan taman
olahraga.
6.5.1.6. RTH Jalur Hijau Jalan

RTH tepi jalan merupakan RTH jalan yang tanamannya terdapat pada kiri kanan jalan.
Kedepannya RTH ini akan direncakan di pada Jalan Brawijaya dan Jalan Raya Blooto.
Konsep pengembangan RTH ini adalah pengembangan tanaman yang berfungsi untuk
peneduh, penyerap polusi udara, peredam kebisingan. Adapun penempatannya disesuikan
dengan kondisi jalan tersebut
A. Jalan Brawijaya
Konsep pengembangan Jalan Brawijaya direncanakan dengan jenis vegetasi yang dapat
memberikan keteduhan bagi pengguna jalan dan sebagai penyerap polusi udara.
Jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi peneduh dan pola penataannya
disyaratkan sebagai berikut :
 Ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi median);
 Percabangan 2 m di atas tanah;
 Bentuk percabangan batang tidak merunduk;
 Bermassa daun padat;
 Berasal dari perbanyakan biji;
 Ditanam secara berbaris;
 Tidak mudah tumbang.
Sedangkan jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi sebagai penyerap polusi udara
dan pola penataannya disyaratkan sebagai berikut :
 Penyerap polusi udara
 Terdiri dari pohon, perdu/semak;
 Memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
 Jarak tanam rapat;
 Bermassa daun padat.
Dalam mengoptimalkan fungsi RTH sebagai kawasan yang dapat menanggulangi banjir,
untuk itu perlunya dikembangkan biopori dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir.
2. Bioporidibuat pada bahu jalan dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm
dengan jarak antar lubang 50-100 m.
3. Alokasi pengembagan biopori ini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan,
tepi jalan dan pekarangan.
4. Biopori dibuat pada bahu jalan dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100 cm
dengan jarak antar lubang 50-100 m.
5. Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan, tepi
jalan dan pekarangan.
B. Jalan Raya Blooto
Konsep pengembang Jalan Raya Blooto direncanakan dengan jenis vegetasi yang dapat
memberikan kenyamanan kepada masyarakat sekitar dan juga pengguna jalan, yaitu
dengan pengembangan vegetasi yang berfungsi sebagai peredam kebisingan, pemecah
angin dan penyerap polusi udara. Konsep ini disesuaikan dengan kondisi jalan yang
pemanfaatan lahannya tidak ada permukiman terutama untuk bagian utara jalan saat ini
pemanfaatannya sebagai pertanian, selain itu juga jalur jalan tersebut mengikuti garis jalur
rel kereta api.
Jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi peredam kebisingan dan pola
penataannya disyaratkan sebagai berikut :
 Terdiri dari pohon, perdu/semak;
 Membentuk massa;
 Bermassa daun rapat;
 Berbagai bentuk tajuk.
Jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi pemecah angin dan pola penataannya
disyaratkan sebagai berikut :
 Tanaman tinggi, perdu/semak;
 Termassa daun padat;
 Titanam berbaris atau membentuk massa;
 Tarak tanam rapat < 3 m.
Sedangkan jenis vegetasi yang dikembangkan dengan fungsi sebagai penyerap polusi
udara dan pola penataannya disyaratkan sebagai berikut :
 Penyerap polusi udara
 Terdiri dari pohon, perdu/semak;
 Memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
 Jarak tanam rapat;
 Bermassa daun padat.
Dalam mengoptimalkan fungsi RTH sebagai kawasan yang dapat menanggulangi banjir,
untuk itu perlunya dikembangkan bioporidengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pengadaan biopori sebagai metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir.
2. Biopori dibuat pada bahu jalan dengan ketentuan diameter 10-30 cm, kedalaman 100
cm dengan jarak antar lubang 50-100 m.
3. Alokasi pengembagan bioporiini dikembangkan dibeberapa tempat yaitu taman, hutan,
tepi jalan dan pekarangan.

6.5.1.7. RTH Bawah Jembatan Layang

6.5.1.8. RTH Sempadan Sungai

6.5.1.9. RTH Sempadan Rel Kereta Api

6.5.1.10. RTH Sempadan SUTET

6.5.2 Ruang Terbuka Hujau (RTH) Privat


6.6 Rencana Pilot Project Pembangunan RTH Kota
6.6.1 Pemilihan Lokasi
6.6.2 Tema Taman
6.7 Rencana Penambahan Vegetasi
6.8 Rencana Biokapasitas Dengan Adanya Penambahan Vegetasi Kota Mojokerto

BAB VII INDIKASI PROGAM


7.1 Implementasi Tahapan Pembangunan
7.2 Skenario Rencana Investasi
7.2.1 Rencana Pelaksanaan RTH
7.2.2 Perencanaan Penmbiayaan dan Program Investasi
7.3 Pola Kerjasama Operasional Investasi

BAB VIII KETENTUAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN RTH


8.1 Pemeliharaan dan Pengelolahan RTH
8.1.1 Rencana Pelaksanaan RTH
8.1.2 Pemeliharaan RTH
8.2 Kelembagaan RTH
8.3 Pengendalian dan Pengawasan
8.4 Pedoman Umum dan Pemanfaatan RTH
8.5 Strategi Pengendalian Pelaksanaan
8.6 Pedoman pengendalian Pelaksanaan
8.6.1 Mekanisme Perencanaan Penataan RTH
8.6.2 Aspek-Aspek Pengendalian Pelaksanaan
8.6.3 Pedoman Pengelolahan Kawasan
8.7 Tinjauan Ekonomi
8.7.1 Basis Pertimbangan Keputusan Dalam proyek
8.7.2 Tahapan Proyek
8.8 Arahan Pengendalian Rencana
8.8.1 Izin Mendirikan Bangunan
8.8.2 Izin Pembangunan Bangunan
8.8.3 Arahan Pengendalian Administratif
8.9 Rekomendasi

Anda mungkin juga menyukai