• Tipe F : Kawasan ini berada pada kawasan landaan tsunami sangat merusak dan di
sepanjang zona sesar sangat merusak, serta pada daerah dekat dengan episentrum dimana
intensitas gempa tinggi. Kondisi ini diperparah dengan sifat fisik batuan lunak yang terletak
pada kawasan morfologi curam sampai dengan sangat curam yang tidak kuat terhadap
goncangan gempa. Kawasan ini mempunyai kerusakan fatal pada saat gempa.
Gempa di Indonesia
Gempa di Indonesia
Struktur Ruang
1. Sistem internal kawasan/zona harus dipandang juga sebagai sub-sistem dari sistem
wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi, sehingga struktur ruang kawasan/zona
berpotensi bencana mempunyai hubungan fungsional dengan struktur ruang
wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi. Dengan demikian dalam penentuannya
harus mengacu rencana struktur ruang pada hirarki rencana tata ruang yang lebih
tinggi.
2. Harus dijaga kesesuaiannya dengan fungsi kawasan yang ditetapkan dalam rencana
tata ruangnya.
3. Melarang kegiatan pemanfaatan ruang yang berdampak tinggi pada fungsi lindung
dan merelokasi kegiatan-kegiatan budi daya yang tidak memenuhi persyaratan.
Struktur Ruang
4. Memperhatikan kriteria tingkat kerawanan/tingkat risiko serta mengupayakan
rekayasa untuk mengeliminir faktor-faktor penyebab tingginya kerawanan/ risiko.
5. Mengacu pada beberapa peraturan dan pedoman terkait bidang penataan ruang
serta peraturan dan pedoman yang terkait lingkungan dan sumber daya alam.
6. Menghormati hak yang dimiliki orang sesuai peraturan perundang-undangan.
7. Memperhatikan aspek aktifitas manusia yang telah ada sebelumnya (existing
condition) dan dampak yang ditimbulkannya.
Pedoman Kriteria Teknis
• Pedoman disusun dalam rangka menjabarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
antara lain Pasal 3 berserta penjelasannya dan penjelasan umum angka 2.
• Selain itu pedoman ini juga menjabarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana khususnya Pasal 42, ayat (1), Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, dan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
• Di samping untuk melengkapi pedoman bidang penataan ruang yang telah ada, pedoman ini juga ditujukan
untuk memberi acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan penataan
ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
• Dengan mengacu pedoman ini, dapat meminimalkan kerugian yang terjadi akibat letusan gunung berapi dan
gempa bumi, baik korban jiwa maupun materi, yang dilakukan melalui penataan ruang kawasan rawan letusan
gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi sehingga dapat dipertahankan konsistensi kesesuaian antara
pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang kawasan dimaksud.