Kabupaten Sidoarjo
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Laporan Akhir i
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Laporan Akhir ii
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir iv
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum & Penataan Ruang Sub Urusan
Persampahan ........................................................................................................... 16
Tabel 2 Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum & Penataan Ruang Sub Urusan
Persampahan ........................................................................................................... 19
Tabel 3 Cakupan Pelayanan TPST ........................................................................................ 21
Tabel 4 Fasilitas TPST ........................................................................................................... 21
Tabel 5 Luas Wilayah Kabupaten Sidoarjo .......................................................................... 22
Tabel 6 Tinggi Rata-Rata dari Permukaan Laut Tiap Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo .... 23
Tabel 7 Jenis Batuan Tiap Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo............................................. 25
Tabel 8 Jumlah Penduduk Kabupaten Sidoarjo ................................................................... 28
Tabel 9 Kepadatan Penduduk .............................................................................................. 28
Tabel 10 Sebaran TPST Kabupaten Sidoarjo ........................................................................ 39
Tabel 11 TPST Pasar Krian.................................................................................................... 46
Tabel 12 TPST Tambak Kemerakan...................................................................................... 49
Tabel 13 TPST Krian (Krengseng) ......................................................................................... 51
Tabel 14 TPST Sruni ............................................................................................................. 52
Tabel 15 TPST KeboanSikep ................................................................................................. 55
Tabel 16 TPST Lingkar Timur................................................................................................ 58
Tabel 17 TPST Durung Bedug............................................................................................... 60
Tabel 18 TPST Sekardangan ................................................................................................. 63
Tabel 19 TPST Brebek .......................................................................................................... 65
Tabel 20 TPST Taman ........................................................................................................... 67
Tabel 21 Rincian Biaya Investasi Awal untuk TPST Klaster Besar ........................................ 70
Laporan Akhir v
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Tabel 22 Rincian Biaya Investasi Awal untuk TPST Klaster Sedang ..................................... 70
Tabel 23 Rincian Biaya Investasi Awal untuk TPST Klaster Kecil ......................................... 71
Tabel 24 Rincian Pendapatan Dasar TPST Klaster Besar ..................................................... 72
Tabel 25 Pendapatan Dasar TPST Klaster Besar, Sedang dan Kecil ..................................... 72
Tabel 26 Rincian Biaya Operasional Dasar TPST Klaster Besar............................................ 73
Tabel 27 Biaya Operasional Dasar TPST Klaster Besar, Sedang dan Kecil ........................... 73
Tabel 28 Proyeksi Pendapatan Ketiga Klaster TPST ............................................................ 73
Tabel 29 Proyeksi Biaya Ketiga Klaster TPST ....................................................................... 74
Tabel 30 Proyeksi Net Benefit Ketiga Klaster TPST .............................................................. 74
Tabel 31 Analisis Kelayakan Bisnis TPST Klaster Besar ........................................................ 76
Tabel 32 Analisis Kelayakan Bisnis TPST Klaster Sedang ..................................................... 78
Tabel 33 Analisis Kelayakan Bisnis TPST Klaster Kecil ......................................................... 80
Tabel 34 Perbedaan Fleksibilitas Antara Pemberian Status BLUD Penuh Dengan BLUD
Bertahap .................................................................................................................. 94
Tabel 35 Perbandingan Berbagai Bentuk Penyelenggara Layanan Persampahan ............ 100
Tabel 36 Indikasi Program ................................................................................................. 103
Laporan Akhir vi
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
Laporan Akhir 1
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Tangga, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik
dan Permendagri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah.
Sementara Pemerintah Kabupaten Sidoarjo juga telah menetapkan Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Dengan telah ditetapkan berbagai
peraturan perundangan ini, pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memiliki regulasi yang
kuat untuk mengatasi permasalahan sampah di wilayahnya, walaupun peraturan
perundangan tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini.
Selain peraturan perundangan, pemerintah daerah harus memiliki strategi yang
tepat guna mengatasi permasalahan sampah. Salah satu strategi yang telah dilakukan oleh
beberapa pemerintah daerah adalah kerjasama pemerintah daerah dengan pihak swasta
dalam pengelolaan sampah. Beberapa kota yang melaksanakan strategi itu adalah
Pemerintah Kota Surabaya, Pemerintah Kota Makassar, Pemerintah Kota Batam,
Pemerintah Kota Pekanbaru, Pemerintah Kota Semarang dan lain-lain. Faktor utama yang
menjadi dasar kerjasama pemerintah dan swasta adalah kolaborasi sumberdaya yang
dimiliki oleh kedua pihak. Pemerintah daerah memiliki regulasi dan asset sementara swasta
memiliki teknologi, sumberdaya manusia dan kecukupan modal finansial. Hasil dari
Kerjasama pemerintah dengan swasta dalam pengelolaan sampah tersebut diharapkan
dapat memberikan hasil yang baik.
Khusus di Kabupaten Sidoarjo, pengelolaan sampah di TPST memiliki potensi
ekonomi yang cukup besar, yang apabila dikelola dengan baik dapat memberikan nilai
tambah ekonomi bagi pengelola maupun masyarakat secara umum. Saat ini, pengelolaan
sampah di TPST baru dapat menghasilkan briket, bahan alternatif untuk industri kecil, itu
pun hanya di beberapa TPST. Oleh karena itu TPST membutuhkan teknologi, SDM dan
kecukupan modal yang besar sehingga inovasi dan kreativitas pengelolaan sampah di TPST
dapat diciptakan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sudah
saatnya melakukan Kerjasama dengan pihak swasta untuk mengelola sampah di wilayah
Kabupaten Sidoarjo. Dalam rangka penjajakan kerjasama tersebut, maka disusunlah kajian
ini, dengan judul Kajian Kerjasama Pengelolaan TPST Dengan Pihak Ketiga.
Laporan Akhir 2
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 3
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 4
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 5
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 6
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
BAB 2
TINJAUAN TEORI
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Laporan Akhir 7
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
yang telah terkumpul di tempat pemrosesan akhir dikelola dengan cara mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah dan/atau diproses untuk mengembalikan hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Adapun acuan yang digunakan adalah SNI Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Teknik operasional pengelolaan
sampah merupakan rangkaian kegiatan dari sumber timbulan sampah sampai dengan
pembuangan/pemrosesan akhir, adapun urutan kegiatannya adalah: penampungan/
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pembuangan/ pengolahan.
A. Pewadahan
Menurut Damanhuri dan Padmi (2008), pewadahan sampah merupakan kegiatan
menampung sampah sementara pada wadah individual maupun komunal pada sumber
timbulan sampah yang ditempatkan di muka bangunan atau di tempat terbuka. Pewadahan
mempermudah penanganan sampah selanjutnya yaitu pengangkutan. Selain itu
pewadahan mempermudah proses pendaurulangan sampah, mencegah timbulnya bau
busuk akibat pembusukan sampah, mengendalikan kadar air sampah dan menghindari
tercampurnya sampah tidak sejenis.
Idealnya setiap jenis sampah memiliki wadah tersendiri supaya mendorong
terjadinya pemilahan sampah sejak dari sumber timbulan sampah. Di negara-negara maju
pewadahan sampah disesuaikan dengan jenis sampah yang dihasilkan. Namun demikian,
di Indonesia masih belum bisa menerapkan konsep pemilahan sampah dari sumber
timbulan sampah, namun sudah memulai melakukan pemisahan sampah berdasarkan
jenisnya, yaitu :
1. sampah organik berupa sisa makanan, sayuran, daun-daunan, kulit buah lunak
menggunakan wadah berwarna gelap;
2. sampah anorganik seperti kertas, plastik, logam, gelas menggunakan wadah dengan
warna menyala seperti kuning;
3. sedangkan sampah bahan berbahaya beracun (B3) yang berasal dari sampah rumah
tangga dengan warna merah dan dianjurkan diberi lambang.
Terdapat dua jenis pewadahan yang ada di Indonesia, yaitu pewadahan individual
dan pewadahan komunal. Pewadahan individual menampung sampah dari rumah
sedangkan pewadahan komunal menampung sampah dari beberapa rumah. Bahan
Laporan Akhir 8
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
pewadahan harus memiliki syarat : tidak mudah rusak, ekonomis dan mudah diperoleh
serta mudah dikosongkan.
B. Pengumpulan
Kegiatan pengumpulan sampah dilakukan dengan mengumpulkan sampah dari
sumber timbulan sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara atau langsung
ke tempat pemrosesan akhir sampah. Pada umumnya pengumpulan sampah dapat
dilakukan secara langsung (door to door) dan secara tidak langsung (melalui transfer depo
atau container). Mengacu pada SNI 19-2454- 2002 terdapat pola pengumpulan sampah
dari sumber timbulan sampah ke tempat pemrosesan akhir sampah, antara lain :
1. Pola Individual Langsung
Merupakan pola pengumpulan sampah yang berasal dari rumah-
rumah/sumber timbulan sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan
akhir tanpa melalui proses pemindahan. Pola individual langsung dapat dilakukan
dengan persyaratan sebagai berikut:
- Kondisi wilayah layanan bergelombang (15 – 40%) sehingga hanya alat
pengumpul bermesin yang mampu beroperasi dan berlokasi dekat dengan jalan
protokol,
- Kondisi jalan cukup lebar dan kegiatan pengumpulan sampah tidak mengganggu
pemakai jalan lainnya
- Kondisi dan jumlah alat memadai
- Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3 /hari.
2. Pola Individual Tak Langsung
Merupakan metode pengumpulan sampah dari sumber timbulan sampah
diangkut ke tempat pembuangan sementara untuk kemudian diangkut ke tempat
pembuangan akhir. Dengan persyaratan sebagai berikut:
- Peran serta masyarakatnya masih rendah
- Tersedianya lahan untuk lokasi pemindahan
- Kondisi wilayah kelerengannya kurang dari < 5% (relatif datar)
- Memiliki jalan yang dapat dilalui alat pengumpul
- Wilayah layanan persampahan tersebut harus memiliki organisasi pengumpul
sampah.
Laporan Akhir 9
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 10
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 11
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 12
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
ditempat yang kebutuhan utamanya belum bisa konsisten dengan pertumbuhan ekonomi,
asalkan isi pertumbuhan mencerminkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Akan tetapi
kenyataannya aktivitas produksi yang tinggi dapat saja terjadi bersamaan dengan
kemelaratan yang tersebar luas. Kondisi ini dapat membahayakan lingkungan. Jadi
pembangunan berkelanjutan mensyaratkan masyarakat terpenuhi kebutuhan dengan cara
meningkatkan potensi produksi mereka dan sekaligus menjamin kesempatan yang sama
semua orang.
Konsep keberlanjutan dipahami sebagai integrasi tiga pilar, yaitu keberlanjutan
ekonomi, keberlanjutan sosial, dan keberlanjutan lingkungan saling memperkuat. Dengan
demikian, perumusan kota yang berkelanjutan perlu dilengkapi dengan pemahaman
tentang keberlanjutan dari komunitas manusia atau warga kotanya seperti aspek budaya
dan tata kelola. Konsep pembangunan permukiman berkelanjutan ini, baik itu
keberlanjutan secara sosial, ekonomi, dan ekologi dapat menunjang terlaksananya
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman yang berkelanjutan.
SOSIALIS KONSERVASINIS
PENGEMBANGAN EKONOMI
EKOLOGIS
Laporan Akhir 13
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 14
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 15
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
terlebih dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik, agar dalam proses
pengelolaan dan pemanfaatannya lebih mudah.
Laporan Akhir 16
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Perumahan Rakyat No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga), UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang sudah direvisi
dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan pelaksananya
(PP No. 38 Tahun 2007, jo. Lampiran huruf C dan huruf K UU No.23 Tahun 2014, PP No. 41
Tahun 2007) dan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, Jo. PP No. 74 Tahun 2012). Berdasarkan berbagai peraturan perundangan tersebut,
lembaga pengelolaan sampah di daerah yang ideal adalah yang memisahkan antara
regulator dan operator.
Kedua, Lembaga Lembaga pengelolaan sampah harus sesuai dengan pola sistem
operasional yang diterapkan, dan kapasitas kerja sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi
yang harus ditangani. Untuk mengakomodir persyaratan tersebut maka harus ada
pemisahan lembaga pengelolaan sampah yang berfungsi sebagai regulator dan pengelola
sampah yang berfungsi sebagai operator. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18
tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, organisasi perangkat daerah yang sesuai sebagai
regulator adalah Dinas daerah, dan berdasarkan Peraturan Kementerian Dalam Negeri
Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga lembaga daerah yang sesuai sebagai operator
adalah Badan Layanan Umum (BLU).
Sesuai Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Urusan
Pemerintahan terdiri atas:
1. Urusan pemerintahan absolut, yaitu urusan pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
2. Urusan pemerintahan konkuren, yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan
pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan
otonomi daerah.
3. Urusan pemerintahan umum, yaitu urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Laporan Akhir 17
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 18
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang). Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan
Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada standar
pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang). Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah
Pusat, Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota terkait persampahan, berdasarkan UU
23 Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum & Penataan Ruang Sub Urusan
Persampahan
Pemerintahan Pusat Daerah Provinsi Daerah Kabupaten/
Kota
a. Penetapan pengembangan sistem Pengembangan Pengembangan sistem
pengelolaan persampahan secara sistem dan dan pengelolaan
nasional. pengelolaan persampahan dalam
b. Pengembangan sistem persampahan Daerah Kabupaten/Kota.
pengelolaan persampahan lintas regional.
Daerah Provinsi dan sistem
pengelolaan persampahan untuk
kepentingan strategis nasional.
Sumber: UU 23/ 2014
Laporan Akhir 19
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 20
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 21
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
BAB 3
Kabupaten Sidoarjo
GAMBARAN UMUM
BAB 3 GAMBARAN UMUM
Laporan Akhir 22
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
3.1.2 Topografi
Bentang alam Kabupaten Sidoarjo merupakan medan dataran dan medan
bergelombang. Kemiringan lereng berkisar antara 5 - 15 %. Bentang alam dataran
terbentuk oleh proses endapan aluvial pantai dan delta sungai. Ketinggian 0-4 m berada di
sebelah timur dan merupakan daerah pantai dan pertambakan, ketinggian 4-10 m berada
di bagian tengah dan berair tawar serta ketinggian 10-20 m berada di bagian barat. Wilayah
Kabupaten Sidoarjo berada pada ketinggian 0-25 mdpl dan terbagi atas tiga kelas, yaitu:
1. 0-3 meter, merupakan daerah pantai dan pertambakan yang berair asin/payau,
berada di sebelah timur.
2. 3-10 meter, merupakan daerah bagian tengah yang berair tawar.
3. 10-25 meter, terletak di daerah bagian barat.
Tabel 6 Tinggi Rata-Rata dari Permukaan Laut Tiap Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo
No Kecamatan Tinggi Rata-Rata dari Permukaan Laut (m)
1 Tarik 16
2 Prambon 10
3 Krembung 5
4 Porong 4
5 Jabon 2
6 Tanggulangin 4
7 Candi 4
8 Tulangan 7
9 Wonoayu 4
10 Sukodono 7
11 Sidoarjo 4
12 Buduran 4
13 Sedati 4
14 Waru 5
Laporan Akhir 23
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Kondisi topografis Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah delta yang diapit Kali
Surabaya (disebelah Utara) dan Kali Porong (disebelah Selatan) dengan kemiringan tanah
2% (landai), berada pada ketinggian 0-25 meter dpl, daerah Kabupaten Sidoarjo memiliki
dua karakteristik air tanah. Pada bagian Timur seluas 214,20 km2 (29,99%) berketinggian
0-3 meter dpl berair tawar, banyak dimanfaatkan untuk permukiman, perdagangan dan
perkantoran. Sedangkan dibagian Barat 208,56 (29,20%) berair tawar, banyak
dimanfaatkan untuk pertanian. Pada umumnya kedalaman air tanah berada pada
kedalaman rata-rata antara 0-5 m dari permukaan tanah. Secara administratif, Kabupaten
Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi desa dengan kategori perdesaan (rural area)
dan desa dengan kategori perkotaan (urban area).
3.1.3 Klimatologi
Sepanjang tahun 2021, Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo mencatat suhu
tertinggi di Kabupaten Sidoarjo mencapai 35,6o C, terjadi di bulan Oktober. Sementara
suhu terendah terjadi di bulan Juli, sebesar 19,1o C dengan kelembaban rata-rata sebesar
74,9 persen. Sementara itu, bersumber dari lokasi penakar hujan yang terdapat di 30 titik
berbeda yang tersebar di semua kecamatan di Sidoarjo, diketahui bahwa selama Januari-
Desember 2021 terdapat 174 hari hujan. Curah hujan dan jumlah hari hujan relatif tinggi
selama Januari-Mei, tercatat sebanyak 113 hari hujan dengan curah hujan tertinggi sebesar
527,5 mm di bulan Februari. Curah hujan turun secara signifikan mulai bulan Juni sampai
dengan Oktober, tercatat hanya 19 hari hujan dalam 5 bulan.
3.1.4 Geologi
Geologi yang terdapat di Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut : Jenis lapisan
batuan plistosen fasien sedimen seluas 2.736 Ha yang tersebar di Kecamatan Sidoarjo,
Kecamatan Buduran, Kecamatan Taman, Kecamatan Waru, Kecamatan Gedangan dan
Kecamatan Sedati. Jenis lapisan batuan alluvium terdiri seluas 24.602,07 Ha dari yang
tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sidoarjo.
Laporan Akhir 24
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut: Jenis
tanah alluvial kelabu seluas 47.017,64 Ha yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Sidoarjo. Sifat tanah alluvial kelabu adalah permiabilitasnya lambat dengan
produktifitas tanah beraneka dari rendah sampai sedang. Peruntukan lahan untuk jenis
tanah alluvial kelabu adalah palawija dan perikanan.
Jenis tanah assosiasi alluvial kelabu dan alluvial coklat kekuningkuningan seluas
4.970,23 Ha yang tersebar di Kecamatan Krembung, Kecamatan Balongbendo, Kecamatan
Tarik dan Kecamatan Prambon. Jenis tanah alluvial hidromorf seluas 21.361,23 Ha yang
tersebar di Kecamatan Sidoarjo, Kecamatan Buduran, Kecamatan Candi, Kecamatan
Porong, Kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Jabon, Kecamatan Sedati dan Kecamatan
Waru.Jenis tanah kelabu tua seluas 870,70 Ha yang tersebar di Kecamatan Buduran dan
Kecamatan Gedangan.
Laporan Akhir 25
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
3.1.5 Hidrologi
Kabupaten Sidoarjo dilalui oleh beberapa sungai besar dengan bentuk yang
berkelok-kelok seperti yang dapat dilihat pada Kali Brantas - Kali Surabaya. Kali ini
merupakan berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto di bagian utara Kabupaten Sidoarjo.
Adapun Kali Porong merupakan batas dengan Kabupaten Pasuruan di bagian selatan.
Beberapa sungai kecil dari utara ke selatan di antaranya Kali Biwangan Gede, Kali Sumber
Kali Ketingan, Kali Kedunggulung dan Kali Buwon. Sedangkan kanal (sebagai saluran induk)
terdapat sebagai saluran induk Mangetan, Pelayaran, Lengkong, Kemlaten, dan Porong.
Daerah aliran sungai-sungai dan kanal- kanal ini termasuk pada Daerah Aliran Sungai (DAS)
Brantas. Pola aliran sungai umumnya berbentuk pola sejajar yang mengalir ke arah hilir
(timur) Kabupaten Sidoarjo yang lahannya berupa rawa dan akhirnya bermuara ke Selat
Madura.
Laporan Akhir 26
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 27
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 28
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 29
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 30
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Berdasarkan pada uraian di atas, maka cita-cita pembangunan pasangan Bupati dan
Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Sidoarjo Tahun 2021- 2026 adalah; “Terwujudnya
Kabupaten Sidoarjo yang Sejahtera, Maju, Berkarakter dan Berkelanjutan”
Adapun dengan penjelasan dari visi tersebut sebagai berikut:
1. Sidoarjo Sejahtera
Sidoarjo Sejahtera menggambarkan kondisi masyarakat yang terpenuhi
kebutuhan secara ekonomi, sosial, politik dan keamanan serta segala aspek
kehidupan lainnya. Hal ini dicerminkan dari tingkat pendapatan perkapita, Indeks
Pembangunan Manusia serta berbagai indikator lainnya seperti kualitas pendidikan,
dan kesehatan. Pembangunan yang ingin diwujudkan dalam Visi ini tidak hanya
berorientasi pada pertumbuhan (growth) semata, namun juga akan ditekankan
pada aspek pemerataan (equality). Hal ini dimaksudkan agar hasil-hasil
pembangunan tidak hanya menjadi milik kelompok masyarakat tertentu, namun
menjadi hak seluruh masyarakat Kabupaten Sidoarjo tanpa terkecuali.
2. Sidoarjo Maju
Sidoarjo maju merupakan manifestasi dari diksi “menjemput Perubahan”.
Segala sumberdaya pemerintahan dan sumber daya alam akan dikelola dan
diarahkan untuk kemajuan Sidoarjo. Kemajuan memiliki makna “terwujudnya
keadaan yang lebih baik dari sebelumnya”. Sehingga target pembangunan yang
belum tercapai akan dtingkatkan pencapaiannya, dan yang telah tercapai akan
ditingkatkan capaiannya. Segala upaya peningkatan capaian pembangunan
tersebut tidak lain untuk kesejahteraan Masyarakat Sidoarjo di segala bidang.
3. Sidoarjo Berkarakter
Unsur penting dari konsep pembangunan People Centered Develompement
atau pembangunan berpusat pada manusia adalah kokoh spiritual, mapan
intelektual, kompetensi handal dan karakteristik sosial yang berpegang pada nilai
agama dan nilai luhur budaya. Nilai (value) yang mendasari semangat juang dan
pola hidup masyarakat memiliki peran penting dalam proses pembangunan.
Karakteristik masyarakat kabupaten Sidoarjo yang tegas, lugas, namun tetap ramah
dan hangat menjadi modal teramat besar bagi pembangunan Kabupaten Sidoarjo
ke depan.
Laporan Akhir 31
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
4. Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan dilaksanakan di atas prinsip-prinsip berkelanjutan
(sustainable development). Sidoarjo sebagai bagian dari masyarakat dunia
memandang perlu untuk turut berperan aktif dalam upaya pelestarian lingkungan.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) akan menjadi prinsip pembangunan di
Kabupaten Sidoarjo.
Berdasarkan pada penjabaran Visi ke dalam pokok-pokok Visi di atas, berikut akan
disajikan bagaimana keterkaitan antara Visi dengan Misi Pembangunan Kabupaten Sidoarjo
selama lima tahun ke depan. Adapun keterkaitan tersebut sebagaimana disajikan dalam
tabel di bawah ini.
Misi 1 : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Bersih, Transparan dan Tangkas
Melalui Digitalisasi untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Kemudahan
Berusaha.
Penguatan tata kelola dan pelayanan publik yang bersih, transparan dan tangkas
merupakan syarat wajib bagi percepatan dan efektivitas pembangunan daerah. Sedangkan
pelayanan publik yang berkualitas, inovatif dan merata serta mendukung kemudahan
berusaha merupakan komitmen kepala daerah menyadari potensi dan letak geografis
Kabupaten Sidoarjo ke depan yang harus semakin diperhitungkan. Tata Kelola dan
Pelayanan publik merupakan faktor penting yang merupakan pilar penting good
governance. Selanjutnya diyakini bahwa pemerintahan yang bersih dan sehat akan dapat
melahirkan pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
Laporan Akhir 32
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
mikro, pertanian dalam arti luasi khususnya sub sector perikanan yang menjadi keunggulan
Kabupaten Sidoarjo. Intervensi kebijakan simultan ini diharapkan dapat memicu
percepatan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan berdampak pada
pendapatan asli daerah yang mendorong kemandirian fiskal daerah.
Misi 3 : Membangun Infrastruktur Ekonomi dan Sosial yang Modern dan Berkeadilan
dengan Memperhatikan Keberlanjutan Lingkungan.
Misi ini menekankan pada pentingnya pemenuhan kualitas infrastruktur dasar yang merata
serta kualitas lingkungan hidup yang baik bagi masyarakat. Percepatan pembangunan
segala sektor harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai dan merata.
Kabupaten Sidoarjo membutuhkan daya dukung infrastruktur pendorong ekonomi dan
social yang terintegrasi dan terpadu menjamin keseimbangan pembangunan di wilayah
perkotaan dan perdesaan. Peluang dan tantangan Kabupaten Sidoarjo yang masuk dalam
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional (PKSN) Metropolis Gerbangkertosusila dan titik
penghubung bagi PKSN lainnya menjadi catatan penting. Namun demikian, guna
menghindari dampak negatif pembangunan bagi kelestarian lingkungan, maka prinsip
pembangunan berkelanjutan menjadi kata kunci bagi Kabupaten Sidoarjo.
Misi 4: Membangun Sumber Daya Manusia Unggul dan Berkarakter Melalui Peningkatan
Akses Pelayanan Bidang Pendidikan, Kesehatan serta Kebutuhan Dasar Lainnya
Pembangunan berpusat pada manusia (people centered development) ini memberikan
kesadaran pada seluruh dunia bahwa investasi pembangunan pada penguatan kualitas
sumber daya manusia (human resources) akan memberikan dampak yang besar pada
percepatan pembangunan jangka panjang. Terkait dengan hal tersebut, maka misi ini akan
fokus pada upaya penguatan Sumber Daya Manusia, khususnya bidang pendidikan dan
kesehatan serta kebutuhan dasar lainnya. Membangun sumber daya unggul tentu meliputi
berbagai aspek, antara lain terbentuknya karakter masyarakat yang luhur berbasis nilai-
nilai budaya dan agama. Dinamika pembangunan dunia telah membuktikan bahwa
penempatan nilai-nilai karakter budaya sebagai prinsip pembangunan akan mendorong
pembangunan kearah yang lebih jelas.
Laporan Akhir 33
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 34
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 35
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
proses pembuangan awal sampai akhir dan dengan menerapkan konsep 3 R (Recycle,
Reduce dan Re-use). Pembangunan prasarana dan sarana kebersihan dan penanganan
sampah dilakukan sebagai berikut:
1) Pembangunan prasarana dan sarana kebersihan/persampahan pada skala
lingkungan dilakukan dengan penyediaan Tempat Pengelolaan Sementara (TPS)
yang tersebar pada pusat-pusat permukiman sesuai dengan tingkat dan lingkup
pelayanan;
2) Pembangunan LPS dapat dilakukan pada lahan-lahan yang direncanakan untuk
fasilitas umum dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang penanganan
dan pengelolaan sampah;
3) Upaya Pengelolaan sampah secara mandiri;
4) Pembangunan prasarana dan sarana kebersihan/ persampahan skala Kabupaten
dilakukan dengan penyediaan prasarana dan sarana penanganan sampah terpadu
pada Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) yang termasuk dalam wilayah SSWP di Jabon;
5) Penanganan kebersihan dan persampahan skala Kabupaten juga dilakukan dengan
pemberdayaan masyarakat dan penerapan teknologi tepat guna yang ramah
lingkungan dalam penanganan sampah, serta mendukung pelaksanaan program
penanganan sampah terpadu termasuk penyediaan prasarana dan sarana pada
lingkup regional.
Laporan Akhir 36
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa dari 67% timbulan sampah yang
dikelola belum secara keseluruhan terkelola dari sumber, dan masih ada sekitar 33% dari
jumlah timbulan sampah yang belum tertangani oleh pemerintah sehingga memungkinkan
pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat secara mandiri diperkirakan masih ada
pengelolaan sampah dengan cara dibakar ataupun pembuangan sampah secara langsung
di sungai. Sehingga permasalahan tersebut memang masih memerlukan penyelesaian
secara terpadu. Berikut adalah persentase penanganan sampah yang terkelola dalam 3
(tiga) tahun terakhir.
Pengelolaan sampah di TPA dan TPST di Kabupaten Sidoarjo hingga saat ini masih
mampu melayani 43,08 persen penduduk atau sebanyak 886.752 orang dengan total
volume sampah sebesar 1.934.196 m³. Berat sampah yang terlayani selama tahun 2020
sebesar 187.610.000 kg sampah atau 43,08 persen dari total timbulan sampah. Simak
gambar berikut:
Laporan Akhir 37
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 38
BAB 4
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
BAB 4 HASILHASIL
SURVEY TPST SURVEY
SIDOARJO
TPST SIDOARJO
Laporan Akhir 39
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
KAPASITAS KAPASITAS
Klasifikasi
NO NAMA TPST ALAMAT LOKASI PENAMPUNGAN PENAMPUNGAN
TPST
SAMPAH (Kg) SAMPAH (m3)
9 7°24'47.5"S
Terik Desa Terik 86.400 86,4 KECIL
112°36'06.9"E
10 7°21'42.6"S
Tropodo Desa Tropodo 345.600 345,6 SEDANG
112°45'28.0"E
11 7°24'44.6"S
TPST Pasar Krian Kelurahan Krian 1.886.400 1886,4 BESAR
112°34'54.4"E
KECAMATAN BALONGBENDO
12 Desa 7°24'50.3"S
Wonokupang 216.000 216 SEDANG
Wonokupang 112°31'15.4"E
13 Bakung Desa Bakung 7°25,5731 LU,
0 0 KECIL
Temenggungan Temenggungan 112°29,5429 LT
14 7°24'52.0"S
Jabaran Desa Jabaran 288.000 288 SEDANG
112°32'57.1"E
15 Desa 7°24'26.1"S
Penambangan 144.000 144 KECIL
Penambangan 112°31'51.9"E
16 7°24,9726 LU,
Sewaluh Desa Sewaluh 0 0 KECIL
112°32,5135 LT
17 7°25,2246 LU,
Watesari Desa Watesari 0 0 KECIL
112°33,2989 LT
18 Kemangsen Desa 7°24'42.5"S
0 0 KECIL
(KAWASAN) Kemangsen 112°34'10.6"E
KECAMATAN TULANGAN
19 -
Tulangan / kawasan Desa Tulangan 4.780.800 4780,8 BESAR
7.444694,112.566115
20 7°00'40.8"S
Grabagan Desa Grabagan 648.000 648 SEDANG
111°58'54.8"E
21 Desa Kepuh 7°26,7861 S,
Kepuh Kemiri 432.000 432 SEDANG
Kemiri 112°37,9578 E
22 -7.497417,
Pangkemiri Desa Pangkemiri 259.200 259,2 SEDANG
112.661656
23 - 7.501834 LS,
Gelang Desa Gelang 345.600 345,6 SEDANG
112.645327 BT
24 7°48,44215 S,
Kebaron Desa Kebaron 518.400 518,4 SEDANG
112°63,6663 E
25 -
Kepatihan Desa Kepatihan 518.400 518,4 SEDANG
7.484672,112.660503
26 7°29'00.5"S
Kenongo Desa Kenongo 576.000 576 SEDANG
112°38'51.9"E
27 -7.479779,
Kedondong Desa Kedondong 432.000 432 SEDANG
112.682406
28 7°24,1973 S,
Modong Desa Modong 345.600 345,6 SEDANG
112°42,8741 E
KECAMATAN PRAMBON
29 7°29'06.7"S
Simpang Desa Simpang 0 0 KECIL
112°35'31.0"E
30 Desa Kedung 7°27'40.3"S
Kedung Kembar 0 0 KECIL
Kembar 112°35'33.8"E
31 Jedong Cangkring
Desa Jedong 7°59'24.5"S
(Memungkin utk 0 0 KECIL
Cangkring 112°35'04.2"E
TPST Kawasan )
Laporan Akhir 40
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
KAPASITAS KAPASITAS
Klasifikasi
NO NAMA TPST ALAMAT LOKASI PENAMPUNGAN PENAMPUNGAN
TPST
SAMPAH (Kg) SAMPAH (m3)
32 Desa -
Bendotretek 288.000 288 SEDANG
Bendotretek 7.444694,112.566115
KECAMATAN SEDATI
33 Sedati Gede / Desa Sedati 7°22'34.6"S
3.859.200 3859,2 BESAR
kawasan Gede 112°45'43.0"E
34 7°24,2351
Pepe Candra Mas Desa Pepe 432.000 432 SEDANG
S,112°46,6108 E
35 7°27'12.6"S
Betro Desa Betro 144.000 144 KECIL
112°20'35.7"E
36 7°24,2351
Buncitan Desa Buncitan 1.411.200 1411,2 BESAR
S,112°46,6108 E
37 Desa Sedati 7°22'48.1"S
Sedati Agung 0 0 KECIL
Agung 112°45'35.4"E
38 Desa Banjar 7°23,1508
Banjar Kemuning 86.400 86,4 KECIL
Kemuning S,112°48,3368 E
39 7°23,1508
Cemandi Desa Cemandi 57.600 57,6 KECIL
S,112°48,3368 E
40 7°22'02.8"S
Pranti Desa Pranti 172.800 172,8 KECIL
112°46'51.7"E
41 7°22'20.8"S
Semampir Desa Semampir 0 KECIL
112°46'23.3"E
42 Desa Segoro 7°22,1007
Segoro tambak 172.800 172,8 KECIL
tambak S,112°48,2835 E
43 Desa 7°02'51.2"S
Kalangannyar 331.200 331,2 SEDANG
Kalangannyar 112°19'53.1"E
KECAMATAN GEDANGAN
44 Desa 7°26'11.7"S
Semambung 0 0 KECIL
Semambung 112°36'37.3"E
45 7°40'51.7"S
Tebel Desa Tebel 201.600 201,6 SEDANG
112°16'52.6"E
46 7°23'56.4"S
Gemurung Desa Gemurung 57.600 57,6 KECIL
112°44'56.0"E
47 7°22'13.8"S
Bangah Desa Bangah 230.400 230,4 SEDANG
112°43'09.8"E
48 7°23,7243 S,
Sruni Desa Sruni 148.800 148,8 KECIL
112°43,2985 E
49 7°24,4876 S,
Kragan Desa Kragan 36.000 36 KECIL
112°44,6919 E
50 Desa 7°24,1973 S,
Karangbong 1.195.200 1195,2 BESAR
Karangbong 112°42,8741 E
51 Desa 7°23'17.8"S
Keboansikep 1.728.000 1728 BESAR
Keboansikep 112°43'07.5"E
52 7°23'12.0"S
Ketajen Desa Ketajen 345.600 345,6 SEDANG
112°44'08.4"E
53 7°23'51.4"S
Ganting Desa Ganting 0 KECIL
112°42'07.6"E
54 Desa 7°23'39.2"S
Keboananom 0 KECIL
Keboananom 112°42'50.8"E
55 7°23,3374 S,
Pasar Gedangan Desa Gedangan 144.000 144 KECIL
112°43,9753 E
Laporan Akhir 41
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
KAPASITAS KAPASITAS
Klasifikasi
NO NAMA TPST ALAMAT LOKASI PENAMPUNGAN PENAMPUNGAN
TPST
SAMPAH (Kg) SAMPAH (m3)
KECAMATAN BUDURAN
56 7°25,7526
Sawohan Desa Sawohan 144.000 144 KECIL
S,112°46,0756 E
57 Desa Dukuh 7°25,2895
Dukuh Tengah 288.000 288 SEDANG
Tengah S,112°45,17724 E
58 7°25,2493
Sukorejo Desa Sukorejo 432.000 432 SEDANG
S,112°43,0335 E
59 7°25,6038
Damarsi Desa Damarsi 576.000 576 SEDANG
S,112°45,5583 E
60 Desa 7°25,3835
Wadungasih 648.000 648 SEDANG
Wadungasih S,112°43,8479 E
61 7°25,4442
Sidomulyo Desa Sidomulyo 230.400 230,4 SEDANG
S,112°43,8384 E
62 7°25,3508
Prasung Desa Prasung 1.368.000 1368 BESAR
S,112°44,9431 E
63 Desa 7°25,8034
Siwalanpanji 897.600 897,6 SEDANG
Siwalanpanji S,112°44,0297 E
KECAMATAN SIDOARJO
64 7°28,0307
Kemiri Desa Kemiri 480.000 480 SEDANG
''S,112°43,3873 E
65 Desa Cemeng 7°26'07.5"S
Cemeng Bakalan 0 0 KECIL
Bakalan 112°40'34.1"E
66 7°26,38 ''S,112°44,10
Bluru Kidul Desa Bluru Kidul 170.000 170 KECIL
E
67 Kelurahan 7°28,0307
Sekardangan 68.400 68,4 KECIL
Sekardangan ''S,112°43,3873 E
68 Banjarbendo / Desa 7°27'03.7"S
1.122.000 1122 BESAR
Kawasan Banjarbendo 112°41'36.2"E
69 Rangkah Kidul /
Desa Rangkah 7°27,23 ''S,112°44,12
Kawasan di 1.404.800 1404,8 BESAR
Kidul E
Blurukidul
70 Kelurahan 7°27,30 ''S,112°42,32
Taman Pinang 420.000 420 SEDANG
Lemah Putro E
71 7°25,47 ''S,112°40,53
Sarirogo Desa Sarirogo 36.000 36 KECIL
E
72 Pasar Larangan Desa Larangan 7°28,11 S,112°42,39 E 0 KECIL
73 7°22'43.7"S
Rumah Kompos Puri Desa Suko 0 0 KECIL
112°42'09.7"E
KECAMATAN WARU
74 7°21'04.9"S
Bungurasih Desa Bungurasih 72.000 72 KECIL
112°43'09.7"E
75 Kedungrejo Desa Kedungrejo 7°21,20 S,112°441 E 396.000 396 SEDANG
76 7°21'23.2"S
Ngingas Desa Ngingas 762.600 762,6 SEDANG
112°44'26.8"E
77 Janti Desa Janti 7°2059 S,112°4416 E 691.200 691,2 SEDANG
78 Tambak Rejo / Desa Tambak
7°20,58 S,112°46,41 E 1.497.600 1497,6 BESAR
kawasan Rejo
79 7°20'37"S, 112°45'47"
Brebek Desa Brebek 676.800 676,8 SEDANG
E
Laporan Akhir 42
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
KAPASITAS KAPASITAS
Klasifikasi
NO NAMA TPST ALAMAT LOKASI PENAMPUNGAN PENAMPUNGAN
TPST
SAMPAH (Kg) SAMPAH (m3)
80 7°20'46.9"S
Tambakoso Desa Tambakoso 0 0 KECIL
112°48'16.8"E
81 Rewin Kepuh Desa Kepuh 7°21'03.4"S
388.800 388,8 SEDANG
Kiriman Kiriman 112°45'52.9"E
82 Perumahan 7°21'31.6"S
Desa Kureksari 2.686.800 2686,8 BESAR
Deltasari 112°44'08.7"E
KECAMATAN WONOAYU
83 Desa Jimbaran 7°26,4868
Jimbaran Kulon 86.400 86,4 KECIL
Kulon S,112°37,8272 E
84 7°37'48.6"S
Sumberejo Desa Sumberejo 0 0 KECIL
112°41'20.9"E
85 8°08'54.5"S
Wonoayu Desa Wonoayu 79.200 79,2 KECIL
112°47'22.9"E
86 Desa Sawo 7°24'56.0"S
Sawo Cangkring 0 0 KECIL
Cangkring 112°39'06.9"E
KECAMATAN TAMAN
87 7°22,0879 S,
Sambibulu Desa Sambibulu 172.800 172,8 KECIL
112°40,3053 E
88 Kelurahan 7°21'09.1"S
Taman / kawasan 4.550.400 4550,4 BESAR
Taman 112°41'46.5"E
89 7°21'28.3"S
Kedungturi Desa Kedungturi 0 KECIL
112°42'12.9"E
90 7°21,3322 LU,
Tawangsari Desa Tawangsari 604.800 604,8 SEDANG
112°40,9329 LT
91 Kelurahan 7°20'48.9"S
TPST Pasar Taman 0 0 KECIL
Wonocolo 112°41'50.3"E
KECAMATAN SUKODONO
92 Desa 7°23,5525
Plumbungan 172.800 172,8 KECIL
Plumbungan S,112°39,9353 E
93 7°24'22.0"S
Suruh 1 Desa Suruh 691.200 691,2 SEDANG
112°40'43.7"E
94 7°24'22.0"S
Suruh 2 Desa Suruh 0 0 KECIL
112°40'43.7"E
95 Desa Masangan 7°23'35.0"S
Masangan Wetan 403.200 403,2 SEDANG
Wetan 112°41'45.7"E
96 Desa 7°24'18.8"S
Pekarungan 0 0 KECIL
Pekarungan 112°40'12.2"E
KECAMATAN TANGGULANGIN
97 Desa 7°30'36.7"S
Kalisampurno 568.800 568,8 SEDANG
Kalisampurno 112°41'46.3"E
98 Desa Banjar 7°30'19.6"S
Banjar Panji 0 0 KECIL
Panji 112°45'03.6"E
99 7°49,8502
Randegan Desa Randegan 273.600 273,6 SEDANG
S,112°67,5559 E
100 Desa Penatar 7°30'59.8"S
Penatar Sewu 316.800 316,8 SEDANG
Sewu 112°44'46.5"E
101 7°30'03.3"S
Ngaban Desa Ngaban 319.200 319,2 SEDANG
112°42'35.3"E
102 7°29'44.6"S
Ketegan Desa Ketegan 114.000 114 KECIL
112°41'18.5"E
Laporan Akhir 43
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
KAPASITAS KAPASITAS
Klasifikasi
NO NAMA TPST ALAMAT LOKASI PENAMPUNGAN PENAMPUNGAN
TPST
SAMPAH (Kg) SAMPAH (m3)
103 7°30'21.8"S
Putat Desa Putat 0 KECIL
112°44'00.4"E
104 7°30'47.2"S
Gempolsari Desa Gempolsari 0 0 KECIL
112°43'19.6"E
KECAMATAN JABON
105 7°32,37 ''S,112°44,11
Jemirahan Desa Jemirahan 0 0 KECIL
E
106 7°33,26 ''S,112°44,27
Pangreh Desa Pangreh 0 0 KECIL
E
107 Rumah Kompos Desa Tambak 7°32'41.2"S
0 0 KECIL
Kalisogo kalisogo 112°45'22.0"E
108 Desa
Keboguyang 7°32,37 S,112°44,11 E 240.000 240 SEDANG
Keboguyang
109 Desa 7°33'54.2"S
Semambung 0 KECIL
Semambung 112°46'08.8"E
KECAMATAN CANDI
110 Desa 7°29,4654
Ngampelsari 285.000 285 SEDANG
Ngampelsari S,112°42,8399 E
111 7°29'15.0"S
Gelam Desa Gelam 0 0 KECIL
112°42'43.7"E
112 7°28'30.7"S
Bligo Desa Bligo 273.600 273,6 SEDANG
112°43'20.1"E
113 TPST Kec. Candi Desa Durung
7°27,41 S,112°40,13 E 205.200 205,2 SEDANG
(Durung Bedug) Bedug
KECAMATAN PORONG
114 Candi Pari / 7°31'11.0"S
Desa Candi Pari 0 0 KECIL
kawasan 112°40'49.0"E
115 Kelurahan 7°32'40.3"S
TPST Lapas Porong 0 0 KECIL
Porong 112°41'51.1"E
KECAMATAN KREMBUNG
116 7°49,49585
Cangkring Desa Cangkring 345.600 345,6 SEDANG
S,112°61,4621 E
117 Desa 7°30'56.0"S
Mojoruntut 0 0 KECIL
Mojoruntut 112°37'14.1"E
Sumber: DLH Kabupaten Sidoarjo, 2022
Laporan Akhir 44
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 45
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 46
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Ditinjau berdasarkan aspek pengelolaannya, TPST Pasar Krian memiliki tenaga kerja
sebanyak 12 orang dengan waktu kerja mulai dari pukul 06.30 hingga 17.00 WIB.
Keanggotaan pengurus TPST Pasar Krian dibawah binaan oleh Pak Budi selaku Pengurus
TPST Siwalanpanji, dimana keseluruhan pembinaan dilaksanakan dengan memanfaatkan
Laporan Akhir 47
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 48
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 49
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 50
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Sementara itu, pengeluaran untuk upah tenaga kerja tiap bulan pad TPST Krengseng
sebesar Rp. 1.200.000/Bulan untuk keseluruhan tenaga kerja TPST Pasar Krian. Besaran
iuran warga dalam pengelolaan sampah di TPST Krengseng sebesar Rp. 2.500/KK per bulan.
Tabel 13 TPST Krian (Krengseng)
Aspek Kriteria Kondisi Eksisting
Sarana Manual -
Mekanis Conveyor, mesin pencacah
Prasarana Penerimaan Pemasok sampah 4 tosa/hari, dan juga 2 truk/hari.
sampah Untuk pengangkutan residu perharinya 3-4 truk/hari
Penyimpanan Karena keterbatasan fasilitas dan SDM, sampah
sampah menumpuk untuk menunggu proses pembakaran dan
pemilahan.
Sumber Keberadaan -
Sampah bank sampah
Cakupan 3 RW dari kelurahan krian yang menjadi pelanggan
layanan terkait masuknya sampah
sampah
Kapasitas 864.000 kg / 864 m3
TPST
Pemasaran Penjualan proses pemilahan dengan bekerja sama pada
pengepul barang rongsokan setempat
Pendapatan Iuran warga Iuran 2.500/KK (perbulan)
Hasil jual sampah 400.000/3 hari
Pengeluaran Gaji 1.200.000/bulan
Pengelolaan Jumlah Tenaga 7 orang
TPST Kerja
Jam Kerja 07.00 - 17.00
Proses pembinaan SDM dan keseluruhan pengelolaan
Pembinaan /
masih dibawah binaan Pak Budi selaku pengurus TPST
Sosialisasi
Siwalanpanji
Penyaringan Pemakaian tenaga kerja berasal dari Probolinggo dan
Tenaga Kerja sedikit yang berasal dari warga lokal
Pengolahan sampah hanya Reduce dan Reuse tanpa
2R/3R adanya Recycle untuk lebih banyaknya produktifitas
pengolahan sampah
Sampah yang masuk ke TPST berasal warga sekitar. Hasil
Alur pilahan dipisahkan sehingga mendapat value pada
Pengolahan sampah anorganik untuk dijadikan sebagai biaya
dari masuk s/d operasional TPST, adapun proses pembakaran 60% dari
sisa residu ke sampah botol dan plastik serta pemisahan 40% untuk
TPA dibawa ke rumah daur ulang, sehingga hasil akhir pada
sampah organis residunya diangkut ke TPA
Sumber: Hasil Survey, 2022
Laporan Akhir 51
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 52
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 53
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 54
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 55
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 56
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 57
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 58
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 59
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
dilakukan 1 kali dalam 4 hari. Volume sampah diterima tidak begitu besar, sampah yang
berada di TPST Durung Bedug tidak sampai terjadi penumpukan berlebihan dan masih
dalam kondisi terkontrol.
Ditinjau berdasarkan sumber sampahnya, cakupan layanan sampah TPST Durung
Bedug berasal dari Desa Durung Bedug yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT. TPST Durung Bedug
tidak memiliki kerjasama dengan pihak manapun, sehingga pemasaran hanya dilakukan
kepada pengepul pada hasil pilahan sampah anorganik. Pendapatan TPST Pasar Bedug
berasal dari hasil jual sampah dan iuran warga. Hasil jual sampah sebesar Rp.
15.000.000/tahun dan iuran warga sebesar Rp. 15.000 per KK dengan rincian Rp. 5.000
sebagai upah, Rp. 2.000 sebagai retribusi, dan Rp. 8.000 sebagai operasional TPST.
Sementara itu, pengeluaran TPST Durung Bedug meliputi pengeluaran untuk gaji dan
pengeluaran untuk operasional TPST. Jumlah besaran pengeluaran untuk gaji di TPST
Durung Bedug sebesar Rp. 1.700.000/bulan untuk pemilah dan Rp. 6.000.000/bulan untuk
petugas gerobak sampah. Besaran pengeluaran untuk operasional TPST sebesar Rp.
1.200.000. Biaya operasional TPST digunakan untuk pembelian trafo kecil dan kebutuhan
kelistrikan.
Tabel 17 TPST Durung Bedug
Aspek Kriteria Kondisi Eksisting
Sarana Manual -
Mekanis Proses pengelolaan sampah di lakukan secara mekanis
melalui mesin conveyor
Prasarana Penerimaan Penerimaan sampah pada TPST durung bedug cukup
sampah landai, sampah masuk hanya 3x dalam 2 hari
menggunakan tosa. Sedangkan pengangkutan residu ke
TPA dilakukan 1x dalam 4 hari.
Penyimpanan Volume sampah diterima tidak begitu besar, sampah
sampah yang berada di TPST tidak sampai terjadi penumpukan
berlebihan dan masih dalam kondisi terkontrol
Sumber Keberadaan -
Sampah bank sampah
Cakupan Desa durung bedug, yang terdapat 1 RW dengan 4 RT
layanan didalamnya
sampah
Kapasitas 205.200 kg / 205,2 m3
TPST
Pemasaran Tidak ada kerja sama dengan pihak manapun, hanya
para pengepul hasil pilahan sampah anorganik
Laporan Akhir 60
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 61
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
mengalami pemilahan, sisa residu dari sampah organis langsung dialihkan ke TPA untuk
menghindari penumpukan sampah di TPST Durung Bedug.
Gambar 12 TPST Durung Bedug
Laporan Akhir 62
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 63
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 64
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
iuran warga untuk pengolahan sampah sebesar Rp. 17.000/bulan per KK untul warga asli
Desa Brebek dan Rp. 15.000 untuk rumah kos dan kontrakan. Hasil dari iuran warga
tersebut digunakan sebagai kebutuhan perawatan mesin dan juga keseluruhan komponen
pengelolaan TPST. Sementara itu, pengeluaran TPST Brebek meliputi pengeluaran untuk
gaji pekerja. Jumlah besaran pengeluaran untuk gaji di TPST Brebek sebesar Rp.
2.100.000/bulan.
Tabel 19 TPST Brebek
Aspek Kriteria Kondisi Eksisting
Sarana Manual -
Mekanis Proses pengelolaan sampah di lakukan secara mekanis
melalui mesin conveyor
Prasarana Penerimaan Sampah masuk 12 tossa/hari , 2 truk/hari menuju TPA,
sampah
Penyimpanan
sampah
Sumber Keberadaan -
Sampah bank sampah
Cakupan Terdapat 34 RT / 6 RW dari desa berbek yang
layanan memberikan sumbangsi terhadap sumber sampah
sampah pada TPST desa berbek dengan total 3500 pelanggan
didalamnya.
Kapasitas 1.497.600 kg / 1497,6 m3
TPST
Pemasaran Sampah yang memiliki nilai jual diangkut dan di
distribusikan pada pengepul 1 truk/minggu
Pendapatan Iuran warga Terdapat iuran warga per bulan sebesar 17.000 (warga
asli), dan 15.000 (musiman; kos & kontrak). Hasil
tersebut digunakan sebagai kebutuhan perawatan
mesin dan juga keseluruhan komponen pengelolaan
TPST
Hasil jual 1.200.000/hari
sampah
Pengeluaran Gaji 2.100.000/bulan
Pengelolaan Jumlah Tenaga 14 orang
TPST Kerja
Jam Kerja 07.00 s/d 17.00
Pembinaan dilakukan oleh DLHK dengan kader
Pembinaan / lingkungan kabupaten sidoarjo kepada masyarakat desa
Sosialisasi berbek terkait pengelolaan TPST baik secara
operasional dan manfaatnya.
Tenaga kerja disaring dan diberdayakan dari masyarakat
Penyaringan
setempat yang memiliki ketertarikan dan juga
Tenaga Kerja
pendatang dari probolinggo
Laporan Akhir 65
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 66
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 67
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 68
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
dengan hasil produk organis yaitu kompos untuk eminimalisir penumpukan residu yang
rendah nilai sehingga dapat diteruskan ke TPA.
Gambar 15 TPST Taman
Laporan Akhir 69
BAB 5
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 70
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Uraian Harga
Mobil Pick Up (2 unit) Rp 300.000.000,00
Peralatan lainnya Rp 100.000.000,00
Total Rp 1.260.000.000,00
Berdasarkan hasil inventarisasi yang diperlukan dalam investasi awal pada TPST
adalah mesin penghancur/pencacah, mesin conveyor, container sampah, gerobak, tossa
roda 3, mobil pick up dan peralatan lainnya. Pada TPST klaster besar investasi yang
diperlukan sebesar Rp1.450.000.000,00, sedangkan pada TPST klaster sedang sebesar
Rp1.260.000.000,00 dan TPST klaster kecil sebesar Rp825.000.000,00. Investasi awal
tersebut tidak meliputi tanah dan bangunan dengan asumsi tanah dan bangunan
merupakan tanah pemerintah daerah.
Laporan Akhir 71
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
ini sudah beroperasi. Perhitungan pendapatan yang digunakan sebagai tahun dasar
berdasarkan data TPST klaster besar sebagai acuan. Selanjutnya berdasarkan data
tersebut, dilakukan proporsi pada klaster sedang sebesar 75% dari pendapatan
klaster besar dan pada klaster kecil sebesar 50% dari pendapatan klaster kecil.
Tabel 24 Rincian Pendapatan Dasar TPST Klaster Besar Perbulan
No Pendapatan Kapasitas Harga satuan Total Pendapatan
per Minggu (per Kg) (bulan)
1. Hasil olahan sampah plastik 1.189,00 Rp 800,00 Rp 3.804.800,00
2. Hasil jual sampah karton 5.708,00 Rp 1.000,00 Rp 22.832.000,00
3. Hasil jual sampah logam 629,00 Rp 2.000,00 Rp 5.032.000,00
4. Hasil jual sampah kaca 1.188,00 Rp 300,00 Rp 1.425.600,00
5. Hasil jual sampah Kardus 1.383,00 Rp 2.100,00 Rp 11.617.200,00
6. Hasil jual sampah Atom 4.785,00 Rp 2.400,00 Rp 45.936.000,00
7. Hasil jual sampah Sablon 1.940,00 Rp 400,00 Rp 3.104.000,00
8. Hasil jual sampah Kresek 8.198,00 Rp 600,00 Rp 19.675.200,00
9. Hasil jual sampah Mantel 59,00 Rp 500,00 Rp 118.000,00
10. Hasil jual sampah Gembos 402,00 Rp 550,00 Rp 884.400,00
Total Pendapatan Rp 114.429.200,00
Berdasarkan nilai di atas dan asumsi yang dibangun, maka diketahui besarnya
pendapatan dasar pertahun pada TPST klaster sedang dan kecil dalam setahun
adalah sebagai berikut:
Tabel 25 Pendapatan Dasar TPST Klaster Besar, Sedang dan Kecil
Total Besar Sedang Kecil
Pendapatan (per
tahun) Rp 1.373.150.400,00 Rp12.358.353.600,00 Rp 8.238.902.400,00
4. Asumsi Pertumbuhan pendapatan pada tahun ke-1 dan ke- 2 adalah tetap sesuai
kondisi tahun dasar (sama dengan perhitungan tahun dasar). Pada tahun ke 3
sampai tahun ke 10 terjadi peningkatan pendapatan yang beragam dimana untuk
klaster besar mampu meningkat 20% tiap tahun, klaster sedang 15% dan kecil 10%.
Asumsi ini disusun berdasarkan tren kesadaran masyarakat atas pemahaman
limbah sampah dan juga dukungan dari DLH KAbupaten sidoarjo yang
berkomitmen meningkatkan pemahaman masyarakat terkait dengan sampah.
5. Asumsi pertumbuhan pendapatan sebesar 30% dari pertumbuhan pendapatan
pada tahun ke 3 sampai tahun ke 10. Asumsi pertumbuhan biaya tersebut
berdasarkan data biaya dasar yang dikeluarkan berdasarkan hasil survey pada TPST
Laporan Akhir 72
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
klaster besar. Hasil survey tersebut selanjutnya dilakukan proporsi sebesar 75%
untuk biaya klaster sedang dan 50% untuk klaster kecil.
Tabel 26 Rincian Biaya Operasional Dasar TPST Klaster Besar Perbulan
Prediksi Nilai Total Nilai Investasi
No Biaya Operasional Jumlah
Investasi (Bulan)
1. Bahan bakar mesin
-
pencacah
2. Biaya pemeliharaan dan
perawatan mesin 2.000.000 2 Rp 4.000.000,00
pencacah
3. Biaya pengangkutan - Rp -
4. Upah pegawai operator
±100.000/hari 11 Rp 28.600.000,00
mesin pencacah
5. Upah pegawai pemilahan
±100.000/hari 16 Rp 41.600.000,00
sampah anorganik
6. Upah pegawai pencuci
±100.000/hari 5 Rp 13.000.000,00
sampah anorganik
7. Upah Pegawai Adm. DLHK 2.400.000/bulan 9 Rp 23.400.000,00
Total Biaya Operasional Rp 110.600.000,00
Berdasarkan nilai tersebut, maka diketahui besarnya biaya dasar pertahun pada
TPST klaster sedang dan kecil sebagai berikut:
Tabel 27 Biaya Operasional Dasar TPST Klaster Besar, Sedang dan Kecil
Total Biaya Besar Sedang Kecil
(per tahun) Rp 1.327.200.000,00 Rp 11.944.800.000,00 Rp 7.963.200.000,00
Laporan Akhir 73
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 74
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Penilaian keuangan ini akan menunjukkan seberapa lama pengembalian uang/dana yang
diinvestasikan, menaksirkan penghasilan, serta memroyeksikan profil keuangan, serta
manfaat dan biaya finansial.
Aspek ini memperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai
suatu proyek. Pembiayaan diperoleh dari beberapa sumber, yaitu dari modal sendiri,
kemitraan dan atau pinjaman. Dari aspek keuangan ini bisa diketahui berapa besarnya
pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan serta tingkat laba yang dicapai oleh investor.
Apabila entitas sudah mampu menutup pengeluaran investasi dan mendapatkan laba
sesuai dengan yang diharapkan, maka investasi dianggap layak untuk dikerjakan. Namun
apabila dari analisis keuangan diketahui bahwa entitas rugi dan tidak bisa menutupi
pengeluaran investasinya, maka dengan kata lain investasi tidak layak untuk dilakukan.
Capital Budgeting adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
kelayakan suatu proyek atau investasi modal dalam jangka panjang yang diharapkan akan
menghasilkan keuntungan di masa datang (Peterson, 2002). Sebelum dilakukan analisis
dengan metode penilaian atau kriteria proyek investasi, maka terlebih dahulu ditentukan
biaya modal. Biaya modal (discount factor) ini timbul karena penggunaan modal baik modal
sendiri maupun dana dari pihak ketiga. Biaya modal (discount factor) diasumsikan sebesar
3,5%. Berikut kriteria untuk menilai kelayakan terdiri dari:
1. Net Present Value (NPV)
2. Internal Rate of Return (IRR)
3. Benefit Cost Ratio (BCR)
4. Payback Period (PP)
Ketiga analisis dan kriteria tersebut dilakukan pada ketiga klaster TPST, dengan hasil analisa
sebagai berikut:
Laporan Akhir 75
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 76
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Merujuk pada perhitungan di atas, pada kondisi asumsi terpenuhi NPV bernilai
Positif, IRR > 3,5% dan dan BCR >=1 dengan payback period 5 tahun. Dengan demikian
bisnis ini dari hasil analisis finansial (berdasarkan asumsi) layak dilaksanakan. Perhitungan
Benefit Cost Ratio merupakan sebuah perbandingan antara semua nilai benefit terhadap
semua nilai pengorbanan atau biaya. Pembukaan lini bisnis ini akan memberikan benefit
berupa perolehan pendapatan yang setelah dikurangi beban operasional menjadi net cash
inflow. Present Value dari net cash inflow yang nanti akan dibandingkan dengan total
investasi. BCR ≥ 1, maka dikatakan bahwa benefit dari investasi tersebut lebih besar
daripada pengorbanan yang dikeluarkan. Dengan demikian, proyek ini dapat dikatakan
layak untuk dilaksanakan.
Laporan Akhir 77
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 78
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Merujuk pada perhitungan di atas, pada kondisi asumsi terpenuhi NPV bernilai
Positif, IRR > 3,5% dan dan BCR >=1 dengan payback period 5 tahun 10 bulan. Dengan
demikian bisnis ini dari hasil analisis finansial (berdasarkan asumsi) layak dilaksanakan.
Perhitungan Benefit Cost Ratio merupakan sebuah perbandingan antara semua nilai
benefit terhadap semua nilai pengorbanan atau biaya. Pembukaan lini bisnis ini akan
memberikan benefit berupa perolehan pendapatan yang setelah dikurangi beban
operasional menjadi net cash inflow. Present Value dari net cash inflow yang nanti akan
dibandingkan dengan total investasi. BCR ≥ 1, maka dikatakan bahwa benefit dari investasi
tersebut lebih besar daripada pengorbanan yang dikeluarkan. Dengan demikian, proyek ini
dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.
Laporan Akhir 79
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 80
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Merujuk pada perhitungan di atas, pada kondisi asumsi terpenuhi NPV bernilai
Positif, IRR > 3,5% dan dan BCR >=1 dengan payback period 6 tahun 10 bulan. Dengan
demikian bisnis ini dari hasil analisis finansial (berdasarkan asumsi) layak dilaksanakan.
Perhitungan Benefit Cost Ratio merupakan sebuah perbandingan antara semua nilai
benefit terhadap semua nilai pengorbanan atau biaya. Pembukaan lini bisnis ini akan
memberikan benefit berupa perolehan pendapatan yang setelah dikurangi beban
operasional menjadi net cash inflow. Present Value dari net cash inflow yang nanti akan
dibandingkan dengan total investasi. BCR ≥ 1, maka dikatakan bahwa benefit dari investasi
tersebut lebih besar daripada pengorbanan yang dikeluarkan. Dengan demikian, proyek ini
dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.
Summary
Berdasarkan asumsi pendapatan yang terpenuhi, maka TPST yang dibentuk dengan
3 klaster yakni besar, sedang dan kecil dalam periode 10 tahun masih menguntungkan
secara perhitungan finansial.
Laporan Akhir 81
BAB 6
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 82
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 83
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk
pupuk tanaman. Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-
hari dipisahkan dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas.
Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil misalnya di
pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam
tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai
pupuk kompos.
2. Pembuatan Briket
Pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak, bisa
menjadi salah satu upaya kita sebagai masyarakat dalam menanggulangi dan
mengurangi timbulan sampah, khususnya dalam sektor rumah tangga. Selain
itu, pembuatan briket sebagai bahan bakar pengganti minyak juga dapat
menjadi alternatif masalah krisis energi pada saat ini. Minyak tanah yang sudah
mulai langka, harga gas elpiji yang melambung tinggi juga menjadi salah satu
bahan pertimbangan untuk segera menciptakan bahan bakar alternatif yang
mudah didapat, ekonomis dan juga memiliki manfaat yang sama seperti bahan
bakar minyak dan gas. Membuat briket sampah tidaklah terlalu sulit. Proses
pertama adalah proses membuat arang. Bahan baku yang berupa sampah
dibuat arang dengan cara dibakar. Kemudian arang hasil pembakaran tersebut
ditumbuk dan dicampur dengan perekat, baik perekat alami (daun talas)
ataupun perekat buatan (lem aci), lalu dicetak sesuai kehendak, dijemur 2-3 hari
sampai kering dan siap digunakan sebagai bahan bakar alternatif.
Laporan Akhir 84
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
1. Sampah Kertas
Sampah kertas bisa dikumpulkan menjadi satu bagian yang dipisahkan
dari sampah lainnya. Selanjutnya bisa dibuang ke tempat sampah atau dijual ke
tukang loak, minimal kita sudah memudahkan langkah para pengelola sampah
untuk melakukan pengolahan tingkat lanjut. Kumpulan sampah kertas bisa
dibuat berbagai macam jenis kerajinan tangan, seperti topeng, patung, dan
kertas daur ulang. Nilai jual sampah kertas daur ulang jauh lebih tinggi dari
sekadar sampah kertas biasa. Kertas daur ulang bisa dijual ke pengrajin sebagai
bahan pembuat kerajinan tangan.
2. Sampah Kaleng
Banyak sekali kemasan kaleng yang digunakan untuk barang-barang
keperluan sehari-hari. Sementara sumber daya tambang tidak dapat
diperbaharui, jika bisa pun butuh waktu ratusan bahkan ribuan tahun untuk
membentuknya. Suatu saat bahan tambang tersebut akan habis dieksplorasi.
Oleh karena itu, akan bijak jika kita ikut andil dalam gerakan menyukseskan daur
ulang. Kaleng baja 100% dapat didaur ulang karena siklus hidupnya tidak akan
pernah berakhir. Perlakuan kaleng bekas tergantung jenis kegunaan wadahnya.
Kaleng cat harus dibersihkan dari sisa-sisa catnya dengan kertas koran dan
biarkan kering, kemudian bisa dimanfaatkan kembali sebagai pot bunga dan
sebagainya. Kaleng yang mengandung aerosol, seperti parfum dan cat semprot
harus ditangani hati-hati, jangan ditusuk atau digepengkan. Untuk kaleng drum
bisa dimanfaatkan sebagai tempat sampah atau pot.
3. Sampah Botol
Botol beling memiliki nilai tinggi, apalagi masih utuh. Jika sudah tidak
utuh akan didaur ulang lagi bersama dengan berbagai jenis kaca lainnya untuk
dicetak menjadi botol. Harga sampah botol bekas minuman lebih rendah karena
bentuknya khusus sehingga pembelinya terbatas perusahaan minuman itu.
Botol kecap lebih mahal karena banyak produk yang bisa dikemas dengan botol
itu.
Laporan Akhir 85
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
4. Sampah Plastik
Sampah plastik Saat ini sudah banyak kerajinan yang dibuat dengan
bahan dasar sampah plastik seperti tas, dompet, cover meja, tempat tisu dan
lain-lain.
5. Sampah Kain
Sampah kain Sampah kain bisa digunakan untuk cuci motor atau sebagai
bahan baku kerajinan. Pakaian yang sudah tidak terpakai, tapi masih layak pakai
bisa disumbangkan kepada yang membutuhkan, atau dijual dengan harga
miring. Sisa kain atau kain perca juga dimanfaatkan untuk banyak aplikasi bisa
selimut, tutup dispenser, magic jar, dan lainnya.
Laporan Akhir 86
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
pemerintah yang membinanya, pola sistem operasional yang diterapkan, dan kapasitas
kerja sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi yang harus ditangani. Dengan demikian
lembaga pengelolaan sampah di daerah yang ideal adalah:
1. Pertama, lembaga pengelolaan sampah harus sesuai dengan peraturan
perundangan yang membinanya yaitu peraturan perundangan yang dikeluarkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Pekerjaan Umum selaku
kementerian yang membina permasalahan pengelolaan sampah, dan Kementerian
Dalam Negeri selaku kementerian yang membina pemerintahan di daerah.
Lembaga pengelolaan sampah di daerah harus sesuai dengan UU No. 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah beserta aturan pelaksananya Permendagri
Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah dan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 3 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga), UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang sudah direvisi dengan UU No. 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah beserta aturan pelaksananya (PP No. 38 Tahun 2007,
jo. Lampiran huruf C dan huruf K UU No.23 Tahun 2014, PP No. 41 Tahun 2007) dan
PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Jo.
PP No. 74 Tahun 2012). Berdasarkan berbagai peraturan perundangan tersebut,
lembaga pengelolaan sampah di daerah yang ideal adalah yang memisahkan antara
regulator dan operator.
2. Kedua, lembaga pengelolaan sampah harus sesuai dengan pola sistem operasional
yang diterapkan, dan kapasitas kerja sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi
yang harus ditangani. Untuk mengakomodir persyaratan tersebut maka harus ada
pemisahan lembaga pengelolaan sampah yang berfungsi sebagai regulator dan
pengelola sampah yang berfungsi sebagai operator. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, organisasi perangkat
daerah yang sesuai sebagai regulator adalah Dinas daerah, dan berdasarkan
Peraturan Kementerian Dalam Negeri (Permendagri Nomor 33 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan
Laporan Akhir 87
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 88
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
disebutkan bahwa:
1. BLU merupakan instansi di lingkungan pemerintah/pemerintah daerah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk
penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
2. melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Kemudian dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, disebutkan bahwa
Dinas daerah dapat membentuk BLUD. Khusus untuk persampahan, Ditjen PLP
(Penyehatan Lingkungan Pemukiman) Kementerian Pekerjaan Umum kemudian
mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan menerapkan
PPK-BLU. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan arahan kepada perangkat
Pemerintah daerah terkait dalam pembentukan BLUD bidang persampahan sehingga
profesional, efektif dan efisien serta memenuhi persyaratan yang berlaku.
Adapun tata cara pembentukan BLUD persampahan sesuai Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 serta Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
900/25759/SJ tanggal 10 September 2008 tentang Pedoman Penilaian Penerapan PPK-
BLUD (Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah) adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah kabupaten/kota menyiapkan pembentukan kelembagaannya terlebih
dahulu dalam bentuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) yang nantinya akan
menerapkan PPKBLUD. Pembentukan UPTD tersebut harus sesuai dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah, yaitu dapat dilakukan dengan Peraturan
Kepala Daerah
2. UPTD yang telah dibentuk kemudian menyiapkan dokumen administrasi untuk
menerapkan PPK-BLUD. Apabila semua persyaratan administrasi telah disiapkan
maka UPTD yang akan menerapkan PPK-BLUD mengajukan permohonan kepada
Kepala Daerah melalui Kepala SKPD. Jika disetujui Kepala Daerah mengeluarkan
surat keputusan, apakah UPTD tersebut akan melakukan penerapan secara
bertahap ataukah penuh. Jika bertahap, maka BLUD UPTD tersebut diberi
kesempatan hingga 3 tahun untuk mengajukan menjadi BLUD UPTD penuh.
Laporan Akhir 89
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Adapun struktur organisasi dari BLUD UPTD persampahan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kepala BLUD UPTD persampahan adalah menyiapkan rencana strategis bisnis BLUD
UPTD persampahan, menyiapkan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan dan
anggaran pendapatan dan belanja BLUD UPTD, mengadakan koordinasi dengan
SKPD induknya atau dengan Litbang/Perguruan Tinggi, dan menjelaskan prosedur
dan tata cara pengelolaan persampahan sesuai dengan lingkup kegiatan yang telah
ditetapkan.
2. Pejabat Keuangan dan Administrasi adalah menyiapkan dokumen pelaksanaan
anggaran BLUD UPTD; melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja BLUD
UPTD; menyelenggarakan pengelolaan kas dan pembukuan; melakukan
pengelolaan utang piutang; menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap
dan investasi BLUD UPTD; menyelenggarakan sistem informasi manajemen
keuangan; menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan;
menyelenggarakan layanan konsumen; dan menyelenggarakan administrasi
personalia.
3. Pejabat Teknis adalah menyusun perencanaan dan pengawasan kegiatan
pengelolaan persampahan; melaksanakan kegiatan teknis sesuai RBA (teknik
operasional, pemeliharaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana); dan menyusun
laporan kinerja operasional penyelenggaraan pengelolaan persampahan.
SDM BLUD UPTD harus sesuai kualifikasinya agar organisasi berjalan secara efisien
dan efektif, serta memberikan pelayanan persampahan secara profesional. Jika melihat
struktur organisasi BLUD UPTD persampahan di atas maka keseluruhan kegiatan
pengelolaan sampah dapat dilakukan oleh BLUD. Mulai dari pengumpulan sampah,
pengangkutan dari TPS ke TPA, pengelolaan TPA, retribusi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, hingga hal-hal lain yang berhubungan dengan pengolahan sampah dalam
rangka mengurangi sampah yang dibuang ke TPA.
Laporan Akhir 90
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
6.2.2 UPTD
Dinas yang memisahkan peran operator menjadi unit tersediri, maka peran
pelayanan persampahan dilakukan oleh UPTD, sedangkan Dinas akan berperan sebagai
regulator. Setiap organisasi daerah yang berbentuk dinas dapat memiliki unit teknis di
bawahnya sesuai kebutuhan, sebagaimana ketentuan PP No.41 tahun 2007. Pada dinas
daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk melaksanakan sebagian kegiatan
teknis operasional dan/ atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja
satu atau beberapa kecamatan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan Kegiatan teknis
operasional yang dilaksanakan unit pelaksana teknis dinas adalah tugas untuk
melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan
masyarakat. sedangkan teknis penunjang adalah melaksanakan kegiatan untuk
mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya. Struktur dari UPTD kabupaten/kota
diisi oleh kelompok jabatan fungsional, dengan dukungan 1 sub bagian tata usaha.
Laporan Akhir 91
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Pada Pasal 29, ayat (2), Unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu)
subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Dalam menjalankan tugas
operasionalnya, UPTD dapat dibantu staf yang diperlukan. Sebagai contoh, berikut ini
struktur organisasi Dinas yang menangani persampahan yang telah memisahkan peran
layanan persampahan (operator) dalam hal ini operator TPA pada UPTD:
Gambar 19 Struktur Organisasi dengan UPTD Sebagai Operator
Laporan Akhir 92
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Prosedur dan tata cara Penerapan pola keuangan badan layanan umum daerah
(PPK-BLUD) diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Berikut
Laporan Akhir 93
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Berikut ini perbedaan fleksibilitas antara pemberian status BLUD Penuh dengan
BLUD Bertahap.
Tabel 34 Perbedaan Fleksibilitas Antara Pemberian Status BLUD Penuh Dengan BLUD
Bertahap
BLUD Penuh BLUD Bertahap
Diberikan fleksibilitas pada jumlah dana Diberikan fleksibilitas pada batas-batas
yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang, tertentu berkaitan dengan jumlah dana yang dapat
pengelolaan piutang, serta perumusan standar, dikelola langsung, pengelolaan barang, pengelolaan
kebijakan sistem, dan prosedur pengelolaan piutang, serta perumusan standar, kebijakan,
keuangan sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan
Diberikan fleksibilitas dalam hal Tidak diberikan fleksibilitas dalam hal
pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan
pengadaan barang dan/atau jasa pengadaan barang dan/atau jasa.
6.2.4 BUMD
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Pendirian BUMD ditetapkan melalui Peraturan
Daerah. Pendirian BUMD didasarkan pada kebutuhan daerah dan kelayakan bidang usaha
BUMD yang akan dibentuk.
a. Jenis BUMD
Berdasarkan modalnya, bentuk BUMD dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu: BUMD berbentuk Perusahaan Umum Daerah dan BUMD berbentuk
Perusahaan Perseroan Daerah
Laporan Akhir 94
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
b. Aset BUMD
Administrasi aset BUMD terpisah dari aset pemerintah daerah. Proses
perencanaan dan penganggaran dari BUMD lebih independen. Pemerintah daerah
dapat memberikan penyertaan modal, sebagai investasi bagi BUMD, dan dapat
memperoleh dividen bila operasionalnya menghasilkan laba. Pencatatan dalam
anggaran daerah hanyalah penyertaan modal daerah dan perolehan deviden
daerah tersebut.
Sebagai badan usaha, BUMD harus bisa menghidupi diri sendiri, dan mampu
berkompetisi dengan usaha swasta lainnya. Wewenang yang dimiliki pemerintah
daerah (selaku pemegang saham) berupa penetapan peraturan dan mengganti
direksi BUMD yang gagal menunjukkan kinerja. Proses pembentukan BUMD cukup
rumit, karena menyangkut pemisahan aset daerah, yang melibatkan persetujuan
DPRD. Berikut ini contoh struktur organisasi PD Kebersihan:
Laporan Akhir 95
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 96
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Laporan Akhir 97
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
Kerjasama dengan Pihak ketiga yang memiliki modal, dapat berupa pembangunan
di wilayah TPST lembaga pemerintah, desa, atau masyarakat dengan menggunakan sistem
bagi hasil atau pemungutan sewa dan selanjutnya setelah beberapa tahun dikembalikan
ke masyarakat. Kerjasama tersebut dilakukan dengan beberapa skema pembiayaan
misalnya
1. Pendanaan mesin
2. Penyaluran dengan industri
3. Pembangunan fasilitas dengan skema (BOT Built Operation Transfer)
Skema pembangunan Build Operate Transfer (“BOT”) diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah (“Permendagri 19/2016”). Skema pembangunan BOT dalam Permendagri 19/2016
dikenal dengan istilah Bangun Guna Serah (“BGS”).
Laporan Akhir 98
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
BGS adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan
cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan
oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk
selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. BGS adalah pemanfaatan barang milik
daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu
tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.[1]
Sedangkan Bangun Serah Guna (“BSG”) pemanfaatan barang milik daerah berupa
tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh
pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.
BGS/BSG barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan
pemerintahan daerah untuk kepentingan pelayanan umum dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan
b. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD untuk penyediaan
bangunan dan fasilitas tersebut.
Jangka waktu BGS/BSG paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian
ditandatangani. Jangka waktu BGS/BSG 30 tahun itu hanya berlaku untuk 1 (satu) kali
perjanjian dan tidak dapat dilakukan perpanjangan
Pihak yang dapat melakukan BGS/BSG adalah Pengelola Barang.[8] Pengelola
Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi
pengelolaan barang milik daerah.
Pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG meliputi:
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Swasta kecuali perorangan; dan/atau
d. Badan Hukum lainnya.
Objek BGS/BSG meliputi:
Laporan Akhir 99
Kajian Kerjasama Pengelolaan Sampah TPST dengan Pihak Ke Tiga
Kabupaten Sidoarjo
a. Barang milik daerah berupa tanah yang berada pada Pengelola Barang; atau
b. Barang milik daerah berupa tanah yang berada pada Pengguna Barang.
Pengguna barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik
daerah. Dalam hal barang milik daerah berupa tanah yang status penggunaannya berada
pada Pengguna Barang telah direncanakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
Pengguna Barang yang bersangkutan, BGS/BSG dapat dilakukan setelah terlebih dahulu
diserahkan kepada Bupati Sidoarji. BGS/BSG yang berupa tanah yang berada pada
Pengguna Barang dilaksanakan oleh Pengelola Barang dengan mengikutsertakan Pengguna
Barang sesuai tugas dan fungsinya. Keikutsertaan Pengguna Barang dalam pelaksanaan
BGS/BSG dalam hal barang milik daerah berupa tanah adalah mulai dari tahap persiapan
pembangunan, pelaksanaan pembangunan sampai dengan penyerahan hasil BGS/BSG.
Fasilitas yang dikerjasamakan Misalnya gedung, bangunan, sarana dan fasilitas menjadi
barang milik daerah sejak diserahkan kepada pemerintah daerah sesuai perjanjian atau
pada saat berakhirnya perjanjian.
SUMMARY
Berikut perbandingan pengelolaan dan bentuk antara SKPD/ UPTD, UPTD-PPK BLUD
dan BUMD sebagai penyelenggara layanan (operator) persampahan:
Tabel 35 Perbandingan Berbagai Bentuk Penyelenggara Layanan Persampahan
Aspek SKPD/ UPTD UPTD-PPKBLUD BUMD
Pendapatan Masuk Kas Umum Masuk Rek Kas BLUD Masuk Rek Kas BUMD
Daerah
Tidak boleh langsung Boleh langsung digunakan Boleh langsung
digunakan digunakan
APBD Bukan APBD merupakan pendapatan APBD merupakan
merupakan “Penyertaan Modal”
Pendapatan
APBD merupakan Kewajiban PEMDA masih ada Tidak tergantung
kewajiban PEMDA APBD
Penetapan SKPD ditetapkan Penetapan PPK-BLUD dengan PERDA
Kelembagaan melalui PERDA Keputusan Walikota/ Bupati
UPTD ditetapkan
melalui Peraturan
Walikota/ Bupati
Belanja Tidak boleh melebihi Boleh melebihi PAGU (ada ambang Diatur sendiri
PAGU batas), tercantum dalam Rencana
Bisnis Anggaran (RBA) dan DIPA
Utang & Piutang Tidak Boleh Boleh melakukan Utang & piutang, - Boleh melakukan
melakukan utang & pinjaman jangka panjang dengan utang dan piutang
piutang persetujuan Walikota/ Bupati
Berdasarkan table perbandingan pengelolaan di atas, maka diketahui bahwa bentuk yang
paling ideal dalam pengelolaan sampah yakni BLUD. Hal tersebut selain karena fleksibilitas
dalam pengelolaan juga karena BLUD masih melaksanakan fungsi pelayanan secara
dominan yang berbeda dengan BUMD yang melaksanakan fungsi pemaksimalan
keuntungan. Hal tersebut mengingat bahwa pelayanan persampahan merupakan fungsi
pelayana dasar daerah sehingga tarif yang ditetapkan melalui pertimbangan kemampuan
ekonomi masyarakat tidak semata mengikuti keuntungan. Point terpenting yang
memunginkan peningkatan profesionalitas adalah adanya pemisahan yang jelas antara
regulator dan operator. Selain aspek kemandirian dan profesionalitas, BLUD juga
memberikan manfaat social ekonomi, dimana BLUD selain melaksanakan fungsi pelayanan
persampahan juga memiliki pengelolaan keuangan yang lebih fleksible sehingga mampu
memberikan manfaat yang besar bagi masyrakat sekitar dengan mampu memberdayakan
masyarakat sekitar secara maksimal bagi pelayanan dan produktivitas BLUD. Selanjutnya
skema Kerjasama daerah yang dapat digunakan adalah Built Transfer Operation (BOT)
dengan skema BGS/BSG. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa BGS/BSG
memberikan kontribusi tertentu ke rekening Kasda dan pemeliharaan objek dalam
tanggung jawab pihak mitra sehingga manfaat yang diperoleh pemerintah setelahnya juga
dapat maksimal.
Tahun
Perencanaan Sumber
Kebijakan Strategi Lokasi Penanggung jawab
Tahun Ke- Pendanaan
1 2 3 4 5
Peningkatan Kelembagaan UPTD menjadi Kabupaten Sidoarjo Dinas Lingkungan APBD,
PPK-BLUD Hidup dan Kebersihan Swasta
(DLHK) Kabupaten
Sidoarjo
Pembentukan BUMD dalam peningkatan Kabupaten Sidoarjo Dinas Lingkungan APBD,
kerjasama pengelolaan TPST Hidup dan Kebersihan Swasta
(DLHK) Kabupaten
Sidoarjo, Swasta
Sumber: Rencana, 2022
7.1 SIMPULAN
Berdasarkan kajian di atas dan berbagai penjelasannya, berikut kesimpulan yang
dapat ditarik:
1. Persampahan di Kabupaten Sidoarjo belum mampu memberikan pelayanan
maksimal dimana 33% masih dilakukan secara mandiri yang artinya terdapat
kemungkinan pembuangan sampah dengan metode yang kurang sesuai dengan
mencemari lingkungan melalui pembakaran sampah maupun pembuangan di sungai
2. Berdasarkan 116 jumlah TPST yang ada di Kabupaten Sidoarjo dibagi menjadi 3
klaster dengan kriteria volume kapasitas penampungan sampah dengan klaster
besar, sedang dan kecil. Hasilnya, TPST dengan klaster besar sebanyak 15 TPST, 47
TPST dalam klaster sedang dan 54 TPST klaster kecil
3. Kondisi TPST Kabupaten Sidoarjo mengalami berbagai masalah misalnya kurang
fleksiblenya pengelolaan TPST secara kelembagaan dan juga belum maksimalnya
pengelolaan keuangan serta kurangnya fasilitas yang maksimal sehingga pelayanam
masih belum mampu maksimal menangani persampahan di wilayahnya.
4. Berdasarkan hasil Analisa kelayakan pengelolaan sampah pada 3 kategori diperoleh
hasil sebagai berikut:
a) TPST Klaster Besar
Pada TPST Klaster Besar, Nilai NPV sebesar 8.753.013.489 dengan Nilai BCR
sebesar 1,748087886 dan IRR sebesar 42,80%. Sedangkan payback period dalam
klaster ini yakni selama 5 tahun. Berdasarkan hasil Analisa tersebut, maka
pengelolaan sampah pada klaster besar dikategorikan LAYAK.
7.2 SARAN
1. Pilihan alternatif yang diambil dalam pengelolaan TPST dan penanganan
persampahan di Kabdupaten Sidoarjo perlu mempertimbangkan berbagai aspek
yakni penyelesaian masalah persampahan yang melibatkan dan memberi dampak
pemberdayaan pula bagi masyarakat sekitar secara ekonomi. Pentingnya
keterlibatan masyarakat berperan dalam pengelolaan sampah diharapkan
berdampak pada meningkatnya kesadaran masyarakat atas pengelolaan sampah
yang sesuai dan tidak merusak lingkungan. Akhirnya, pengelolaan sampah akan
memadukan konsep socio-enviro economical entrpreneurship dimana penyelesaian
masalah terkait persampahan dalam rangka penyelamatan lingkungan dan juga
meningkatkan kapasitas ekonomi secara berkelanjutan.
2. Pilihan kelembagaan dan Kerjasama dalam pengelolaan TPST yang dapat dipilih
harus memberikan manfaat baik secara ekonomi, social dan penumbuhan iklim
Kerjasama yang positif kepada berbagai pihak yang bekerjasama.
3. Jika pilihan kelembagaan telah ditetapkan, maka harus dilakukan kajian tentang
SOP kerja sama, dituangkan dalam perjanjian kerja sama dan dilakukan penyusunan
kajian lebih lanjut tentang pelaksanaan operasionalnya.