Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN KRITIS

REFRENSI BACAAN

OLEH :

NI LUH AYU LISTYAWATI

17.321.2735

A11-B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN 2020
1. Pengertian Instalasi Rawat Intensif

Rawat intensif atau unit perawatan intensif adalag suatu unit perawatan di Ruumah Sakit
yang khusus mengelola pasien dalam kondisi kritis atau sakit berat, cedera dengan penyulit yang
mengancam jiwa, yang membutuhkan tenaga terlatih yang didukung oleh peralatan khusus.

Perawatan intensif merupakan perawatan yang diberikan kepada pasien dengan keadaan
yang membutuhkan pengawasan ketat yang dilengkapi dengan peralatan medis khusus untuk
membantu memulihkan kondisi pasien.
2. Perkembangan Perawatan Intensif

Sejarah pelayanan medis intensive di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an


menyusul setelah beberapa dokter Indonesia memperdalam secara khusus ilmu
kedokteran anesthesia demikian juga ilmu Intensive Care, para pelopor generasi pertama
adalah Prof. Dr. M kelan, DSAN, Prof. Dr. Muhardi Muhiman, DSAN. Yang
mengembangkan di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta, Prof. Dr. Kariadi DSAN,
mengembangkan di Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya dan Prof Dr. Haditopo,
DSAN di Rumah Sakit Dokter Kariyadi Semarang.
Dengan berjalan dan bergantinya waktu pelayanan intensive care di Indonesia
dengan sendirinya tidak lepas mengikuti perkembangan sejarah Intensive Care yang
terjadi secara umum di dunia.
Berkembang dan dibangunlah Unit-Unit Intensive Care di berbagai kota besar
lainnya seperti di Yogyakarta, Bandung, Medan, Makasar, Denpasar Malang, Solo dan
lain sebagainya. Saat ini bisa dikatakan hampir semua kota propinsi dan sebagian besar
kota kabupaten telah memiliki rumah saki yang dilengkapi dengan pelayanan Unit
Intensive Care.
Pada periode akhir tahun 1980-an adalah merupakan periode yang bisa dianggap
sebagai tonggak sejarah tersendiri, dimana beberapa dokter diataranya almarhum DR. Dr.
Iqbal Mustafa, DSAN, seorang anestesiolog dan juga Intensivist secara khusus memilih
hanya menekuni praktek medis intensive khususnya di rumah sakit Harapan Kita Jakarta
sekaligus meninggalkan praktek pembiusan yang lazim dilakukan dokter anesthesia pada
umumnya. DR. Dr. Iqbal Mustafa, DSAN kemudian diakui sebagai pakar di bidang
Intensive Care yang dihormati dan disegani di dunia. Pada saat ini bukan tidak mungkin
telah terdapat dokter KIC yang secara khusus hanya melakukan pelayanan medis
Intensive di ruang ICU, sebagai misal dr. Rudy SpAn KIC di RSCM Jakarta.
Pada akhir era dasa warsa 1990-an Di Indonesia telah dimulai sejarah baru dalam
kedokteran intensif dimana Indonesia telah mulai melakukan pendidikan Intensivist yang
berpusat di di Unit Intensive Care rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan didukung oleh
rumah sakit jejaring lainnya.  Dokter Rupii, SpAn. KIC.  adalah mahasiswa pendidikan
dokter Konsultan Iintensive Care pertama di Indonesia yang selanjutnya diikuti oleh
banyak dokter muda lainnya. Pendidikan dokter KIC diikuti bukan saja olek dokter
spesialis I anestesiologi tetapi oleh dokter umum dan spesialis I lainnya. Dokter-dokter
Intensivist / KIC muda inilah yang sekarang menjadi pionir pengembangan Intensive
Care Unit di rumah-sakit di berbagai wilayah kota di Indonesia.
Penuturan sejarah tersebut diatas tidak terlepas dari pengetahuan dan pemahaman
yang mungkin sangat terbatas, Sejarah bukan milik penulis oleh karena itu penulis sangat
terbuka terhadap kritik dan koreksi dari pembaca sekalian.
a. Pembangunan ICU di Indonesia
Membangun dan merintis Pelayanan Intensive Care di Indonesia bukan suatu
perkara yang mudah. baik itu di pusat kota ibu kota negara terlebih di kota-kota di
berbagai daerah di Indonesia. Hal ini bukan semata karena Unit ICU adalah unit
pelayanan yang mahal dan padat modal tetapi terlebih disebabkan oleh karena "budaya
pelayanan" yang harus dirubah disesuaikan dengan tuntutan pelayanan secara intensive,
demikian juga disebabkan oleh karena "interesan kepentingan" diantara para pelaku
pelayanan yang masih sangat kental dan tidak dapat dihindarkan.
Secara substansial beberapa hal yang membedakan antara pelayanan medis pada
umumnya di rumah sakit dibandingkan terhadap pelayanan medis Intensif di ruang ICU
adalah bahwa pelayanan medis intensive adalah cabang ilmu kedokteran tersendiri yang
memiliki falsafah, nilai-nilai serta pola fikir demikian juga prosedur-prosedur yang khas
dan berbeda sehingga melahirkan perilaku pelayanan medis maupun pelayanan lainnya
yang berbeda dari pelayanan medis umum lain di rumah sakit.
Keharusan bagi para dokter maupun perawat ICU untuk menempuh jenjang
pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan intensive adalah merupakan upaya
terpenting sebagai kompromi yang harus dilakukan oleh para pelaku pelayanan. Bukan
saja agar setiap pelaku pelayanan di ICU (dokter maupun perawat) menjadi lebih
kompeten ( pengetahuan ketrampilan dan attitude-nya ), tetapi agar setiap pelaku
pelaksana pelayanan kesehatan intensive di ruang ICU memiliki persepsi dan pemahaman
yang sama atau hampir sama perihal bagaimana pelayanan intensive di ICU akan
dilaksanakan.
Dokter ICU adalah "Intensivist" yaitu seorang dokter / dokter spesialis I yang
telah menyelesaikan jenjang pendidikan khusus di bidang IIlmu Kedokteran Intensive
Care. Bagaimana kalau tenaga dengan kualifikasi seperti tersebut diatas tidak ada.
Pelayanan medis intensive tetap bisa dilaksanakan !!!, dengan asumsi bahwa setiap
pelaku pelayanan khususnya dokter bersedia menajamkan pengetahuan dan
ketrampilannya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan seperti ACLS, ATLS. FCCS dan
atau sejenisnya serta bersedia melakukan evaluasi pengembangan diri melalui "kelompok
peer", mengikuti course / workshop / simposium di bidang ilmu dan pelayanan intensive
secara berkala agar ilmu dan ketrampilannya dapat berkembang sesuai perkembangan
ilmu kedokteran intensive.
Kesediaan dan kesadaran untuk membangun "Team Medis Intensive Care" tidak
boleh diabaikan, ini menyangkut kesadaran dan kesediaan untuk menempuh "jalan" untuk
berprestasi  secara bersama. Dalam hal ini Setiap dokter harus merelakan hak previlige
dokter menjadi agak dibatasi karena harus memberikan toleransi kepada pendapat lain
yang mungkin bisa sangat bertolak belakang. Disinilah persoalannya. Untuk itu maka
harus ada fihak yang dikedepankan untuk menjadi "pemimpin / memimpin" dan sebagian
besar lainnya adalah "anggota" tanpa harus berkurang dedikasi dan tanggung jawabnya.
Kesediaan Dokter meluangkan waktu untuk pelayanan medis intensive di ICU
menjadi persoalan lainnya.Penatalaksanaan pasien di ICU berbeda sama sekali dengan
penatalaksanaan pasien di "poliklinik" maupun di "general ward". Seorang intensivist
atau dokter lain yang diperlakukan sebagai intensivist harus bersedia meluangkan waktu
dan tenaganya untuk pelayanan di ICU, menunggui dan meluangkan waktu untuk
memantau perkembangan atas pengobatan / tindakan yang dilakukan sampai bersedia
datang setiap saat dipanggil dan diperlukan. Perilaku demikian tidak mudah bagi setiap
dokter untuk memenuhinya.
Membangun ICU adalah membangun kelompok kerja yang "dedicated"
mengungkap "konpleks misteri" yang akan selalu datang menghampiri memintakan
pertolongannya.
Kita semua mengetahui bahwa orang sakit yang memerlukan pertolongan ICU
adalah orang sakit yang mengalami penderitaan pada tingkat yang berat, mengenai
beberapa sistem organ vital dan mengancam keselamatan jiwanya. Bahkan sering kali
kompleksitas itu menggambarkan problema kompleksitas kehidupan sosial pada
umumnya. Saya mengambil contoh misalnya SARS / avian influenzae / flu babi yang
akhir-akhir ini muncul mengancam kehidupan kita. ini adalah salah satu contoh dimana
kompleksitas kehidupan kemudian juga secara langsung menjadi tantangan bagi
penyelenggaraan pelayanan ICU.

3. Perubahan Peralatan Medis


Perubahan alat medis pada rumah sakit tentu ada peningkatan kualitas maupun
kecanggihan alat medis yang digunakan, terlebih lagi untuk menunjang pemenuhan kebutuhan
pasien kritis yang harus mendapatkan perawatan intensif.

4. Peran dan fungsi perawat dalam perawatan intensif


Perawat critical care mempunyai berbagai peran formal, yaitu :
a. bedsite nurse  peran dasar dari keperawatan kritis. Hanya mrk yg selalu bersama ps 24 jam,
dalam 7 hari seminggu
b. pendidik critical care  mengedukasi pasien
c. case manager mempromosikan perawat yg sesuai dan tepat waktu
d. manager unit atau departemen (kepala bagian)  menjadi pengarah
e. perawat klinis spesialis  dapat membantu membuat rencana askep
f. perawat praktisi  mengelola terapi dan pengobatan.

Pada akhirnya perawat critical care mengkoordinkasikan dengan tim mengimplementasikan


rencana askep, memodif rencana sesuai kebutuhan dan respon pasien.

Link sumber bacaan :

https://sites.google.com/site/purnomodrspan/ diakses 28 September 2020


https://perdatinaceh.files.wordpress.com/2018/01/standar-pelayanan-keperawatan-icu-
depkes-ri-2006.pdf diakses 28 September 2020
https://www.google.co.id/amp/s/www.galena.co.id/q/apa-perbedaan-antara-perawatan-kritis-
dengan-perawatan-intensif.amp diakses 28 September 2020

https://rsudashari.pemalangkab.go.id/pelayanan/instalasi-perawatan-intensif.html diakses 28
September 2020

http://eprints.undip.ac.id/46236/2/Vanesa_Sefannya_22010111120013_Bab1.pdf diakses 28
September 2020

https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/www.fatrianoor.com/penerapan
-tele-icu-dalam-pelayanan-keperawatan- diakses 28 September 2020

https://www.slideshare.net/mobile/arfan14696/fasilitas-dan-peralatan-wajib-icu

https://sites.google.com/site/purnomodrspan/ diakses 28 September 2020

https://id.scribd.com/document/410423722/KEL-1-KEPERAWATAN-KRITIS-1-docx
diakses 28 September 2020

Anda mungkin juga menyukai