Anda di halaman 1dari 9

HIJAUAN MAKANAN TERNAK

SILASE

Oleh
GOLONGAN A
1. Fahmi Krisna Nur Santoso
2. Wahyuning Fauzia
3. Koko Dwi Prayitno
4. Fikri Abdillah Darmawan
5. Abidi Zaky Nurrahman
6. Ichwannul Al Islam
7. Alif Surya Raswito
8. Yunus Pratama Zaky
9. Lodovikus Tnomat
10. A Syaiful Ihza Mahendra F
11. Haris Fathur Rozi
12. Haris Fahmi Wahyudi
13. Putri Muidhatul Hasanah
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
Silase adalah proses pengawetan hijauan pakan segar dalam kondisi anaerob dengan
pembentukan atau penambahan asam. Asam yang terbentuk yaitu asamasam organik antara lain
laktat, asetat, dan butirat sebagai hasil fermentasi karbohidrat terlarut oleh bakteri sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan derajat keasaman (pH). Turunnya nilai pH, maka
pertumbuhan mikroorganisme pembusuk akan terhambat (Stefani et al., 2010). Kualitas silase
tergantung dari kecepatan fermentasi membentuk asam laktat, sehingga dalam pembuatan silase
terdapat beberapa bahan tambahan yang biasa diistilahkan sebagai additive silage. Macam-
macam additive silage seperti water soluble carbohydrat, bakteri asam laktat, garam, enzim, dan
asam. Penambahan bakteri asam laktat ataupun kombinasi dari beberapa additive silage
merupakan perlakuan yang sering dilakukan dalam pembuatan silase. Pemilihan bakteri asam
laktat sangat penting dalam proses fermetasi untuk menghasilkan silase yang berkualitas baik.
Proses 8 awal dalam fermentasi asam laktat adalah proses aerob, udara yang berasal dari
lingkungan atau pun yang berasal dari hijauan menjadikan reaksi aerob terjadi. Hasil reaksi
aerob yang terjadi pada fase awal fermentasi silase menghasilkan asam lemak volatile, yang
menjadikan pH turun (Stefani et al., 2010).

 Pengertian Silase
Silase adalah makanan ternak yang dihasilkan melalui proses fermentasi
hijauan pakan dengan kandungan air yang tinggi. Silase adalah pakan yang telah diawetkan
yang di proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta
bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar /kandungan air pada tingkat tertentu
kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang biasa disebut
dengan Silo, selama sekitartiga minggu.

 Tujuan pembuatan silase adalah

1). Memanfaatkan hijauan pada kondisi pertumbuhan yang tertinggi baik dari segi

kualitas maupun kuantitas,

2).Menyediakan hijauan pakan yang berkualitas tinggi bagi ternak ruminansia dan

3). Mempertahankan atau meningkatkan produksi Tempaeratur yang baik untuk silase

berkisar 27 C hingga 35 C pada temperature tersebut, kualitas silase yang dihasilkan sangat

baik. Kualitas tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yaitu: mempunyai tekstur segar,
berwarna kehijau-hijauan, tidak berbau busuk, disukai ternak, tidak berjamur, tidak

menggumpal.

 Respirasi

Sebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan oksigen,


maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk energi yang di butuhkan dalam aktivitas
normalnya. Respirasi ini merupakan konversi karbohidrat menjadi energi. Respirasi ini
di bermanfaat untuk menghabiskan oksigen yang terkandung, beberapa saat setelah
bahan di masukan dalam silo. Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat dan
menimbulkan panas, sehingga waktunya harus sangat di batasi, seperti reaksi dibawah ini :

Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku silase, dapat mengurangi kadar
karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan proses fermentasi. Pengurangan kadar
oksigen yang berada di dalam bahan baku silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yg
disebut dengan Silo, adalah cara terbaik meminimumkan masa respirasi ini.

 Fermentasi

Setelah kadar oksigen habis , maka proses fermentasi di mulai. Fermentasi


adalah menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase sampai dengan kadar pH dimana tidak
ada lagi organisme yang dapat hidup dan berfungsi di dalam silo. Penurunan kadar pH
ini dilakukan oleh lactic acid ( asam laktat ) yang di hasilkan oleh bakteri Lactobacillus.
Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan dia akan tumbuh dan
berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi.

Bakteri ini akan mengkonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan mengeluarkan
asam laktat. Bakteri ini akan terus memproduksi asam laktat dan menurunkan kadar pH di
dalam bahan baku silase sampai pada tahap kadar pH yang rendah, dimana tidak lagi
memungkinkan bakteri ini beraktivitas, sehingga silo berada pada keadaan stagnant, atau tidak
ada lagi perubahan yang terjadi, dan bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap.
Keadaan inilah yang di sebut keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam keadaan
tetap , yang disebut dengan menjadi awet. Pada keadaan ini maka silase dapat di simpan
bertahun-tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya
 Rumput gajah

merupakan keluarga rumput-rumputan (graminae) yang telah dikenal manfaatnya sebagai


pakan ternak pemamah biak (ruminansia) yang alamiah di Asia Tenggara. Rumput ini biasanya
dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya lalu diberikan langsung (cut and carry)
sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui
proses pengawetan pakan hijauan dengan cara silase dan hay. Di Indonesia, rumput gajah
merupakan tanaman hijauan utama pakan ternak.

Rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar
dalam, dan tinggi dengan rimpang yang pendek. Tinggi batang tanaman ini dapat
mencapai 2-4 meter (bahkan mencapai 6-7 meter), dengan

diameter batang dapat mencapai lebih dari 3 cm dan terdiri sampai 20 ruas /

buku.

Rumput gajah tumbuh berbentuk rumpun dengan lebar rumpun hingga 1 meter. Rumput
gajah mempunyai produksi bahan kering 40 ton/ ha/ thn, dengan kandungannya yaitu
protein kasar 13,5%, lemak 3,4%, NDF 64,28%, abu 15,8 %, Ca 0,13%, dan fosfor 0,37%.
Rumput gajah pada umur 43 hari sampai dengan 56 hari mengandung air 82,5 (%), protein 9,3
(%), lemak 2,1(%), serat kasar 32,9 (%), BETN 42,8 (%), Abu 15,2 (%), Ca 0,52 (%), dan
fosfor 0,31 (%). Rumput gajah merupakan salah satu dari banyak rumput tropis yang
digunakan sebagai silase. Faktor-faktor yang mendukung sehingga rumput gajah banyak
dikomsumsi oleh ternak ruminansia dan mempunyai palatabilitas yang cukup tinggi dan
mudah dikembangkan dengan waktu pemotongan berulang yang tidak terlalu lama, yaitu 4-5
minggu pada musim hujan dan 6-7 minggu pada musim kemarau.

 Stater (molases)

Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud bentuk cair.
Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Oleh
karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak
dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molasses memiliki kandungan protein
kasar 3,1%; serat kasar 0,6 %; BETN 83,5 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %. Kadar air
dalam cairan molasses yaitu 15 – 25 % dan cairan tersebut berwarna hitam serta berupa sirup
manis. Dalam pembuatan silase molases digunakan sebagai stater (aditif).
 Proses terbentukan sillage.

Perubahan-perubahan yag terjadi dalam proses pembentukan sillae dapat dibagi


menjadi 2, yakni proses respirasi dan proses fermentasi. Dalam proses respirasi, tanaman yang
dimasukkan kedalam silo secara physiologis masih aktif dan sel-selnya masihhidup.
Sel-sel ini masih bernafas dengan memanfaatkan oksigen yang ada disekitarnya.
Melalui glykolisis yang terjadi dalam sel maka persenyawaannya gula dipecah dengan cara
berikut:

C6 H12 O6 + O2 - 6 CO2 + 6H2O + 673 kalori. Timbulnya tenaga sebesar 673 calori

inilah yang menyebabkan meningkatnya teperatur di dalam silo (± 90 - 100 0 F). Reaksi- reasi
yang berlangsung dalam phase ini adalah tidak sempurna, sehingga terjadi hasil akhir yang
lain seperti asam asetat dan butitrat disamping CO2 dan panas. Disamping itu enzim
proteolitik dari tanaman juga aktif dimana beberapa protein di pecah menjadi beberapa asam
amino. Apabila oksigen dalam silo telah habis maka sel-sel tanaman akan mati, demikian
halnya bakteri aerob. Phase ini kira-kira memakan waktu 5-10 jam bila slo tidak bocor. Juga
disebut faseaerob.
Dalam proses fermentasi terdapat 4 phase yakni:

1. Phase ini sangat singkat, dimulai dengan aktifnya mikroorganisme anaerob. karena
turunnya pH akibat asam-asam yang dibentuknya
2. Phase ini adalah permulaan terbentuknya asam laktat oleh bakteri lactobacillus Organ ini
menyerang isi sel tanaman yang bercampur keluar dari sel karena dipotong-potong waktu
akan dimasukkan kedalam silo. Golongan bakteri yang aktif adalah bakteri colliform yang
dapat menghasilkan asam asetat dan butirat. Hidupnya sangat singkat, dimana bakteri ini
kemudian akan mati dan streptococus. Phase ini biasanya berakhir dalam waktu 3hari.
3. Phase ini merupakan phase istirahat, asam laktat terus terbentuk sampai maksimal dimana
jumlahnya dapat mencapai ± 3 -13% dari DM nya dan pH konstan sebesar4,0
4. Apabila pHnya tidak turun dibawah 4,2 atau apabila silo bocor sehingga udara luar masuk
ke dalam, maka organisme pembentuk asam butirat akan mengubah karbohidrat yang larut
(gula) dan asam laktat dibentuk terdahulu menjadi asam butirat. Timbulnya asam butirat
yang berlebihan menunjukkan bahwa sillage menjdi rusak. Disini protein juga dipecah lagi
dengan deaminasi. Hal ini dapat terjadi pada hari 17-21 setelah silo diisi. Keempat phase
dalam proses fermentasi ini juga disebut dengan phase anaerob, dan seluruh proses
pembentukan sillage akan berlangsung ± 21 hari (3minggu).
 Kadar air

Kadar air adalah faktor yang sangat kritis dalam pembuatan silase, Kurang atau terlalu
banyak air akan menyebabkan silase yang dihasilkan kurang baik atau rusak. Apabila kadar
air tanaman yang dijadikan silase terlalu tinggi diatas 70% maka nutrien akan banyak yang
hilang karena difermentasi oleh bakteri yang tidak diinginkan seperti bakteri colli dan yang
lainnya. Disamping itu akan menghalangi kecepatan pembentukan asam. Terbentuknya
asam sangat lambat sehingga memungkinkan aktivitas bakteri pembusuk. Apabila kadar
airnya terlalu rendah akan menyebabkan tekanan asmose dari sel-sel tanaman makin tinggi
sehingga kesanggupan bakteri tertentu untuk menyerang akan lebih sukar. Oleh karena ini
maka aktivitas bakteri pembentuk asam khususnya bakteri pembentuk asam susu
(lactobacillus) terhalang yang mana mengkibatkan dimungkinkannya aktivitas bakteri-
bakteri yang tak dikehendaki. Keadaan ini juga merangsang tumbuhnya kapang.

Suatu cara praktis untuk memperhatikan cukup/tidaknya kadar air tanaman yang
dijadikan sillage adalah dengan “Grab test” (squeeze method). Caranya adalah dengan
memeras di tangan selama 30 detik potongan-potongan hijauan yang dibuat sillage.
Kemudian setelah 30 detik gemgaman tangan dilepaskan, maka hijauan yang diperas akan
berbentu bola. Apabila bola ini tidak mengembang dan waktu diperas mengeluarkan
banyak cairan maka kadar airnya sekitar 75 %. Apabila bola ini tidak mengembang dan
terentuk sedikit cairan maka kadar airnya antara 70-75%. Apabia bola ini mengembang
perlahan-lahan dan tidak ada cairan bebas maka kadar airnya sekitar 60-70%. Dan apabila
ini mengembang dengan cepat maka kadar airnya lebih rendah dari 60%.

Kadar bahan kering yang optimal agar tanaman dapat menghasilkan sillase yang baik
adalah antara 28-42% (atau kadar airnya antara 58- 72%). Di bawah kadar air 58 % tidak
baik, demikian pula di atas 72 % juga tidakbaik.

 Besar kecilnya bahan sillage.

Bahan yang dijadikan sillage seharusnya dipotong kecil-kecil 1 cm. Dengan potongan
yang kecil-kecl, akan memudahkan bakteri menyerang. Dengan demikian maka fermentasi
akan terjadi lebih cepat, pembentukan asam juga lebih cepat dan bakteri yang tidak
dikehendaki lebih cepat matinya. Disamping itu bahan ini akan lebih mudah dimampatkan
untuk mengusir udaranya, sudut-sudut ruangan dapat diisi, sehingga jumlah sillage yang
dihasilkan akan lebih banyak pula.

Anda mungkin juga menyukai