Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

CA LIDAH

DOSEN PENGAMPU : Luluk Nuraini, S.Kep., Ns., M.kep

Disusun Oleh:

Kelompok 3:

1. Ermingleng Mardia Sorpay


2. Ngestining Yekti Agung
3. Ragilia Sekar Merah Saraswati

Kelas : Proxima Sentauri

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

JL. Panji Suroso No.6 Kel. Polowijen, Kec. Blimbing Kota Malang

Telp.(0341) 488762 , Email : stikeskendedesmalang@gmail.com


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, Penulis
dapat menyesuaikan Makalah CA Lidah. Makalah ini telah Saya selesaikan dengan maksimal
berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Saya sampaikan banyak
terimakasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendaha hati, Saya selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa Saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Malang, 25 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul Luar (cover)

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1

1.3 Tujuan................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1 Definisi ............................................................................................. 3

2.2 Etiologi ............................................................................................. 3

2.3Pathway............................................................................................... 4

24 Patofisiologi .......................................................................................4

2.5 Manifestasi Klinis............................................................................. 6

2.6 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 7

2.7 Penatalaksanaan ............................................................................... 8

2.8 Komplikasi ....................................................................................... 12

2.9 Prognosis .......................................................................................... 12

2.10 Diagnosa Keperawatan ................................................................... 13

2.11 Intervensi ........................................................................................ 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Karsinoma lidah adalah tumor agresif dengan prognosis buruk. Dalam
onkologi sel skuamosa kanker kepala dan leher sering dianggap bersama-sama karena
mereka berbagi banyak kesamaan - di kejadian, jenis kanker, faktor  predisposisi, fitur
patologis, pengobatan dan prognosis. Sampai dengan 30% dari  pasien dengan satu
kepala primer dan tumor leher akan memiliki rongga mulut kedua primer malignancy.
Rongga mulut terdiri dari dua bagian: bagian depan-yang merupakan ruang antara
bibir dan pipi dan gigi dan gusi, dan mulut yang tepat-yang  bersifat internal ke gigi.
Rongga mulut mengacu pada seluruh isi bidang ini - termasuk pipi, gusi, lidah, gigi,
dan langit-langit. Fungsi daerah ini termasuk konsumsi dan fase pertama dari
pencernaan makanan (kerusakan mekanis oleh gigi melalui mengunyah), rasa,
respirasi dan fungsi pidato (gerakan rongga mulut dan komponennya bentuk suara
yang dihasilkan oleh laring dalam kata-kata). Lidah adalah organ berupa otot yang
saat istirahat, mengisi sebagian besar rongga mulut. Ini memiliki banyak peran
termasuk rasa, mengunyah (pengunyahan), menelan (deglutition), berbicara dan
membersihkan rongga mulut. Peran utama adalah untuk mendorong bolus makanan
ke belakang dan ke faring untuk memulai menelan dan membentuk kata-kata untuk
mengaktifkan komunikasi. Ini muncul dari lantai mulut, sebagian di orofaring, dan
terdiri dari otot tertutup oleh selaput lendir.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini adalah?
1. Apa definisi kanker lidah?
2. Apa etiologi terjadinya kanker lidah?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya kanker lidah?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada kanker lidah?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada kanker lidah?
6. Apa saja penatalaksanaan pada kanker lidah?
7. Bagaimana asuhan keperwatan pada klien dengan kanker lidah?

1
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan makalah ini adalah untuk
1. Mengetahui defini kanker lidah 2.
2. Memahami etiologi terjadinya kaker lidah 3.
3. Memahami patofisiologi terjadinya kanker lidah 4.
4. Mengetahui manifestasi klinis pada kanker lidah 5.
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada kanker lidah 6.
6. Memahami apa saja penatalaksanaan pada kanker lidah 7.
7. Memahami asuhan keperwatan pada klien dengan kanker lidah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Tumor ganas lidah adalah keganasan yang terdapat pada lidah. Bentuk yang
paling banyak ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa lidah. Karsinoma sel
skuamosa lidah merupakan salah satu bentuk karsinoma rongga mulut yang
mempunyai presentase paling banyak dari seluruh keganasan rongga mulut (90-97%).
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi dasar mulut, kadang-kadang meluas
ke arah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van deVelde,1999).
Tumor lidah adalah karsinoma sel skuamosa yang muncul dari lapisan yang menutupi
otot-otot lidah. Sebuah tumor ganas yang timbul dari epitel yang menutupi lidah.
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng
berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker ganas ini
dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase
secara limfogen dan hematogen. Jadi dapat disimpulkan tumor lidah adalah suatu
tumor yang terjadi pada  permukaan dasar mulut yang timbul dari epitel yang
menutupi lidah.
Angka kejadian kanker lidah ini relatif umum, dengan 3% dari seluruh
penyakit berbahaya yang timbul dalam rongga mulut. Kanker Lidah lebih umum dari
semua jenis kanker rongga mulut kecuali orang-orang dari bibir dan terjadi dengan
bertambahnya usia. Hal ini jarang terjadi sebelum usia 40 dan insiden tertinggi
penyakit ini dalam dekade-dekade 6 dan 7 dengan perbandingan pria dan wanita 3 : 1.
Secara geografis, tumor ditemukan di seluruh dunia, tetapi ada variasi yang signifikan
dalam insiden. Penyakit ini terjadi dengan kejadian tertinggi pada  populasi India

2.2 ETIOLOGI
Faktor risiko untuk pengembangan dasar karsinoma lidah termasuk alkohol
kronis dan penggunaan tembakau, lanjut usia, lokasi geografis, dan sejarah keluarga
atas kanker saluran aerodigestive. Paparan Lingkungan untuk polisiklik hidrokarbon
aromatik, asbes, dan asap pengelasan dapat meningkatkan resiko kanker faring.
Kekurangan gizi dan agen infeksi (terutama papillomavirus dan jamur) juga mungkin
memainkan peran penting.

3
2.3 PATHWAY

2.4 PATOFISIOLOGI
Unsur-unsur penyebab kanker (onkogen) dapat digolongkan ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu energi radiasi, senyawa kimia dan virus
1. Energi radiasi
Sinar ultraviolet, sinar-x dan sinar gamma merupakan unsur mutagenik dan
karsinogenik. Radiasi ultraviolet dapat menyebabkan terbentuknya dimmer
pirimidin. Kerusakan pada DNA diperkirakan menjadi mekanisme dasar
timbulnya karsinogenisitas akibat energi radiasi. Selain itu, sinar radiasi
menyebabkan terbentuknya radikal bebas di dalam jaringan. Radikal bebas yang
terbentuk dapat berinteraksi dengan DNA dan makromolekul lainnya sehingga
terjadi kerusakan molecular.
2. Senyawa kimia
Sejumlah besar senyawa kimia bersifat karsinogenik. Kontak dengan
senyawa kimia dapat terjadi akibat pekerjaan seseorang, makanan, atau gaya
hidup. Adanya interaksi senyawa kimia karsinogen dengan DNA dapat
mengakibatkan kerusakan pada DNA. Kerusakan ini ada yang masih dapat
diperbaiki dan ada yang tidak. Kerusakan pada DNA yang tidak dapat diperbaiki
dianggap sebagai penyebab timbulnya proses karsinogenesis.
3. Virus

4
Virus onkogenik mengandung DNA atau RNA sebagai genomnya. Adanya
infeksi virus pada suatu sel dapat mengakibatkan transformasi maligna, hanya
saja bagaiamana protein virus dapat menyebabkan transformasi masih belum
diketahui secara pasti. Berdasarkan beberapa penelitian, DNA merupakan
makromolekul yang penting dalam proses karsinogenesis, hal ini didasari dari:
a. Sel kanker memproduksi sel kanker, dimana adanya perubahan esensial
yang menyebabkan timbulnya sel kanker diteruskan dari sel induk kepada
sel turunan, berhubungan dengan peranan DNA.  
b. Adanya karsinogen akan merusak DNA, sehingga menyebabkan mutasi
pada DNA.
c. Banyak sel tumor yang memperlihatkan kromosom yang abnormal. d.
d. DNA sel kanker dapat menyebabkan transformasi sel normal menjadi sel
kanker.
Rokok telah terbukti sebagai karsinogen pada percobaan terhadap
binatang karena mengandung banyak radikal bebas dan epoxides yang berbahaya.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh rokok berupa perubahan mukosa saluran
aerodigestivus. Hal ini berhubungan dengan kerusakan gen p53, dimana jika
terjadi mutasi, hilang atau rusaknya gen p53 maka resiko untuk terjadinya kanker
akibat rokok akan meningkat. Peningkatan angka kejadian keganasan
berhubungan erat dengan penggunaan alkohol dan rokok. Resiko untuk terjadinya
kanker kepala dan leher pada orang perokok dan peminum alkohol 17 kali lebih
besar daripada yang tidak perokok atau peminum alkohol.

Menurut Hanh dkk, terdapat 6 faktor yang menyebabkan perkembangan untuk


sel:
1. Berproliferasi autonom.
2. Menghambat sinyal growth inhibition
3. Kemampuan menghindari apoptosis
4. Immortal
5. Angiogenesis
6. Menginvasi jaringan lain dan metastasis
Patogenesis tumor ganas merupakan proses yang biasanya memakan
waktu yang cukup lama. Pada tahap awal terjadi inisiasi karena ada inisiator yang
memulai pertumbuhan sel yang abnormal. Inisiator ini dibawa oleh zat

5
karsinogenik. Bersamaan dengan atau setelah inisiasi, terjadi promosi yang dipicu
oleh promoter sehingga terbentuk sel yang polimorfis dan anaplastik. Selanjutnya
terjadi progresi yang ditandai dengan invasi sel-sel ganas ke membrane  basalis.
Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat
ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya
transformasi sel akibat paparan onkogen. Kerusakan pada DNA meliputi
hilangnya atau bertambahnya kromosom, penyusunan ulang kromosom, dan
penghapusan kode kromosom. Penghapusan atau penggandaan bagian-bagian
kromosom memungkinkan untuk ditempati oleh onkogen atau gen supresor
tumor. Sedangkan penyusunan ulang kromosom dapat berubah menjadi aktivasi
karsinogenik. Perubahan genetik pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher
belum diketahui secara pasti. Califano dkk mengemukakan hilangnya kromosom
9p21 atau 3p menyebabkan perubahan dini pada mukosa kepala dan leher
sehingga mengakibatkan munculnya karsinoma sel skuamosa. Namun, teori lain
menyatakan bahwa hilangnya kromosom 17p pada gen supresor tumor juga turut
berperan tethadap keganasan kepala dan leher. Selain itu, hilangnya kromosom
3p21 men yebabkan perubahan hyperplasia dan displasia, sedangkan hilangnya
kromosom 6p, 8p, 11q, 14q, dan 4q26-28 menyebabkan terjadinya invasi ke
jaringan sekitar.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Gejala-gejala kanker lidah antara lain adalah timbulnya ulkus (luka) seperti
sariawan yang tidak sembuh dengan pengobatan adekuat, mudah berdarah, bagian
tengah ulkus relatif lembut dan mudah berdarah. Perdarahan terjadi ketika tekanan
diberikan pada tempat kanker, saat mengunyah, minum atau menelan. Fokus kanker
adalah sangat lembut dan tidak tahan tekanan dalam bentuk apapun, sehingga
mengakibatkan pendarahan. Perdarahan merupakan indikasi penting dan gejala
kanker lidah. Sakit tenggorokan terus-menerus adalah gejala kanker lidah yang utama
dan sering terjadinya mati rasa di lidah dan mulut. Selain itu, perubahan suara, lidah
kaku dengan gerakan berkurang, dan bau mulut adalah gejala kanker lidah lain yang
terkait serta benjolan di bagian belakang tenggorokan, pembesaran kelenjar getah
bening leher, yang tak dapat dijelaskan dan penurunan berat badan yang berlebihan.
Pasien juga mengeluh kesulitan dalam membuka mulut dan adanya massa di leher.

6
Pada stadium dini, kanker lidah tidak menimbulkan nyeri dan biasanya
ditemukan pada pemeriksaan rutin pada gigi dan mulut. Kanker biasanya timbul di
bagian pinggir lidah, hampir tidak pernah ditemukan kanker pada pangkal lidah
kecuali pada seseorang yang pernah menderita sinus yang tidak pernah mendapatkan
pengobatan selama beberapa tahun. Karsinoma sel skuamosa pada sel lidah seringkali
tampak seperti luka terbuka (borok) dan cenderung tumbuh ke dalam jaringan di
bawahnya. Bintik kecoklatan mendatar seperti bercak sering ditemukan pada perokok
yaitu di sisi biasanya rokok atau pipa diletakkan pada  bibir.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Biopsi langsung
Merupakan metode baku untuk memperoleh jaringan dari lesi dirongga mulut
dan orofaring
2. Sitologi
Pemeriksaan sitologi eksfoliatifa dari spesimen kerokan atau inprint dari
tumor  primer dikerjakan pada lesi yang berupa bercak/superficial. Bila
hasilnya :
• Klas I - III : lakukan ulangan sitologi 3 bulan lagi.Bila 2x ulangan sitologi
tetap klas I- III maka perlu dibiopsi
• Klas IV - V : lakukan biopsy
3. Panendoskopi
Dilakukan untuk menentukan perluasan lesi yang besar dan terletak disebelah
posterior dan untuk menyingkirkan adanya tumor primer simultan.
4. Ultrasound yaitu dipakai untuk menilai massa superficial.
5. CT Scan dan Megnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk lesi
lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan menunjukkan
apakah terdapat metastase atau tidak.(Charlene J. Reeves, 2001, hal: 133) 6.
6. Biru toluidine Sebuah zat pewarna yang dibubuhkan in situ´ sebagai salah satu
cara diagnostik tambahan dalam mendeteksi karsinoma sel skuamosa yang
akan memberi warna  biru pada sel kanker. Jaringan normal tidak mengisap
warna, sedang lesi pra-ganas atau non neoplasma tidak konstan mengisap
warna. Menurut Mashberg tehnik memberi warna rongga mulut sebagai
berikut:
a. Kumur dengan larutan asam asetat 1% : 20 detik

7
b. Kumur dengan air : 20 detik, 2 x
c. Kumur dengan larutan toluidine blue 1% : 5-10 cc
d. Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1% : 1 menit
e. Kumur dengan air.
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian, pemeriksaan ini
memiliki sensitivitas dan spesifisitas sebesar 90%. Adapun larutan toluidine
biru terdiri dari :
a. Toluidine chlorida : 1 gr
b. Asam asetat : 10 cc
c. Alkohol absolut : 4,2 cc
d. Aquadest: 100 cc
7. PET (Positron Emission Tomography)
Pemeriksan imaging dengan PET Pemeriksaan Positron Emission
Tomography menggunakan tirosin sebagai tracer memiliki sensitivitas dan
spesifisitas cukup tinggi untuk karsinoma.Pemeriksaan ini dapat mendeteksi
tumor <4mm. Untuk staging memiliki sensitivitas 71% dan spesifisitas 99%,
sedangkan untuk dteksi kekambuhan memiliki sensitivias 92% dan spesifisitas
81%

2.7 PENATALAKSANAAN
Penanganan kanker lidah ini sebaiknya dilakukan secara multidisipliner yang
melibatkan beberapa bidang spesialis yaitu:
 oncologic surgeon
 plastic & reconstructive surgeon
 radiation oncologist
 medical oncologist
 dentists
 rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker lidah ini ialah
eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek kosmetik
/penampilan penderita. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan
macam terapi ialah :
a. Umur penderita  

8
b. Keadaan umum penderita
c. Fasilitas yang tersedia
d. Kemampuan dokternya
e. Pilihan penderita
Penatalaksanaan pasien tumor ganas lidah dilakukan dengan operasi, radiasi,
kemoterapi, atau kombinasi dua atau ketiganya, tergantung dari jenis tumor dan
durasinya. Keputusan tentang tindakan terbaik yang dapat dilakukan harus dibuat oleh
seseorang yang mempunyai keahlian khusus tentang keganasan leher dan kepala.
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat
memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi saja
pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi daripada tindakan operasi.
Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan hasil yang
paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi sebelum
tindakan operasi dapat diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3,T4).
Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal, tumor yang eksofitik
dengan ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang endofitik dengan
ukuran besar. Peran kemoterapi pada penanganan kanker lidah masih belum banyak,
dalam tahap penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant pre-operatif
atau adjuvan post- operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikro metastasis.
Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut dianjurkan seperti
berikut:
T1,2 : eksisi luas atau radioterapi
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Untuk tumor lidah T3 dan T4, penanganan N0 dapat dilakukan deseksi leher
selektif atau radioterapi regional pasca bedah. Sedangkan N1 yang didapatkan pada
setiap T harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila memungkinkan, eksisi luas tumor
primer dan deseksi leher tersebut harus dilakukan secara en-block. Pemberian
radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil dari pemeriksaan patologis
metastase pada kelenjar getah bening tersebut (jumlah kelenjar getah bening yang
positif metastase, penembusan kapsul kelenjar getah bening/ ektra kelenjar getah
bening).
A. Terapi Kuratif
Terapi kuratif diberikan pada tumor lidah stadium I, II, dan III.
1. Terapi utama

9
Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang
masing- masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi
operasi dan radioterapi pasca bedah. Pada terapi kuratif haruslah
diperhatikan:
a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadi
kuratif.  
b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap
baik.
c) Kosmetis cukup dapat diterima
2. Operasi
Indikasi operasi:
 Kasus operable
 Umur relatif muda
 Keadaan umum baik
 Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat
3. Radioterapi
Indikasi radioterapi :
 Kasus inoperable
 T1,2 tempat tertentu
 Kanker pangkal lidah
 Umur relatif tua
 Menolak operasi
 Ada ko-morbiditas yang berat 4.
4. Terapi tambahan
a) Radioterapi
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya
operasi
1. Radioterapi pasca-bedah. Diberikan pada T3 dan T4a setelah
operasi, kasus yang tidak dapat dikerjakan eksisi radikal,
radikalitasnya diragukan, atau terjadi kontaminasi lapangan
operasi oleh sel kanker. 2)

10
2. Radioterapi pra-bedah. Diberikan pada kasus yang
operabilitasnya diragukan atau yang inoperabel
b) Operasi
Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi yang
setelah radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah
radioterapi.
c) Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan
operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif
setelah operasi dan atau radioterapi.
d) Terapi Komplikasi
Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit,
tetapi dapat terjadi komplikasi karena terapi. Terapinya tergantung
dari komplikasi yang ada, misalnya:
 Nyeri: analgetika
 Infeksi: antibiotika
 Anemia: hematinic
5. Terapi Paliatif
erapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita dan
mengurangi keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak dapat
disembuhkan lagi. Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker lidah yang
a. Stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh B.
b. Terdapat ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek
c. Terapi kuratif gagal D.
d.  Usia sangat lanjut, Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain
1) Loko regional :
 Ulkus di mulut/leher
 Nyeri
 Sukar makan, minum, menelan
 Mulut berbau
 Anoreksia
 Fistula oro-kutan
2) Sistemik:

11
 Nyeri
 Sesak nafas
 Sukar bicara
 Batuk – batuk
 Badan mengurus
 Badan lemah

2.8 KOMPLIKASI
Tumor ganas pada lidah yang tidak ditangani segera akan melakukan
penyebaran ke jaringan di dalam rongga mulut dan leher yang lebih dalam.
Akhirnya, menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya. Pada tingkat lanjutan
ini, penderita akan mengalami komplikasi akibat dari penyebaran itu. Komplikasi-
komplikasi yang bisa timbul antara lain:
1. Perdarahan
2. Sumbatan jalan nafas
3. Gangguan fonasi suara
4. Glossitis
5. Penurunan berat badan akibat kurangnya nafsu makan

2.9 PROGNOSIS
Seperti pada kasus-kasus tumor lainnya, deteksi dini dan pengobatan yang
tepat serta adekuat menunjukkan prognosis yang baik. Namun ada beberapa faktor
yang bisa mempengaruhi prognosis yaitu :
1. Ukuran massa tumor. Ukuran yang kecil dari massa bisa dieksisi dan ditangani
dengan mudah justru menurunkan angka kematian berbanding massa yang lebih
besar.
2. Metastasis Tumor ganas lidah menyebar ke organ-organ sekitar seperti mulut,
tenggorokan, leher, mandibula, dan kelenjar getah bening dengan cepat jika
tidak sekitar segera ditangani. Akibatnya, gejala-gejala lain akan timbul dari
komplikasi tersebut. Penderita dengan keadaan ini menunjukkan prognosis yang
buruk.

12
3. Gaya hidup. Mengkonsumsi alkohol dan merokok merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya tumor ganas pada lidah. Kebiasaan mengambil
bahan-bahan ini dalam kehidupan sehari-hari memperburuk prognosis penyakit

2.10 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari
pembedahan reseksi.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral
3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan neurology
dan kemampuan menelan.
5. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan

2.11 INTERVENSI
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, pembedahan reseksi.
Tujuan : Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi
KH : Klien mengatakan nyeri berkurang sampai dengan hilang, Nadi 60 – 90
x/menit, klien merasa nyaman, tenang, dan rileks
Intervensi :
a) Kaji letak dan karakteristik nyeri.
Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri.  
b) Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling
nyaman.
Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri.
c) Observasi nyeri berkurang atau tidak.
Rasional : Mengetahui skala nyeri saat ini.
d) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi (teknik penggurang rasa nyeri
non farmakologi).
Rasional : Mengurangi rasa nyeri.
e) Diskusikan dengan keluarga tentang nyeri yang dialami klien.
Rasional : Keluarga berpartisipasi dalam pengobatan
f) Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri

13
Dx 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil : BB dalam batas normal, nafsu makan meningkat, tidak
mual/muntah
Intervensi :
a) Timbang BB tiap hari.
Rasional : untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan
mengetahui tingkat perubahan.  
b) Diet makanan yang lunak (mis: bubur).
Rasional : untuk membantu perbaikan absorbsi usus.
c) Anjurkan klien untuk makan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional : Keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan.
d) Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional : Untuk memenuhi asupan makanan.
e) Berikan diet tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa.
Rasional : untuk memenuh kecukupa nutrisi klien
f) Kolaboration pemberian obat antipiretik.
Rasional : untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan
muntah

Dx 3: Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit Tujuan : Suhu


tubuh dalam batas normal.
KH : suhu tubuh dalam batas normal, badan tidak terasa panas
Intervensi :
a) Kaji suhu dan tanda- tanda vital
Rasional : Memantau perubahan suhu tubuh
b) Pantau suhu klien, perhatikan menggigil.
Rasional : Suhu 38-41,1’C menunjukan proses penyakit infeksius.
c) Berikan kompres air hangat.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.
d) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Mempertahankan intake.

14
e) Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
Rasional : Menurunkan suhu tubuh
f) Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
hipotalamus

Dx 4: Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan


neurologi dan kemampuan menelan.
Tujuan : tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal.
Kriteria hasil : komunikasi lancar.
Intervensi :
a) Kaji kemampuan komunikasi klien.
Rasional : Mengetahui kemampuan komunikasi klien.  
b) Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika
klien tidak dapat berkomunikasi verbal
Rasional : Membantu dalam berkomunikasi.
c) Responsif terhadap bel panggilan dari klien
Rasional : Menjaga kepercayaan dari pasien

Dx 5: Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau


pengobatan.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, color, dolor, tumor
dan fungsion laesa), TTV dalam batas normal.
Intervensi :
a) Monitor TTV.
Rasional : Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadi infeksi
b) Kaji luka pada daerah tumor
Rasional : Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya
pus.
c) Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik
rawat luka dengan antisep dan antiseptic.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organisme
infeksius.

15
d) Kolaborasi pemberian antibiotic.
Rasional : Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi

BAB III

PENUTUP

16
3.1 KESIMPULAN
Tumor ganas lidah adalah keganasan yang terdapat pada lidah. Bentuk yang
paling  banyak ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa lidah. Karsinoma sel
skuamosa lidah merupakan salah satu bentuk karsinoma rongga mulut yang
mempunyai presentase paling  banyak dari seluruh keganasan rongga mulut. Hal ini
jarang terjadi sebelum usia 40 dan insiden tertinggi penyakit ini dalam dekade-
dekade 6 dan 7 dengan perbandingan pria dan wanita 3:1. Faktor risiko untuk
pengembangan dasar karsinoma lidah termasuk alkohol kronis dan penggunaan
tembakau, usia lebih tua, lokasi geografis, dan sejarah keluarga atas kanker saluran
aerodigestive. Gejala-gejala kanker lidah antara lain adalah timbulnya ulkus (luka)
seperti sariawan yang tidak sembuh dengan pengobatan adekuat, mudah berdarah
Bagian tengah ulkus relatif lembut dan mudah berdarah. Perdarahan terjadi ketika
tekanan diberikan pada tempat kanker, saat mengunyah, minum atau menelan.
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan hasil biopsi histopatologi jaringan lidah.
Penanganan kanker lidah ini sebaiknya dilakukan secara multidisipliner. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker lidah ini ialah eradikasi dari tumor,
pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek kosmetik /penampilan penderita.
Tumor ganas pada lidah yang tidak ditangani segera akan melakukan penyebaran ke
jaringan di dalam rongga mulut dan leher yang lebih dalam. Akhirnya, menyebar ke
kelenjar getah bening di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

17
Baughman, Diane C. dkk. 2000.Buku saku Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
http://www.bingkaiberita.com/kanker-lidah-faktor-gejala-dan-cara-pengobatan/
http://www.vemale.com/kesehatan/19927-waspada-kanker-lidah-kenali-gejalanya.html
http://www.deherba.com/kenali-gejala-kanker-lidah.html#ixzz2loEVxgPQ
Yohannes, S. Tongue Carcinoma. Available from: www.emedicine.com Last update 10 Sep
2010.
ADAM, George L. 1997. Buku ajar penyakit THT . Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R. 2004. Neoplasma dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC
Murray, K Robert. 1999.  Kanker, Gen Kanker dan Faktor Pertumbuhan dalam
Biokimia Harper . Edisi 24. Jakarta. EGC

18

Anda mungkin juga menyukai