Anda di halaman 1dari 35

BAB 6

KEGIATAN REALISASI PROYEK BISNIS

6.1 Laporan Kegiatan Peluncuran Bisnis


Mirinae telah resmi berjualan sejak 10 April 2018 melalui media Instagram dan
didominasi oleh penjualan personal. Mirinae mengalami kehabisan stok pada
tanggal 16 April 2018, sehingga terpaksa menerapkan sistem pre-order untuk
meningkatkan hype konsumen dan sebagai mitigasi sembari menunggu produksi
dari pemasok. Produk diterima oleh kelompok pada tanggal 9 Mei 2018, namun
sebagian besar produk diretur karena tidak lolos kontrol kualitas. Produk yang
telah memiliki kualitas baik langsung diberikan kepada 37 konsumen yang telah
melakukan pre-order.

Perusahaan juga telah melakukan kerja sama dan memasukkan produk di tujuh
toko konsinyasi, yaitu Mom n Jo Bumi Serpong Damai, Mom n Jo Gading Serpong,
UC Yoga Villa Melati Mas, Etoile Dance Center Gading Serpong, Jewel Beauty Alam
Sutera, Anton Salon Gading Serpong, dan Carin Align Yoga School Villa Melati Mas.

Seiring dengan berjalannya bisnis, perusahaan terus mencari pengetahuan


khususnya coaching advice dari praktisi ataupun profesional di bidang beauty and
personal care. Salah satunya adalah Lasty Devira Kesdu, CRM Manajer di PT Duta
Intidaya, Tbk (Watsons Indonesia) yang memiliki latar belakang karir di
perusahaan-perusahaan besar, seperti Kanmo Retail Group dan Nestle. Lasty
melihat keterbatasan modal merupakan tantangan dalam bersaing di pasar FMCG.
Ia menyarankan untuk membuat konten yang very engaging and powerful dalam
media sosial. Konten media sosial harus relevan dengan target pasar yang dituju
dan menjadi “hooked” yang akan selalu diingat oleh konsumen (top of mind).
Konten harus cepat mengikuti tren pasar, sehingga dapat menjadi viral terutama
dengan bantuan word of mouth.

282
Lasty juga menyarankan melakukan partnership dengan perusahaan ternama
untuk memperoleh exposure yang besar di pasar. Aktivitas yang berujung pada
pembelian harus dilakukan, tetapi dengan mengetahui terlebih dahulu berapa
cost per acquisition-nya. Kemudian, jika ingin memasukkan produk ke toko farmasi
atau retail, seperti Watson, Guardian, dan Aeon, perusahaan harus siap dengan
biaya listing dan aktivitas pemasaran lainya, karena akan menjadi percuma jika
produk hanya diletakkan saja tanpa melakukan apa-apa. Oleh karena itu, Lasty
tidak merekomendasikan untuk memasuki retail jika belum sanggup. Sebaiknya,
produk dijual melalui media daring terlebih dahulu dan mengikuti acara/ bazar
untuk meningkatkan brand awareness dan engaged the customer first. Oleh sebab
itu, Mirinae tidak menyasar distribusi retail dalam jangka waktu satu tahun
mendatang karena ingin membangun konsumen terlebih dahulu dan mengurus
BPOM. Hingga 10 Juli 2018, Mirinae telah berjalan selama tiga bulan dengan total
penjualan mencapai 267 botol.

Tabel 6.1.1 Saran Rekomendasi Peluncuran Bisnis

Saran dan Rekomendasi Aksi yang Dilakukan

Membuat konten sosial media yang Membuat konten Instagram dan situs web yang menarik
very enganging and powerful agar serta membuat Instagram story mengenai peringatan hari-
menjadi top of mind pasar sasaran. hari besar.

Mengikuti tren pasar untuk Tren perawatan dari Korea yang sedang viral dibicarakan,
mendapatkan word of mouth. sehingga Mirinae membuat konten dengan Korean style.

Menjalin kerja sama dengan partner Belum bisa dilakukan karena keterbatasan modal kelompok.
ternama. Namun, Mirinae menjalin kerja sama dengan berbagai toko
konsinyasi dan komunitas.

Memperbanyak activity lead to trials Melakukan promosi gratis jasa pengiriman dengan minimal
dengan memperhitungkan cost per pembelian produk.
acquisitionnya.

Menggunakan media daring sebagai Menggencarkan pemasaran media online seperti memasuki
sarana utama pemasaran dan e-commerce, situs web, media sosial, dan tidak memasukkan
mengikuti acara/ bazar untuk produk ke dalam retail store dahulu.
mendapatkan exposure pasar terlebih
dahulu sebelum masuk retail.
Sumber: Mirinae (2018)

283
6.2 Analisis dan Gap Rencana dan Realisasi Pemasaran
Target penjualan selama 90 hari launching adalah sebesar 350 produk. Hingga 10
Juli 2018, Mirinae telah berhasil menjual sebanyak 267 produk. Penjualan produk
sebanyak 89 persen berasal dari reseller yang telah menjual total 237 produk, 13
produk terjual via langsung, 15 produk terjual via daring, dan 2 produk terjual via
konsinyasi. Setelah melakukan evaluasi terhadap rencana dan realisasi target
penjualan, diketahui bahwa reseller melakukan pendekatan penjualan kepada
konsumen dengan melakukan edukasi mengenai sabun yang baik untuk kesehatan
dan risiko dari sabun dengan bahan kimia berbahaya. Selain edukasi, reseller juga
memberikan hasil review dan testimoni positif dari orang-orang yang telah
mencoba Mirinae untuk meyakinkan calon konsumen agar mau mencoba produk
Mirinae.

Melihat keberhasilan penjualan Mirinae yang didominasi via reseller, cara tersebut
terbukti cukup efektif dan menarik banyak konsumen baru untuk membeli produk
Mirinae. Pada 92 hari sejak launch, Mirinae baru mengikuti satu bazar, sehingga
penjualan via langsung belum dapat dimaksimalkan. Penjualan via daring dan
konsinyasi belum dapat dimaksimalkan karena penjualan via reseller yang
melebihi perkiraan, sehingga produk yang tersedia diutamakan untuk penjualan
via reseller terlebih dahulu.

Untuk memenuhi target penjualan Mirinae pada kuartal berikutnya, Mirinae akan
lebih aktif dalam mencari event-event bazar, sehingga dapat meningkatkan
penjualan langsung. Rencana penjualan juga akan disesuaikan dengan realisasi
penjualan yang telah ada, sehingga semua jalur penjualan dapat dimaksimalkan
secara merata. Selain berusaha mempertahankan penjualan via reseller, untuk ke
depannya, pemasaran via daring juga akan lebih digencarkan agar informasi
mengenai penjualan produk Mirinae via daring dan konsinyasi dapat tersampaikan
dengan baik kepada konsumen.

284
Mirinae melakukan rekap data konsumen dengan membagikan formulir data diri
kepada tiap konsumen yang telah membeli Mirinae. Saat ini, telah terkumpul 172
data konsumen, di mana dari data tersebut dapat diidentifikasi karakteristik orang
yang tertarik membeli produk Mirinae. Berikut merupakan rincian dari data
konsumen berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan domisili.

Berdasarkan jenis kelamin, dari 172 orang diketahui terdapat 130 perempuan (76
persen) dan 35 laki-laki (20,5 persen) yang membeli produk Mirinae, sedangkan
enam orang lainnya (3,5 persen) tidak diketahui jenis kelaminnya karena tidak
mengisi formulir pada bagian jenis kelamin.

Berdasarkan usia, dapat dilihat bahwa pembeli produk Mirinae datang dari
berbagai macam usia. Pada mulanya pembeli diperkirakan memiliki kisaran usia
25-49 tahun. Namun, berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan diketahui
bahwa terdapat cukup banyak orang dengan usia di bawah 25 tahun dan di atas
49 tahun yang membeli produk Mirinae. Diketahui bahwa pembeli Mirinae banyak
didominasi oleh orang-orang dengan kisaran usia 21 dan 22 tahun. Selain itu
terdapat juga pembeli Mirinae yang berada dalam usia lebih dari 49 tahun.

285
55 tahun 1
70 tahun 1
58 tahun 1
26 tahun 1
37 tahun 1
33 tahun 1
35 tahun 1
38 tahun 1
69 tahun 2
46 tahun 2
19 tahun 2
24 tahun 2
45 tahun 3
48 tahun 3
47 tahun 4
50 tahun 5
23 tahun 5
25 tahun 6
20 tahun 8
21 tahun 19
22 tahun 46

Sumber: Mirinae (2018)

Gambar 6.2.1 Data Pembeli Berdasarkan Usia

Sementara itu, dari segi pekerjaan, pembeli paling banyak berasal dari kalangan
mahasiswa. Terdapat juga IRT, wiraswasta, guru, karyawan swasta, konsultan,
dokter, dan instruktur yoga. Namun, dari 172 data yang berhasil terkumpul, 48 di
antaranya menolak untuk mengisi formulir pada bagian pekerjaan.

Dokter 1
Konsultan 2
Instruktur yoga 3
Guru 3
Wiraswasta 13
Karyawan Swasta 14
IRT 16
Tidak mengisi 48
Mahasiswa 71

Sumber: Mirinae (2018)

Gambar 6.2.2 Data Pembeli Berdasarkan Pekerjaan

286
Untuk domisili, 62 dari 172 orang pembeli Mirinae berdomisili di daerah
Tangerang Selatan. Selain Tangerang Selatan, terdapat pula Kota Tangerang dan
Kabupaten Tangerang. Namun, tidak sedikit juga yang memiliki berdomisili di
daerah Jakarta, seperti Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta
Utara. Selain Jakarta, terdapat pembeli Mirinae yang berdomisili di provinsi lain,
seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, dan lain sebagainya.

Sumatera Utara 1
Denpasar 1
Jakarta Pusat 2
Lampung 2
Jakarta Selatan 3
Jakarta Utara 7
Jawa Tengah 7
Tangerang 10
Jawa Barat 11
Jakarta 14
Jakarta Barat 15
Kabupaten Tangerang 18
Tidak mengisi 18
Tangerang Selatan 62

Sumber: Mirinae (2018)

Gambar 6.2.3 Data Pembeli Berdasarkan Domisili

Data pembeli yang terkumpul tidak selengkap yang direncanakan. Terdapat 172
data konsumen yang terkumpul, enam di antaranya tidak mengisi data jenis
kelamin, 61 di antaranya tidak mengisi data usia, 48 di antaranya tidak mengisi
data pekerjaan, 18 di antaranya tidak mengisi data domisili, dan 60 di antaranya
tidak mengisi data kontak yang dapat dihubungi. Setelah dilakukan evaluasi,
diketahui bahwa usia, pekerjaan, dan kontak yang dapat dihubungi merupakan hal
yang paling dihindari oleh konsumen, sehingga tidak sedikit konsumen yang
menolak untuk mengisi data. Oleh karena itu, untuk ke depannya, Mirinae
mempertimbangkan untuk memberikan keuntungan pada konsumen yang
bersedia mengisi formulir data diri secara lengkap dengan memberikan semacam
bonus atau insentif seperti potongan harga.

287
Tabel 6.2.1 Tabel Perbandingan Data Konsumen yang Terisi dan yang Tidak
Persentase
Tidak Persentase Data
Jumlah Data Konsumen Terkumpul Total Terisi Data Tidak
Terisi Terisi
Terisi

Berdasarkan Jenis Kelamin 172 165 6 96.51 persen 3.49 persen

Berdasarkan Usia 172 111 61 64.53 persen 35.47 persen

Berdasarkan Pekerjaan 172 118 48 72.09 persen 27.91 persen

Berdasarkan Domisili 172 142 18 89.53persen 10.47 persen


Berdasarkan Kontak yang Dapat
Dihubungi 172 112 60 65.12 persen 34.88 persen

Rata-rata 77.56 persen 22.44 persen


Sumber: Mirinae (2018)

Mirinae juga menargetkan customer repurchase. Ditargetkan pada kuartal


pertama terdapat 26 produk yang dibeli oleh konsumen yang pernah membeli
produk Mirinae sebelumnya. Pada realisasi, terdapat total 20 produk yang dibeli
oleh enam konsumen yang telah membeli produk Mirinae sebelumnya. Tiga orang
di antaranya berdomisili di Tangerang Selatan, dua orang di antaranya berdomisili
di Jawa Tengah dan satu konsumen berdomisili di Lampung. Lima di antaranya
berjenis kelamin perempuan dan satu di antaranya berjenis kelamin laki-laki.
Setelah ditelusuri mengapa mereka melakukan pembelian kembali, diketahui
bahwa mereka ingin memberikan produk Mirinae ke orang-orang terdekat. Hal ini
menandakan bahwa konsumen yang melakukan pembelian ulang tersebut sudah
tertarik dan puas dengan Mirinae, sehingga ingin membuat orang-orang terdekat
mereka untuk ikut mencoba.

Pada kuartal pertama, Mirinae menargetkan untuk menambah dua reseller selain
anggota dari Mirinae. Per tanggal 10 Juli, Mirinae telah menambah satu reseller,
sehingga total sudah memiliki enam reseller termasuk lima di antaranya
merupakan anggota Mirinae. Reseller merupakan orang yang memiliki kepedulian
terhadap kesehatan, sehingga dalam keseharian mereka menjalankan hidup sehat
dengan rajin berolahraga. Ia merupakan anggota tetap dari komunitas olahraga di
The Springs Club yang berada di Gading Serpong, Tangerang. Selain aktif dalan

288
komunitas olahraga, reseller juga aktif dalam komunitas Gereja. Reseller sukses
melakukan penetrasi pengenalan produk Mirinae dalam kalangan komunitasnya.
Hal tersebut dilihat dari jumlah penjualan selama 92 hari yang di dominasi via
reseller. Reseller mengatakan bahwa produk Mirinae banyak dibeli oleh teman-
teman yang berada dalam komunitas yang sama dengannya. Hal ini dapat menjadi
masukan untuk ke depan agar Mirinae dapat melakukan penetrasi pengenalan
produk melalui komunitas.

Penambahan toko konsinyasi terdapat dua tempat, yakni Anton Salon di Gading
Serpong, dan Carin Align Yoga School di Villa Melati Mas. Anton Salon menjadi
toko konsinyasi Mirinae pada Mei 2018 dan Carin Align Yoga School pada Juli 2018.

Pada data pembeli ditemukan pola karakteristik konsumen yang cukup janggal dan
berbeda dari pola karakteristik konsumen yang diperkirakan melalui segmenting
dan targeting yang telah dibuat. Dari segi demografis bagian targeting,
ditargetkan usia konsumen berada pada rentang usia 25-49 tahun. Namun, dapat
dilihat bahwa terdapat banyak konsumen yang memiliki usia di bawah 25 tahun
maupun di atas 49 tahun. Selain itu, tidak sedikit juga dari kalangan mahasiswa,
guru, atau dokter yang membeli produk Mirinae. Terdapat orang-orang yang
berdomisili di luar provinsi Banten yang mau membeli produk Mirinae. Hal ini
menandakan bahwa dari segi usia, pekerjaan, dan domisili, pola konsumen yang
dapat disasar oleh Mirinae masih belum dapat ditentukan atau tersebar-sebar.

Namun, terdapat satu pola yang menjadi kesamaan dari masing-masing konsumen
yang telah membeli produk Mirinae, yakni dari sifat mereka yang memiliki
kemauan dan tidak ragu mencoba produk-produk baru, serta merupakan individu
yang aktif dalam sebuah komunitas yang bergerak berdasarkan kesamaan
kegiatan yang dilakukan dan nilai-nilai yang dianut. Hal ini sesuai dengan persona
VALS yang ditargetkan oleh Mirinae, yakni experiencers selaku individu yang
memiliki kemauan dan tidak ragu untuk mencoba hal-hal baru; believers yang aktif

289
dalam komunitas; dan strivers yang bergerak berdasarkan opini, perilaku, dan
tanggapan dari orang-orang di sekitarnya. Selain itu, mereka juga memiliki
ketertarikan terhadap sabun mandi natural, sehingga terdapat dorongan untuk
membeli produk Mirinae.

Dari penemuan ini, Mirinae melihat bahwa pemilihan segmentasi berdasarkan


dimensi demografis sepertinya belum relevan karena data yang berhasil
dikumpulkan tidak memiliki pola atau terpencar-pencar. Namun, Mirinae melihat
adanya relevansi yang erat untuk memilih segmen berdasarkan dimensi
psikografis dan perilaku tertentu, sehingga untuk ke depannya, Mirinae akan terus
melakukan evaluasi berkala terhadap karakteristik konsumen yang membeli
produk untuk mengkaji pemilihan segmen dan target. Segmentasi dan targeting
Mirinae dapat ditinjau kembali pada Tabel 5.2.2.1.1.

6.3 Analisis dan Gap Rencana dan Realisasi Operasi


Beberapa realisasi dari divisi operasional kurang lebih sesuai dengan rencana yang
tercantum pada tabel 5.3.1.1. Divisi operasional setiap harinya selalu melakukan
pencatatan mengenai pengeluaran dan pemasukan barang, baik dalam bentuk
google sheets ataupun secara manual di buku pencatatan, sehingga sisa stok dapat
terpantau serta pembagian stok di gudang dan tempat konsinyasi pun lebih jelas
dan akurat. Selain itu, divisi operasional juga mengatur pembagian stok sebesar
20 unit kepada setiap anggota dan selalu siap sedia apabila anggota menanyakan
sisa stok dan jumlah penjualan setiap harinya. Pembagian stok berguna untuk
memacu kesadaran anggota dalam melakukan penjualan dan mempermudah
penjualan langsung, sehingga tidak perlu berulang kali mengambil stok ke gudang
Mirinae. Setiap bulannya, divisi operasional membuat laporan pemasukan dan
pengeluaran barang, serta merekap total jumlah penjualan Mirinae dari berbagai
sumber, seperti tempat konsinyasi, reseller, Tokopedia, dan Shopee. Informasi
pun menjadi transparan karena laporan tersebut diperlihatkan kepada seluruh
anggota.

290
Produksi Mirinae dibagi menjadi tiap batch dengan kuantitas tiap batch-nya 100
liter. Selama proses produksi, divisi operasional selalu menjalin komunikasi
dengan perwakilan pemasok untuk memantau proses setiap harinya dan meng-
update informasi. Hal ini berguna agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
keinginan Mirinae. Mirinae telah melakukan satu kali batch produksi sebesar 60
liter highly energetic dan 40 liter purely elegant pada bulan April 2018 dengan
jumlah 216 unit highly energetic 250ml; 60 unit highly energetic 100ml; 144 unit
purely elegant 250ml; dan 40 unit purely elegant 100ml.

Jumlah varian teh hijau lebih banyak dibandingkan dengan varian lavender pada
produksi batch pertama karena hasil dari penelitian tes beta menunjukkan bahwa
konsumen lebih menyukai varian teh hijau. Namun, pada pelaksanaannya cukup
banyak pula konsumen yang menyukai varian lavender, khususnya wanita dewasa
atau orangtua.

Dalam proses produksi, pemasok mengalami permasalahan yaitu pemasangan


stiker yang tidak rapih karena tekstur botol yang berbeda-beda. Hal ini di luar
kendali pemasok dan juga Mirinae karena pemasok memperoleh botol langsung
dari pabrik. Akibatnya, beberapa produk terpaksa diproduksi ulang. Jumlah
produk yang dapat dikirimkan pada batch pertama hanyalah sejumlah 159 unit
highly energetic 250ml; 60 unit highly energetic 100ml; 112 unit purely elegant
250ml; dan 40 unit purely elegant 100ml.

Sesuai dengan tujuan dan sasaran pada Tabel 5.3.1.1, setelah dikirimkan oleh
pemasok produksi, divisi operasional, dan seluruh anggota lainnya melakukan
kontrol kualitas untuk memastikan produk sesuai standar yang ditetapkan pada
subbab 5.3.3.1. Apabila produk lolos kontrol kualitas, maka produk menjadi stok
dan masuk ke gudang. Namun, apabila tidak lolos, maka akan diretur ke pemasok.

Dari jumlah produk yang dikirimkan, masih terdapat produk cacat yang akhirnya
diretur dengan biaya ditanggung sepenuhnya oleh pemasok. Mayoritas produk

291
cacat disebabkan penempelan stiker yang tidak rapi dan botol yang mengalami
kerusakan/ penyok, yaitu sejumlah 73 unit highly energetic 250ml; dua unit highly
energetic 100ml; 43 unit purely elegant 250ml; dan lima unit purely elegant 100ml.
Jadi, produk yang masuk ke stok Mirinae hanyalah sejumlah 86 unit highly
energetic 250ml; 59 unit highly energetic 100ml; 69 unit purely elegant 250ml; dan
36 unit purely elegant 100ml.

Kekurangan produksi pada batch pertama telah dikirimkan pada Selasa, 12 Juni
2018. Proses produksi batch kedua akan dilakukan pada akhir bulan Juni 2018
dengan proporsi 50 liter highly energetic dan 50 liter purely elegant dengan jumlah
140 unit highly energetic 250ml; 150 unit highly energetic 100ml; 140 unit purely
elegant 250ml; dan 150 unit purely elegant 100ml.

Rencana awal adalah menerapkan reorder point Mirinae sebesar 30 persen untuk
melakukan produksi kembali. Namun, pada kenyataannya, pemasok mengalami
permasalahan yang telah dijelaskan, sehingga proses produksi terhambat dan stok
di gudang Mirinae terbatas. Stok yang ada dibagi menjadi stok gudang dan stok
tempat konsinyasi. Namun, karena Mirinae mengalami kekurangan stok, stok
personal terpaksa harus ditarik dari setiap anggota dan harus meminjam stok dari
tempat konsinyasi, serta menerapkan sistem pre-order karena kekurangan
produksi baru sampai pada 12 Juni yang lalu.

Sesuai target, untuk meningkatkan kualitas produk yang sampai di tangan


konsumen, selain melakukan kontrol kualitas, divisi operasional membuat SOP
pengemasan dalam pengiriman produk. Selama launch, terdapat satu produk yang
cairannya tumpah saat proses pengiriman karena tutup botol tidak rapat. Hal ini
disebabkan anggota lain yang mengemas produk kurang mengetahui cara
mengemas produk agar aman selama proses pengiriman. Oleh karena itu, SOP
dibuat agar seluruh anggota dapat mengemas produk dengan teknik yang
seragam.

292
Berikut merupakan SOP pengemasan Mirinae: (i) memastikan tutup botol tertutup
rapat; (ii) mengocok cairan sabun hingga terbentuk marble visualization; (iii)
memeriksa kembali label stiker dan memastikan bagian dasar cairan tidak
terdapat endapan/ kotoran; (iv) membalut produk menggunakan bubble wrap dan
lakban sebanyak 2-3x balutan hingga cukup tebal dan kencang, sehingga produk
terlindungi; (v) memasukkan greeting card Mirinae; (vi) membalut lagi dengan
kantong kertas hingga tidak terdapat celah; (vii) menuliskan nama, alamat
lengkap, nomor telepon penerima, dan identitas pengirim (Mirinae) pada secarik
kertas dan menempelkannya pada bagian luar kantong; dan (viii) menempelkan
stiker Mirinae pada sisi lain kantong.

Mirinae kini telah bekerja sama dengan total tujuh tempat konsinyasi yaitu Mom
n Jo Bumi Serpong Damai, Mom n Jo Gading Serpong, UC Yoga Villa Melati Mas,
Etoile Dance Center Gading Serpong, Jewel Beauty Alam Sutera dan yang terbaru
adalah Anton Salon Gading Serpong, serta Carin Align Yoga School Villa Melati
Mas. Divisi operasional juga telah menghubungi beberapa tempat konsinyasi
untuk jangka panjang setelah Mirinae memperoleh sertifikasi BPOM, seperti
Natural Farm dan Ecozest, serta mengirimkan katalog produk Mirinae dan sample
untuk di-review oleh masing-masing perusahaan tersebut.

Berdasarkan beberapa pertimbangan, Mirinae memutuskan untuk


menunda pendaftaran sertifikasi BPOM dengan tujuan fokus terlebih dahulu pada
image dan exposure pasar. Mirinae telah mengalami kendala dalam pendaftaran
sertifikasi BPOM melalui PT Adev Natural Indonesia, seperti waktu yang cukup
lama, yaitu satu hingga tiga bulan, dan biaya yang terlampau mahal, yaitu
Rp5.000.000,00 per varian, sehingga Mirinae harus mengeluarkan biaya sekitar
Rp10.000.000,00 untuk memperoleh BPOM bagi kedua varian produk. Padahal,
biaya yang umumnya ditawarkan oleh pemasok lain hanya sekitar Rp1.500.000,00
hingga Rp2.500.000,00 saja. PT Adev Natural Indonesia juga dirasa memiliki
peraturan perusahaan yang cukup kaku dan rumit mengenai pendaftaran BPOM,
yaitu tidak memperbolehkan pencantuman bahasa asing pada label kemasan

293
kecuali Bahasa Indonesia juga ikut dicantumkan, sehingga Mirinae harus merevisi
secara total label kemasan yang akan memakan waktu lebih lama lagi. Hal ini
sangat berlawanan dengan pemasok lain yang masih memperbolehkan
penggunaan bahasa asing pada label kemasannya.

Selain itu, Mirinae juga mengalami kendala selama 10 bulan berinteraksi dengan
PT Adev Natural Indonesia, seperti banyaknya produk yang harus diretur karena
penempelan stiker yang kurang rapi, lamanya waktu produksi, dan seringkali staff
tertentu mengambil jatah cuti atau tidak dapat dihubungi pada saat diperlukan.
Apabila Mirinae tetap melakukan pendaftaran BPOM melalui PT Adev Natural
Indonesia, maka secara tidak langsung Mirinae akan dikontrak sepenuhnya oleh
PT Adev Natural Indonesia dalam hal produksi sabun, yang sejauh ini belum
merasakan adanya kecocokan terhadap cara kerja pemasok.

Target memasukkan produk ke Aeon Mall, Watsons, Guardian, dll tetap akan
dilakukan sebagai rencana jangka panjang setelah memperoleh sertifikasi BPOM
dengan pemasok produksi yang sesuai. Hal ini sejalan dengan tujuan Mirinae, yaitu
bukan hanya sebatas business project saja, tetapi juga akan berlanjut untuk ke
depannya. Sesuai target dan sasaran awal, divisi operasional pun telah
menghubungi dua alternatif pemasok produksi yang memang kompeten di
bidangnya dan dapat membantu proses pendaftaran BPOM dengan lebih baik,
yaitu CV Citra Marvella dan PT Maxima Astawisesa.

Divisi operasional telah menjalin komunikasi dengan pemilik CV Citra Marvella,


yaitu Ibu Yana, lewat telepon dan Whatsapp. Sedangkan untuk PT Maxima
Astawisesa, Mirinae telah mengunjungi PT Maxima Astawisesa dan bertemu
langsung dengan kedua pemiliknya. Keunggulan CV Citra Marvella adalah
kemudahan dalam proses BPOM yaitu hanya satu hingga dua bulan dengan biaya
yang cukup murah, yaitu Rp1.500.000,00. Selain itu, CV Citra Marvella juga mampu
untuk mempelajari komposisi dari PT Adev Natural Indonesia dan menghasilkan
produk sesuai dengan permintaan Mirinae.

294
Sementara itu, keunggulan PT Maxima Astawisesa adalah salah satu anggota
memiliki hubungan baik dengan anak dari pemilik PT Maxima Astawisesa, sehingga
mempermudah proses komunikasi. Selain itu, pemilik PT Maxima Astawisesa juga
memiliki pengetahuan yang sangat mendalam di bidang kimia, sehingga
mempermudah Mirinae dalam melakukan konsultasi produk. PT Maxima
Astawisesa juga dapat mempelajari komposisi dari PT Adev Natural Indonesia,
serta menghasilkan produk sesuai dengan permintaan Mirinae dan memberikan
kisaran harga yang fleksibel sesuai dengan kemampuan Mirinae, yaitu
memberikan alternatif komposisi bahan yang berkualitas dengan harga yang
sesuai. Sejak bulan Mei 2018, divisi operasional telah mengirimkan contoh produk
Mirinae untuk dipelajari oleh CV Citra Marvella. Namun, karena terhambat libur
Lebaran, pada bulan Juli 2018 ini, hasil trial sample dari CV Citra Marvella baru
selesai dan akan segera dikirimkan kepada Mirinae. Proses trial sample Mirinae
juga akan segera dilakukan oleh PT Maxima Astawisesa pada bulan Juli sembari
Mirinae meningkatkan brand awareness secara online.

Di lain pihak, Mirinae memiliki alternatif pemasok ekstrak teh hijau dan essential
oil, yaitu Cipta Kimia yang berada di Surakarta, Solo. Pemasok ini menjual berbagai
macam essential oil dan ekstrak yang telah memiliki sertifikasi COA dengan harga
yang sesuai dengan Mirinae. Hanya saja, lokasi pemasok yang berada di Solo
menjadi kendala karena cukup jauh, sehingga biaya kirim akan sedikit lebih besar.
Namun, pemotongan harga dapat saja terjadi apabila Mirinae melakukan
pembelian dengan jumlah tertentu. Mirinae juga sempat menghubungi Cipta
Kimia untuk bertanya-tanya mengenai produk yang tersedia.

Sementara itu, untuk alternatif percetakan stiker terdapat Jakarta Copy Center
yang berada di sebelah lokasi PT Multi Kreasi Prima Cipta. Sebelumnya, Mirinae
pernah menggunakan jasa dari Jakarta Copy Center dan menyukai hasil stiker dan
pemotongan yang dilakukan. Namun, Mirinae memutuskan untuk memilih PT
Multi Kreasi Prima Cipta karena faktor relasi dan harga yang lebih bersahabat.

295
Jakarta Copy Center memiliki mesin khusus untuk memotong stiker, sehingga hasil
dapat rapi dan akurat, hanya saja untuk biayanya kerap berbeda-beda tergantung
staff yang sedang berinteraksi dengan Mirinae. Namun, hal ini dapat diatasi
dengan melakukan perjanjian dengan staff yang tepat. Apalagi jumlah pesanan
Mirinae juga tergolong banyak, sehingga dapat diberikan harga yang lebih
terjangkau. Namun, sejauh ini Mirinae masih bertahan dengan percetakan yang
sekarang karena faktor relasi dan juga kualitas yang baik.

Kemudian, untuk alternatif pemasok kemasan kantong dipilih PT Jusuf Kreasi


Mandiri di Bekasi karena sudah berpengalaman di bidangnya dan dapat
memberikan harga yang sangat murah yang mencakup kantong dan sablon
berwarna dengan minimum jumlah pesanan tertentu. Hasil dari kemasan PT Jusuf
Kreasi Mandiri juga bagus dan rapi, dibuktikan dari rekan Mirinae yang telah
terlebih dahulu melakukan kerja sama dengan PT Jusuf Kreasi Mandiri.
Sebelumnya, divisi operasional juga telah melakukan komunikasi dan PT Jusuf
Kreasi Mandiri pun membuka peluang kerja sama dengan Mirinae.

Selanjutnya, untuk alternatif pemasok botol tester dipilih D3M Shop di DKI Jakarta
karena mempertimbangkan dekatnya lokasi dengan Mirinae, harga yang
terjangkau, dan minimal pembelian yang tergolong kecil. Selain itu, D3M Shop juga
mau memberikan sampel produk kepada Mirinae secara cuma-cuma.

Pada bulan April, Mirinae telah melakukan uji laboratorium untuk kedua varian,
yaitu highly energetic dan purely elegant dari batch pertama, yang hasilnya telah
keluar pada bulan Mei. Hasil uji laboratorium dari kedua varian tersebut dapat
digunakan untuk membuktikan keamanan dan kelayakan pakai Mirinae bagi
konsumen. Uji yang dilakukan mencakup uji pH, bobot jenis, alkali bebas, dan ALT
(bakteri). Hasil menunjukkan bahwa pH yang dimiliki oleh kedua varian Mirinae
termasuk dalam golongan pH yang baik untuk sabun mandi, yaitu 5,61 untuk
varian highly energetic dan 5,58 untuk varian purely elegant, yang artinya klaim
pH balanced dapat dicantumkan.

296
Hasil laboratorium juga membuktikan bahwa kedua varian Mirinae terbebas dari
kandungan bakteri dan memiliki kandungan asam bebas yang tergolong normal.
Pada rencana awal, hanya dianggarkan dana sebesar lima juta rupiah untuk
sertifikasi BPOM. Namun, pada realisasinya, sertifikasi BPOM belum dilakukan
karena biayanya melebihi anggaran, sehingga dilakukan alternatif berupa
pengajuan sertifikasi PUSPIPTEK seharga Rp550.000,00 untuk kedua varian.

6.4 Analisis dan Gap Rencana dan Realisasi Sumber Daya Manusia
Realisasi divisi SDM sesuai dengan perencanaan awal, di mana telah dilakukan
pertemuan kelompok minimal dua minggu sekali, follow up secara personal ke
setiap anggota mengenai apa yang harus diperbaiki/ ditingkatkan, melakukan
penilaian kinerja untuk bulan Mei, dan team building.

Pertemuan kelompok dilakukan setiap kali ada kesempatan, seperti kunjungan ke


pemasok, konsultasi, keliling toko kosinyasi, dan sebagainya. Namun, pertemuan
formal untuk duduk dan membicarakan secara keseluruhan dilakukan dua minggu
sekali, guna melakukan evaluasi performa keseluruhan perusahaan serta apa yang
harus dilakukan dalam waktu dekat. Selain pertemuan formal, setiap hari juga
dilakukan update di grup Line, sehingga semua anggota mengetahui
perkembangan atau hambatan apa yang terjadi dengan divisi lainnya. Selain
secara kelompok, divisi SDM juga melakukan pendekatan personal melalui
chatting tentang apa yang harus ditingkatkan dan diperbaiki oleh masing-masing
anggota untuk mengingatkan tugas apa yang belum dikerjakan dan saran-saran
lainnya berhubungan dengan kompetensi individu. Untuk meningkatkan kualitas
hubungan antarpersonal, selain kebersamaan yang dirasakan melalui setiap
pertemuan, telah diadakan olahraga bersama (bulu tangkis) di The Springs Club,
serta makan es krim bersama.

297
Penilaian kinerja setiap divisi juga telah dilakukan melalui hasil KPI dan kompetensi
untuk bulan Mei. Penilaian ini dilakukan dengan metode peer ratings, di mana
semua mendapatkan kesempatan yang sama dalam menilai anggota lainnya pada
aspek kompetensi. Kemudian, skor kompetensi dijumlahkan dan diimbangi
dengan KPI secara 50:50, sehingga didapatkan skor akhir. Penilaian ini tidak bisa
dijadikan dasar yang akurat disebabkan lingkup perusahaan yang masih kecil,
sehingga keberhasilan satu divisi pasti melibatkan divisi lainnya. Saling keterkaitan
ini tidak lepas dari performa yang diberikan oleh masing-masing individu, sehingga
pada bab 7 aspek pembelajaran, setiap anggota menuliskan aktivitas yang selama
ini dilakukan dan pembelajaran apa saja yang diperoleh melalui keberlangsungan
bisnis Mirinae. Lembar penilaian setiap divisi dapat dilihat di Lampiran 6.4.1 dan
berikut merupakan ringkasan hasil skor total kinerja pada bulan Mei 2018:

Tabel 6.4.1 Skor Total Penilaian Kinerja Anggota Mirinae

Sumber: Mirinae (2018)

Namun pada realisasinya, penilaian kinerja tidak dapat dilakukan setiap bulan
disebabkan belum adanya perubahan yang signifikan dan terukur, khususnya pada
bulan yang memiliki periode libur yang panjang. Menyesuaikan dengan target
penjualan divisi business development, penilaian kinerja selanjutnya akan
dilakukan periode per kuartal yang jatuh pada akhir bulan Agustus.

298
Gaji pokok yang diterima setiap individu memiliki perhitungan 40 jam kerja/ bulan,
mendapatkan upah Rp 12.500,00/ jam; sehingga setiap anggota menerima
Rp500.000,00. Selain sebagai karyawan, anggota kelompok juga merupakan
reseller yang mendapatkan insentif dari setiap penjualan dan berikut adalah
hasilnya selama penjualan dari awal launch business hingga 90 hari berjalan:

Tabel 6.4.2 Insentif Anggota Mirinae

10 April - 10 Juli 2018


No. Nama Reseller
100ml 250ml Insentif
1 Elisabeth WIdyatama Herjanto 22 12 Rp323.600,00
2 Firsta Sisilia 24 24 Rp511.200,00
3 Ivanna Raphaela 14 11 Rp254.700,00
4 Nico Antonius Sumardi 8 4 Rp112.400,00
5 Tanya Aulia Ardina 2 18 Rp229.600,00
Sumber: Mirinae (2018)

Untuk mengetahui dan mengevaluasi suasana lingkungan kerja dan tingkat


kepuasan karyawan dalam bekerja, perusahaan membuat survei singkat. Terdapat
tujuh faktor yang dinilai, yaitu: pekerjaan yang memiliki arti (meaningful work),
pekerjaan yang menantang (challenging work), keinginan untuk berkomunikasi
dalam perusahaan (communication), frekuensi penerimaan kritik dan saran
(actionable feedback), keadilan dalam penilaian kinerja (performance
evaluations), motivasi untuk memperbaiki kesalahan (learn from mistakes), dan
kepuasan kerja secara keseluruhan (job satisfaction). Semua aspek ini dinilai
dengan rentang satu (sangat tidak puas) sampai lima (sangat puas). Dari semua
aspek yang dinilai didapatkan nilai rata-rata yaitu 4.25 yang memiliki arti seluruh
karyawan cukup puas dengan keberadaan perusahaan saat ini. Secara rinci dapat
dilihat pada gambar berikut:

299
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

Sumber: Mirinae (2018)

Gambar 6.4.1 Survei Kepuasan Karyawan

6.5 Analisis Gap Rencana dan Realisasi Keuangan


6.5.1 Laporan Keuangan Realisasi
Berikut ini adalah laporan laba rugi dari 10 April hingga 10 Juli 2018. Selama tiga
bulan bisnis beroperasi, Mirinae masih mengalami kerugian sebesar
Rp1.979.622,00 apabila diakumulasikan. Laba bersih tertinggi diraih di bulan Mei
senilai hampir satu juta rupiah. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan
penjualan secara signifikan dari bulan April ke Mei sebesar 307,94 persen berkat
adanya reseller yang kontribusi penjualannya sangat besar. Namun, peningkatan
penjualan tersebut diikuti oleh peningkatan biaya penjualan, sehingga
pertumbuhan profit tidak setinggi pertumbuhan penjualan, yakni 160,18 persen.

300
Tabel 6.5.1.1 Laporan Laba Rugi Realisasi
Mirinae
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 30 April – 10 Juli 2018
Dalam Rupiah

Sumber: Mirinae (2018)

Kemudian, laba ditahan dari bulan April hingga 10 Juli 2018 selalu bernilai negatif
karena akumulasi kerugian yang dialami lebih besar dibandingkan dengan
akumulasi keuntungan yang diperoleh. Laba ditahan per 10 Juli 2018 adalah
Rp8.039.052,00. Sempat terjadi peningkatan laba ditahan dari Rp(7.630.074,00)
pada bulan April menjadi Rp(6.684.880,00) pada bulan Mei karena Mirinae
memperoleh laba bersih yang positif sebesar hampir satu juta rupiah, serta sedikit
kenaikan di bulan Juli karena memperoleh laba yang positif sebesar hampir 100
ribu rupiah. Belum ada pembagian dividen hingga saat ini karena laba ditahan
masih negatif.

301
Tabel 6.5.1.2 Laporan Laba Ditahan Realisasi
Mirinae
Laporan Laba Ditahan
Untuk Periode yang Berakhir pada 30 April – 10 Juli 2018
Dalam Rupiah

Sumber: Mirinae (2018)

Selanjutnya, dalam hal arus kas, seluruh perubahan kas perusahaan pada bulan
April dan Mei 2018 berasal dari kegiatan operasional perusahaan, serta investasi
sertifikat Puspiptek di bulan Juni 2018. Arus kas terbesar terletak pada pembelian
stok di bulan April, sehingga saldo kas akhir mencapai titik terendahnya di angka
27 juta rupiah. Sementara itu, saldo kas akhir tertinggi terjadi di bulan Mei senilai
Rp33.824.378,00 karena Mirinae banyak melakukan penjualan di bulan tersebut.
Di sisi lain, saldo kas kembali turun hingga Juli 2018 karena penjualan juga
menurun dan harus melunasi biaya produksi batch pertama. Rincian arus kas
dapat dilihat pada tabel berikut.

302
Tabel 6.5.1.3 Laporan Arus Kas Realisasi
Mirinae
Laporan Arus Kas
Untuk Periode yang Berakhir pada 30 April – 10 Juli 2018
Dalam Rupiah

Sumber: Mirinae (2018)

Sementara itu, total aset yang dimiliki Mirinae stabil di kisaran 42-43 juta rupiah
dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai nilai tertinggi di bulan Juni
2018. Peningkatan jumlah aset terbesar terjadi dari bulan April ke Mei sebesar
2,23 persen dari Rp42.369.926,00 pada 30 April menjadi Rp43.315.120,00 pada 31
Mei, sesuai dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan pada bulan tersebut.

303
Tabel 6.5.1.4 Laporan Neraca Realisasi
Mirinae
Laporan Neraca
Per 30 April - 10 Juli 2018
Dalam Rupiah

Sumber: Mirinae (2018)

Seluruh realisasi keuangan, mulai dari pendapatan, laba bersih, laba ditahan, saldo
kas akhir, dan total aset terangkum dalam tabel di bawah ini. Pada tabel tersebut
dapat dilihat bahwa total aset, laba bersih, dan laba ditahan relatif stabil bila
dibandingkan dengan penjualan dan saldo kas akhir perusahaan. Namun, laba
bersih perlu ditingkatkan karena selama ini masih berada di kuadran bawah
(negatif), kecuali di bulan Mei dan Juli, sehingga laba ditahan juga dapat

304
meningkat. Di sisi lain, penjualan cukup fluktuatif karena hanya gencar di bulan-
bulan tertentu saja. Sementara itu, saldo kas akhir perusahaan mengalami sedikit
tren kenaikan apabila ditarik garis lurus. Hal ini disebabkan perusahaan belum
mengeluarkan dana besar untuk kembali melakukan produksi.

Sumber: Mirinae (2018)

Gambar 6.5.1.1 Rangkuman Realisasi Keuangan 10 April – 10 Juli 2018

6.5.2 Gap Laporan Laba Rugi


Secara keseluruhan, realisasi laporan laba rugi Mirinae lebih baik dibandingkan dengan
perencanaannya karena laba bersih akumulatif yang sesungguhnya diperoleh lebih besar
Rp8.785.455,00 dibandingkan dengan rencana. Hal ini disebabkan realisasi penjualan
lebih tinggi, terutama di bulan Mei, dan biaya yang dikeluarkan selalu lebih rendah dari
rencana. Grafik perbandingan rencana dan realisasi penjualan, biaya operasional, dan
laba bersih dapat dilihat dalam Tabel 6.5.2.2. Gap laba bersih terbesar terjadi di bulan Juli
karena periode yang terhitung pada realisasi hanya sampai tanggal 10 Juli (penjualan
masih sedikit, belum membayar gaji, biaya pemasaran, dan sebagainya) dan Mei karena
realisasi penjualan hampir memenuhi target dan total biaya jauh lebih rendah
dibandingkan dengan rencana. Apabila diakumulasikan, gap laba bersih yang terjadi
mencapai 81,61 persen dari rencana, di mana pencapaian realisasi jauh lebih baik
daripada rencana. Berikut ini adalah tabel perbandingan antara rencana dengan realisasi
laporan laba rugi 10 April – 10 Juli 2018 beserta dengan gap-nya.

305
Tabel 6.5.2.1 Gap Laporan Laba Rugi
Mirinae
Laporan Laba Rugi
Untuk Periode yang Berakhir pada 30 April – 10 Juli 2018
Dalam Rupiah

Sumber: Mirinae (2018)

306
Sumber: Mirinae (2018)

Gambar 6.5.2.1 Perbandingan Rencana dan Realisasi Penjualan, Biaya Operasional, dan Laba Bersih

6.5.3 Gap Laporan Arus Kas


Pada perbandingan laporan arus kas, terdapat gap yang cukup besar antara rencana dengan realisasi arus kas, di mana apabila diakumulasikan, gap-
nya mencapai Rp21.627.922,00 atau sebesar 209,73 persen. Hal ini terutama disebabkan karena anggaran untuk produksi batch kedua di bulan Juni
belum terealisasi, sehingga saldo kas masih banyak dan tidak perlu menarik modal tambahan lagi. Selain itu, anggaran certification mark di bulan April
juga tidak direalisasikan karena Mirinae memutuskan untuk menunda pendaftaran BPOM setelah mempertimbangkan bahwa vendor saat ini kurang
profesional, di mana waktu produksi lama dan kualitas produk kurang baik (tingkat produk cacat masih sangat tinggi). Kemudian, tarif sertifikasi BPOM
yang dipatok sangatlah mahal, yakni lima juta rupiah per varian produk. Padahal, vendor lain bisa menawarkan harga di kisaran 1,5 hingga dua juta
rupiah. Selain itu, gap juga terjadi karena laba bersih yang diterima oleh Mirinae pada kegiatan operasional lebih tinggi dibandingkan dengan rencana.
Berikut ini adalah tabel gap antara rencana dengan realisasi laporan arus kas 10 April – 10 Juli 2018 selengkapnya.

307
Tabel 6.5.3.1 Gap Laporan Arus Kas
Mirinae
Laporan Arus Kas
Untuk Periode yang Berakhir pada 30 April – 10 Juli 2018
Dalam Rupiah

Sumber: Mirinae (2018)

308
Sumber: Mirinae (2018)

Gambar 6.5.3.1 Perbandingan Rencana dan Realisasi Arus Kas

6.5.4 Gap Laporan Neraca


Pada perbandingan laporan neraca rencana dan realisasi, dapat dilihat bahwa saldo kas
realisasi pada akhir bulan memiliki selisih yang sangat jauh dibandingkan dengan rencana
karena alasan-alasan seperti yang telah dijelaskan di subbab 6.5.3. Selain itu, pada
realisasinya, tidak ada piutang usaha karena persediaan pada toko konsinyasi masih
dianggap sebagai persediaan barang jadi perusahaan dan penjualan melalui toko
konsinyasi biasanya dibayarkan di bulan yang sama (pembayaran cukup fleksibel karena
toko konsinyasi masih skala kecil, bukan department store dengan sistem pembayaran
yang kaku). Kemudian, jumlah aset tetap tak berwujud yang dimiliki oleh Mirinae juga
mengalami gap yang cukup besar karena pendaftaran sertifikasi BPOM belum
direalisasikan. Sebagai gantinya, Mirinae memperoleh sertifikasi Puspiptek di bulan Juni
yang tarifnya jauh lebih murah dibandingkan dengan BPOM.

Di lain pihak, berbeda dengan rencana, pada realisasinya, ternyata Mirinae memiliki
hutang jangka pendek berupa hutang usaha, di mana Mirinae belum melunasi biaya
produksi batch pertama hingga bulan Juni karena vendor belum memberikan tagihan.
Sementara itu, ekuitas yang dimiliki masih tetap sama, yakni 50 juta rupiah karena belum
ada penanaman modal tambahan hingga kini. Akumulasi laba ditahan lebih besar
dibandingkan rencana, sesuai dengan realisasi laba bersih yang didapat, sehingga gap
total liabilitas dan ekuitas juga mengikuti gap laba bersih. Hingga 10 Juli 2018, secara
akumulasi, Mirinae mengalami gap total aset maupun liabilitas dan ekuitas senilai
Rp6.492.099,00 atau sebesar 18,3 persen. Perbandingan antara rencana dengan realisasi
laporan neraca 10 April – 10 Juli 2018 beserta dengan gap-nya dapat dilihat pada tabel
berikut.

309
Tabel 6.5.4.1 Gap Laporan Neraca
Mirinae
Laporan Neraca
Per 30 April – 10 Juli 2018
Dalam Rupiah

Sumber: Mirinae (2018)

310
Sumber: Mirinae (2018)

Gambar 6.5.4.1 Perbandingan Rencana dan Realisasi Total Aset

6.6 Analisis Kelayakan Bisnis


6.6.1 Analisis Payback Period
Dalam menghitung payback period, arus kas diasumsikan menggunakan arus kas
per tahun, yang dimulai dari CF0 di bulan Juli 2017 hingga 9 April 2018 (pra-
operasi). Penjualan diasumsikan naik 13,5 persen setiap tahunnya sesuai dengan
pertumbuhan industri bodywash (Euromonitor International, 2018). Dividen
diasumsikan sebesar 40 persen dari laba bersih dan mulai diberikan ketika laba
ditahan positif. Asumsi yang digunakan dalam analisis payback period dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

311
Tabel 6.6.1.1 Analisis Payback Period

Sumber: Mirinae (2018)

Payback period = tahun ke- 4 + (0 – (-23.430.896)/25.648.660) = tahun ke-4,91.

Menurut hasil analisis di atas, diperoleh hasil bahwa Mirinae akan mencapai
payback period pada tahun ke-4,91. Waktu tersebut terbilang cukup lama bila
dibandingkan dengan beberapa industri lainnya karena industri beauty and
personal care yang termasuk dalam kategori produk retail atau FMCG banyak
mengeluarkan biaya di awal untuk memperoleh sertifikasi BPOM dan juga untuk
membangun brand yang kuat di masyarakat.

312
Payback period 4,91 tahun tersebut masih tergolong wajar bagi industri FMCG
karena berdasarkan data yang diperoleh dari situs web Outlook Money India
(2018), beberapa perusahaan FMCG di bidang sejenis, mengalami payback period
di kisaran lima hingga 23 tahun.

6.6.2 Analisis Break Even Point


Dalam menghitung break even point, asumsi yang digunakan sama seperti asumsi
yang dipakai dalam menyusun proyeksi keuangan satu tahun ke depan yang
terdapat pada subbab 5.5 dan menggunakan penjualan per kuartal.

Total pendapatan diasumsikan sebagai berikut:


TR = 10%Q1(39.800) + 10%Q1(39.800) + 70%Q1(33.000) + 10%Q1(31.150) +
10%Q1(89.500) + 10%Q1(89.500) + 70%Q1(75.000) + 10%Q1(69.650)
TR = (3.980 + 3.980 + 23.100 + 3.115) Q1 + (8.950 + 8.950 + 52.500 + 6.965) Q2
TR = 34.175 Q1 + 77.365 Q2
TR = (5.151 + 65.705) Q
TR = 70.856 Q

Kemudian, total biaya diasumsikan sebagai berikut:


TC = (19.900 Q1 + 38.485 Q2 + 3% TR) + (30.000.000 + 1.500.000 + 240.000 +
2.066.667 + 36.958.218 + 7.200.000 + 204.000)
TC = (2.999 + 32.685 + 2.126) Q + 78.168.885
TC = 37.810 Q + 78.168.885

Berdasarkan persamaan TR dan TC tersebut, dibuatlah penghitungan BEP sebagai


berikut:
TR = TC
70.856 Q = 37.810 Q + 78.168.885
33.046 Q = 78.168.885
Q = 2.366 unit

313
Dari total penjualan 2.366 unit tersebut, dibuat rincian penjualan untuk masing-
masing varian per saluran penjualan sebagai berikut:
Varian 100ml
Q1 = 15,07% Q = 357 unit
Online = 10% Q1 = 36 unit
Langsung = 10% Q1 = 36 unit
Reseller = 70% Q1 = 250 unit
Konsinyasi = 10% Q1 = 36 unit

Varian 250ml
Q2 = 84,93% Q = 2.010 unit
Online = 10% Q2 = 201 unit
Langsung = 10% Q2 = 201 unit
Reseller = 70% Q2 = 1.407 unit
Konsinyasi = 10% Q2 = 201 unit

Tabel 6.6.2.1 Analisis Break Even Point

Sumber: Mirinae (2018)

BEP dalam rupiah = TR = 70.856 Q = 167.644.578


Periode BEP = kuartal 6 + (167.644.578 – 163.038.957)/30.751.372 = kuartal 6,15.

Setelah dilakukan penghitungan, diperoleh BEP dalam unit adalah 2.366 unit atau
total pendapatan Rp163.038.957,00. Jumlah tersebut diproyeksikan akan dicapai
pada kuartal ke 6,15 atau tahun kedua bisnis berjalan.

314
6.6.3 Analisis Rasio Keuangan yang Dibutuhkan
Untuk menganalisis kinerja perusahaan dari 10 April hingga 10 Juli 2018,
digunakan beberapa rasio keuangan yang terangkum dalam Tabel 6.6.3.1. Secara
keseluruhan, realisasi kinerja keuangan perusahaan lebih baik daripada rencana,
kecuali rasio perputaran total aset, di mana tingkat perputaran total aset realisasi
lebih rendah 0,35 (46,5 persen) dibandingkan dengan rencana. Hal ini disebabkan
total aset pada akhir periode (10 Juli 2018) lebih tinggi dibandingkan rencana,
sehingga proporsi penjualan terhadap rata-rata total aset menjadi lebih kecil. Hal
ini mengindikasikan bahwa seluruh aset yang dimiliki perusahaan belum efisien
dalam menghasilkan penjualan. Di sisi lain, tingkat perputaran aset tetap lebih
tinggi 0,51 (7,14 persen) dari rencana karena realisasi jumlah aset tetap lebih
rendah, sehingga perbandingan antara penjualan terhadap rata-rata total aset
tetap menjadi lebih besar. Hal ini berarti aset tetap perusahaan lebih efisien dalam
menghasilkan penjualan.

Kemudian, realisasi periode inventory lebih cepat 30,71 hari (37,23 persen)
dibandingkan rencana karena stok pada akhir periode jauh lebih sedikit dan HPP
lebih rendah daripada rencana, sehingga tingkat perputaran stok juga lebih tinggi
0,3 (20,13 persen). Waktu tersebut cukup cepat karena produk sabun merupakan
FMCG, di mana perputaran persediaan cepat. Apalagi untuk sabun natural yang
ukurannya tidak terlalu besar, yaitu 250ml, di mana akan lebih cepat habis,
sehingga konsumen akan lebih cepat membeli lagi. Selanjutnya, marjin profit lebih
tinggi 24,83 persen dari rencana sesuai dengan laba bersih yang diperoleh,
sehingga ROA, ROE, dan ROI juga lebih tinggi. Gap ROA, ROE, dan ROI cukup tinggi
karena realisasi laba bersih jauh lebih tinggi dibandingkan rencana. Namun, marjin
profit, ROA, ROE, dan ROI masih perlu ditingkatkan karena masih bernilai negatif.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan penjualan dan menekan
biaya.

315
Tabel 6.6.3.1 Analisis Rasio Keuangan

Sumber: Mirinae (2018)

6.7 Faktor Kunci Sukses dalam Bisnis


Setelah melewati perjalanan dalam mendirikan proyek bisnis Mirinae, kami
melihat bahwa rencana yang telah diimplementasikan sesuai dengan rencana dan
persiapan matang dapat juga menghasilkan outcome yang tidak sesuai. Untuk itu,
kami menerapkan metode lean startup di mana terus diadakan penyesuaian
secara konstan build-measure-learn-feedback loop. Dengan menggunakan
metode ini, seiring dengan diluncurkan produk ke pasar, kami menerima banyak
kritik dan saran, sehingga produk dan sistem bisnis kami terus diperbaharui sesuai
dengan keinginan pasar. Namun, bukan berarti kami tidak fokus pada visi yang
dituju, melainkan perubahan pada strategi yang dijalankan.

Dalam dunia bisnis, semua faktor seperti memasarkan produk, menghadapi


kendala pemasok, mengerjakan rencana pemasaran, mengembangkan produk,
menjalin hubungan dengan konsumen dan reseller, serta mengevaluasi keuangan
perusahaan, terjadi secara bersamaan. Kunci kesuksesan dalam menjalankan
proyek bisnis ini adalah ketika kelompok mengerti bagaimana menyeimbangkan
semua aspek. Pada saat meluncurkan produk yang belum siap seperti belum ada
sertifikat BPOM, kelompok merasakan kekhawatiran apakah konsumen akan
berniat untuk membeli produk. Namun, kelompok merasa beruntung karena
masih banyak masukan dari konsumen, seperti dari segi wangi sabunnya dirasa
kurang segar, bau susu teralu kuat, dari segi warna, kemasan, komposisi, dan hal
lainnya yang dapat menjadi feedback untuk selalu memperbaiki produk.

316

Anda mungkin juga menyukai