PEREKONOMIAN INDONESIA
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Kamio, SE
Disusun oleh:
Chechen Abdul Matin (C1C018085)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat, Hikmat dan karunia-Nya sehingga terselesaikanlah makalah tentang
“Perekonomian Indonesia” ini. Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas dari mata kuliah Perekonomian Indonesia.
Makalah ini disusun untuk mempelajari mengenai perekonomian di
Indonesia pada saat Era Kolonialisme, Orde Lama, Orde Baru, hingga era
Reformasi. Lebih khusus menjelaskan tentang pembangunan ekonomi yang
terjadi di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia masih tergolong sulit
akibat dari berbagai permasalahan yang dihadapi zaman itu. Beberapa
permasalah tersebut antara lain seperti inflasi, krisis ekonomi, neraca
perdagangan yang defisit, dan pemerataan pembangunan yang sulit.
Penulis megucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Kamio, S.E. sebagai dosen pangampu yang telah mengajar dan membimbing
tugas ini serta telah menyediakan sumber bacaan lengkapnya. Dan penulis
berharap makalah ini dapat membantu rekan-rekan dalam menambah
wawasan ilmu pengetahuan mengenai perekonomian di Indonesia. Untuk itu
kritik dan saran sangat diharapkan untuk memperbaiki makalah ini dan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan di masa depan.
Penulis
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1. Latar Belakang....................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
3. Tujuan Penulisan.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 2
1. Tinjauan Umum Pembangunan Ekonomi Indonesia....................... 2
a. Rencana dan Hasil Pembangunan Ekonomi Indonesia.................... 3
b. Penanaman Modal, Tabungan, dan ICOR di Indonesia................... 4
c. Sektor Minyak dan Gas serta Pengembangan Industri di Indonesia 5
d. Strategi Pembangunan dan Pengelolaan Utang............................... 5
2. Pembangunan Pertanian..................................................................... 6
a. Nilai Tambah dan Produksi dari Subsektor..................................... 7
b. Produksi Tanaman Pangan............................................................... 7
c. Komoditi-komoditi Ekspor Pertanian.............................................. 9
d. Masalah-masalah Isu Masa Depan................................................... 11
3. Energi dan Hasil Tambang................................................................. 12
a. Produksi Minyak Bumi.................................................................... 12
b. Perkembangan Hasil Tambang........................................................ 14
c. Perbandingan Berbagai Proyeksi Permintaan Energi...................... 15
d. Model Energi dan Analisisnya......................................................... 16
e. Permintaan dan Penyediaan Tenaga Listrik..................................... 19
4. Industri Pengolahan: Analisis dan Kebijaksanaan........................... 21
a. Proses Pengembangan Industri, Perdagangan Internasional............ 21
Rencana dan Hasil Pembangunan Ekonomi Indonesia
5. Alibaba.................................................................................................. 26
6. Era Kolonial.......................................................................................... 28
7. Era Orde Lama.................................................................................... 37
8. Era Orde Baru Awal ........................................................................... 42
9. Era Orde Baru Akhir.......................................................................... 46
10. Era Reformasi...................................................................................... 50
BAB III PENUTUP.................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 56
2. Rumusan Masalah
a. Apa saja permasalahan yang dihadapi Indonesia saat itu?
b. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan?
c. Mengapa langkah-langkah tersebut diambil?
d. Bagaimana cara pemerintah menyusun kebijakan untuk
membenahinya?
e. Bagaimana keefektifan kebijakan tersebut bagi seluruh
Indonesia?
3. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
b. Mengetahui bagaimana langkah-langkah yang diambil
pemerintah.
c. Menganalisis kefektivan suatu kebijakan ekonomi.
d. Menganalisis penyebab suksesnya atau gagalnya suatu kebijakan
ekonomi dalam pemerintahan.
2. Pembangunan Pertanian
Kebijaksanaan pembangunan pertanian Indonesia pada tahun 1951
dinamakan “Rencana Ekonomi Darurat”. Langkah itu mencoba
memperbaiki keadaan umum perekonomian yang memburuk akibat perang
dunia II dan perjuangan kemerdekaan. Tujuan utamanya untuk menggiatkan
kembali kapasitas utama produksi sebagai sumber devisa.
Kebetulan pada saat itu ada lonjakan Korea (Korean Boom) yang
menimbulkan dampak positif yaitu meningkatkan permintaan hasil-hasil
pertanian seperti karet dan kopi. Di samping itu, juga terdapat dampak
buruk. Permintaan yang tinggi tidak bersamaan dengan tenaga yang ahli di
bidangnya. Misalnya dalam produksi karet, para petani mencoba menyadap
lebih banyak karet. Tapi karena petugas lapangan tidak memenuhi syarat
sehingga menghambat proses. Di lain hal, produksi beras jauh di bawah
harapan. Faktor ini disebabkan oleh ledakan jumlah kelahiran bayi sesudah
perang.
Terbatasnya dana-dana investasiditambah orientasi politik membuat
Rencana Ekonomi Darurat tidak berkesempatan untuk maju. Perencanaan
tidak bisa dilakukan oleh panitia khusus. Perencana perlu mendapat status
resmi. Pemerintah pun membentuk Biro Perencanaa pada tahun 1956, yang
berhasil merumuskan Rencana Lima Tahun Pertama. Untuk pertama kalinya
pertanian secara resmi diandalkan untuk membiayai pembangunan.
Rencana tersebut diwarnai dengan gejolak politik, hasilnya pun
minimal. Tahun 1959 rencana itu tidak terlaksanakan, impor beras sangat
mengkhawatirkan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilancarkan program
tiga tahun. Didirikanlah pusat-pusat produksi padi untuk meningkatkan
produktivitas dan menyediakan irigasi. Namun hasilnya masih jauh dari
harapan.
Tahun 1961, inflasi dan pengangguran mencapai puncaknya. Situasi
politik memburuk dengan banyaknya kudeta, terutama tahun 1965. Barulah
di tahun 1966 Orde Baru mengambil alih pemerintahan. Prioritasnya adalah
menstabilkan politik di awal-awalnya. Kemudian baru lah pada tahun 1969
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dimulai.
i. Beras
Produksi beras tidak mencukupi kebutuhan sehingga jumlah
beras yang harus diimpor makin lama makin bertambah. Bahkan
proyeksi impor menunjukkan bahwa meningkatkan produksi beras
tidak bisa ditangguhkan lebih lama lagi.
Masa gawat dari swasembada itu dalam kurun waktu 1973 dan
1980 (Repelita II dan III). Dimana di Repelita II dilakukan usaha
pembukaan areal-areal baru. Program transmigrasi kini menjadi
masalah sendiri, karena transmigran umumnya adalah ahli produksi
beras.
ii. Kopi
Sebelum tahun 1975 produksi kopi menurun karena sebab-sebab
sama seperti lainnya. Sampai tahun 1980 terjadi peningkatan tinggi
sekitar 11,8% yang dipengaruhi oleh produksi Brazil. Organisasi
kopi internasional (ICO) mencegah kelebihan penawaran yang
memaksa penurunan harga. Hal ini tidak ditaati dengan baik oleh
iii. Tembakau
Produksi tembakau dilakukan untuk memenuhi permintaan
dalam negeri dan ekspor. Kota Bremen, Jerman menjadi tempat baru
bagi Indonesia sebagai penyalur tembakau. Terutama di Sumatera
Utara, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebagai penghasil tembakau.
Opportunity cost untuk penanaman komoditi lainnya menjadikan
perluasannya sulit di Jawa, meskipun di Sumatera masih mudah
didapat.
Ekspor mencapai tingkat tertinggi tahun 1974. Meskipun
produksi tahun-tahun berikutnya meningkat, tetapi tahun-tahun itu
juga volume ekspornya menurun. Meningkatnya permintaan
domestic menjadi salah satu penyebabnya. Di lain hal, kampanye
dunia melawan rokok menjadi salah satu penyebab utama.
iv. Teh
Konsumsi teh di dalam negeri tidak sebanyak kopi, kecuali di
pulau Jawa. Untuk menanam the juga lebih rumit dibandingkan kopi.
Aroma teh sangat dipengaruhi iklim, cuaca, curah hujan, dan
sebagainya. Kendala yang dihadapi sama seperti kopi, yaitu lahan
yang tersedia tidak banyak, saingan dari India, Sri Lanka, dan Cina.
Kebalikan dari kopi, justru konsumsi domestic teh yang
menurun berbeda dari ekspornya yang meningkat. Ini dikarenakan
adanya peralihan konsumsi dari teh ke kopi.
v. Cengkeh
Indonesia pernah menjadi pengimpor cengkeh terbesar dan
Tanzania menjadi pemasok terbesar. Sulawesi Utara dan Maluku
merupakan produsen terbesar di Indonesia. Kenaikan permintaan
domestic menyebabkan kekurangan cengkeh. Harga domestic
meningkat pesat. Petani menanam di lokasi yang tidak biasa untuk
menanam cengkeh. Hasilnya, produksi berlipat ganda dan
menghentikan impor.
vii. Lada
Produksi lada yang utama berada di Sumatera Selatan dan Lampung.
Konsumsi domestic sangat rendah dan karenanya kebanyakan
diekspor. Persyaratan tanah dan penanaman juga terhambat oleh
factor teknis seperti lada sangat peka terhadapt penyakit. Para petani
lebih tertarik terhadap tanaman rendah resiko seperti yang lain.
viii. Tebu
Kebanyakan ditanam di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dimana
tempat tersebut banyak pabrik gula. Sebelum perang, Indonesia
pernah menjadi pengekspor utama gula. Pertambahan penduduk dan
perbaikan pendapatan mendorong permintaan ke atas. Lahan–lahan
waktu itu digunakan untuk kepentingan yang lain. Faktor inilah yang
menyebabkan impor meningkat
v. Biomassa
Diperkirakan 34% dari seluruh konsumsi energy berasal
dari biomassa. Penanan biomassa sangat penting untuk
penyediaan bahan bakar untuk memasak. Sampai-sampai sangat
sedikit kota yang kekurangan biomassa.
Biomassa berbahan kayu digunakan untuk memasak di
daerah pedesaan. Sebagian besar dikumpulkan dengan cuma-
ii. Tembaga
Freeport Indonesia adalah satu-satunya produsen tembaga
di Indonesia. Produksinya tidak tetap, menunjukkan
kecenderungan sedikit naik
iii. Nikel
Tiga perusahaan menghasilkan nikel di Indonesia, terdiri
dari bijih basah, batang nikel, dan feronikel.
iii. Metologi
Pertama, menganalisis permintaan energi. Dan kedua cara
optimal. Ada 3 macam statistik, yang tersedia mengenai energi di
Indonesia. Yaitu neraca energi PBB, energi IEA, dan hasil studi
JICA/MIGAS. Tujuan dari statistic itu adalah membuat daftar-
daftar neraca energi dan menganalisis sifat-sifat permintaan akan
energi menurut sektornya.
Negara berkembang seperti Indonesia yang banyak
menggunakan energi nonkomersial terdiri dari kayu bakar dan
limbah pertanian terutama pertanian dan permukiman. Tetapi
sektor pertanian berkurang dengan cepat karena adanya
modernisasi pertanian.
Analisis regresi memperkirakan permintaan energi.
Hasilnya elastisitas permintaan terhadap produksi nasional jauh
lebih tinggi disebabkan pemilihan tidak tepat tetapi karena
kenaikan permintaan energi walaupun hanya dapat dipertahankan
dalam waktu terbatas.
iv. Tujuan
Untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
secara adil dan merata. Untuk mendorong perkembangan
ekonomi
v. Asas-asas
1) Manfaat, untuk kesejahteraan rakyat
vii. Sasaran
Termuat dalam GBHN, sasaran ini mendukung terciptanya
kerangka dasar dalam Repelita IV, untuk dimantapkan di Repelita
V, sehingga dalam Repelita VI bangsa Indonesia tinggal lepas
landas
x. Penyediaan
Kendala yang dihadapi Indonesia adalah kondisi geografis
yang terpisahnya tempat-tempat pemukiman (berbeda pulau),
tingkat konsumsinya rendah, membutuhkan jaringan luas dengan
biaya rendah, serta terbatasnya dana.
Dalam liputan PKUK dan PIUKU, masalahnya adalah
bagaimana memenuhi permintaan sambungan dan memberikan
pelayanan sesuai dengan persyaratan mutu dan keandalan
4. Industri Pengolahan: Analisis dan Kebijaksanaan
a. Proses Pengembangan Industri, Perdagangan Internasional
Menurut UNIDO, sepuluh tahun terakhir Indonesia menjadi salah
satu produsen terbesar barang industri pengolahan negara berkembang.
Mencapai urutan ketujuh dengan sumbangan 0,29% pada tahun 1981.
Padahal 10 tahun sebelumnya, hanya di urutan ketujuh belas.
Tapi sumbangan ini masih lebih kecil dibandingkan Filipina,
Thailand, Singapura, India, Turki, dan Pakistan. Hal ini membuktikan
bahwa pertambahan industry di Indonesia meningkat pesat walaupun
industrialisasi masih berada pada tingkat yang rendah.
Nilai Tambah
Peranan sektor industri dapat dilihat dari besarnya nilai
tambah yang diberikan. Nilai tambah sektor industri Indonesia
menempati urutan tertinggi. Nilai tambah Indonesia lebih besar
2,1 kali dibandingkan Malaysia. sedangkan ditinjau dari aspek
produksi, maka lebih besar 2,7 kali dari produksi total Malaysia.
Hal ini disebabkan dua faktor, yaitu rasio nilai tambah dan
susunan produksi
Tingkat pengembangan produksi juga dapat dilihat dengan
rasio Hoffmann yang membagi menjadi dua golongan, yaitu
industri barang konsumsi dan industri barang modal.
Industri barang konsumsi adalah pelopor pada tahap
pertama. Industri ini mengalami penurunan, di lain pihak industri
Struktur Ekspor
Hampir semua negara di ASEAN mengekspor barang
industri ke AS dan Jepang. Perdagangan antar ASEAN tetap
berguna untuk dikaji lebih lanjut karena dengan demikian maka
dapat diperoleh gambaran tentang potensi untuk meningkatkan
ekspor Indonesia
Untuk menganalisis perdagangan antarnegara ASEAN,
akan diperkenalkan koefisien intensitas kaitan ekspor dan impor
masing-masing negara. Bagi Indonesia, intensitas kaitan impor
dapat memberi petunjuk tentang kedudukan Indonesia sebagai
pemasok barang ASEAN lainnya.
Negara tipe A dan B adalah konsumen karena bergantung
pada impor dari Indonesia. Penerimaan ekspor dapat naik dan
turun apabila pertumbuhan ekonomi negara tipe A mengalami
kenaikan atau penurunan
Singapura meskipun negara kuadran I, tetapi barang yang
dieskpor ke Singapura kemungkinan besar akan dieskpor lagi ke
negara-negara lain.
Ekspor dan impor dianalisis lebih rinci ke dalam dua
kelompok. Dimana kelompok pertama adalah barang-barang
untuk memenuhi permintaan akhir (tidak termasuk perubahan
pada persediaan barang). Kelompok kedua adalah barang yang
diekspor dan diimpor untuk memenuhi permintaan antara
5. Ali Baba
6. Era Kolonial
B. Mikul Duwur
Dari Cultur Stelsel ke IMF
Pada era kolonial yaitu dari tahun 1930-1970 muncul kebijakan
cultur stelsel atau yang dikenal dengan tanam paksa. Pemerintah kolonial di
bawah Gubernur Jenderal Van den Bosch memobilisasi lahan pertanian,
kerbau, sapi dan tenaga kerja yang serba gratis. Komoditas kopi, teh,
tembakau, tebu yang permintaannya di pasar dunia sedang membumbung
dibudidayakan. Aset tanam paksa inilah yang memberikan sumbangan besar
bagi aman keemasan kolonialis liberal Hindia Belanda pada tahun 1870-1940,
meskipun terdapat eksploitatif dalam prakteknya.
D. Konglomerasi Basa-basi
Era 1970-an menjadi lahan subur pembibitan kaum konglomerat.
Pemerintah melonggarkan berbagai aturan yang mendukung usaha swasta
dan mengobral modal dengan bunga yang murah. Kemudian, tahun 1980-
an, bayi konglomerat sudah merajalela. Berbagai kelompok usaha super
besar bermunculan. Produksi beraneka barang dan jenis, distribusi
produknya bahkan sampai ke mancanegara.
Om Liem adalah salah satu contoh yang memiliki perusahaan di
bidang dagang. Pak Harto lalu meminta pada Om Liem untuk tidak hanya
berdagang, melainkan juga membangun industri. Industri yang dibutuhkan
rakyat saat ini adalah pangan. Inilah yang disorot sebagai monopoli dan
bukan kolusi antara Pak Harto dan Om Liem, melainkan untuk kepentingan
bangsa dan negara. Kerajaan bisnis Liem berkembang pesat dan bergerak di
berbagai bidang. Mulai Perbankan (BCA), industri pangan (Indomie,
Bogasari, Chiki), properti, kimia, semen (Indocement), agrobisnis, hingga
otomotif (Indomobil).
Tahun 1986, pabrik Indocement hampir bangkrut. Tiga tahun
kemudian, ketika akan go public, Indocement belum memenuhi syarat
karena masih rugi. Syaratnya harus mendapat laba selama dua tahun
berturut-turut. Tahun 1989, BCA ingin menggunakan satelit untuk
komunikasi online dengan cabang-cabangnya di seluruh Indonesia. Menteri
Parpostel, Soesilo Soedarman, member izin kepada Liem memakai salah
satu saluran satelit Palapa. Izin tersebut tidak diberikan kepada konglomerat
lain. Di bisnis telekomunikasi, Liem juga mendapat hak penyiaran stasiun
televisi swasta yaitu Indosiar.