Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

DOSEN PEMBIMBING
Dra. Tri Umari, M.Si
NIP. 196209091986012001

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

Cherly Afriani (1905156545)


Raisya Rezki Cahyani (1905113253)

UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN EKONOMI
2019/2020

1
Pengertian, Persamaan Dan Perbedaan Bimbingan
Dan Koseling
Serta
Kesalah Pahaman Tentang Bimbingan Dan
Konseling Di Sekolah

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian,
Persamaan Dan Perbedaan Bimbingan Dan Koseling Serta Kesalah Pahaman Tentang
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah ” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami berterimakasih atas partisipasi rekan-rekan kelas AKT3 yang telah turut serta
membantu memberikan saran serta rekomendasi sebagai referensi data dan petunjuk sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan sebagaimana mestinya.

Makalah merupakan wadah dalam menuangkan buah pikiran dari penulis terhadap
suatu paradigma untuk mengemukakan serta memaparkan kerancuan dari suatu masalah
untuk dikaji bersama. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan
Konseling. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, sebagai objeksi dalam
membuat pertanyaan diskusi serta dapat menjadi acuan referensi penelitian berkaitan
kedepannya, dan semoga pembaca dapat memahami pemaparan mengenai Pengertian,
Persamaan Dan Perbedaan Bimbingan Dan Koseling Serta Kesalah Pahaman Tentang
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.

Makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna. Maka penulis
mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini sebagai pedoman yang menjadikan
makalah ini serta kemampuan penulis menjadi lebih baik kedepannya.

Pekanbaru, 22 September 2020

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan sistem
pendidikan khususnya di sekolah. guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan
bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai
terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.

Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu
sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran
guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005)
mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada
siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat agar tercapainya suatu tujuan pembimbingan.

Bimbingan konseling merupakan upaya guru untuk membantu siswa dalam menghadapi
permasalahan yang terjadi pada siswa. Bimbingan konseling disekolah sangat dibutuhkan
untuk membantu permasalahan-permasalah di sekolah dan lingkungannya. Bimbingan
konseling memiliki fungsi untuk mengerahkan dan membimbing siswa pada pendidikan
yang baik, bertanggung jawab, dan bersedia mengambil sikap.

Layanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat membantu peserta didik dalam
memahami diri, menerima diri dengan segala kekuatan dan kelemahannya, mengenalkan
lingkungan dan mengambil keputusan, serta memberi arahan terhadap perkembangan
peserta didik, tidak hanya untuk peserta didik yang mengalami masalah saja tetapi
berlaku untuk seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah
satu segi pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan.

Bimbingan sangat penting dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan. Bimbingan


merupakan suatu proses pemberian bantuan yan terus menerus dan sisitematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai pengembangan diri siswa, yang
meliputi kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian
diri yang optimal.

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, melalui
bidang bimbingan pribadi, sosial belajar, maupun karier dengan berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No.
025/D/1995).

4
Sebagai calon pengajar yang tengah menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan
Ilmu pendidikan kita diwajibkan memahami dan mampu menjalankan konsep Bimbingan
dan konseling serta mewujudkan tujuan dan Manfaat bimbingan konseling secara nyata
pada siswa. Kewajiban tersebut mengharuskan kita mengkaji dan memahami lebih dalam
mengenai Bimbingan dan konseling.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dari itu kami dari kelompok satu menyusun makalah
tugas kelompok mata kuliah Bimbingan Konseling dengan tujuan mengkaji dan
memahami lebih dalam mengenai Bimbingan dan konseling mengenai Pengertian,
Persamaan Dan Perbedaan Bimbingan Dan Koseling Serta Kesalah Pahaman Tentang
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang akan dijadikan fokus dapat
dirumuskan sebgai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling?
2. Apa Persamaan Bimbingan dan Konseling?
3. Apa Perbedaan Bimbingan dan Konseling?
4. Bagaiman kesalah pahaman Bimbingan dan Konseling di Sekolah serta apa
penyelesaiannya?

C. Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dijadikan fokus dapat
dirumuskan sebgai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Bimbingan Konseling
2. Untuk mengetahui Persamaan Bimbingan dan Konseling
3. Untuk mengetahui Perbedaan Bimbingan dan Konseling
4. Untuk mengetahui kesalah pahaman Bimbingan dan Konseling di Sekolah
serta penyelesaiannya

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas adapun manfaat yang diharapakan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, sebagai pemenuhan tugas pembuatan makalah individu mata kuliah
Bimbingan dan Konseling sebagai peningkat pengetahuan tentang materi yang
dibahas dalam makalah ini.
2. Bagi mahasiswa, untuk mengetahui dan memahami tentang Pengertian,
Persamaan Dan Perbedaan Bimbingan Dan Koseling Serta Kesalah Pahaman
Tentang Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
3. Bagi Dosen, Sebagai parameter penilaian kemamampuan intelektual penyaji
dalam pengkajian, penyusunan, serta pengembangan argumen dalam penulisan
makalah tentang Pengertian, Persamaan Dan Perbedaan Bimbingan Dan
Koseling Serta Kesalah Pahaman Tentang Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Bimbingan Konseling

Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari


istilah guindance dan counselling dalam bahasa Ingris. Kata “guindance” berasal dari
kata kerja to guide yang mempunyai arti “menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun
membantu” (Hallen 2005:2). Sesuai dengan  istilahnya  maka  bimbingan dapat diartikan
secara umum sebagai bantuan dan tuntunan, namun tidak semua bantuan diartikan
bimbingan.

Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan konseli baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli agar
dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun memecahkan permasalahan yang
dialaminya. Bimbingan dan Konseling juga dapat didefinisikan sebagai upaya sistematis,
objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor untuk
memfasilitasi perkembangan konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.

Mendefinisikan istilah bimbingan konseling, para ahli bidang bimbingan konseling


memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka
sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses
pemberian bantuan.

Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu
mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami
lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.

Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai
kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan
Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka
membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya
sendiri.

6
Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan:
− suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan
informasi tentang dirinya sendiri,
− suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan
mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk
perkembangan pribadinya,
− sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat menentukan
pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis,
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam
lingkungan dimana mereka hidup,
− suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal
memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri
dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan
konsep dirinya sendiri. Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan (arahan,
masukan) terhadap seseorang.

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang
dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus
yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk
memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan
yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk
kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
(Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).

Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya
bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari
dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan
terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi
dirinya.

Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan
sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya
sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan
masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-tugas


perkembangan secara optimal sebagai makhluk tuhan, sosial, dan pribadi. Lebih lanjut
tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam mencapai :

7
− kebahagian hidup pribadi sebagai makhluk tuhan,
− kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,
− hidup bersama dengan individu-individu lain,
− harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya. (Wardati
dan Jauhar 2011:28)

II. Persamaan Bimbingan dan Konseling

III. Perbedaan Bimbingan dan Konseling


IV. Kesalah Pahaman Tentang Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

Bimbingan dan konseling merupakan barang impor yang pengembangannya di Indonesia


masih tergolong baru. Apalagi untuk penggunaan istilah saja masih belum adanya
kesepakatan semua pihak, ada yang menggunakan istilah Penyuluhan dan Bimbingan,
Penyuluhan dan konseling (ataupun hanya memakai istilah konseling saja. Kesalahpahaman
bimbingan dan konseling terjadi karena mengingat pelayanan bimbingan dan konseling
dalam waktu yang relatif tidak begitu lama telah tersebar luas, terutama ke sekolah - sekolah,
di seluruh pelosok tanah air. BK yang telah tersebar luas digeluti oleh berbagai pihak dengan
latar yang sangat berfariasi. Sebagian besar diantara mereka tidak memiliki latar belakang
pendidikan di bidang bimbingan dan konseling. Disamping itu, literatur yang memberikan
wawasan, pengertian, dan berbagai seluk beluk teori dan praktek bimbingan dan konseling
yang dapat memperluas dan mengarahkan pemahaman mereka itu juga masih sangat kurang.

Kesalahpahaman yang sering dijumpai dilapangan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bimbingan dan konseling disamakan saja atau dipisahkan sama sekali dengan
pendidikan.BK dianggap sama dengan Pengajaran sehingga tidak perlu
pelayanan khusus BK, hal ini tidak benar karena BK menunjang proses
pendidikan peserta didik dan para pelaksananya (Konselor) juga mempelajari
Ilmu Pendidikan pada umumnya sebagai salah satu trilogi profesi konseling.
2. Konselor sekolah/guru pembimbing dianggap sebagai polisi sekolah. Hal ini
terjadi karena konselor/guru pembimbing diserahi tugas mengusut perkelahian,
pencurian, mencari bukti-bukti siswa yang berkasus, jika anak bermasalah, anak
akan masuk ke ruang BK untuk di minta pertanggung jawabannya, ini adalah
pelaksanaan yang salah, guru pembimbing bukanlah polisi sekolah, yang
kerjanya hanya memarahi anak-anak bermasalah.
3. Menganggap bahwa pelayanan BK bisa dilakukan oleh siapa saja. Ini adalah
konsep yang salah dan sering terjadi dilapangan, banyak guru BK bukan dari
ahlinya, ataupun bukan dari tamatan BK itu sendiri, banyak yang menganggap
bahwa pekerjaan BK ini sangat mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja, dan
banyak lagi kesalahpahaman BK yang terjadi dilapangan hingga saat ini.
4. Bimbingan dan Konseling dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja. Bimbingan
dan Konseling tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah atau siswa
yang memiliki kelebihan tertentu saja, namun bimbingan dan konseling harus
dapat melayani seluruh siswa (Guidance and Counseling for All). Setiap siswa

8
berhak dan mendapat kesempatan pelayanan yang sama, melalui berbagai bentuk
pelayanan bimbingan dan konseling yang tersedia.
5. Bimbingan Konseling Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah yang Bersifat
Insidental. Memang, sering kali pelayanan bimbingan dan konseling bertitik
tolak dari masalah yang dirasakan klien sekarang,yang sifatnya dadakan. Namun
pada hakikatnya, pelayanan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih
luas,yaitu yang lalu,sekarang,dan yang akan datang. Disamping itu konselor
tidaklah seyogiyanya menunggu klien datang dan mengemukakan masalah.
6. Bimbingan dan konseling bekerja sendiri atau harus bekerja sama dengan ahli
atau petugas lain. Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang
terisolasi, melainkan proses yang sarat dengan unsur-unsur budaya,sosial,dan
lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin
menyendiri. Konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan
dapat membantu penanggulangan masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Di
sekolah misalnya, masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tidak berdiri
sendiri.Masalah itu sering kali saling terkait dengan orang tua,siswa,guru,dan
piha-pihak lain; terkait pula dengan berbagai unsur lingkungan rumah, sekolah
dan masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu penanggulangannya tidak dapat
dilakukan sendiri oleh guru pembimbing saja .Dalam hal ini peranan guru mata
pelajaran, orang tua, dan pihak-pihak lain sering kali sangat menentukan.
7. Menyamakan pekerjaan Bimbingan dan Konseling dengan pekerjaan dokter dan
psikiater. Dalam hal-hal tertentu memang terdapat persamaan antara pekerjaan
bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan psikiater, yaitu sama-
sama menginginkan konseli/pasien terbebas dari penderitaan yang dialaminya,
melalui berbagai teknik yang telah teruji sesuai dengan masing-masing bidang
pelayanannya, baik dalam mengungkap masalah konseli/pasien, mendiagnosis,
melakukan prognosis atau pun penyembuhannya. Kendati demikian, pekerjaan
bimbingan dan konseling tidaklah persis sama dengan pekerjaan dokter atau
psikiater. Dokter dan psikiater bekerja dengan orang sakit sedangkan konselor
bekerja dengan orang yang normal (sehat) namun sedang mengalami
masalah.Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat
reseptual dan pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara bimbingan
dan konseling memberikan cara-cara pemecahan masalah secara konseptual
melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental/psikis, modifikasi
perilaku, pengubahan lingkungan, upaya-upaya perbaikan dengan teknik-teknik
khas bimbingan dan konseling.
8. Bimbingan dan konseling semata-mata hanya sebagai proses pemberian nasehat.
Pemberian nasehat memang merupakan bagian dari pelayanan BK, akan tetapi
nasehat bukanlah satu-satunya layanan BK.
9. Konselor Harus Aktif,Sedangkan Pihak Lain Pasif. Sesuai dengan asas kegiatan,
di samping konselor yang bertindak sebagai pusat penggerak bimbingan dan
konseling,pihak lain pun,terutama klien harus secara langsung aktif terlibat
dalam proses tersebut. Lebih jauh,pihak lain hendaknya tidak membiarkan
konselor bergerak sendiri . mereka hendaknya membantu kelancaran usaha
pelayanan itu.

9
10. Bimbingan dan Konseling Melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang
Normal”. Padahal bimbingan konseling tidak melayani “orang sakit” dan/atau
“kurang normal” . bimbingan konseling hanya melayani orang-orang normal
yang mengalami masalah tertentu. Konselor yang memiliki kemampuan yang
tinggi akan mampu mendeteksi dan mempertimbangkan lebih jauh tentang
mantap atau kurang mantapnya fungsi-fungsi yang ada pada klien sehingga
kliennya itu perlu dikirim kepada dokter atau psikiater atau tidak.
11. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berpusat pada Keluhan Pertama Saja.
Pada umumnya,usaha pemberian bantuan memang diawali dengan melihat
gejala-gejala atau keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun
demikian,jika permasalahan itu dilanjutkan,didalami,dan
dikembangkan,seringkali bahwa ternyata masalah yang sebenarnya lebih
jauh,lebih luas,dan lebih pelik dari apa yang sekedar tampak atau disampaikan.
12. Menganggap Hasil Pekerjaan Bimbingan dan Konseling Harus Segera di
Lihat. Disadari bahwa semua menghendaki agar masalah yang dihadapi klien
segera mungkin dapat teratasi,hasilnnyapun hendaknya dapat dilihat dengan
segera. Namun harapan itu sering kali tidak terkabul. Lebih-lebih kalau yang
dimaksud dengan cepat itu adalah dalam hitungan jam atau hari saja.
Pengubahan pandangan dan atau tingkah laku sering kali harus melalui proses
yang mungkin perlu membutuhkan waktu yang cukup banyak.
13. Menyamaratakan Cara Pemecahan Masalah bagi Semua Klien. Cara apapun
yang akan dipakai untuk mengatasi masalah haruslah disesuaikan dengan pribadi
klien dan berbagai hal yang terkait dengannya. Tidak ada suatu carapun yang
ampuh untuk semua klien dan semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk
masalah yang sama pun cara yang dipakai perlu dibedakan.
14. Memusatkan Usaha Bimbingan dan Konseling Hanya Pada Penggunaan
Instrumentasi Bimbingan dan Konseling (Misalnya Tes,Inventori,Angket,dan
Alat Pengungkap Lainnya). Perlu diketahui bahwa perlengkapan dan sarana
utama yang pasti ada dan dapat dikembangkan pada diri konselor ialah
keterampilan pribadi. Dengan kata lain,alat pengungkap lainnya hanya sebagai
pembantu.
15. Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada Hanya Menangani Masalah-Masalah
yang Ringan Saja. Menetapkan sesuatu masalah berat atau ringan,tidaklah
mudah. Suatu masalah mungkin tampaknya ringan,tetapi setelah dikaji dan
diungkapkan berbagai sangkut-pautnya,ternyata berat. Sebaliknya,suatu yang
tampak berat,pelik,dan sebagainya,setelah dibahas dengan baik ternyata tidak
merisaukan dan dapat diatasi dengan tidak perlu bersusah payah.

10

Anda mungkin juga menyukai