Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENGANALISIS KONSEP POLITIK ISLAM DAN MENERAPKAN

NILAI-NILAI POLITIK ISLAM DI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi salah satu
Tugas mata kuliah Agama Islam

Dosen : Eman Supriatna, S.Hum, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

Nama : Muhamad Guntur NIM : 030200030


Nama : Intan Cahyani NIM : 030200027
Nama : Lisna Haryanti NIM : 030200021

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP MUTIARA BANTEN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaium warahmatullahi wabarakatu

Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Shalawat dan salam tak lupa senantiasa kita sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW yang

kita harapkan syafa’atnya di yaumulqiyamah nanti, amin.

Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam, mengenai

“Menganalisis konsep politik islam dan menerapkan nilai-nilai politik islam di Indonesia ”.

Penulis menyadari penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis

memohon kepada pembaca atas keritik dan saran guna melengkapi maklah ini. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca dan penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum warahmattulahi wabarakatu

Pandeglang, 10 September 2020

Penulis

DAFTAR ISI
Hal

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar belakang.................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5

A. Pengertian Politik Islam..................................................................................................5

B. Prinsip – Prinsip Politik Islam.........................................................................................6

C. Gambaran Politik Islam di Indonesia..............................................................................8

D. Implementasi nilai-nilai Politik Islam diIndonesia.......................................................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................................14

A. KESIMPULAN.............................................................................................................14

B. SARAN.........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda. Namun, Islam memiliki

aturan politik yang bisa membuat negara itu adil. Dalam Al-Qur’an memang aturan

politik tidak disebutkan, tetapi sistem politik pada zaman Rasulullah SAW sangatlah

baik. Hail ini disebabkan oleh faktor – faktor yang mendorong masyarakatnya

menjalankan syariat Islam.

Indonesia adalah sebuah negara Islam terbesar di dunia, namun bisa dikatakan negara

Islam, dalam prakteknya Islam kurang diaplikasikan dalam sistem pemerintahan baik

itu politik maupun demokrasinya, hal itu berpengaruh besar dalam berbagai aspek

kehidupan manusia di Indonesia, terutama pada sistem yang berlaku di pemerintahan

indonesia, contoh kecil adalah maraknya korupsi yang dikarenakan kurang

transparannya pemerintahan di Indonesia.

Disini kita akan membahas pengertian dan prinsip-perinsip politik islam, gambaran

politik islam dan penerapan nilai – nilai politik islam di Indoensia.

B. Rumusan Masalah

a. Apa itu pengertian politik islam ?


b. Seperti apa prinsip-prinsip politik islam Indonesia ?
c. Gambaran politik islam di Indonesia
d. Implementasi nilai - nilai politik islam di Indonesia
C. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian politik


b. Mengetehui prinsip - prinsip politik islam di Indonesia
c. Mengetahui gambaran politik islam di Indonesia
d. Mengetahui Penerapan nilai – nilai politik islam di IndonesiBAB II
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Politik Islam

Politik dalam bahasa Arabnya disebut “siyasyah” yang diterjemahkan menjadi siasat

atau dalam bahasa inggris “politics”.Syiasyah berasal dari kata kerja saasa – yasuusu

– syiaasah (dalam fikih islam) yang berarti mengurus sesuatu dengan hal yang

membawa kebaikan baginya. Namun asal mula kata politik itu sendiri berasal dari

kata “polis” (diambil dari bahasa Yunani atau Latin) yang berarti Negara kota atau

dapat juga diartikan sebagai kebijakan kekuatan kekuasaan pemerintah, peraturan

konflik yang menjadi consensus nasional, serta kemudian kekuasaan masyarakat. Ada

berbagai macam pendapat tentang pengetian politik itu sendiri.Berikut diantaranya.

 Menurut Salim ali al-Bahnasawi, politik ialah cara dan upaya menangani masalah-

masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk mewujudkan kemasalahan

dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan manusia.

 Menurut Drs. Inu Kencana politik adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang

berdiri sendiri tetapi juga seni, dikatakan sebagai seni karena banyak kita melihat

politikus yang tanpa pendidikan ilmu politik, tetapi mampu berkiat memiliki bakat

yang dibawa sejak lahir dari naluri sanubarinya.

 Menurut Prof. Miriam Budiarjo, politik adalah bermacam-macam kegiatan yang

menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik

membuat konsep-konsep pokok tentang Negara (state), kekuatan (power),

pengambilan keputusan (decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan

pembagian (distribution), atau alokasi (allocation).

B. Prinsip – Prinsip Politik Islam

a. Musyawarah
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua

negara dan orang – orang yang akan menjawab tugas – tugas utama dalam

pentatbiran umat. Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan

penentuan jalan dan cara pelaksanaan undang - undang yang telah dimaktubkan

dalam Al-Qur’an dab Ar-Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah

berkenaan dengan jalan – jalan bagi menentukan perkara – perkara baru yang

timbul dikalangan uamt melalui proses jihad.

b. Keadilan

Perinsip ini adalah berkitan dengan keadilan sosial dan ekonomi Islam. Dalam

pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam sistem politik

islam meliputi dan merangkumi segala jenis perhubungan yang berlaku dalam

kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara rakyat dan pemerintah, di antara

dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak pengadilan, diantara pasangan suami

istri dan di antara ibu, bapak dan anak-anaknya.

c. Kebebasan

Kebebasan yang dipelihara oleh sisitem politik islam ialah kebebasan yang

berteruskan kepada makruf dan kebijakan. Menegakan perinsip kebebasan yang

sebenar adalah tujuan terpenting bagi sisitem politik dab pemerintahan Islam serta

menjadi asas-asas utama bagi undang-undang perlembagaan negaran Islam.

d. Persamaan

Persamaan disini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut

hak, persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang

ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah

kuatkuasa undang-undang.

e. Hak Menghisab Pihak Pemerintah


Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan

tehadap tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak

pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan

urusan dan pentatbiran negara dan umat. Hak rakyat untuk disyurakan adalah

berarti kewajiban setiap angggota dalam masyarakat untuk menegakan kebenaran

dan menghapuskan kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga berarti

bahwa rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan

keputusan-keputusan pihak pemerintah.

Adapun prinsip-prinsip sebagai berikut.

 Dr.V.Fitsgerald berkata, “islam bukanlah semata agama,namun juga sebuah

sistem politik”. Meskipun pada dekade dekade terahir beberapa kalangan dari

umat islam yang menngklaim sebagai moderis, yang berusaha memisahkan

kedua sisi itu, namun seluruh gagasan pemikiran islam dibangun di atas

fundamen bahwa ke dua sisi itu dapat saling bergandengan dengan selaras dan

tidak dapat di pisahkan satu sama lain.

 Ptov D.B. Macdonald berkata “disini (Madinah) dibangun negara islam yang

pertama dan di ltakan prinsip – prinsip utama undang – undang islam”.

 Dr. Schacht berkata “islam lebih baik dari sekedar agama, ia juga

mencerminkan teori – teori perundang undangan dan polik”. Dalam ungkapan

yang lebih sederhana, ia merupakan sistem peradaban yang lengkap, yang

mencakup agama dan negara secara bersamaan.

C. Gambaran Politik Islam di Indonesia

Secara teologis, agama dan politik tidak dapat di pisahkan. Menurut pemahaman

islam, Al-Qur’an mmperlakukan kehidupan manusia sebagai suatu keseluruhan yang


organik. Artinya, semua bidang kehidupan manusia harus dibimbing oleh pentujuk-

petunjuk yang bersumber dai Al-Qur’an, termasuk di dalamnya adalah kehidupan.

Karena itu perkembangan politik di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pergulatan

politik islam di Indonesia.

Secara historial, politik islam di Indonesia mengalami pasang-surut. Pada masa

menjelang kemerdekaan sampai orde lama adalah masa pertarungan ideologi. Di

periode awaloerde baru bisa dikatakan politik Isalm berada di luar arena

kekuasaan,baru pada era 1980-an orde baru mulai merangkul muslim. Di era

reformasi barulah politik islam mulaimendapat tempat yang diinginkan dikancah

perpolitikan nasional.

a. Periode Menjelang Kemerdekaan Orde Lama

Pada periode ini elit politik Indonesia terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok

yang menginginkan indonesia Islam dan kelompok yang menginginkan Indonesia

berdasarkan ideologi non-agama yaitu kelompok nasionalis. Kedua aliran pemikiran

tersebut masing-masing mempunyai akar dalam sejarah dan perkembangan gerakan

nasionalis Indonesia pada tengah pertama abad ke-20.

Untuk mengakomodir berbagai pendapat demi menghasilkan kesepakatan bersama,

maka sebelum Indonesia merdeka dibentuklah apa yang di sebut dengan BPUPKI

(Badan Penyeledik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Badan ini terdiri

dari wakil-wakil berbagai unsur dan tokoh-tokoh,berjumlah 67 orang, terdiri dari 60

orang yanng dianggap tokoh dari Indonesia dan 7 orang anggota Jepang dan keturuna

Indonesia lainnyatanpa jak suara. Badan ini bertugas mendiskusikan dan menyusun

RUUD dan dasar negara Indonesia merdeka dan telah bersidang dua kali yaitu, 28

Mei sampai 1 Juni 1945 dan 10 – 17 Juli 1945. Segera setelah sidang pertama
berakhir, 38 anggota melanjutkan pertemuan. Kemudiann mereka membentuk pantia

kecil yang terdiri dari sembilan orang yang dipillih. Mereka adalah :

1. Soekarno (Nasionalis),

2. Mohammad Hatta (Islam,Nasionalis),

3. A.A. Maramis (Kristen),

4. Abikoesno Tjokrosoejoso (PSII),

5. Abdul Kahar Mudzakir (Muhammadiyah),

6. Haji Agus Salim (Islam),

7. Achmad Sorbarjo (Islam, Nasionalis),

8. KH. Wahid Hasyim (NU), dan

9. Mohammad Yamin (Nasionalis).

Mereka diberi tugas merumuskan rancanngan pembukaan hukum dasar yang dikenal

dengan preambul pembukaan UUD. Ini Hasil dari kesepakatan paniti sembilan ini

kemudian disebut dengan Piagam Jakarta. Isi dari Piagam Jakarta tersebut yaitu :

“Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada

ketuhanan (tidak dengan kata ketuhanan yang maha Esa) dengan kewajiban

menjalankan syariat bagi pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil

dan beradab, persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,serta dengan mewujudkan suatu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.

Sehari setelah itu (11 Juli 1945), Latuharhari, seorang Protestan dan anggota badan

penyelidik, menyatakan keberatannya atas kalimat tersebut. Akibatnya mungkin

besar,terutama terhadap agama lain, katanya kalimat ini juga bisa menimbulkan

kekacauan,misalnya terhadap adat istiada. Soekarno yang memimpin pertemuan,

mengingatkan segenap anggota bahwa preambul itu adalah suatu jerih-payah antara
golongan islam dan kebangsaan, kalau kalimat ini tidak dimasukan, tidak bisa

diterima oleh kaum islam.

Pasca dibacakan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, keesokan harinya Panitia

Periapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk 7 Agustus1945, dipimpin

oleh Soekarno sebagai ketua dan Hatta sebagai wakil ketua, menerima dengan bulat

teks perubahan preambul dan batang tubuh undang-undang dasar dengan beberapa

perubahan yang dikenal luas sebagai UUD 1945. Peristiwa ini menjadikan sejumlah

kelompok Islam merasa di khianati. Kekalaan ini oleh generasi Islam berikutnya

dipandang sebagai kelemahan politik Islam. Dampak dari peristiwa tersebut

memunculkan pemberontakan di beberapa daerah dengan tujuan mendirikan negara

Islam. Misalnya , Kartosuwirjo di Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus 1949

memproklamasikan Negara Islam Indonesia (NII). Kahar Muzakar mengadakan

pemberontakan di Sulawesi Selatan pada tahun 1952,dan Daud Beureueh

memproklamasikan Negara Islam di Aceh sebagai bagian dari NII yang

diproklamasikan Kartosuwirjo. Namun berbagai pemberontakan ini justru selanjutnya

melemahkan perjuangan politik Islam, Karena Menjadikan rezim Orde Baru selalu

curiga terhadap politik Islam.

b. Periode Orde Baru

Setelah ikut membantu menumpas pengikut PKI, harapan kelompok Islam untuk bisa

banyak ambil bagian dalam politik di Indonesia pada awal pemerintahan Orde Baru

tidak terwujud. Hal ini disebabkan oleh warisan kesalahpahaman dari pemerintah

kolonial yang menganggap Islam sebagai sumber pemberontakan yang dibenarkan

dengan adanya berbagai pemberontakan kelompok Islam seperti DI/TII. Akibatnya,

pemerintah Orde Baru cenderung phobia terhadap gerakan politik Islam.

c. Periode Reformasi
Pada masa ini politik Islam boleh dikatakan mencapai titik pijak yang sangat kuat.

Kebangkitan politik Islam ditandai oleh beberapa fenomena yang hampir tidak

muncul ke permukaan pada masa Orde Baru. Era ini muncul gairah pembentukan

partai politik berbasis Islam. Menjelang PEMILU 1999 sudah terdapat 35 buah partai

Islam yang mendaftarkan diri ke Departemen Kehakiman. Setelah diadakan seleksi

oleh Tim Sebelas, yang lolos sebagai kontestan pemilu 1999 sebanyak 20 partai Islam

dari 48 partai politik. Kini, sejak reformasi telah 4 kali pemilu diselenggarakan.

Partai-partai berbasis Islam secara akumulatif belum pernah meraih kemenangan.

Di ranah politik, partai-partai politik berbasis Islam, terus berjuang mengitegrasikan

nilai-nilai syariat ke dalam hukum positif di Indonesia melalui politik legislasi

nasional maupun legislasi daerah . Perjuangan ini dilakukan secara prosedural di

parlemen dan dengan mekanisme yang demokratis di setiap alat kelengkapan dewan,

baik melalui fraksi, komisi maupun Badan Legislasi. Sebagai perjuangan, ikhtiar

tersebut tidak selalu berhasil karena partai-partai berbasis Islam kalah dalam jumlah,

bahkan kadang di antara mereka sendiri berbeda pendapat.

D. Implementasi nilai-nilai Politik Islam diIndonesia

Politik selalu berkaitan dengan kekuasaan(power) dan sebagaimana dikatakan C.O.

Key, Ir.,seorang pakar ilmu sosial,politik terutama terdiri dari hubungan antara

superordinasi dan subordinasi,antara dominasi dan submissi,antara yang memerintah

dan yang diperintah. Bagi seorang marxis, suatu tindakan politik itu menguntungkan

kaum proletar,memperlemah posisi dari apa yang mereka namakan kelas borjuis dan

menuju revolusi sosial ke arah masyarakat tanpa kelas. Bagi seorang sekularis

pragmatis, suatu tindakan politik adalah baik bila dapat memberi “benefit” atau

keuntungan praktis dan manfaat materil, walaupun berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan sesat. Sedangkan bagi seorang Muslim suatu tindakan politik adalah
baik apabila tindakan tersebut berguna bagi seluruh rakyat sesuai dengan

ajaran”rahmatan lil’alamin”. Dengan demikian, dari tinjauan Islam ada dua jenis

politik,yaitu politik kualitas tinggi dan politik kualitas rendah. Paling tidak ada tiga

ciri yang harus dimiliki politik berkualitas tinggi atau oleh mereka yang

menginginkan terselenggaranya “high politics”, yakni :

1. Setiap jabatan politik pada hakekatnya berupa amanah dari masyarakat yang harus

dipelihara sebaik-baiknya. Amanah itu tidak boleh disalah gunakan,misalnya untuk

memperkaya diri sendiri atau menguntungkan golongan sendiri dan menelantarkan

kepentingan umum. Kekuasaan harus dilihat sebagai nikmat yang dikaruniakan oleh

Allah untuk mengayomi masyarakat,menegakkan keadilan dan memelihara orde atau

tertib sosial yang egalitarian. Kekuasaan betapapun kecilnya,harus dimanfaatkan

untuk membangun kesejahteraan bersama, sesuai dengan amanat yang telah

dipercayakan oleh masyarakat luas.

2. Erat dengan yang tersebut di atas setiap jabatan politik mengandung dalam dirinya

pertanggungjawaban. Sebagaimana diajarkan Nabi saw.setiap orang pada dasarnya

pemimpin yang harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya atau tugas-

tugasnya. Kesadaran akan tanggungjawab ini sangat menentukan dalam usaha kita

menyelenggarakan politik berkualitas tinggi. Akan tetapi tanggungjawab ini bukan

terbatas di hadapan institusi-institusi atau lembaga yang bersangkutan, lebih penting

lagi adalah tanggungjawab di hadapan Allah,di depan mahkamah yang paling adil

besok di akhirat. Membicarakan pertanggungjawaban di depan Tuhan bagi telinga

kaum sekularisme-pragmatis barangkali kedengaran janggal, apalagi bagi kaum

marxis yang memang atheis. Hanya saja selalu kita ingat bahwa Al-Qur’an dan Hadist

dalam berbagai tempat menggaris bawahi mutlak pentingnya iman kepada Allah dan

pertanggungjawaban kita di hadapan-Nya. Seorang Politikus,pejabat atau negarawan


yang kesadaran tanggungjawabnya pada Tuhan sangat dalam,secara otomatis

memiliki “pembangunan kontrol” yang tidak ada taranya. Ia memiliki kendali diri

yang sangat kuat untuk tidak terperosok ke dalam rawa-rawa kemunafikan.

3. Kegiatan politik harus dikaitkan secara ketat dengan prinsip ukhuwah, yakni

persaudaraan di antara sesama umat manusia. Ukhuwah dalam arti luas melampaui

batas-batas etnik, rasial, agama, latar belakang sosial, keturunan dan lain sebagainya.

Politik kualitas tinggi sangat kondusif bagi pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi

munkar.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran

tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi.

Beberapa prinsip politik islam berisi : Bermusyawarah, berkeadilan, mempunyai

kebebasan dan persamaan. Korelasi pengertian politik Islam yang menghalalkan

segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan. Islam menolak dengan

tegas mengenai politik yang mnghalalkan segara cara.pemerintah yang otoriter

adalah pemerintah yang memaksakan kehendaknya kepada rakyat. Setiap

pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi masyarakat. Sedangkan

penyimpangan adalah pemerintah yang tidak mengabdi pada rakyatnya. Sehingga

pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu bentuk pemerinyahan yang

menyimpang dai prinsip-prinsip islam. Walaupun demikian islam juga

memperbolehkan adanya perang, namun dengan sebab yang sudah jelas karena

mengancam kelangsungan umat muslim itu sendiri. Dan perang ini pun telah

meliliki ketentuan-ketentuan hukum yang menyaturnya. Jadi tidak sembarangan

perang dapat dilakukan. Politik islam menuju kemaslahatan dan kesejahteraan

seluruh umat.
B. SARAN

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya memiliki

peran utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah

integrasi kehidupan masyarakat, negara dan Ilam di perlukan ijtihad yang akan

memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan

hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang idup dalam alam

modern ini dengan politik akan memberikan pengalaman dan tantangan baru

menuju masyarakat yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan

menambah kepercayaan masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam

mengatur seluruh aspek mulai dari ekonomi, sosial, militer, budaya sampaidengan

politik.
DAFTAR PUSTAKA

Abd.Gani, R. Politik dan Ilmu .

Amien Rais, M. (2004). Hubungan Antara Politik dan Dakwah. Bandung: Mujahid.

Iman Daelani, Fadiludin, A.A Feranto, P.N Maghfiroh, Elvi S. (2014). Makalah Sistem Politik Islam.
Bangkalan: https://www.slideshre.net/mobile/achmadagung/makalah-sistem-politik-islam.

Kuniawan, M. (2012). Sistem Politik Dalam Islam. http://hitamkekal.blogspot.com.

Mansoer, H. D. (2004). Materi Intruksional Pendidikan Agama Islam Di perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Dapartemen Agama RI.

Warisman, I. (2013). Makalah Politik Islam. http://ilhamwarisman.blogspot.com/2013/11/makalah-


politik-islam.html.

Anda mungkin juga menyukai