Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ALAT KONTRASEPSI MANTAP MOW/TUBEKTOMI


Oleh Misnawati SST, M.Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VIII

1. NURUL MUTHOHAROH (201702029)


2. PRATIWI A. AKUBA (201702031)
3. ASRINI (201702005)
4. JUMRINA MULDIYANTI (201702017)

KELAS II A DIII KEBIDANAN

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat serta hidayah nya ‘kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tanpa rahmat serta hidayah-Nya
mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas Asuhan
kebidanan Kominitas tentang “ALAT KONTRASEPSI MANTAP
MOW/TUBEKTOMI ”. Selain itu juga agar kami penyusun dan  pembaca dapat
menambah dan  memperluas ilmu tentang bagaimana cara kita untuk mengetahui
tentang Alat kontrasepsi mantap wanita MOW/ Tubektomi Makalah yang kami
sajikan ini berdasarkan sumber-sumber  yang ada. Makalah ini kami susun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami  sebagai penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan-Nya lah
sehingga  makalah ini dapat terselesaikan.

Kami sebagai Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen Asuhan


kebidanan kesehatan reproduksi yang telah membimbing kami, agar kami dapat
mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan Dari itu
kami mohon saran dan kritiknya untuk menyempurnakan makalah ini sebelum
dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.

ii
Palu, 15 Maret 2019

Penyususn

DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2
A. Pengertian..............................................................................................................2
B. Keuntungan Tubektomi..........................................................................................2
C. Keterbatasan tubektomi..........................................................................................2
D. Indikasi Tubektomi................................................................................................3
E. Syarat Tubektomi...................................................................................................3
F. Waktu pelaksanaan tubektomi................................................................................4
G. Yang sebaiknya tidak mengalami tubektomi..........................................................4
H. Komplikasi tubektomi............................................................................................4
I. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Wanita dengan Kontrasepsi Tubektomi
5
J. Persiapan untuk calon akseptor tubektomi.............................................................6
K. Perawatan awal tubektomi......................................................................................7
L. Mobilisasi...............................................................................................................7
M. Perawatan Pasca Operasi Tubektomi..................................................................8
N. Cara tubektomi.......................................................................................................9

iii
O. Pesan kepada klien sebelum pulang.....................................................................12
P. Informasi Umum..................................................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................13
B.     Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iv

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data survei kesehatan dan demografi Indonesia tahun 2003
kesehatan masyarakat pada metode kontrasepsi mantap masih rendah jumlah
peserta KB yang memakai kontrasepsi MOW atau tubektomi 3,15% bahkan
hanya sekedar 38% pasangan yang mengetahui kontrasepsi mantap tubektomi.
Menurut Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN Haryono Suyono
salah satu kontrasepsi paling aman sesuai hasil penelitian dan pola kontrasepsi
rasional adalah pemakaian kontrasepsi mantap seperti tubektomi sayangnya
kontrasepsi mantap itu belum populer di masyarakat Indonesia.
Pelaksanaan kontrasepsi mantap sebenarnya sudah sejak lama dilakukan di
Rumah Sakit. Sebagai salah satu upaya untuk mencegah kematian ibu
terutama bagi ibu dan resiko kematian tinggi.

B. Rumusan masalah
1. ap ayang dimaksud dengan Tubektomi/MOW?
2. Apa saja manfaat kontraspsi Tubektomi?
3. Apa saja kekurangan atau efek samping kontrasepsi Tubektomi?
4. Apa saja syarat orang melakukan Tubektomi?
5. syapa saja yang tidak di perbolehkan melakukan tubektomi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tubektomi/MOW
2. untuk mengetahui Apa saja manfaat kontraspsi Tubektomi
3. untuk mengetahui Apa saja kekurangan atau efek samping kontrasepsi
Tubektomi
4. untuk mengetahui Apa saja syarat orang melakukan Tubektomi
5. untuk mengetahui syapa saja yang tidak di perbolehkan melakukan
tubektomi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tubektomi adalah pemotongan saluran indung telur (tuba fallopi)
sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahim untuk dibuahi. Tubektomi
bersifat permanen. Walaupun bisa disambungkan kembali, namun tingkat
fertilitasnya tidak akan kembali seperti sediakala. Tubektomi adalah salah
satu alternatif KB.

B. Keuntungan Tubektomi
1. Sangat efektif
2. Permanen
3. Tidak mempengaruhi proses menyusui
4. Tidak bergantung pada faktor senggama
5. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang
serius
6. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal
7. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
8. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
9. Lebih aman karena tingkat kegagalan sangat kecil

C. Keterbatasan tubektomi
1. Harus dipertimbangkan sifat permanan metode kontrasepsi
2. Klien dapat menyesal dikemudian hari
3. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi
umum)
4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih
6. Tidak melindungi diri dari IMS HBV dan HIV/AIDS

2
D. Indikasi Tubektomi
1. Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila
wanita hamil lagi.
2. Gangguan fisik
Tuberkulosis pulmonum, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker
payudara dan sebagainya
3. Gangguan psikis
Skijofremia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain-lain.
4. Indikasi medis obstetric
Toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesar berulang, histerektomi
dan sebagainya.
5. Indikasi medis ginekologik
Pada waktu melakukan operasi ginekologis dapat pula dipertimbangkan
untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
6. Indikasi sosial ekonomi
Indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa
betambah lama betambah berat.

E. Syarat Tubektomi
1. Syarat Sukarela
Meliputi antara lain pengetahuan pasangan tentang cara-cara
kontrasepsi lain, resiko dan keuntungan kontrasepsi tubektomi dan
pengetahuan tentang sifat permanennya cara kontrasepsi ini.
2. Syarat bahagia
Dapat dilihat dari ikatan perkawinan syah dan harmonis, umur istri
sekurang-kurangnya 25 tahun dengan 2 orang anak hidup, dan anak
terkecil berumur lebih dari 2 tahun.

3
3. Syarat medik
Setelah syarat bahagian ini dipenuhi, syarat medik kemudian
dipertimbangkan termasuk pemeriksaan fisik, ginekologik dan
laboratorik.

F. Waktu pelaksanaan tubektomi


Kontap/tubektomi dapat dilakukan pada wanita :
1. Setelah melahirkan
2. Setelah keguguran
3. Bersamaan dengan tindakan menggugurkan kandungan
4. Pada saat tindakan operasi besar wanita diantaranya bersamaan
dengan operasi kandungan
5. Setiap saat dikehendaki

G. Yang sebaiknya tidak mengalami tubektomi


1. Baru 1 sampai 6 minggu pasca persalinan
2. Mungkin hamil
3.    Terdapat infeksi atau masalah pada organ kewanitaan\Kondisi
kesehatan lain yang berat seperti stroke, darah tinggi atau diabetes

H. Komplikasi tubektomi

Komplikasi Penanganan
Infeksi luka Apabila terlihat infeksi luka, obat dengan
antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan
drainase dan obati seperti yang terindikasi
Demam pasca operasi Obati infeksi berdasarkan apa yang
(38o C) ditemukan
Luka pada kandung Mengacu ketingkat asuhan yang tepat,
kemih (intestinal apakah kandung kemih atau usus luka dan

4
jarang terjadi) diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi
primer. Apabila ditemukan pasca operasi,
dirujuk ke Rumah Sakit yang tepat bila
perlu.
Hematoma (subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab
ditempat tersebut. Amati : hal ini biasanya
akan berhenti dengan berjalannya waktu
tetapi dapat membutuhkan drainase bila
ekstensi.
Emboli gas yang Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan
diakbiatkan oleh mulailah resusitasi intensif termasuk :
laparoskopi (sangat cairan intravena, resusitasi kardio pulmonar
jarang terjadi) dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi Pastikan adanya infeksi atau abses dan
pembedahan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan Mengontrol perdarahan dan obati
superfinial (tepi-tepi berdasarkan apa yang ditemukan.
kulit atau subkutan)

I. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Wanita dengan


Kontrasepsi Tubektomi
1. Konseling
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling :
a. Konseling pre operatif tubektomi, terdiri dari :
b. Menyambut klien dengan ramah
c. Menjelaskan kontrapsepsi yang akan digunakan
d. Menerangkan bahwa tindakan sterilisasi dilakukan ditempat khusus
yang klien tidak akan malu
e. Memberitahu bahwa yang dibicarakan menjadi rahasia
f. Menanyakan permasalahan, pengalaman klien mengenai alat
kontrapsepsi dan kesehatan reproduksinya

5
g. Menanyakan apakah klien mempunyai kontrapsepsi yang akan
dipilih
h. Konselor memberikan informasi yang lengkap tentang
kontrapsepsi mantap tetapi ajukan pula metode lain
i. Bantu klien untuk memilih kontrapsepsi yang tepat
j. Konselor merasakan apa yang klien rasakan untuk memudahkan
dan memahami permasalahan klien
k. Memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan apa yang
akan disampaikannya mengenai kontrapsepsi mantap
l. Bantu klien untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikan
mengenai kontrapsepsi mantap \
m. Jawab semua pertanyaan klien secara terbuka dan lengkap
n. Memberitahu klien kapan kunjungan ulang dan mempersilahkan
klien untuk kembali kapan saja apabila klien ada keluhan
o. Konseling post operatif tubektomi, terdiri dari :
p. Istirahat selama 2-3 hari
q. Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama
1 minggu.
r. Dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama 1
minggu, dan apabila setelah itu masih merasa kurang nyaman,
tunda kegiatan tersebut.

J. Persiapan untuk calon akseptor tubektomi


Persiapan pasien pra bedah dapat dibagi atas langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menerangkan bahwa untuk operasi ini diperlukan izin/persetujuan
penderita dan keluarga.
2. Pasien diminta untuk puasa 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan
3. Diberi pencahar ringan Dulcolax (R) 2 tablet, apabila operasi akan
dilakukan, maksudnya agar usus-usus dalam keadaan kosong dan tidak
mengganggu jalannya operasi.

6
4. Rambut kemaluan dinding perut dicukur dan dibersihkan dengan
sabun.
5. Pasien terlebih dahulu diminta untuk BAB atau bila perlu diklisma
untuk merangsang defekasi.
6. Melakukan pengosongan kandung kencing.
7. Memasing infus cairan

K. Perawatan awal tubektomi


1. Letakan pasien dalam posisi untuk pemulihan
2. Tidur miring kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan napas
3. Letakan lengan atas dimuka tubuh agar mudah melakukan tekanan
darah
4. Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tekuk daripada bagian
bawah untuk menjaga keseimbangan
5. Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien.
6. Cek tanda vital setiap 10 menit pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1
jam kedua, dan selanjutnya setiap 60 menit pada jam-jam berikutnya.
7. Pantau pula keluhan pasien, perdarahan baik pada luka operasi maupun
dari kemaluan dan suhu badan. \
8. Minum dan makan lunak dapat diberikan apabila pasien sudah sadar
betul

L. Mobilisasi
Mobilisasi pasien tubektomi yang bersamaan dengan sectio caesar
Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah
penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua penderita dapat
didudukan selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-dalam untuk
melonggarkan pernapasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada
diri penderita bahwa ia mulai pulih kemudian posisi tidur terlentang
dirubah menjadi setengah duduk (posisi semi powler). Secara berturut-

7
turut hari demi hari penderita dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari
kelima pasca bedah.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan
emboli sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat
mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur
dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan
Mobilisasi pasien tubektomi yang dilakukan setelah keguguran
duduk dan mencoba berdiri apabila tidak pusing lagi

M. Perawatan Pasca Operasi Tubektomi


Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat
rencana pemeriksaan (check-up) bagi penderita pasca bedah yang
diteruskan kepada dokter dan paramedis jaga baik di kamar rawat khusus
maupun setelah tiba di ruangan atau kamar tempat penderita di rawat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan
pengukuran diukur adalah sebagai berikut :
1. Tekanan darah
2. Jumlah nadi permenit
3. Frekuensi pernapasan permenit
4. Jumlah cairan masuk dan keluar (urin)
5. Suhu badan
6. Pemeriksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya dilakukan
setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.

N. Cara tubektomi
Cara tubektomi dapat dibagi berdasarkan atas :
1. Saat operasi

8
2. Cara mencapai tuba
3. Cara penutupan tuba

1. Saat operasi
Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau
masa interval sesudah keguguran tubektomi dapat langsung dilakukan.
Dianjurkan agar tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24
jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin.
Tubektomi pada persalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh
edema tuba, infeksi dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang setelah
hari ke 7-10 pasca persalinan. Tubektomi setelah hari itu akan lebih sulit
dilakukan karena alat-alat genital telah menciut dan mudah berdarah.
2. Cara mencapai Tuba
Cara-cara yang dilakukan di indonesia saat ini ialah dengan
laparotomi, laparotomi mini, dan laparoskopi.
3. Laparotomi
Cara mencapai tuba melalui laparotomi biasa, terutama pada masa
pasca persalinan, merupakan cara yang banyak dilakukan di Indonesia
sebelum tahun 70an. Tubektomi juga dilakukan bersamaan dengan seksio
sesarea, dimana kehamilan selanjutnya tidak diinginkan lagi, sebaiknya
setiap laparotomi harus dijadikan kesempatan untuk menawarkan
tubektomi

a. Laparotomi mini
Laparotomi khusus tubektomi ini paling mudah dilakukan 1-2
hari pasca persalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih
panjang, dan dinding perut yang masih longgar memudahkan
mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1-2 cm dibawah
pusat.
Kalau tubektomi dilakukan pada 3-5 hari postpartum, maka
dapat dilakukan insisi mediana karena uterus dan tuba telah

9
berinvolusi. Dilakukan insisi mediana setinggi 2 jari dibawah
fundus uteri sepanjang 1-2 cm.

4. Laparoskopi
Laparoskop dimasukkan ke dalam selubung dan alat panggul
diperiksa. Tuba dicari dengan menggunakan manipulasi uterus dari
kanula rubin, lalu sterilisasi dilakukan dengan menaggunakan cincin
folope yang dipasang pada pars ampularis tuba. Setelah yakin tidak
terdapat perdarahan, pnemoperitonium dikelurkan dengan menekan
dinding perut. Luka ditutup dengan 2 jahitan subkutikuler, lalu
dipasang band aid. Pasien dapat dipulang 6-8 jam.
5. Cara penutupan Tuba
Cara tubektomi yang dapat dilakukan adalah cara Pomeroy,
Kroener, Irving, pemasangan cincin folope, klip filshie, dan elektro-
koagulasi disertai pemutusan tuba.
a. Cara Pomeroy
Tuba dijepit kira-kira pada pertengahan, kemudian diangkat
sampai melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai Catgut biasa
no.0 atau no.1. lipatan tuba kemudian dipotong di atas ikatan
catgut tadi. Tujuan pemakaian catgut biasa ini ialah lekas
diabsorpsi, sehingga kedua ujung tuba yang di potong lekas
menjauhkan diri, dengan demikian rekanalisasi tidak
dimungkinkan.
b. Cara Kroener
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal
dari jepitan diikat dengan sehelai benang sutera, atau dengan catgut
yang tidak udah diabsorpsi.
c. Cara Irving
Tuba dipotong pada pertengahan panjangya setelah kedua
ujung potongan diikat dengan catgut kronik no.0 atau no.00. ujung
potongan proksimal ditanamkan di dalam miometrium dinding

10
depan uterus. Ujung potogan ditanamkan di dalam ligamentum
latum. Dengan cara ini rekanalisasi spontan tidak mungkin terjadi.
Cara tubektomi ini hanya dapat dilakukan pada laparotomi besar
seperti seksio sesarea.
d. Pemasangan Cincin Falope
Cincin falope (yoon ring) terbuat dari silikon, dewasa ini
banyak digunakan. Dengan aplikator bagian ismus uba ditarik dan
cincin dipasang pada bagian tuba tersebut. Sesuah terpasang
lipatan tuba tampak keputih-putihan oleh karena tidak mendapat
suplai darah lagi dan akan menjadi jibrotik. Cincin falope dapat
dipasang pada laparotomi mini, laparoskopi atau dengan
laprokator.
e. Pemasangan Klip
Berbagai jenis klip telah dikembangkan untuk memperoleh
kerusakan minimal agar dapat dilakukan rekanalisasi bila
diperlukan kelak. Klip filshie mempunyai keuntungan dapat
digunakan pada tua yang edema. Klip Hulka-clemens digunakan
dengan cara menjepit tuba. Oleh karena klip tidak memperpendek
panjang tuba, maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.
f. Elektro-koagulasi dan Penutupan tuba
Cara ni dahulu banyak dikerjakan pada tubektomi
laparoskopik. Dengan memasukkan grasping forceps melalui
laparoskop tuba dijepit kurang lebih 2 cm dari kornua, diangkat
menjauhi uterus dan alat-alat panggul lanilla, kemudian dilakukan
kauterisasi. Tuba terbakar kurang lebih 1 cm ke proksimal, dan
distal serta mesosalping terbakar sejauh 2 cm. Pada waktu
kauterisasi tuba tamapak menjadi putih, menggembung, lalu putus.
Cara ini sekarang banyak ditinggalkan.

O. Pesan kepada klien sebelum pulang


Pada minggu pertama segera kembali jika :

11
1. Demam tinggi
2. Ada nanah atau luka berdarah,
3. yeri, panas, bengkak, luka kemerahan
4. Nyeri berlanjut/semakin parah, kram nyeri perut
5. Diare
6. Pingsan atau sangat pusing
7. Segera kembali jika merasa hamil, nyeri para perut atau sering
pingsan

P. Informasi Umum
1. Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami
karena gas (CO2 atau udara) dibawah diafragma sekunder terhadap
pneumo-peritoneum.
2. Tubektomi efektif setelah operasi
3. Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa (apabila
mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur khususnya PK
atau KSK, jumlah dan durasi haid dapat meningkatkan setelah
pembedahan).
4. Tubektomi tidak memberikan perlindungan pada IMS (Infeksi
Menular Seksual) termasuk virus AIDS apabila pasangannya beresiko,
pasangannya mempergunakan kondom bahkan setelah tubektomi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Dari uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita
yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan
keturunan lagi.
Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma
(pembuahan) dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung
telur dalam rahim.
Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan
konseling yaitu tim medis atau konselor harus menyampaikan informasi
lengkap dan objektif tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai
metode kontrasepsi itu.
Setelah selesai operasi tubektomi, dokter bedah dan anestesi telah
membuat rencana pemeriksaan (check-up) bagi penderita pasca bedah
yang diteruskan kepada dokter dan paramedis jaga baik di kamar rawat
khusus maupun setelah tiba di ruangan atau kamar tempat penderita di
rawat.

B.     Saran
Program KB tubektomi adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang
dapat diterapkan pada masyarakat saat ini. Oleh karena itu petugas
kesehatan harus selalu memberikan informasi kepada masyarakat tentang
KB tubektomi dengan bahasan dan materi penyuluhan yang lebih
sederhana sehingga dapat diterima dan dimengerti oleh masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi..2014. keluarga berencana dan kontasepsi. Jakarta : Pustaka


sinar harapan

iv

Anda mungkin juga menyukai