MAKALAH
“FATWA EKONOMI SYARIAH”
makalah dibuat dengan tujuan tugas mata kuliah Fatwa Ekonomi Syariah
MATA KULIAH : Fatwa Ekonomi Syariah
DOSEN : Lilis Suryani, SE.Sy.ME.
OLEH KELOMPOK 1:
Ahmad Muzakkir
NIM: 18420158
i|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
Kata Pengantar
Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Fatwa Ekonomi
Syariah dengan judul : Fatwa Ekonomi Syariah
Selalu senantiasa kita bershalawat pada nabi allah Muhammad SAW. Tokoh
revolusi terbaik sepanjang masa yang hampir membuat islam menguasa sepertiga
dunia , yang tidak lagi diragukan untuk menjadi suri tauladan untuk umat
muslim .
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
dari berbagai pihak . Jika ada benar dan lebihnya itu datang dari Allah SWT dan
jika ada salah dan kurangnya datang dari kita . Wallahul muafiq ila aqwamith
thariq , billahi taufiq wassa’ adah Wassalamualaikum warahmatullah
Wabarakatuh .
Sengkang , 2020
Penulis,
Ahmad Muzakkir
ii | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
DAFTAR ISI
Halaman:
Cover Makalah i
Kata Pengantar...............................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Sejarah Fatwa............................................................................................................3
B. Pengertian Fatwa.......................................................................................................6
C. Dasar Hukum Fatwa dan Syarat Mufti......................................................................7
D. Ciri-ciri Fatwa dan Kedudukan Fatwa......................................................................9
BAB III PENUTUP.....................................................................................................18
A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
iii | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem hukum Islam, pemberi fatwa adalah mufti yang sah atau
para imam yang terkenal kedalaman pemahamnan dan ilmu mereka. Orang awam
tidak dibenarkan memberikan fatwa, karena ini akan menjerumus kepada
kekacauan dan memberikan fatwa tanpa ilmu. Karena itu sebenarnya terdapat
kualifikasi untuk jabatan yang penting ini
1|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
B. Rumusan Masalah
1. Apa Sejarah Fatwa di Indonesia?
2. Apa Pengertian Fatwa?
3. Apa Dasar Hukum Fatwa dan syarat mufti?
4. Apa ciri-ciri dan kedudukan fatwa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah fatwa
2. Untuk mengetahui Pengertian Fatwa
3. Untuk mengatahui Dasar hukum fatwa dan syarat mufti
4. Untuk mengetahui ciri-ciri dan kedudukan fatwa
2|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Fatwa
Berdasarkan teori-teori yang memberikan informasi mengenai awal
kedatangan Islam di Indonesia dengan berbagai bukti sejarah menunjukkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia dengan damai baik melalui perdagangan, perkawinan
maupun upaya penyebaran (dakwah) sekitar abad ke VIII Masehi. 1 Penyebaran
Islam di Indonesia sendiri dapat dikatakan tidak terlalu sulit. Hal tersebut
disebabkan pelbagai alasan, selain metode penyebarannya dianggap sesuai dengan
masyarakat pada masa itu, faktor politis pada masa itu (Kerjaaan
Budha/Majapahit) tengah mengalami krisis dan instabilitas sehingga momentum
tersebut menjadikan Islam sebagai bagian alternatif solusi di tengah masyarakat.
1
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama, (Bandung: Mizan, 1993), hal. 24-36.
2
Akhmad Mujahidin, Makalah:”Pelembagaan Hukum Islam (Tinjaun Historis dan
Realitas)”, disampaikan dalam kuliah umum PPs STAIN Jurai Siwo Metro, 22 Oktober
2014.
3
Abdurrahman Wahid, Kontribusi Pemikiran Islam di Indenesia, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 230.
3|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
ulama dalam pandangan masyarakat, sehingga ketika fatwa kafir atas penjajah
semakin menambah motivasi perjuangan.
Berdirinya organisasi massa yang bersifat keagamaan seperti
Muhammadiyah (8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912) dan Nahdlatul Ulama
(31 Januari 1926) ikut mewarnai perjalanan bangsa dan perkembangan Hukum
Islam di Indonesia dengan pelbagai fatwa dan keputusankeputusannya.
Merespon kondisi tersebut Belanda pun memiliki metode khusus untuk
meredamnya yaitu selain dengan menekan berkembangnya hukum Islam melalui
tata hukum pada masa itu, Belanda juga menugaskan seorang Islamolog (1898),
Christian Snouck Hurgronye. Tugas utama Islamolog tersebut adalah agar muslim
Indonesia jangan sampai terlalu erat memegang hukum Islam sehingga dengan
demikian mereka akan mudah mempengaruhi dan mengendalikan orang-orang
Indonesia.4
Menjelang proklamasi kemerdekaan, politik hukum pamerintah Hindia
Belanda telah melahirkan pakar-pakar yang berfaham sekuler tetapi disamping itu
masih terdapat para ulama dan para tokoh Islam yang yang bercita-cita untuk
menjadikan hukum Islam sebagai syari’ah menjadi hukum positif atau sumber
atau dasar bagi umat Islam. Tokoh-tokoh yang berfaham sekuler berpendirian
bahwa sekulerisasi hukum merupakan ciri dari sistem politik modern yang
didasarkan pada dua alasan yaitu hukum agama akan mengurangi kewenangan
badan legislatif yang merupakan inti dari negara modern atau akan mengurangi
kedaulatan negara dan hukum agama akan menghalangi tuntutan perubahan
masyarakat karena hukum agama itu bersifat statis. Sehingga mengakibatkan
terpecahnya pandangan para pemimpin Indonesia menjadi 2 kelompok. Kelompok
pertama berpendirian bahwa syari’ah dan hukum Islam hanya sebagai bahan
hukum nasional tapi tidak mengikat, mengikat jika sudah diterima oleh hukum
adat. Sedangkan kelompok kedua berpendirian bahwa masyarakat yang dicita-
citakan wajib menjalankan syari’at Islam bagi umat Islam yang memerlukan
bantuan Negara atau hukum yang dibuat tidak bertentangan dengan hukum Islam
dan kedudukan hukum Islam sejajar dengan hukum adat. Hal ini kemudian
4
Aqil Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3S, 1985), hal. 30-31.
4|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
B. Pengertian Fatwa
5
Endang Saifudin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Bandung: Pustaka ITB,
1981), hal. 25-26.
6
Juhaya S. Praja¸ Hukum Islam, Pemikiran dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), hal. xi-xii.
7
Ma’ruf Amin, et.al., Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975,
(Jakarta: Erlangga, 2011), hal. iii.
5|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
Fatwa berasal dari bahasa Arab فتوى,yang artinya nasihat, petuah, jawaban
atau pendapat. Adapun yang dimaksud adalah sebuah keputusan atau nasihat
resmi yang diambil oleh sebuah lembaga atau perorangan yang diakui otoritasnya,
disampaikan oleh seorang mufti atau ulama, sebagai tanggapan atau jawaban
terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa (mustafti) yang tidak
mempunyai keterikatan. Dengan demikian peminta fatwa tidak harus mengikuti
isi atau hukum fatwa yang diberikan kepadanya.8
Tindakan memberi fatwa disebut futya atau ifta, suatu istilah yang merujuk
pada profesi pemberi nasihat. Orang yang memberi fatwa disebut mufti atau
ulama, sedangkan yang meminta fatwa disebut mustafti. Peminta fatwa bisa
perseorangan, lembaga ataupun siapa saja yang membutuhkannya.
Hukum berfatwa adalah fardu kifayah, kalau ada orang lain yang bisa
memberi fatwa selain dirinya. Adapun kalau tidak ada orang lain yang bisa
memberi fatwa dan masalah yang difatwakan itu cukup mendesak maka ia pun
secara fardu ‘ain wajib memberi fatwa atas pristiwa itu.
Oleh karena fatwa itu menyangkut masalah agama maka tidak sembarang
orang bisa menduduki sebagai mufti syarat-syarat yang harus di miliki oleh
seorang mufti antara lain adalah:
a. Fatwanya harus didasarkan kepada kitab-kitab induk yang mutabar agar fatwa
yang diberikan itu dapat diterima oleh penerima fatwa.
b. Apabila ia berfatwa berdasrkan qoul seseorang alim, maka ia dapat
menunjukan dasar sumber pengambilan fatwanya itu, dengan demikian ia
terhindar dari berbuat salah dan bohong.
c. Seorang mufti harus mengerti atau mengetahui berbagai macam pendapat
ulama agar tidak terjadi kesalah fahaman antara ia dan penerima fatwanya.
d. Seorang mufti haruslah seorang alim yang memiliki kejujuran.9
6|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
b. Hadis
ا ل ان امىWWعن ابن عباس ان سعد بن عبا دة استفتى رسول اﷲ صل اللهعليه وسلم فق
فقال رسول اﷲ صل اﷲ عليه وسلم اقضه عنها,ما تت وليها نذر لم نقضه
Artinya: Dari ibnu abbas r.a. bahwa Sa’ad Bin ‘Ubadah r.a. Minta Fatwa kepada
Nabi SAW., yaitu dia mengatakan; sesungguhnya ibuku meninggal
dunia padahal beliau mempunyai kewajiban nadzar yang belum
ditunaikanya? Lalu Rasulullah SAW. Menjawab: “tunaikan nadzar itu atas
nama ibumu”. (HR Abu daud dan Nasai)P7F12
Syarat-Syarat Mufti
harus di ketahui dan diamalkan oleh umat. Umat akan selamat bila ia
memberi fatwa yang benar dan akan sesat bila ia salah dalam berfatwa, ia
sempurna akalnya.
10
Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtshar Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Jakarta: Darus Sunnah,
2012, h.
11
12
Mu’amal Hamidy, et al.Terjemahan Nailul Authar, Himpunan Hadis-Hadis
Hukum, jilid 6, Surabaya: Bina Ilmu, 1986, h. 597-598.
7|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
moralitas. Syarat ini harus dimiliki seorang mufti karena ia secara langsung
di tengah umat.13
8|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
Pada dasarnya kedudukan fatwā adalah sama dengan ijtihād. Rifyal Ka‟bah juga
menegaskan iftā‟ (pekerjaan memberi fatwa) adalah sinonim dari ijtihād.
Perbedaannya fatwa lebih khusus dari ijtihād. Ijtihad adalah istinbaṭ (formulasi)
ketentuan-ketentuan hukum secara umum, baik kasus hukumnya sudah ada atau
belum ada. Sedangkan iftā‟ (fatwa) menyangkut kasus yang sudah ada dimana
mufti memutuskan ketentuan hukumnya berdasarkan pengetahuan hukum yang
dimilikinya.16 Oleh karena itu syaratsyarat yang harus dimiliki oleh seorang mufti
sama dengan syarat-syarat seorang mujtāhid. Sehubungan dengan itu, Al-Ghazali
merumuskan
kualifikasi seorang mujtāhid sebagai berikut:
tersebut.17
14
Al-Shaukāni, Irṣād al-Fuhūl, (Makkah: Maktabah al-Tijārah, 1953), (taḥqīq: Abi
Mush'ab Muhammad Sa'id al-Badri), h. 296.
15
Imam Nawāwi, Majmuʽ Syarḥ al-Muhaḍab, Juz IV, (Mesir : Zakāria Ali Yusuf, t.t), h.
75
16
Rifyal Ka‟bah, Hukum Islam di Indonesia Perspektif Muhammadiyah dan NU
(Jakarta :
Universitas, 1999), h. 212
17
Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, al-Mustasfa fi „ilmi „l-Uṣul,
(Beirut : Dar Ihya at-Turats al-„Arabi, 1324), h. 350
9|HES 5B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
18
Rohadi Abdul Fatah, Analisis fatwa Keagamaan....................,h.45
19
Al-Ghazali, al-Mustasfa ….......................................................,h.350
20
Ibid.
10 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
susunan kata ṣarīh, ẓahīr, mujmal, ḥaqīqah, majaz, ʽam, khaṣ, muḥakkamah,
mutasyabih, muṭlaq, muqayyadah, naṣ.21
8. Mengetahui perbedaan antara hadith ṣahih dan bukan hadith ṣahih yang
diterima dan tidak diterima di kalangan umat. Tidak perlu meneliti hadith satu
persatu, jikalau terdapat perbedaan pendapat mengenai riwayat satu hadith,
langkah yang harus dilakukan memilih riwayat yang lebih kuat dari ulama
terkenal seperti Imam Syafiʽi dan Malik.22
9. Mengetahui uṣul fiqh, uṣul fiqh ilmu yang harus diketahui para mufti
dan mujtāhid. Substansi kajian uṣul fiqh adalah dalil-dalil hukum Islam, tidak
hanya sebatas Al-qur‟ān, hadith dan ijtihād tetapi seluruh hal-hal yang terkait di
dalamnya. Seorang muftī harus kaya dengan uṣul fiqh, karena uṣul fiqh
merupakan metodologi berpikir untuk membuka dan menunjukkan kepada suatu
kesimpulan hukum, bukan sebagai pembuat hukum. Dengan mengetahui uṣul
fiqh secara tidak langsung mengetahui kaidah-kaidah umum (kulliyat) dan
hakikat hukum beserta dalil-dalilnya, syarat-syarat dalil, segi penununjukan lafaẓ
kepada makna, proses tarjīh dari dalil yang bertentangan (taʽaruḍ al-„ādilah),
nasakh-mansukh, dan lainnya.23
Menurut Abu Zahrah, sehubungan dengan syarat seorang muftī, keadilan seorang
muftī merupakan syarat yang penting, karena berkaitan dengan hal : Pertama,
proses pemilihan pendapat yang tidak pasti dalilnya. Kedua, fatwa membawa
kemaslahatan bagi masyarakat luas sehingga mufti tidak dibolehkan mengambil
pendapat yang lebih berat dan yang lebih ringan sebagai dalil hukum. Ketiga,
dalam memilih pendapat ia mesti memiliki niat yang baik. Keadilannya dituntut
agar ia tidak memihak kepada penguasa sehingga mengenyampingkan keinginan
21
Al-Ghazali, al-
Mustasfa................,h.353 64 Ibid.
22
Ibid.
23
Al-Ghazali, al-Mustasfa..............,h.352
11 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
Fatwa koletif merupakan bentuk fatwa yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
sekelompok atau lembaga yang memiliki yang memiliki kemampuan dan
kewenangan dalam mengeluarkan fatwa. Fatwa kolektif ini haruslah bebas dari
pengaruh tekanan politik, budaya, dan sosial yang berkembang. 25 Di Indonesia
yang dikategorikan sebagai kelompok fatwa kolektif ini adalah Majelis Ulama
Indonesia, Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Islam
Departemen Agama, Komisi Fatwa Dewan Dakwah Islamiyah
Fatwa yang bersifat kolektif dipandang sebagai bentuk ijtihad modern yang
dianggap ideal, karena proses perumusannya didasarkan pada berbagai sudut
pandang keilmuan yang lebih mendekati kebenaran. 27 Ijtihād kolektif dipandang
perlu sebab permasalahanpermasalahan yang muncul dewasa
ini semakin kompleks. Pemecahannya memerlukan pendekatan
24
Muhammad Abu Zahrah, Uṣul Fiqh, (Beirut: Dar al-Fikr al-Arabiy, 1958), h. 597
25
Ali Hasballah, Usul al-Tasyri‟ al-Islami , Cet 5, (Mesir : Dar al-Ma‟arif, 1976) , h. 426
26
Rohadi Abdul Fatah, Analisis fatwa.............................,h.140-141
27
Asafri Jaya, Konsep Maqashid al-Syariah Menurut Syatibi, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1996), h. 158
12 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
yang tidak hanya dari aspek hukum semata, melainkan perlu dukungan berbagai
macam disiplin ilmu seperti ilmu kedokteran, psikologi, ekonomi dan lainya.28
Fatwa personal merupakan bentuk fatwa yang dihasilkan dari penelitian dan
penelaahan yang dilakukan seseorang. Biasanya fatwa personal ini lebih banyak
memberi warna pada fatwa kolektif. Fatwa personal selalu dilandasi dengan studi
mendalam terhadap suatu masalah yang akan dikeluarkan fatwanya, pada
umumnya fatwa kolektif diawali terlebih dahulu dengan fatwa personal melalui
studi mendalam tersebut.29
28
Asafri Jaya, Konsep Maqashid...................,h.159
29
Asafri Jaya, Konsep Maqashid...................,h.141
30
Ibid.
31
Rusli, Tipologi Fatwa………................,h.284
13 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
dari al-Qur‟ān dan Sunnah Nabi yang berkaitan dengan poko persoalan tersebut.
Dalam kasus jika ada dua pandangan yang berbeda, yang masing-masing dengan
dasar yang berbeda baik dalam Al-Qurʽan maupun Sunnah, Hasan mencoba
menjelaskan ayat Al-Qur‟ān dan tingkat keterpercayaan sanad dan matan dari
masing-masing Sunnah. Namun demikian, Hasan enggan menggunakan qiyās,
namun menerima ijmaʽ dan membatasinya hanya pada ijmaʽ ṣaḥābah, jika tidak
ada aturan hukum dari al-Qur‟ān dan Sunnah, maka ia berpegang pada kaidah al-
aṣl fī al-asyyā‟ al-ibaḥāh ( fondasi bagi segala sesuatu adalah boleh).32
Sehubungan dengan bentuk fatwa ini, dalam kaitan dengan format, fatwa terdiri
dari tiga unsur pertanyaan (su‟āl,istiftā‟), pemberi fatwa (mufti), dan jawaban
(jawāb). Seseorang (mustaftī) mengajukan suatu pertanyaan kepada seorang
mufti, yang kemudian mufti tersebut menyediakan jawabannya. Ketika pertanyaan
tersebut disusun atau ditulis pada sehelai kertas, maka kertas tersebut kemudian
33
dikenal sebagai ruq'ah al-istiftā‟ dan kitāb al-istiftā‟. Menurut Wael B.Hallaq
himpunan fatwa dapat diklasifikan menjadi dua bentuk pertama primary fatwā
dan secondary fatwā.
32
Ibid.
33
Wael B. Hallaq, From Fatwās to Furuʽ : Growth and Change in Islamic Subtantive
Law,
(Islamic Law and Society. Vol.1. No.1, 1994), h. 29-65
34
Wael B. Hallaq, From Fatwās...................,h.32
14 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
fatwā selalu menampilkan dasar dari realitas yang sedang terjadi dan praktik
hukum dalam suatu koleksi fatwa.35
Kebiasaan seperti ini terjadi disebabkan para ahli hukum pada waktu
35
Wael B. Hallaq, From
Fatwās...................,h.33 79 Ibid.
36
Wael B. Hallaq, From Fatwās...................,h..34
37
Wael B. Hallaq, From
Fatwās..................,h.35 82 Ibid.
15 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
7. Sejak fatwa memiliki fungsi sebagai doktrin pendukung dalam kasus yang
terjadi diperadilan, para praktisi telah mencatatnya dalam catatan peradilan. Fakta
ini mengindikasikan bahwa fatwa sejak saat itu telah dirumuskan dalam suatu
koleksi tertentu.38
terjadi.39
10. Fatwa pada masa Utsmani dan periode setelahya cenderung cenderung
sangat praktis dan pragmatis.86
38
Ibid.
39
Wael B. Hallaq, From
Fatwās...................,h.36 85 Wael B.
Hallaq, From Fatwās..................,h.37 86
Ibid.
16 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
Senada dengan itu, Caeiro menyatakan bahwa fatwa merupakan titik temu
antara teori hukum dengan praktek sosial. 41 Selanjutnya ia menjabarkan bahwa
secara sosial fatwa memiliki empat fungsi antara lain; fatwa sebagai instrumen
hukum, instrumen sosial, wacana politik, dan sebagai doktrin hukum.42 Dalam
fungsinya sebagai isntrumen hukum fatwa menjadi bagian dari proses peradilan,
ketika menyangkut persoalan yang diajukan oleh seorang hakim dan berdampak
pada kasus-kasus peradilan, dalam fungsinya sebagai instrument sosial fatwa
memiliki kontribusi dalam menjaga stabilitas sosial antara hukum dan masyarakat
dengan syarat organisasi formal dan informal memiliki hubungan yang selaras
dalam pemerintahan, fatwa sebagai berpengaruh secara politik dan doktrin,
misalnya ketika ia digunakan untuk memberikan status hukum kepada umat Islam
yang heterodox sebagai murtad.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
40
Maslihan Mohammad Ali, Sejarah Revitalisasi........................,h. 21-22
41
Alexandre Caeiro, The Shifting Moral Universes of the Islamic Tradition of Iftā‟: A
Diachronic Study of Four Adab al-Fatwā Manuals, (Leiden: The Muslim Word, Vol 96,
Oktober 2006), h. 661
42
Ibid.
17 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi penulis
menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran –
saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan
menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan
menyempurnakan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Google.com
18 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah
Makalah FATWA EKONOMI SYARIAH
19 | H E S 5 B
Fatwa Ekonomi Syariah