1. Landasan Ontologis
Kata Ontologi berasal dari Yunani, yaitu onto yang artinya ada dan logos yang
artinya ilmu. Ontologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang keberadaan. Pertanyaan
yang menyangkut wilayah ini antara lain: apakah objek yang ditelaah IPA?
Bagaimanakah hakikat dari objek itu? Bagaimanakah hubungan antara objek tadi
dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan dan ilmu ? Studi
tentang ontologis membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani
yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis ialah seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles. Ontologi dari IPA membatasi diri pada ruang kajian keilmuan yang bisa
dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca indera
manusia. Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan ilmiah
manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman
(seperti penciptaan manusia) dan pascapengalaman (seperti surga dan neraka)
menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar iimu. Beberapa aliran dalam bidang
ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme.
2. Landasan Epistomologis
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode
dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin,
nature, methods and limits of human knowledge). Epistemologi juga disebut teori
pengetahuan (theory of knowledge). berasal dari kata Yunani episteme, yang berarti
“pengetahuan”, “pengetahuan yang benar”, “pengetahuan ilmiah”, dan logos = teori.
Epistemologi dapat didefmisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula
atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan. Pertanyaan yang
menyangkut wilayah ini antara lain: bagaimanakah proses yang memungkinkan proses
3. Landasan Aksiologis
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan
logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi adalah “teori tentang nilai”
(Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S. Suriasumantri, 2000:
105). Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004: 163) aksiologi terbagi dalam tiga
bagian: Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika; Keduei,-
esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, yaitu
kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.
Pertanyaan yang menyangkut wilayah kasiologi antara lain: untuk apa
pengetahuan ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya
dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan
yang berarti saya tahu. Kata “science” sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi
baik ilmu pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science).
Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan “science” maka yang dimaksud adalah “natural science”
atau dalam bahasa Indonesia disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan IPA
sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (Physical science) yang natara lain kimia, fisika, astronomi dan
mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian IPA tersebut.
1) Menurut H.W. Fowler : “Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan alam yang sistematis dan
dirumuskan , yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan deduksi”. Definisi IPA ini tampaknya banyak diterima dan dipakai di sekolah-
sekolah di Indonesia.
2) Menurut Robert B.Sund : “Ilmu pengetahuan alam adalah sekumpulan pengetahuan dan juga
suatu proses“. Dalam definisi ini IPA mengandung dua unsur, yaitu sebagai sekumpulan
pengetahuan dan sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan
tersebut.
3) Definisi lainnya, yaitu menurut James B. Conant : “Ilmu pengetahuan alam adalah suatu
rangkaian konsep-konsep yang saling berkaitan dan bagan-bagan konsep yang telah
berkembang sebagai hasil eksperiment dan obeservasi dan bermanfaat untuk eksperimen serta
Dalam definisi ke tiga ini terdapat tiga unsur IPA. Yang pertama, adalah serangkaian konsep
dan bagan konsep yang saling berkaitan. Yang dimaksud bagan konsep ialah suatu konsep yang
menyangkut konsep-konsep lain yang relevan. Misalnya konsep evolusi yang menyangkut konsep
mutasi, konsep variasi, konsep penyebaran geografis. Adapun unsur kedua dari definisi IPA
tersebut, berupa proses terutama mempergunakan metoda observasi dan eksperimen. Sedangkan
unsur ketiga berupa manfaat dan penerapannya, yaitu untuk observasi dan eksperimen lebih lanjut.
Dari ketiga contoh definisi IPA tersebut, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan suatu pengetahuan yang ilmiah, karena IPA mempunyai syarat-syarat berikut :
dibuktikan dengan pengamatan dan pengamalan empirik. Adapun objek studi IPA adalah
benda-benda dan gejala-gejala kebendaan, baik benda hidup, benda mati maupun tidak hidup.
2) Bersifat sistematik, artinya IPA mempunyai sistem yang teratur. Sistem ini dipergunakan
3) Mengandung metode tertentu yaitu metode ilmiah. Metode ini dipergunakan untuk
mempelajari objek studi, untuk memperoleh pengetahuan dan juga cara berfikir dan
memcahkan masalah.
Berdasarkan ke 3 pengertian tersebut, IPA pada hakekatnya merupakan suatu produk, proses dan
1) IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk atau hasil. IPA merupakan sekumpulan
pengetahuan (dalam definisi pertama dan kedua) dan sekumpulan konsep-konsep dan bagan
konsep (dalam definisi ketiga) yang merupakan hasil suatu proses tertentu.
2) IPA pada hakikatnya adalah suatu proses (dalam definisi kedua). Yaitu proses yang digunakan
untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk IPA. Dalam
Proses ini digunakan metode ilmiah dan terutama ditekankan pada proses observasi dan
Dengan mengutip pendapat Einstein tentang proses IPA, John G. Kemeny menegaskan baha
IPA berangkat dari fakta dan berakhir pada fakta. Kemeny menjelaskan terdapatnya tiga tahapan
a) Bertolak dari Fakta-fakta khusus hasil observasi dan eksperimen terdahulu, disusun konsep-
konsep kemudian teori-teori. Penyusunan teori secara demikian disebut secara induktif, yaitu
eksperimen dan observasi, menuju terbentuknya teori. Tahapan ini disebut tahapan induksi.
mempunyai akar serabut maka kita selidiki tumbuhan satu lainnya, ternyata semuanya berakar
serabut. Kemudian diambil kesimpulan umum bahwa tumbuhan berkeping satu mempunyai
akar serabut.
b) Tahapan kedua adalah deduksi.Berrtitik tolak dari suatu teori atau kesimpulan umum yang
telah dianggap benar,dapat diramalkan atau diprediksi fakta-fakta baru yang bersifat khusus.
Contoh : Misalnya kita sudah menganggap benar kesimpulan umum tentang tumbuhan
berkeping satu tersebut. Bila suatu ketika ditemukan tumbuhan yang berakar serabut, maka
c) Diketemukannya dugaan atau ramalan baru, akan mendorong dilakukannya observasi dan
disebut tahapan verifikasi. Ramalan atau konsekuensi yang telah diuji kebenarannya
melahirkan fakta-fakta baru yang secara induktif dapat disusun teori baru lagi. Dengan
demikian, proses-proses IPA merupakan proses yang berantai dan melingkar, yang bertolak
Matematika mempunyai sumbangan yang penting bagi perkembangan IPA. Matematika antara
lain berperan sebagai penunjang untuk memahami gejala-gejala alam dan untuk
memperhitungkan secara logis sesuatu yang tidak dapat diperoleh dari observasi dan
eksperimen. Perkembangan IPA bukan hanya karena proses induksi dan deduksi tetapi juga
perhitungan matematika melahirkan IPA kuantitatif yang dipandang merupakan IPA modern.
3) Adapun hakikat IPA yang ketiga adalah bahwa IPA pada hakikatnya merupakan suatu
penerapan atau aplikasi. penerapan teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat
memberi kemudahan bagi kehidupan. Penerapan-penerapan IPA ini juga berguna untuk
Erat kaitannya dengan hakikat IPA sebagai suatu penerapan, Norman Campbell memandang
IPA menjadi dua aspek yag satu sama lain tidak dapat dipisahkan bagai mata uang dnegan kedua
sisi-sisinya. Kedua aspek tersebut adalah ”practical science” dan aspek “pure science” sebagai
”practical science” IPA sangat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat melalui teknologi. Sebagai
“pure science”, IPA tidak dapat bermanfaat langsung bagi kehidupan, tetapi mengandung nilai
intelektual. Apa yang kita pelajari secara langsung dari IPA adalah aspek “pure science” tersebut.
Sebagai suatu produk, proses maupun penerapan, IPA memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat
1) Pengetahuan dalam IPA bersifat universal. Ini berarti konsep-konsep dan teori IPA tetap
konsisten danb berlaku dimana-mana. Hal ini antara lain karena IPA tidak membahas nilai-nilai
moral dan etika, dan menjangkau nilai-nilai keindahan dan seni budaya yang nilainya
Contoh :Hukum gravitasi Newton berlaku mulai dari apel-apel yang jatuh ke bumi pada berbagai
tempat, hingga bergeraknya bulan mengelilingi bumi dan juga bergeraknya planet-planet
mengelilingi matahari.
pada setiap waktu. ini berarti konsep-konsep IPA dapat dibuktikan oleh ilmuwan-ilmuwan lain
terdapat kelainan-kelainan dari orbit planet Uranus. Dua belas tahun kemudian, John Adam
bahwa penyimpangan orbit Uranus tersebut disebab planet lain dibelakangnya dnegan lokasi
yang dapat ditentukan. Pada tahu 1842, barulah observatorium Berlin dapat mengamati lokasi
tersebut dan menemukan planet baru yang kemudian diberi nama Neptunus. Dengan demikian
3) Ciri ketiga dari IPA adalah bahwa konsep dari teori IPA bersifat tentatif yang berarti
kemungkinan dapat diubah bila ditemukan fakta baru yang tidak sesuai dengan konsep dan
teori tersebut.
menentukan apakah suatu pengetahuan bersifat ilmiah. Metode ilmiah yang digunakan, harus
menjamin akan menghasilkan pengetahuan yang ilmiah, yaitu yang bersifat objektif, sistematis dan
konsisten. Metoda ilmiah terutama digunakan dalam IPA, tetapi juga banyak juga digunakan dalam
ilmu pengetahuan lain. Dalam bentuk dan langkah-langkah sederhana, juga dapat dipergunakan
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan agar memperoleh keputusan yang objektif. Adapun
1. Perumusan masalah. Langkah metoda ilmiah diawali dengan merasakan adanya masalah dan
berkeinginan untuk memecahkan masalah. Masalah antara lain timbul karena adanya
dimaksud dengan masalah disini umumnya ialah berupa pertanyaan yang mengandung unsur-
unsur apa, mengapa, dan bagaimana suatu objek yang akan diteliti.
2. Langkah selanjutnya adalah membatasi masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk
menentukan ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan. Kemudian masalah tersebut perlu
sementara tentang masalah yang diteliti dan yang harus diuji kebenaranya melalui observasi
dugaan-dugaan sementara tentang masalah yang diteliti. Penyusunan hipotesis harus dilandasi
pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
4. Pengumpulan data. Yaitu mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah tersebut
dan yang relevan dengan hipotesis yang telah disusun. Pengumpulan data ini antara lain dapat
dilakukan dengan mencari informasi dari buku-buku sumber atau dari orang yang dianggap
5. Langkah selanjutnya dalah menyeleksi dan mengklasifikasikan data. Data yang telah terkumpul
diseleksi untuk dipilih data yang erat hubungannya dengan masalah dan yang dapat
masalah. Bila perlu data kuantitatif dapat disusun dalam bentuk tabel atau grafik.
observasi dan dapat dilakukan dengan melalui eksperimen. Pengujian hipotesis tidak berarti
harus membenarkan hipotesis karena suatu hipotesis dapat ditolak kebenarannya bila hasil-
7. Hasil-hasil eksperimen dan data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis untuk
menentukan apakan hipotesis yang telah diajukan ditolak atau diterima kebenarannya.
8. Pengambilan kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data dan hasil eksperimen yang telah
dilakukan pada proses pengujian hipotesis ditarik kesimpulan hipotesis mana yang ditolak dan
hipotesis mana yang diterima. Kesimpulan yang diambil merupakan pengetahuan yang telah di
uji kebenarannya. Kesimpulan tersebut juga merupakan jawaban terhadap masalah yang diteliti
atau dipecahkan, yang dikomunikasikan dalam bentuk laporan hasil penelitian. Kecuali itu dari
suatu hasil penelitian, biasanya timbul masalah-masalah baru yang perlu diteliti.
berurutan ? Pada umumnya, langkah-langkah tersebut perlu dilakukan secara teratur dan
berurutan, karena langkah yang satu merupakan landasan dari langkah berikutnya. Tetapi pada
beberapa pustaka, langkah pengumpulan data dilakukan lebih dahulu sebelum penyusunan
hipotesis. Ini membawa konsekwensi, terkumpulnya data yang akhirnya kurang relevan dengan
hipotesis yang akan disusun. Sebaliknya mungkin saja terjadi, data yang diperlukan terlewat untuk
Pengumpulan data hasil observasi ataupun informasi dari buku-buku, dilakukan dengan melalui
indera-indera manusia yang mempunyai keterbatasan. Demikian juga alat-alat eksperimen yang
itu, kesimpulan yang berupa pengetahuan IPA dapat berubah bila ternyata ditemukan data baru
yang tidak sesuai. Inilah yang menyebabkan IPA mempunyai ciri tentatif, seperti yang telah kita
bahas.
Keterbatasan lain dari metoda ilmiah IPA ialah bahwa IPA dengan metoda ilmiahnya tidak
dapat menjangkau sistem nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai keindahan atau estetika serta nilai-
Dengan metoda ilmiah ini, para ilmuwan tidak mau dan tidak mampu menguji kebenaran-
kebenaran yang diturunkan berdasarkan wahyu Ilahi. Kebenaran wahyu Ilahi adalah kebenaran
yang bersifat mutlak dan diyakini sepenuhnya akan kebenarannya oleh pemeluknya serta abadi
sepanjang masa.
metoda ilmiah seorang ilmuwan atau pengguna metoda ilmiah tersebut, dituntut memiliki sikap-
sikap tertentu, agar kesimpulan yang diperolehnya bersifat objektif. Sikap tersebut disebut sikap
1. Objektif terhadap fakta atau kenyataan. Dengan jujur seorang ilmuwan akan menyatakan
suatu fakta sesuai dengan kenyataan dan tidak dipengaruhi oleh perasaannya serta
pertimbangan lain. Sikap ini akan melatih kita untuk mencintai kebenaran yang objektif.
Dengan bersifat objektif terhadap fakta ini kita dituntut untuk membedakan antara fakta dan
pendapat pribadi.
dikumpulkan yang dapat menunjang kesimpulan atau keputusan itu. Dengan demikian tidak
Contoh : Seorang ilmuwan yang secara kebetulan menemukan suatu jenis hewan dalam air dia
tidak akan menyimpulkan bahwa hewan tersebut hidup dalam air sebelum mengumpulkan
data tentang hewan tersebut ada berbagai tempat baik darat, air tawar, maupun air laut.
3. Berhati terbuka. Artinya bersedia mempertimbangkan pendapat atau penemuan orang lain,
sekalipun pendapat atau penemuan orang lain itu bertentangan atau tidak sesuai denagn
pendapatnya sendiri.
Contoh : Ilmuwan tersebut (contoh 2) telah menyimpulkan bahwa hewan tadi hidup dalam air.
Tetapi ternyata ada ilmuwan lain menemukan hewan serupa hidup di atas pohon-pohon.
Ilmuwan yang pertama bersedia mengubah kesimpulannya asal dia diberi cukup bukti dan
fakta.
4. Bersikap tidak memihak terhadap sesuatu pendapat tertentu tanpa alasan-alasan yang
berdasarkan fakta.
Contoh : Ingat percobaan Galileo dari menara Pisa. Galileo tidak memihak begitu saja faham
Aristoteles bahwa benda berat akan jatuh lebih dahulu daripada benda ringan.
5. Metoda ilmiah melatih kita untuk tidak percaya kepada takhayul atau sifat untung-untungan,
karena percaya bahwa di alam ini sesuatu terjadi melalui proses tertentu.
6. Dapat bekerja sama dengan orang-orang lain dan bersedia mengkomunikasikan dan
mengumumkan hasil penelitiannya. Ini berarti bahwa penemuan atau pendapat kita rela untuk
dijumpainya. Rasa ingin tahu ini akan melatih kepekaan mengenal masalah dan menggugah
keringinannya untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian akan mendorong kita
8. Memiliki ketekunan dan kesabaran serta ketelitian dalam melakukan eksperimen, observasi
nilai keindahan atau estetika, tetapi IPA mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi
masyarakat. Yang dimaksud dengan nilai disini ialah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat
dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan nilai dalam
pembahasan ini bukanlah nilai-nilai yang bersifat kebendaan atau bukan nilai-nilai yang dapat
dikaitkan dengan harga dan bentuk uang. Adapun nilai-nilai IPA tersebut adalah :
1) Nilai praktis. Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang
secara langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebaliknya teknologi telah membantu
mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat bagi
kehidupan. Oleh karena itu, IPA telah membuka jalan ke arah penemuan-penemuan yang
secara langsung dan tidak langsung dapat bermanfaat. Dengan demikian IPA mempunyai nilai
praktis yaitu sesuatu yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh : Penemuan listrik oleh Faraday telah diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan
Tentang hubungan antara IPA dan teknologi ini Paul B.Weiz mengungkapkan bahwa IPA
2) Nilai intelektual. Metoda ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia
untuk memecahkan masalah. Tidak saja masalah-masalah alamiah tetapi juga masalah-masalah
Metoda ilmiah ini telah melatih ketrampilan dan ketekunan, serta melatih pengambilan
agar pemecahan masalah berhasil dengan baik, maka metoda ilmiah menuntut sifat ilmiah bagi
intelektual. Dengan demikian yang dimaksud dengan nilai intelektual adalah sesuatu yang
memberikan kepuasan kepada seseorang karena dia telah mampu menyelesaikan atau
pedagang yang memperoleh untung besar atau bandingkanlah dengan seorang politikus yang
kemajuan IPA dan teknologi suatu negara, menyebabkan negara tersebut memperoleh
tinggi yang dapat dicapai oleh suatu negara dalam bidang IPA dan teknologi memberikan rasa
bangga akan bangsanya. Rasa bangga akan kemampuan atau potensi nasional dan rasa bangga
Contoh : Negara-negara yang telah maju, misalnya Amerika, mereka sadar dan bangga terhadap
kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang sosial politik. Produk IPA dan teknologi
dapat membuka jalan ke arah industrialisasi dan mekanisasi pertanian yang dapat
kemampuan IPAdan eknologi tinggi, tidak dapat menggali sumber daya alamnya dengan
negaranya kepada bangsa lain yang hanya memikirkan keuntungan sebanyak banyaknya, tanpa
memperhatikan alamnya. Dalam hal ini maka IPA dan teknologi memiliki nilai sosial-ekonomi.
Kemajuan IPA dan teknologi suatu negara dapat menempatkan negara itu dalam kedudukan
Contoh :
a) Ketika Amerika berhasil mendaratkan manusia di bulan dengan apolo 11, martabat
b) Juga ketika Rusia mampu meluncurkan satelit buatannya yang pertama, yaitu Sputnik I,
c) Jepang dan RRC karena kemampuan IPA dan teknologinya tinggi, hingga banyak hasil
kuat.
4) Nilai keagamaan dari IPA. Banyak orang berprasangka, dengan mempelajari IPA dan
Prasangka tersebut didasarkan pada alasan bahwa IPA hanya mempelajari benda dan
gejala-gejala kebendaan. Prasangka ini tidak benar makin mendalam orang mempelajari
IPA, makin sadarlah orang itu akan adanya kebenaran hukum-hukum alam, sadar akan
adanya suatu ketertiban di dalam alam raya ini dengan maha pengaturnya. Walau
alam, manusia makin sadar akan keterbatasan ilmunya. Karena dengan keterbatasan
Contoh :
a) Anda mengetahui, berapa banyak biaya dan tenaga ahli yang dikerahkan untuk persiapan
pendaratan dibulan. Manusia tidak akan mampu membuat atau menciptakan bulan. Oleh
b) Dengan susah payah dan waktu yang lama manusia dapat mempelajari hukum gravitasi,
tetapi keterbatasan ilmunya, manusia tidak mampu meniadakan gravitasi itu sendiri.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, jelaslah seorang ilmuwan yang beragama akan lebih
tebal keimanannya kepada Tuhan. Keimanan ini tidak hanya didukung oleh dogma-dogma
saja. Keimanannya juga ditunjang oleh akal pikiran yang didukung segala pengamatannya
Tuhan.
Hubungan nilai-nilai IPA dan agama ini, ilmuwan terkenal Albert Einstein menggambarkan
dalam ungkapan sebagai berikut “Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama tanpa
5) Nilai-nilai kependidikan dalam IPA. Sekitar satu abad yang lampau, karena pelajaran IPA
lebih ditekankan pada fakta-fakta saja, ahli-ahli pendidikan belum mengangap IPA mempunyai
sedikit sekali yang didasarkan atas penemuan-penemuan psikologi belajar. Dengan makin
berkembangnya IPA dan teknologi serta diterapkannya psikologi belajar pada pelajaran IPA,
maka IPA diakui bukan hanya suatu pelajaran melainkan pula suatu alat pendidikan. Pelajaran
IPA bersama-sama dengan pelajaran lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
a) Kecakapan bekerja dan berfikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah
c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik kaitannya dengan
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
a) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat kita hidup dan tentang
bagaimana kita harus bersikap yang benar terhadap alam. Dengan pengetahuannya, siswa
diharapkan dapat memanfaakan dan mengelola sumber daya alam secara tepat.
b) Menanamkan sikap hidup ilmiah, yang harus dibawanya dalam perjalanan hidupnya dan
bukan hanya dalam memecahkan masalah ilmiah saja. Sikap ini timbul dari kesadaran akan
pentingnya metoda dan sikap ilmiah yang biasa digunakan oleh para ahli IPA. Dengan
memberikan latihan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara ilmiah, siswa akan
mampu mencari jawab persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya secara ilmiah.
alat-alat. Latihan ketrampilan ini dapat mengembangkan bakat ketrampilan tanga siswa
dalam pelajaran IPA adalah bagian penting yang bermanfaat dalam mencapai tujuan
pendidikan IPA. Kecuali itu pendidikan IPA harus dapat memberikan untuk tumbuhnya
d) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan
dan penemuan-penemuannya yang telah berguna bagi dunia. Yang perlu kita didikkan
kepada para siswa untuk menghargai para ilmuwan itu, adalah mengetahui bagaimana
siswa akan tergugah untuk melakukan percobaan dan penemuan-penemuan baru yang
1. Buatlah mind map dari materi tentang bab ini yaitu “Hakekat IPA ”
2. Jelaskan hakekat IPA ditinjau dari landasan Ontologis, Epistomologis dan
Aksiologis
3. Jelaskan kenapa metode ilmiah sebagai salah satu ciri IPA
4. Jelaskan dimensi-dimensi apa saja yang dikembangkan dalam IPA