Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi dan Metode PLS
Di susun oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Strategi dan Metode PLS yang berjudul
Komunikasi dalam pembelajaran dan faktor pemilihan metode.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar isi.................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang...........................................................................................................1
2. Rumusan Masalah......................................................................................................2
3. Tujuan........................................................................................................................2
Bab I Pembahasan
Bab III
1. Kesimpulan................................................................................................................19
2. Saran..........................................................................................................................19
Daftar pustaka........................................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma pembelajaran senantiasa mengalami perubahan.
Perubahan dimaksudkan untuk perkembangan dan kemajuan
pembelajaranyang dapat memberikan hasil yang lebih baik. Paradigma
pembelajaran yang berkembang dan diterapkan selalu menyesuaikan
dengan kondisi kekinian.Tidak berlebihan bilamana terdapat anggapan
umum, bahwa pembangunansumber daya manusia dimulai dari ruang-
ruang kelas dalam lingkup pendidikan formal di sekolah. Proses
pendidikan merupakan langkah nyata untuk mempersiapkan sumber daya
manusia bagi kemajuan bangsa dannegara (human investment).
Salah satu cita-cita pendidikan diantaranya, proses pembelajaran
dikelas mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki kapasitas
dankualitas yang dibutuhkan jaman, tanpa meninggalkan karekter humanis
yang berkebangsaan. Melihat betapa pentingnya pembelajaran di kelas,
sebagai bagian dari human investement, tentu proses pembelajaran di kelas
harus memiliki kualitas yang di atas rata-rata. Penentu proses
pembelajaran yang berkualitas terletak di tangan guru. Secara sederhana
proses pembelajaran dikelas dapat diringkas dalam tiga tahapan utama.
Ketiga tahapan tersebut antara lain: (1) persiapan; (2) pelaksanaan; dan,
(3) evaluasi.
Terminologi guru berperan sebagai „fasilitator‟
pembelajaran,memiliki makna yang fungsional. Menjadi seorang
fasilitator pembelajaran,tidak cukup dimaknai dengan memberikan
bimbingan dan mendampingi pembelajar, tetapi berkaitan dengan sejauh
mana guru mampumengoptimalkan kewenangan yang dimilikinya sebagai
seorang fasilitator pembelajaran. Sebenarnya sangat disadari bahwa guru,
sebagai seorang pendidik memiliki kewenangan yang luas dalam
mengelola pembelajaran dikelas yang diampunya. Kewenangan yang luas
1
2
tersebut dapat dilihat dari peran guru yang multidimensi. Pertama, dilihat
dari dimensi persiapan pembelajaran, guru berperan sebagai seorang
desainer, yang memilikikebebasan dalam membuat perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dalam hal ini meliputi
pembuatan RPP sekaligus berbagai persiapan yang dibutuhkan sebelum
proses pembelajaran di kelas dilaksanakan, seperti penguasaan materi,
penentuan sumber maupun media belajar, menentukansetting belajar
(lingkungan yang meliputi situasi dansuasana belajar), dan lain
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah yang didapat dari latar belakang diatas adalah:
1. Apa definisi komunikasi?
2. Apa definisi pembelajaran?
3. Apa definisi komunikasi pembelajaran?
4. Apa fungsi komunikasi pembelajaran?
5. Apa saja prinsip komunikasi pembelajaran?
6. Bagaimana Hakikat dalam memilih metode pembelajaran?
7. Apa pengertian metode pembelajaran?
8. Apa saja macam-macam metode mengajar dan penggunaannya?
9. Faktor-faktor penentu dalam pemilihan metode pembelajaran?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah adalah:
1. Dapat mengetahui definisi komunikasi
2. Mengetahui definisi pembelajaran
3. Mengetahui definisi komunikasi pembelajaran
4. Mengetahui fungsi komunikasi pembelajaran
5. Mengetahui prinsip komunikasi pembelajaran
6. Mengetahui Hakikat dalam memilih metode pembelajaran
7. Mengetahui pengertian metode pembelajaran
3
PEMBAHASAN
4
5
2. Pengertian Pembelajaran
Sardiman AM (2005) dalam bukunya yang berjudul “Interaksi dan
Motivasi dalam Belajar Mengajar” menyebut istilah pembelajaran dengan
interaksi edukatif. Menurut beliau, yang dianggap interaksi edukatif adalah
interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk
mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik ke arah kedewasaannya.
Menurut Corey (1986 :195) pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan
subset khusus dari pendidikan.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (1999 :297) pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar.
UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Definisi ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Oemar Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks,
dimana di dalamnya terjadi interaksi antara mengajar dan belajar. Proses
pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam
suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya
interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan pada satuan pelajaran.
6
boleh menjadi “menara gading” yang jauh dan terasing dari masyarakat.
Sekolah didirikan mengemban amanat dan aspirasi masyarakat (dan
peserta didik adalah anak-anak dan sekaligus sebagai bagian dari anggota
komunitas masyarakat). Menghindari persoalan tersebut, maka guru harus
memerankan dirinya untuk mampu menjadi “bridging” (menjembatani)
atau menjadi mediator antara sekolah dan masyarakat melalui upaya
cerdas dalam memilih dan menggunakan pola, pendekatan, strategi,
metode, dan teknik pembelajaran yang memungkinkan saling
menguntungkan antara keduanya. Jadikan masyarakat, lembaga, peristiwa,
benda, situasi, kebudayaan, serta industry sebagai sumber belajar bagi
peserta didik.
Konsep diri adalah pandangan kita tentang siapa kita, dan yang
hanya dapat diperoleh melalui informasi orang lain yang diberikan kepada
kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lain
mungkin tidak menyadari bahwa ia adalah seorang laki-laki. Kita
menyadari bahwa kita adalah manusia karena orang di sekitar kita
menunjukkan kepada kita melalui perilaku mereka.
Anda merasa Anda tampan atau cantik ketika orang di sekitar Anda
mengatakan begitu. Konsep diri awal umumnya dipengaruhi oleh keluarga
dan orang-orang terdekat di sekitar kita, termasuk kerabat. Orang tua kita,
atau siapa pun yang peduli untuk pertama kalinya, mengatakan kepada kita
melalui kata-kata dan tindakan yang kita lakukan.
2. Komunikasi ekspresif
9
3. Komunikasi ritual
Fungsi komunikasi ini berhubungan dengan komunikasi ekspresif.
Namun bentuk penyampaiannya seringkali secara kolektif. Misalnya
upacara perkawinan, ritual keagamaan, sampai memperingati tanggal
bersejarah. Mereka yang terlibat dalam komunikasi ritual dianggap
berusaha menegaskan sebagai bagian dari kelompok yang merayakannya.
Komunikasi ritual juga dianggap sebagai komitmen individu terhadap
tradisi dalam kehidupan sosialnya.
Seseorang yang baru masuk dalam lingkungan sosial baru cenderung
harus melakukan komunikasi ritual yang baru. Mereka seolah diwajibkan
untuk melakukan komunikasi ini untuk menunjukkan bahwa mereka
memang siap dan akan bergabung dalam lingkungan baru ini. Misalnya
mahasiswa baru harus melakukan "pengenalan" atau yang sering disebut
ospek.
Selain untuk komitmen emosional individu, komunikasi ritual juga
sering digunakan untuk mempererat kepaduan dalam suatu kelompok.
Komunikasi ritual akan menciptakan rasa nyaman dan perasaan tertib.
Menurut Deddy Mulyana, bukan substansi kegiatan ritual yang paling
penting, namun perasaan senasib dan sepenanggungan yang menyertai
komunikasi ini.
10
2. Emphaty
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat
12
3. Audible
Prinsip audible berarti adalah dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik. Berbeda dengan prinsip yang kedua yakni empati dimana
guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan
balik dengan baik, maka audible adalah menjamin bahwa pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Dalam
rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan melalui
media (delivery channel) sehingga dapat diterima dengan baik oleh
penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan guru dalam
menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu
audio-visual yang dapat membantu supaya pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh para murid.
13
4. Clarity
Prinsip clarity adalah kejelasan dari isi pesan supaya tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai macam penafsiran. Clarity
dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi. Dalam berkomunikasi kita
perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari
penerima pesan. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling
curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme
siswa dalam proses belajar-mengajar. Dengan cara seperti ini siswa tidak
akan menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai formalitas tetapi
akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi
kehidupannya.
5. Humble
Prinsip kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah
sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum
pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari
oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Kerendahan hati merupakan suatu
cara agar orang lain merasa nyaman (care) karena ia merasa sejajar
sehingga memudahkan komunikasi dalam dua arah.
Komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran sangat
berdampak terhadap keberhasilan pencapaian tujuan. Komunikasi
dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara
komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon
sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Jika dalam
pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan
siswa, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau
instruktur pada lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan harus
memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi
yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan mendesain
14
3. Metode diskusi
Muhibbin syah (2000), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan
masalah (problem soling). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion). Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai
siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik
membicarakan dan menentukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan
yang bersifat problematic. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik
memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam
diskusi semua terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Bahan pelajaran
Bahan pelajaran atau materi yang harus di pelajari siswa menjadi
faktor selanjutnya,materi yang akan di sampaikan jika bersifat baru harus
terlebih dahulu di kenalkan kepada peserta didik secara singkat atau
melakukan demonstrasi yang menarik perhatian peserta didk atau jika
materi yang di sampaikan masih sama pendidk dalam mengajar harus
melakukan apersepsi agar murid tahu dan mengingat kembali materinya.
4. Guru
Setiap guru memiliki kelebihan dan keterbatasan sebagai contoh,di
lapangan terkadang ada guru yang jika menerangkan pelajaran sangat
menarik perhatian siswa dan jelas. Sementara itu ada guru lain yang
walaupun menggunakan metode mengajar yang sama dengan guru yang
tadi, tetapi ia tidak mampu menarik perhatian siswa bahkan cenderung
membosankan.
pelajaran, seperti alat – alat untuk praktik jumlah dan karakteristik alat –
alat tersebut dapat di jadikan bahan pertimbangan kita dalamdi dalam
memilih dan menggunakan metode mengajar.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi,
sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi edukatif untuk membuat
siswa belajar secara aktif dan mampu mengubah perilaku melalui
pengalaman belajar. Jadi, Komunikasi pembelajaran adalah proses
penyampaian gagasan dari seseorang kepada orang lain supaya mencapai
keberhasilan dalam mengirim pesan kepada yang dituju secara efektif dan
efisien.
Metode belajar merupakan salah satu komponen yang harus di
gunakan dalam kegiatan pembelajaran karerna untuk mencapai tujuan
pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa di
perlukan adanya suatu metode atau cara mengajar yang efektif.
Penggunaan metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya
interaksi antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru sehingga
proses pembelajaran dapat di lakukan secara maksimal.
B. Saran
23