Anda di halaman 1dari 7

PASCA BENCANA KEBAKARAN

A.      DAMPAK KEBAKARAN
1.        Dampak Terhadap Bidang Sosial, Budaya dan Ekonomi
a.         Hilangnya mata pencaharian masyarakat
Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari daerah yang terbakar tidak mampu lagi
melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran mengganggu aktivitas mereka yang secara
otomatis juga ikut mempengaruhi turunnya penghasilan.
b.         Terganggunya aktivitas sehari-hari
Adanya asap kebakaran secara otomatis mengganggu aktivitas yang dilakukan manusia sehari- hari. Misalnya
pada pagi hari sebagian orang tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar matahari menembus
udara yang penuh dengan asap.
c.         Peningkatan jumlah Hama
Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan aktivitasnya mengganggu proses produksi
manusia. Kebakaran yang terjadi akan memaksa hewan- hewan yang ada di hutan keluar dari hutan dan mencari
habitat baru seperti komunitas manusia dengan merusak proses produksi manusia yang dilaluinya.
d.        Terganggunya kesehatan
Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama munculnya penyakit ISPA atau Infeksi
Saluran Pernafasan. Gejalanya ditandai dengan sesak di dada dan mata agak berair.
e.         Produktivitas menurun
Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita bisa keluar dengan menggunakan
masker tetapi sinar matahari dipagi hari tidak mampu menembus ketebalan asap yang ada. Secara otomatis
waktu kerja pun berkurang.
2.        Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan
a.         Hilangnya sejumlah spesies
Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon namun juga menghancurkan berbagai jenis
habitat satwa lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan
keluar karena api telah mengepung dari segala penjuru.
b.         Ancaman erosi
Kebakaran yang terjadi di lereng- lereng pegunungan ataupun di dataran tinggi akan memusnahkan sejumlah
tanaman yang juga berfungsi menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan
turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah akibat terbakar menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan
ke bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga longsor.
c.         Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan
Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi. Sebagai catchment area, penyaring
karbondioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan
planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga hilang. Dalam suatu ekosistem
besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah
terbakar tersebut.
d.        Penurunan kualitas air
Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan perubahan kualitas air. Kualitas air yang
berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi memiliki
penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk
masuk kedalam sungai yang ada akibatnya sungai menjadi sedikit keruh.
e.         Terganggunya ekosistem terumbu karang
Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan matahari
sulit untuk menembus dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa
spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan fotosintesa.
f.       Menurunnya devisa Negara
g.      Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian mikro yang pada akhirnya turut
mempengaruhi pendapatan negara.
h.      Sedimentasi di aliran sungai
Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di bagian hilir sungai.
Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosis yang terus
menerus.
3.        Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara
Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sayangnya tidak mengenal batas
administratif. Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga sehingga sebagian
negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan dari kebakaran di negara Indonesia.
Akibatnya adalah hubungan antara negara menjadi terganggu dengan munculnya protes keras
dari Malaysia dan Singapura kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir
kebakaran hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal.
4.        Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata
Tebalnya asap juga mengganggu transportasi udara. Sering sekali terdengar sebuah pesawat
tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya asap yang melingkungi tempat tersebut. Sudah
tentu hal ini akan mengganggu bisnis pariwisata karena keengganan orang untuk berada di
temapt yang dipenuh
B.       SOLUSI BENCANA KEBAKARAN
Berdasarkan akar permasalahan (penyebab tidak langsung) yang memicu terjadinya
kebakaran hutan dan lahan di Kalsel maka dapat diusulkan solusinya sebagai berikut.
a.         kepastian tentang tata guna tanah yang tepat sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP) yang disusun secara partisipatif sangat perlu untuk dilakukan. Konversi hutan alam menjadi
bentuk tutupan lahan yang lain perlu dihindari.
b.        melaksanakan program pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini perlu dilakukan sehingga
masyarakat lokal dapat berfungsi secara sosial, ekonomi dan politik. Hal ini memerlukan adanya:
1.         akses dan produksi informasi tentang teknik, manajemen dan kelembagaan rencana pengendalian
kebakaran hutan dan lahan bagi masyarakat local
2.         pengakuan atas pengetahuan dan ketrampilan yang dihasilkan dan dikembangkan masyarakat local
3.         koordinasi antar sektor pembangunan yang menyentuh masyarakat local
4.         pelaksanaan dialog yang setara antar para pihak (aparat pemerintah, pihak swasta dan masyarakat
lokal)
5.         kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang kondusif
6.         kesadaran para pihak yang berdialog untuk menggunakan kerangka pandang yang bebas prasangka
7.         fleksibilitas dalam rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang mencakup teknis
pelaksanaan, penganggaran dan skala kegiatan, sehingga dapat mengakomodasi dan mendukung
inovasi program yang mucul sebagai hasil dialog.
8.         upaya pengendalian kebakaran di Kalsel akan lebih baik diarahkan untuk pencegahan daripada
usaha pemadaman kebakaran. Lebih khusus lagi, usaha ini diarahkan untuk kegiatan pengelolaan
bahan bakar. Pencegahan meliputi pekerjaan yang bertujuan agar api liar tidak terjadi. Pencegahan
meliputi: pembuatan peraturan perundangan, penyuluhan dan pengurangan bahan bakar.
Pengelolaan bahan bakar adalah kegiatan untuk memanipulasi bahan bakar yang terdiri atas 3
kegiatan, yakni: menghilangkan bahan bakar, mengurangi bahan bakar dan memotong atau
meblokkir bahan bakar.
9.         rencana pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota
sampai pada unit pengelolaan lahan perlu segera dibuat dan dilaksanakan. Rencana pengendalian
kebakaran hutan dan lahan merupakan rencana operasional yang berisikan tentang:
10.     kebijakan dan tujuan pencegahan/pengendalian kebakaran hutan dan lahan
11.     areal yang akan dilindungi yang menjelaskan tentang luas dan cakupan areal kerja, tipe-tipe
penggunaan lahan pada areal kerja dan prioritas areal yang dilindungi apabila terjadi kebakaran. Hal
ini penting dilakukan mengingat keterbatasan dana dan tenaga
12.     tipe dan muatan bahan bakar. Informasi ini berguna untuk memprediksi tingkat bahaya kebakaran,
intensitas api, kecepatan penjalaran api dan untuk menentukan jumlah personil serta peralatan
pemadaman yang akan digunakan
13.     organisasi dan personil regu pemadam yang menjelaskan tentang susunan organisasi,
tanggungjawab, tugas serta prosedur kerja baik pada saat terjadi kebakaran maupun pada saat lain di
luar musim kebakaran
14.     rencana pencegahan yang berisi tentang perundangan yang berlaku, kampanye pencegahan,
pemasangan papan-papan peringatan, penyuluhan dan penerangan
15.     reduksi bahan bakar yang berisi metode pengurangan bahan bakar baik muatan maupun tinggi
bahan bakar. Hal ini dilakukan agar bila terjadi kebakaran api tidak membesar dan dapat dikendalikan
denga peralatan yang ada
16.     sistem pengukuran tingkat bahaya kebakaran
17.     rencana deteksi kebakaran yang berisi metode deteksi, sistem pelaporan, frekuensi deteksi, tata
waktu dan sistem komunikasi
18.     rencana pemadaman yang berisi taktik, teknik pemadaman, susunan personil, peralatan dan
mobilisasi
19.     sistem peringatan dan komunikasi
20.     personil bantuan yang berisi tentang personil bantuan bila diperlukan seperti BPK, masyarakat lokal,
LSM, volunterr
21.     peralatan pemadaman yang berisi peralatan yang telah ada, pemeliharaan, operasional dan rencana
pengadaan peralatan yang diperlukan
22.     logistic
23.     peta api
24.     pelaporan.
Untuk mengatasi ini semua perlu kiranya mengembangkan manajemen pengendalian
kebakaran hutan. Menurut Stanely Vance, manajemen adalah proses pengembilan keputusan dan
pengendalian terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. untuk mengatasi kebakaran hutan tersebut perlu dilakukan ialah:
a.        Perencanaan (Planning)
Menentukan sasaran yang ingin dicapai dengan jelas dan strategis yang diperlukan dalam upaya
mengatasi kebakaran hutan. Dalam upaya ini harus ada perencanaan strategik yang bersifat jangka
panjang, bukan bersifat reaktif di mana ketika kebakaran hutan terjadi baru ada upaya
pemanadaman. Harus ada peta atau base wilayah yang menjadi rawan kebakaran hutan. Sehingga
dengan mudah melakukan pendeteksian dini terhadap kebakran hutan yang akan terjadi.
Perencanaan ini juga bertujuan agar pelaksanaan dilapangan dapat berjalan dengan baik, sistematis
dan tidak ada tumpang tindih tanggungjawab.
b.        Pengeorganisasian (Organizing)
Keseluruhan proses pengelompokan instansi-instansi, tugas dan tanggungjawab sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan dalam upaya pencagahan kebakaran
hutan. Posisi masyarakat, LSM, perusahaan, pemerintah dan instansi lainnya harus perlu adanya
koordinasi sehingga masing-masing dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik
tanpa adanya saling lempar tanggungjawab.
c.         Penggerakan pengarahan (Actuating)\
Tindakan untuk menggerakkan semua komponen yang ada yang telah ditentukan fungsinya masing-
masing untuk bekerja secara makasimal mencagah atau memadamkan kebakaran hutan sesuai
dengan tujuan yang telah direncanakan. Merupakan penyatuan dari semua usaha dan penciptaan
kerjasama dari pemerintah, LSM, perusahaan perkebunan, HTI, HPH dan instansi terkait, sehingga
tujuan dapat dicapai dengan efesien dan efektif.
d.        Pengawasan (Controlling)
Dilakukan untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dan menghindari tindakan di luar
prosedur yang telah ditentukan. Jika ada kekuarangan atau kesalahan di dalam upaya
penanggunlanan kebakaran hutan maka dapat dilakukan perbaikan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Pengawasan yang ketat disemua tingkatan dan penerapan sanksi hukum yang tegas
kepada semua komponen yang terbukti tidak mampu menjalankan tugas atau tanggungjawab dalam
upaya pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan.
C.      MITIGASI BENCANA KEBAKARAN 
Mitigasi adalah salah satu hubungan positif antara dampak bencana-bencana dan
pembangunan. Kebakaran adalah api yang tak terkendali. Mitigasi bencana kebakaran adalah salah
satu upaya agar bahaya kebakaran tidak terjadi. Pengananan bahaya kebakaran adalah segala
upaya pencegahan, peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan ketika sebelum terjadi kebakaran,
penanganan darurat melalui memadamkan api yang tak terkendali, pencarian, pertolongan,
penyelamatan korban maupun harta benda dan pemberian bantuan pada saat terjadi kebakaran,
serta pengungsian, pemulihan mental, rehabilitasi dan rekontruksi sarana/prasarana/fasilitas fisik
sosial/umum ketika sesudah terjadi kebakaran.
Penanganan pengungsi adalah upaya yang ditujukan kepada pengungsi akibat kebakaran
yang meliputi langkah-langkah penyelamatan, evakuasi, perlindungan, pemberian bantuan darurat,
pemulihan mental,  rehabilitasi dan rekontruksi sarana atau prasarana atau fasilitas fisik sosial atau
umum, pengembalian/pemulangan/pemindahan tempat kehidupan (Relokasi), serta
Rekonsilidasi/Normalisasi sosial.
Tanggap darurat adalah segala upaya yang dilaksanakan secara terencana, terkoordinasi, dan
terpadu pada kondisi darurat dalam waktu relaltif singkat dengan tujuan untuk menolong dan
menyelamatkan jiwa juga harta benda beserta lingkungannya sebagai akibat kebakaran.
Rehabilitasi/Rekontruksi adalah segala upaya yang dilakukan agar kerusakan
sarana/prasarana fasilitas fisik sosial/umum akibat kebakaran dapat berfungsi kembali.Pemulihan
adalah segala upaya yang dilakukan agar trauma mental /psikis/pikiran manusia dan masyarakat
akibat kebakaran dapat pulih kembali. Relokasi adalah suatu upaya untuk
menempatkan/memukimkan kembali para pengungsi dari tempat penampungan sementara ke tempat
asal atau tempat/lokasi baru.
1.        Upaya Mitigasi Bencana Kebakaran
Dalam menghadapi berbagai jenis bencana kebakaran yang terjadi, maka dilakukan upaya
mitigasi dengan prinsip-prinsip bahwa :
a.         Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya.
b.         Upaya mitigasi itu sangat kompleks, saling ketergantungan dan melibatkan banyak pihak.
c.         Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibandingkan upaya mitigasi pasif.
d.        Sumber daya terbatas, maka prioritas harus diberikan kepada kelompok rentan.
e.         Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi yang terus menerus untuk mengetahui
perubahan situasi.
2.        Sedangkan strategi bencana kebakaran dapat dilakukan antara lain dengan :
a.         Mengintegrasikan mitigasi bencana kebakaran dalam program pembangunan yang lebih besar.
b.         Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.
c.         Agar diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukan hasil yang segera tampak.
d.        Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah bencana
kebakaran terjadi.
e.         Mitigasi dilakukan dengan cara meingkatkan kemampuan lokal dalam manajemen dan
perencanaan. 
3.        Langkah-Langkah Mitigasi Bencana Kebakaran
a.         Pastikan agar semua pintu keluar bebas dari bahan-bahan mudah terbakar.
b.         Jangan biarkan sampah menumpuk.
c.         Gunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuangkan bahan cair mudah terbakar.
d.        Simpan cairan mudah terbakar ditempat aman dari sumber nyala api.
e.         Pastikan kabel dan peralatan listrik tidak rusak.
f.          Jangan memberi beban lebih pada sirkuit listrik.
g.         Jangan menempatkan alat pemadam telah terpakai pada tempatnya, segera kirim alat
pemadam api tersebut untuk diisi ulang.
h.         Untuk mengatasi kebakaran, pasanglah cukup alat-alat pemadam api yang paling sesuai,
pastikan alat pemadam ditempatkan secara tepat dan terpasang sesuai dengan Standar
Australia 2444 atau berdasarkan peraturan tentang kebakaran dan bangunan setempat. Selain
itu, dilakukan pemasangan hidran pada gedung-gedung bertingkat tinggi.
i.           Rawat dan periksa semua peralatan dan perlengkapan pemadam kebakaran, alat-alat
pemadam kebakaran dan hose reels secara teratur berdasarkan Standar Australia 1851 atau
peraturan tentang kebakaran dan peraturan bangunan setempat
4.        Sedangkan utuk mitigasi bencana kebakaran hutan, langkah-langkah yang harus
dilakukan yaitu
a.         Peningkatan masyarakat peduli api.
b.         Peningkatan penegakan hukum, misalnya bagi para penebang hutan liar.
c.         Pembentukan pasukan pemadaman kebakaran khususnya untuk penanganan kebakaran
secara dini.
d.        Pembuatan waduk di daerahnya untuk pemadaman api.
e.         Pembuatan skat bakar, terutama antara lahan, perkebunan, pertanian dengan hutan.
f.          Hindarkan pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
g.         Hindarkan penanaman tanaman sejenis untuk daerah yang luas.
h.         Melakukan pengawasan pembakaran lahan secara ketat.
i.           Melakukan penanaman kembali daerah yang telah terbakar dengan tanaman yang heterogen
j.           Partisipasi aktif dalam pemadaman awal kebakaran di daerahnya.
k.         Pengembangan teknologi pembukaan lahan tanpa membakar (pembuatan kompos, briket
arang dll).
l.           Kesatuan persepsi dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
m.       Penyediaan dana tanggap darurat untuk penanggulangan kebakaran lahan dan hutan.
n.         Pengelolaan bahan bakar secara intensif untuk menghindari kebakaran yang lebih
luas.
5.        Pengorganisasian Pengelolaan Bencana:
a.           Pembentukan kelompok-kelompok yang akan menjadi kelompok kerja pengelola bencana
dengan tugas pokok adalah memberi peringatan dini bila terjadi bencana dan mengkoordinir
warga dalam proses penyelamatan.
b.           Dilaksanakan pelatihan tanggap bencana untuk kelompok -kelompok yang telah terbentuk
supaya memiliki kesiapsiagaan dalam penyelamatan saat terjadi bencana dan paska bencana.

6.        Contoh Rencana Mitigasi Bencana

Skenario Penyelamatan Bencana

Area Penyelamatan:

a.         Balai Desa Panggungharjo

b.         Lapangan Prancak, Lapangan Krapyak, Lapangan Kweni, Lapangan Glugo.


Arah dan Jalur Penyelamatan:
a.           Balai Desa Panggungharjo yang kurang lebih sekitar 2.500 m², bisa menampung sekitar
7.000 jiwa ketika terjadi bencana. , direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi
bencana untuk warga Pedukuhan Pelemsewu, Sawit, Kweni, Jaranan.
b.           Lapangan  Prancak, direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi bencana untuk 
sebagian warga Pedukuhan Glondong, Geneng, Pandes, Ngireng-ireng.
c.           Lapangan Ngireng-ireng direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi bencana
untuk  sebagian warga Pedukuhan Garon, Cabeyan.
d.          Lapangan Krapyak direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi bencana untuk 
sebagian warga Pedukuhan Krapyak Wetan, Glugo.
e.           Lapangan Glugo direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi bencana untuk 
sebagian warga Pedukuhan Glugo, Dongkelan, Krapyak Kulon.
f.            Lapangan Kweni direncanakan untuk tempat penampungan ketika terjadi bencana untuk 
sebagian warga Pedukuhan Kweni.

http://pakguruhonorer.blogspot.co.id/2016/02/makalah-kebencanaan-bencana-kebakaran.html

Anda mungkin juga menyukai