Anda di halaman 1dari 109

RESUSITASI NEONATUS

Dr. Ida Bagus Eka Utama, Sp.A


Latar Belakang

Kematian Neonatus di Indonesia masih tinggi.


Kasus kegawatan bayi yang memerlukan resusitasi
banyak terjadi di ruang perawatan neonatus,
kamar bersalin/kamar operasi, dan unit gawat
darurat.
Oleh karena itu, staf di tempat tersebut harus
dapat menatalaksana kasus kegawatan yang
memerlukan resusitasi neonatus.

2
Mengapa mempelajari resusitasi
neonatus ?

1. Asfiksia saat lahir penyebab 23% dari 4 juta kematian


neonatus di seluruh dunia setiap tahunnya .
2. Banyak bayi baru lahir tidak mendapat pertolongan
resusitasi yang memadai segera setalah lahir.
Oleh sebab itu dengan menerapkan tehnik-tehnik
resusitasi yang akan dipelajari pada program ini secara
meluas, diharapkan keadaan ribuan bayi yang lahir tiap
tahun dapat diberbaiki.
Definisi

• Suatu PROSEDUR
WHAT

• Pada BBL yang tidak dapat bernapas


WHO secara spontan dan teratutr

• Saat LAHIR atau beberapa saat


WHEN SETELAH LAHIR
ANTISIPASI ! Faktor Resiko

ANTEPARTUM
Faktor Resiko

INTRAPARTUM
PARU & SIRKULASI : Setelah lahir

 Paru mengembang
berisi udara

 Cairan paru diserap


oleh alveoli

 Arteri pulmonalis
mengalami dilatasi

 Aliran darah paru


MASALAH YANG DAPAT TERJADI
SELAMA TRANSISI
 Paru tidak terisi udara meskipun sudah ada
pernapasan spontan ( Ventilasi tidak adekuat)

 Tidak terjadi peningkatan tekanan darah sistemik


(hipotensi sistemik)

 Arteri pulmonal tetap konstriksi setelah kelahiran.


TANDA BAHAYA PADA NEONATUS
 Depresi pernapasan
(krn kurangnya O2 ke otak)
 Tonus otot buruk
(krn kurangnya O2 ke otak)
 Bradikardia
(krn kurangnya O2 ke otot jantung/batang otak)
 Takipneu
(krn kegagalan penyerapan cairan paru janin)
 Sianosis
(Krn kadar O2 dalam darah rendah)
 Tekanan darah menurun
(krn kadar O2 tidak cukup di otot jantung,
kehilangan darah, kurangnya aliran darah balik
dari plasenta)
MASALAH PERINATAL

APNU PRIMER
Ketika janin/bayi kekurangan O2, terjadi periode
awal usaha bernafas cepat APNU
PRIMER :
 Frekuensi jantung menurun

 Tekanan darah tetap (kecuali terjadi perdrahan

hebat/hipovolemi)
Bereaksi terhadap rangsang taktil
APNU SEKUNDER
 Bila kekurangan O2
berlangsung lebih lama,
bayi berusaha napas
megap-megap

APNU SEKUNDER :
• FJ Menurun
• Tekanan darah menurun
•Tidak bereaksi terhadap
rangsang taktil
•  VTP
Memprioritaskan tindakan

 Berpikir dalam hitungan 30 detik u’ urutan langkahh


DIAGRAM ALUR
 LANGKAH AWAL 30 detik, bila diperlukan tindakan
khusus hanya boleh menambah 30 detik.
 Jika pembersihan jalan napas & rangsang tidak ada
perbaikan  VTP
 Periode 60 detik pertama  MENIT EMAS
RESPON PETUGAS

 SEMUA BAYI PERLU PENILAIAN AWAL  untuk


menentukan butuh resusitasi/tidak

 Pastikan bahwa setiap langkah dilakukan dengan


benar & efektif sebelum ke langkah berikutnya
Bagaimana mempersiapkan diri untuk
resusitasi?
 Harus ada paling sedikit 1 TENAGA yang tugasnya
khusus menangani BBL
 Bila diperkirakan ada kebutuhan resusitasi, tenaga
terlaltih tambahan harus hadir sebelum persalinan 
“TIM RESUSITASI”
 Menyiapkan semua PERALATAN untuk melakukan
resusitasi
Peralatan Resusitasi

Obat2an ;
•Epinefrin 1:10.000
Peralatan intubasi:
•Plasma Expander ( NS, RL, WBC)
Laringoskop dengan daun lurus, No. O (prematur) dan No.
•Dextrose 10 %
1 (neonatus cukup bulan)
•Nalokson
Lampu dan baterai cadangan untuk laringoskop
•Kateter Umbilikal
Pipa ET 2,5, 3, 3,5, 4,0 mm ,Stilet
•Spuit
Laringoskop
Tingkat Perawatan
1. Perawatan Rutin
 Bayi bugar tanpa faktor resiko
 Bayi dengan faktor resiko tetapi berespon baik
thd. Langkah awal, perlu observasi tetapi tidak
perlu dipisahkan dari ibunya.
2. Perawatan Pasca Resusitasi
 Bayi dengan depresi pernapasan atau aktivitas
kurang, membutuhkan penilaian lebih ketat
Prinsip Resusitasi yang Berhasil

Menilai dengan benar


Mengambil keputusan
dengan tepat
Melakukan tindakan
dengan tepat dan cepat
Mengevaluasi/menilai
hasil tindakan

12
Selalu Nilai risiko bayi untuk kebutuhan resusitasi
diperlukan Jaga tetap hangat
Posisi, buka/bersihkan jalan napas
Keringkan, rangsang napas
Beri O2 (bila perlu)
Berikan ventilasi tekanan positif
Lebih 1 10 %
jarang
Intubasi trakea
diperlukan
Kompresi dada
Pemberian
Kadang- obat2an 1%
kadang
diperlukan
PELAJARAN 2
LANGKAH AWAL RESUSITASI
MENILAI BAYI
• Segera setelah lahir nilai 3 pertanyaan :

Cukup Bulan ?
Bernapas atau Menangis ?
Tonus Baik ?

Bila salah satu “ TIDAK “  LANGKAH AWAL


LANGKAH AWAL

• Berikan kehangatan
• Posisikan, bersihkan jalan napas ( Bila perlu )
• Keringkan, rangsang, reposisi
Memberi Kehangatan

20
MEMBUKA JALAN NAPAS
Posisi agak tengadah

 Bayi diletakkan telentang atau miring dengan leher sedikit


tengadah (posisi menghidu)

 Posisi faring, laring, trakea dalam satu garis lurus

Bantalan Bahu
TATALAKSANA MEKONIUM
ADA MEKONIUM & BAYI BUGAR
Bila,
 Usaha napas baik

 Tonus otot baik

 FJ > 100 dpm

Gunakan balon penghisap atau kateter penghisap


12F/14F untuk membersihkan mulut dan hidung

Bayi dapat tetap bersama ibunya, perawatan rutin


dan evaluasi
ADA MEKONIUM & BAYI TIDAK BUGAR

 Pasang laringoskop, hisap dgn kateter penghisap


no 12F/14F
 Masukkan pipa ET
 Sambung pipa ET ke alat penghisap
 Lakukan penghisapan sambil menarik keluar pipa
ET
 Ulangi bila perlu atau bila FJ<100 menunjukkan
resusitasi harus segera dilanjutkan
MEMBERSIHKAN JALAN NAPAS

Tidak ada mekonium

Hisap mulut, lalu hidung


MENGHISAP MEKONIUM
MENGERINGKAN, MERANGSANG &
MEMPOSISIKAN
Rangsangan taktil

25
TINDAKAN BERBAHAYA KEMUNGKINAN AKIBAT

MENEPUK PUNGGUNG / BOKONG LEBAM

MENEKAN RONGGA DADA PATAH TULANG, PNEUMOTHORAX,


DISTRESS PERNAPASAN, KEMATIAN

MENEKANKAN PAHA KE PERUT PERLUKAAN HATI ATAU LIMPA

MENDILATASI SFINGTER ANI SFINGTER ANI ROBEK

KOMPRES DINGIN ATAU PANAS HIPOTERMI, HIPERTERMI, LUKA BAKAR

MENGGONCANG TUBUH KERUSAKAN OTAK


CONTOH PRAKTEK LAMA
BERBAHAYA !!
MENILAI BAYI

o Pernapasan
 Gerakan dada adekuat

o Frekuensi jantung
Meraba pulsasi / stetoskop / probe oksimeter
 jumlah detak dalam 6 detik dikalikan 10
Berapa Lama Langkah Awal
Dilakukan?
Langkah awal dilakukan dalam 30 detik,
kemudian nilai :
Pernapasan
Frekuensi denyut jantung
Warna kulit

26
● Evaluasi pernapasan,
FJ, warna kulit
Melanjutkan
rangsangan taktil pada Apnu Bernapas, FJ > 100,
atau
bayi apnu tidak FJ < 100
tetapi sianosis
berguna
● Beri tambahan O2
Bila tetap apnu
berikan VTP Sianosis menetap

● Berikan VTP*
27
Ventilasi Tekanan Positif

 Menggunakan balon dan sungkup resusitasi


 Konsentrasi oksigen 21%
 Frekuensi 40-60 / menit
 Setelah 30 detik VTP secara adekuat, lakukan penilaian FJ

 Bila FJ < 60/menit, lanjutkan dengan kompresi dada sambil


tetap teruskan VTP

29
Ventilasi Tekanan Positif

Balon Mengembang
Sendiri (self inflating
Peralatan bag),

Balon Tidak
Mengembang Sendiri
(flow inflating bag), atau

T-piece resuscitation.
Balon Resusitasi
Syarat Balon Resusitasi untuk Neonatus:

Ukuran balon 200-750 ml


Dapat memberikan oksigen kadar tinggi
Mempunyai alat pengaman (katup pelepas tekanan) untuk
mencegah tekanan yang terlalu tinggi
Ukuran sungkup wajah harus tepat

31
Sungkup wajah
Sungkup
harus
menutupi:
Ujung dagu
Mulut
Hidung

34
Sebelum melakukan VTP

Pilih sungkup ukuran sesuai

Pastikan jalan napas bersih dan terbuka

Posisi kepala bayi sedikit tengadah

Posisi penolong di sisi samping atau kepala bayi


35
Cara Melakukan Ventilasi Tekanan
Positif
Menilai efektivitas VTP
• Peningkatan FJ > 100 dpm
• Perbaikan saturasi oksigen
• Usaha nafas spontan
Rekomendasi NRP: penggunaan O2 100% untuk VTP pada resusitasi bayi.
Namun penelitian menunjukkan, resusitasi dgn O2 21% sama berhasilnya
dgn O2 100%
Perhatikan naiknya dada saat
melakukan VTP
Ventilasi Tekanan Positif

Bila ventilasi tidak adekuat yang ditandai dengan tidak


terjadinya perbaikan frekuensi jantung, periksa gerakan
dada.

LANGKAH KOREKSI
VENTILASI
Langkah koreksi ventilasi

Memperbaiki lekatan
sungkup wajah

Memperbaiki posisi kepala

Langkah koreksi Bila terdapat sekret dalam


ventilasi jalan napas, isap sekretnya

Usahakan mulut sedikit


terbuka

Bila tekanan kurang, naikkan


tekanan saat meremas balon
MENILAI SIANOSIS
PEMBERIAN CPAP

 Ada usaha napas,


tetapi tampak
sulit, merintih,
retraksi
interkostal
 Sianosis menetap
 hipoksemia
OKSIGEN TAMBAHAN

 Diberikan bila bayi tampak sianosis / nilai


saturasi lebih rendah pada oksimeter
 Kadar O2 diatur 21 – 100 % ( perlu sumber
gas dan blender O2 )
 Saturasi mulai in-utero (  60 % ) meningkat
bertahap menjadi 90% dalam 10 menit
PENGGUNAAN OKSIMETRI

OKSIMETRI:
• Untuk mengkonfirmasi dugaan sianosis
• Pasang probe di tangan/pergelangan tangan
kanan
SETELAH LAHIR

Target SpO2 Pra Duktus Setelah Lahir

1 Menit 60%-65%
2 Menit 65%-70%
3 Menit 70%-75%
4 Menit 75%-80%
5 Menit 80%-85%
10 menit 85%-95%
Intubasi Endotrakeal
PERALATAN & PERLENGKAPAN
1 wadah, steril & siap pakai
1. Laringoskop dgn batrei & lampu
cadangan
2. Bilah laringoskop ( no.1, no.0,
no.00)
3. Pipa ET no.2, 5,3.0, 3.5, & 4.0
4. Stilet (pilihan)
5. Pendeteksi CO2
6. Kateter penghisap 5F/6, 8F,
10F/>
7. Plester kedap air
8. Gunting
9. Jalan npas per oral
10. Aspirator mekonium
11. Stetoskop
12. Balon resusitasi & sungkup dan
manometer
13. Oksimetri nadi dgn probe
14. Sungkup laring no.1 dan semprit 5
mL
KARAKTERISTIK PIPA ET
 Steril, disposable
 Diameter sama
(tidak menyempit)
 Ada tanda cm &
pedoman pita
suara
 Tanpa cuff
Ukuran PIPA ET yang sesuai

 Pilih ukuran sesuai berat & umur


kehamilan
 Pertimbangkan u/ memotong menjadi 13-
15 cm
 Penggunaan stilet (pilihan)
Memilih Pipa ET

Berat (g) Umur kehamilan Ukuran pipa


(minggu) (diameter dalam
mm)

<1.000 <28 2,5

1.000 – 2.000 28-34 3,0

2.000 – 3.000 34-38 3,5

> 3.000 >38 3,5-4,0


MENYIAPKAN LARINGOSKOP
 Pilih ukuran bilah yang sesuai
 No.0 untuk bayi prematur; No.00 untuk bayi sangat
prematur
 No.1 untuk bayi cukup bulan

 Periksa lampu & baterei


 Siapkan peralatan penghisap
 Atur kekuatan hisapan 80-100 mmHg
 Sambungkan kateter penghisap 10F/> u’ menghisap sekret
dari mulut & hidung
 Sediakan kateter penghisap ukuran lebih kecil ( 3F, 6F, 8F)
u’ menghisap melalui pipa
PERSIAPAN INTUBASI
 Alirkan oksigen
 Siapkan alat VTP
 Sediakan detektor CO2
 Siapkan stetoskop
 Siapkan plester
PERAN ASISTEN PADA INTUBASI
 Menyiapkan dan memastikan peralatan dalam
keadaan siap pakai
 Memposisikan bayi & stabilisasi kepala
 Memastikan batas waktu intubasi dalam 3 detik
 Memberikan kateter penghisap kepada pelaku
intubasi
 Menekan krikoid bila diminta
 Menilai FJ dan mengetukan jari sesuai FJ
 Menyambungkan aspirator mekonium ke selang
pengubung alat penghisap
 Menyambungkan aspirator mekonium ke pipa ET
MEMEGANG LARINGOSKOP
• Nyalakan lampu laringoskop dgn membuka
bilah sampai bunyi ‘klik’.
• Pegang dengan TANGAN KIRI, arah bilah
menjauhi Anda.
INTUBASI ENDOTRAKEAL
• Langkah 1 : Persiapan memasukkan
▫ Stabilkan kepala bayi dalam posisi sedikit
tengadah
• Langkah 2 : Memasukkan laringoskop
▫ Buka mulut bayi dengan telunjuk kanan
▫ Geser bilah dari sebelah kanan mulut menuju
garis tengah
▫ Dorong lidah ke arah kiri, lalu dorong lidah
sampai ujungnya
• Langkah 3 : Angkat bilah laringoskop
▫ Angkat sedikit bilah
laringoskop
▫ Angkat seluruh bilah, jangan
hanya ujungnya
▫ Lihat daerah faring
▫ JANGAN MENGUNGKIT
• Langkah 4 : Mencari tanda anatomis
▫ Cari tanda pita suara
seperti garis vertikal
pada kedua sisi glotis
(huruf “V” terbalik)
▫ Tekan krikoid agar
garis terlihat
▫ Bila perlu hisap lendir
u/ bantu visualisasi
• Langkah 4 : Mencari tanda anatomis
▫ Menekan Krikoid
• Langkah 4 : Mencari tanda anatomis
▫ Menghisap sekret
• Langkah 5 : Memasukkan pipa
▫ Pegang pipa di tangan kanan, masukkan pipa dari
sebelah kanan mulut bayi dengan lengkung pipa
pada arah horisontal
▫ Jika pita suara tertutup, tunggu sampai terbuka
▫ Masukkan pipa sampai garis pedoman pita suara
sejajar pita suara
• Langkah 5 : Memasukkan pipa
• Langkah 6 : Mencabut laringoskop
▫ Pegang pipa dgn kuat
sambil menahan ke arah
langit-langit mulut bayi
▫ Cabut laringoskop
dengan hati-hati tanpa
merubah posisi pipa
▫ Bila memakai stilet,
tahan pipa saat
memakai stilet
WAKTU UNTUK INTUBASI
• Batas waktu tindakan intubasi adalah 30 detik
• Jika 30 detik pita suara belum terbuka, hentikan
dan berikan VTP
• Minta bantuan bila usaha awal tidak berhasil
(panggil ahli anestesi, dokterUGD, ahli terapi
respirasi, dll yang berpengalaman)
INTUBASI U/ MENGHISAP MEKONIUM
• Sambungkan pipa ET ke
aspirator mekonium yang
telah terhubung ke alat
penghisap
• Tutup lubang pengatur
hisapan pada aspirator
• Cabut pipa ET secara
perlahan sambil menghisap
mekonium dari trakea
• Ulangi intubasi dan hisapan
sampai mekonium habis
atau FJ menunjukkan perlu
VTP
PETUNJUK MENGHISAP MEKONIUM
• Ketika menarik keluar pipa ET
sambil menghisap, tidak lebih
dari 3 – 5 detik
• Jika tidak ditemukan
mekonium, jangan ulangi
penghisapan  lanjutkan
dengan ventilasi
• Jika terdapat mekonium saat
penghisapan pertama, periksa
FJ.
▫ Jika bayi tidak bradikardi,
intubasi bayi selagi
penghisapan
▫ Jika FJ rendah  VTP
MEMASTIKAN POSISI PIPA ET DI TRAKEA
• Perhatikan FJ dan SpO2
• Terdengar bunyi napas di kedua paru bukan di
lambung  gunakan stetoskop
• Tidak terjadi distensi lambung saat ventilasi
• Bagian dalam pipa berembun saat ekspirasi
• Dada bergerak simetris setiap bernapas
MEMASTIKAN POSISI PIPA ET TIDAK
BENAR DI TRAKEA
• Bayi tetap bradikardia & SpO2 tidak meningkat
meskipun telah di VTP
• Detektor CO2 tidak menunjukkan adanya CO2
• Tidak terdengar suara napas di kedua paru
• Perut tampak menjadi kembung
• Udara terdengar di lambung
• Pipa ET tidak berembun
• Dada tidak mengembang simetris saat VTP
LETAK PIPA ET DI TRAKEA
• Mengukur ujung pipa ke bibir
Berat (kg) Kedalaman Pipa ET
(cm dari bibir atas)
1* 7

2 8

3 9

4 10

* Bayi dengan berat <750 g, kedalaman pipa cukup 6 cm


MEMASTIKAN LETAK PIPA ET
Kompresi Dada

Indikasi :

Bila FJ bayi < 60 kali/menit walaupun


telah dilakukan VTP efektif dengan
oksigen tambahan selama 30 detik.
Kompresi Dada
Cara :

Perlu dua orang (1 kompresi dada dan 1 ventilasi)

Lokasi sepertiga bawah tulang dada (di antara ujung tulang dada dan garis khayal
yang menghubungkan kedua putting susu, atau satu jari di bawah garis khayal.

Tempatkan kedua ibu jari atau kedua jari sedikit di atas/superior sifoid. Hindari
penekanan langsung pada sifoid
Kompresi Dada
• Teknik yang dianjurkan :
– Kedua ibu jari di atas sternum dan jari lain melingkar di
bawah bayi menyangga tulang belakang/punggung ->
PALING MENGUNTUNGKAN!
– Dua Jari
• Kompresi dada dan ventilasi : rasio 3: 1
90 kompresi : 30 inflasi -> 120 kegiatan 1
menit
*kompresi sedalam 1/3 diameter anteroposterior dada

*Untuk memastikan frekuensi kompresi dada dan ventilasi yg


tepat,
penekan menghitung dengan jelas “Satu - Dua - Tiga - Pompa-
…”
Titik kompresi dada
Kompresi Dada
Kompresi Dada
• Komplikasi :
- Trauma organ dalam : hati, jantung, paru
- Tulang rusuk mudah rapuh dan patah.
Pemberian obat-obatan

62
Bayi tidak membaik setelah diberi obat
Nilai kembali efektifitas:
• Ventilasi
• Kompresi dada
• Intubasi endotrakeal
• Pemberian efinefrin
Pertimbangkan kemungkinan:
• Hipovolemia

FJ < 60 atau sianosis menetap atau


VTP tidak berhasil

Pertimbangkan: FJ = 0
• Malformasi jalan napas
• Gangguan pada napas, seperti:
- Pneumotoraks
- Hernia diafragmatika
• Penyakit jantung bawaan
Pertimbangkan untuk
66
menghentikan resusitasi
RESUSITASI TIDAK MEMBERIKAN RESPON:
indikasi pemberian volume Darah
 Bayi tidak berespons terhadap resusitasi
DAN
 Bayi mengalami syok (pucat, nadi lemah, FJ rendah,
tidak membaik setelah diresusitasi)
 Ada riwayat terkait dgn kehiangan darah janin (a.l.
Perdarahan per vaginam, solusio plasenta, plasenta
previa)
CAIRAN PENAMBAH VOLUME DARAH

 Cairan : Garam Fisiologis, Ringer Laktat, Darah O


Rh negatif

 Dosis : 10 mL/kg

 Jalur : Vena umbilikalis

 Persiapan : dalam semprit besar

 Kecepatan : 5-10 menit


HARAPAN SETELAH PEMBERIAN
CAIRAN VOLUME DARAH
 FJ 
 Nadi 
 Warna kulit membaik
 Tekanan darah membaik

Bila tetap hipovolemia :


 Ulangi pemberian cairan penabah volume darah,
dosis 10 mL/kg
Hal-hal Penting
Sekitar 10% bayi butuh beberapa bantuan, hanya 1%
perlu resusitasi lengkap
Ventilasi paru  tindakan paling penting & efektif
Apnu sekunder membutuhkan VTP .
VTP fektif pada apnu sekunder umumnya akan
memperbaiki FJ
Antisipasi resusitasi dengan mengenali faktor resiko
Hal-hal penting
• Keterampilan perilaku seperti kerja tim,
kepemipinan dan komunikasi efektif sangat
penting untuk keberhasilan resusitasi
neonatus.
• Tahap-tahap resusitasi:
– Langkah awal resusitasi
– VTP dan pasang oksimetri
– Kompresi dada, VTP tetap dilakukan. Masukkan
kateter umbilikalis.
– Epinefrin, sambil melanjutkan bantuan ventilasi
dan kompresi dada.
A

RESUSITASI
B

NEONATUS

*AHA 2010
C

D
Ada Pertanyaan?

70

Anda mungkin juga menyukai