Anda di halaman 1dari 16

Asuhan Keperawatan Jiwa RBD Pada Klien Tn.

R
Asuhan Keperawatan Jiwa RBD Pada Klien Tn. R
November 15, 2017

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


RBD ( RESIKO BUNUH DIRI ) PADA KLIEN Tn. R

DISUSUN OLEH :

Sry Nofita Sari Hutagalung

Nim : 160204082 ( PSIK 1.2 )

DOSEN PENGAJAR :

Ns. Adventy Gulo, M.Kep


PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TYME yang telah meberikan rahmat, kesehatan, dan karunia-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa RBD Pada Klien Tn. R” ini.
Semoga Askep ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca khususnya dibidang
keperawatan.

Saya menyadari bahwa asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan askep saya ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih, semoga askep ini dapat berguna bagi kita semua dalam
proses belajar mengajar.

Medan, 15 November 2017

      Penyusun
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….................

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………....................

1.3 Tujuan………………………………………………………………..................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian…………………………………………………………….................

2.2 Rentang respon……………………………………...……………….................

2.3 Faktor predisposisi dan Faktor presipitasi…………………………....................

2.4 Tanda dan Gejala (mayor dan minor)………………………………..................

2.5 Psikopatologi………………………………………………………...................

2.6 Diagnosa keperawatan dan medis….………………………………...................

2.7 Penatalaksanaan……………………………………………………...................

2.7.1 penatalaksanaan keperawatan...........................................................................

2.7.2 penatalaksanaan medis......................................................................................

2.8 Askep………………………………………………………………....................

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..................

3.2 Saran………………………………………………………………….................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang

Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan: bunuh diri saat
ini merupakan penyebab kematian yang kedua dikalangan remaja, banyak factor yang menyertai dan
banyaknya beban yang dihadapi menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri dengan tujuan
melarikan diri dari segala beban yang dirasa berat.

Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang sangat miskin dari
pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputusasaan tentang masa depan, semakin besar
resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki resiko bunuh diri dua kali lebih besar
daripada mereka yang menikah. Wanita memiliki angka upaya bunuh diri yang lebih tinggi tetapi pria
lebih berhasil dalam melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka menggunakan metode-
metode yang lebih letal (mematikan). (Roy, 200) dalam.

1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ada sebagai berikut ;

1.      Apa itu bunuh diri?

2.      Apa yang menjadi penyebab bunuh diri?

3.      Apa motif yang mendasari klien bunuh diri?

4.      Apa saja faktor yang dapat menyebabkan bunuh diri?

5.      Bagaimana tanda dan gejala pada klien tersebut?

6.      Bagaimana penatalaksaan dalam kasus tersebut?

7.      Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Resiko Bunuh Diri?

1.3         Tujuan

Mampu menerapkanasuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1         Pengertian

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh
diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Keliat 1991 : 4).

Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan – putus harapan
merupakan rentang adaptif – maladaptif.

Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Gail w.
Stuart, 2007). Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2004.)

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau
melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri
sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah
kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen,
1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009.

Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa, sehingga menimbukan tindakan
yang mengarah pada kematian.

2.2         Rentang Respon

Self enhancement Growth promoting Indirect self- Self injury. Suicide risk taking destruktive
behaviour . Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress
Perilaku bunuh diri berkembang dalam beberapa rentang diantaranya :  Respon adaptif merupakan
respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon
maladaptif antara lain :

a.        Ketidakberdayaan, keputusasaan,apatis.: Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah


akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat
sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang
membantu.

b.        Kehilangan, ragu-ragu :Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan
kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua
dapat berakhir dengan bunuh diri.

c.        Depresi : Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan
dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat.

d.        Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk

e.         mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.

2.3  Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009)


a.     Mempunyai ide untuk bunuh diri.

b.    Mengungkapkan keinginan untuk mati.

c.     Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

     d.    Impulsif.                         

e.     Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).

f.     Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

g.    Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis mematikan).

h.    Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan mengasingkan diri).

i.      Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).

j.      Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).

k.    Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan dalam karier).

l.      Umur 15-40 tahun atau di atas 45 tahun.

m.  Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

n.    Pekerjaan.

o.    Konflik interpersonal.

p.    Latar belakang keluarga.

q.    Orientasi seksual.

r.      Sumber-sumber personal.

s.     Sumber-sumber social.

t.      Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.4         Psikopatologi

Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah
orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan
mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori :

a.         Isyarat Bunuh Diri


Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya
dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan
lebih baik tanpa saya.”

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai
dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative
tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

b.         Ancaman bunuh diri

Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.


Ancaman menunjukkan  seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan
seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.

Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai
dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.

c.        Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada
kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung
diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan
bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah
yang menjatuhkan harga dirinya.

d.         Bunuh Diri

Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang
melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-
tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
ASKEP RESIKO BUNUH DIRI

I.       Contoh Kasus

Tn. R berusia 36 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Aksara. Status menikah,
tapi belum memiliki anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah, akibatnya sebagian
besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. R.
Akibatnya kondisi keuangan Tn. R memburuk, sehingga membuat istrinya meminta cerai karena
Tn. R tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. R pun menjadi putus asa dan ingin
mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

a. Pengkajian

1.      Identitas Klien

Nama Lengkap            : Tn. R

Usia                             : 36 tahun

Jenis Kelamin              : Laki-laki

Status                          : Kawin

Alamat                        : Sumatera Utara, Medan

2.      Alasan Masuk

Klien dibawa kerumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah pasien

3.      Faktor Predisposisi


Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia
bekerja dan di tinggal oleh istrinya. Ada anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa.

4.      Faktor Presipitasi

Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja

Masalah Keperawatan:

1.      Resiko bunuh diri

2.      Risiko perilaku kekerasan

3.      Harga diri rendah

5.      Fisik

Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tanggan, BB pasien menurun dan klien
tampak lemas tak bergairah, sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit. N: 80x/mnt, TD 120/90
mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 55 Kg dan TB 165cm.

II.        Catatan perawatan dan perkembangan

NO TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

KEPERAWATAN

1.      Tanda dan gejala S:

1. Keputusasaan Klien
2. Celaan terhadap diri mengatakan
1. 15/11/2017 Resiko Bunuh Diri
sendiri, perasaan gagal sudah mencoba
Pkl.10.00 dan tidak berguna belajar
WIB. 3. Alam perasaan depresi berkenalan
4. Agitasi dan gelisah namun masih
5. Insomnia yang enggan untuk
menetap dilakukan
6. Penurunan BB
7. Berbicara lamban,
keletihan, menarik diri O:
dari lingkungan sosial.
Klien aktif dan
8. Petunjuk psikiatrik 
memperhatikan
a. Upaya bunuh diri
selama latihan
sebelumnya
berkenalan
b. Kelainan afektif
dengan perawat
c. Alkoholisme dan
penyalahgunaan obat
d. Kelaianan tindakan
Dalam resiko
dan depresi mental pada
bunuh diri :
remaja
e. Dimensia dini/ status
kekacauan mental pada
1.     1. Perilaku
lansia
bunuh diri
f. Riwayat psikososial 
1. Baru berpisah, DS: menyatakan
bercerai/ kehilangan ingin bunuh
2. Hidup sendiri diri / ingin mati
3. Tidak bekerja, saja, tak ada
perbahan/ kehilangan gunanya hidup.
pekerjaan baru dialami DO: ada isyarat
bunuh diri, ada
4. Faktor-faktor ide bunuh diri,
kepribadian  pernah
a. Implisit, agresif, rasa mencoba bunuh
bermusuhan diri.
b. Kegiatan kognitif dan .     2.  Koping
negatif maladaptif
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah DS: menyatakan
e.Batasan/gangguan putus asa dan
kepribadian antisocia tak berdaya,
tidak bahagia,
tak ada
2.      Tind. Keperawatan : harapan.

DO: nampak
sedih, mudah
a.       Pada Pasien :
marah, gelisah,
1)      Sp I Pasien tidak dapat
mengontrol
1.      Membina hubungan impuls.
saling percaya dengan
klien
A:
2.      Mengidentifikasi benda-
benda yang dapat Klien sudah tahu
membahayakan pasien cara berkenalan
dengan
3.      Mengamankan benda-
menyebutkan
benda yang dapat
nama,asal,hobi
membahayakan pasien.

4.      Melakukan kontrak


treatment P:

5.      Mengajarkan cara Lanjutkan


mengendalikan dorongan berkenalan
bunuh diri dengan orang
lain.

2)      Sp II Pasien

1.      Mengidentisifikasi aspek


positif pasien

2.      Mendorong pasien


untuk berfikir positif
terhadap diri sendiri

3.      Mendorong pasien


untuk menghargai diri
sebagai individu yang
berharga

3)      Sp III Pasien

1.      Mengidentisifikasi pola


koping yang biasa
diterapkan pasien

2.      Menilai pola koping yng


biasa dilakukan

3.      Mengidentifikasi pola


koping yang konstruktif

4.      Mendorong pasien


memilih pola koping yang
konstruktif

5.      Menganjurkan pasien


menerapkan pola koping
konstruktif dalam
kegiatan harian

4)      Sp IV Pasien

1.      Membuat rencana masa


depan yang realistis
bersama pasien

2.      Mengidentifikasi cara


mencapai rencana masa
depan yang realistis

3.      Memberi dorongan


pasien melakukan
kehiatan dalam rangka
meraih masa depan yang
realistis

SP 1 Keluaga

1.      Mendiskusikan
massalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat
pasien

2.      Menjelaskan pengertia,


tanda dan gejala resiko
bunuh diri, dan jenis
prilaku yang di alami
pasien beserta proses
terjadinya

3.      Menjelaskan cara-cara


merawat pasien resiko
bunuh diri yang dialami
pasien beserta proses
terjadinya.

SP II Keluarga

1.      Melatih keluarga

mempraktekan cara
merawat pasien dengan
resiko bunuh diri

2.      Melatih keluarga


melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
resiko bunuh diri.

SP III Keluarga

1.      Membantu keluarga


membuat jadual aktivitas
dirumah termasuk
minum obat\

2.      Mendiskusikan sumber


rujukan yang bias
dijangkau oleh keluarga

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.

Menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial, yaitu : Bunuh diri egoistic, Bunuh diri
altruistic, Bunuh diri anomik , Bunuh diri fatalistic

Faktor Penyebab terjadinya Bunuh diri,yaitu :

1.      Etiologi bunuh diri yang digolongkan atas berbagai unsur :

2.      Faktor determinan, meliputi : Kebudayaan, Jenis kelamin,Umur, Status sosial.

Asuhan keperawatan pasien dengan resiko perilaku bunuh diri Pengkajian,Diagnosa keperawatan,


Perencanaan, Tindakan keperawatan, Evaluasi.

3.2    Kritik dan Saran

Semoga Askep ini dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa resiko bunuh
diri dan penulis berharap makalah ini mendapatkan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Askep ini.

DAFTAR PUSTAKA

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa. Medan: USU Press.

Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa.Bandung: Refika Adira

Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa,  Edisi I. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Ana. 1999. Gangguan Konsep Diri,  Edisi I. Jakarta : EGC.

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).St.Louis Mosby
Year Book.( Fitria, Nita (2009)

Anda mungkin juga menyukai