LP - Plasenta - Previa Fix
LP - Plasenta - Previa Fix
PLASENTA PREVIA
NAMA KELOMPOK:
1. MAULITITANIA
2. RISKA ANDINI
3. SARAH JUNIARTI
4. SITI MELYTAMALA AZIZ
A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan
pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut
perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan
lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang
cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya
kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-
tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta
serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum
jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada
permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan
cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
A. Pengertian
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan
ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta merupakan
organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan
ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat
energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin.
Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu
kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa
(Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki
Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir
yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa
nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.
B. Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah
rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi
salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin
terjadi karena proses radang maupun atropi
C. Faktor resiko
Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti
namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi
pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta
gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.
D. Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
a. Placenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat
plasenta berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.
b. Placenta Previa Partialis
Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga
dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan
aman, asal hati-hati.
c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum
cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat
ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi
teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur
tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan
di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik,
penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan
elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak
saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias
(1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan
antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh
plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat
bedah sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.
BAB III
TINJAUAN KASUS
KASUS
Pasien Ibu hamil, G3P2A0, usia 36 tahun datang ke Rumah Sakit AM tanggal 28 November 2014
dengan keluhan pasien mengeluarkan darah dari kemaluan sebanyak 3x ganti pembalut sejak 6
jam sebelum masuk rumah sakit. Keluarnya darah tidak disertai rasa sakit dan berwarna merah
segar. Gejala seperti mulas yang menjalar kepinggang hilang timbul dan semakin lama semakin
sering serta kuat tidak dirasakan pasien. Keluar air-air dari kemaluan pun disangkal. Pasien
pernah melakukan Ante Natal Care di bidan dan dinyatakan letak lintang. Pasien memiliki
riwayat diurut di bagian perut. Usia kehamilan pasien adalah 35 minggu dengan gerakan janin
yang masih dapat dirasakan.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 80 x/m, pernafasan 20 x/m, suhu 37 0C, konjungtiva anemis. Pemeriksaan fisik
obstetri didapatkan, TFU (Tinggi Fundus Uteri) yaitu 30 cm dari simfisis pubis, pada leopold I
tidak teraba bagian janin pada fundus uteri, pada leopold II letak melintang teraba balotemen,
padaleopold III dan IV tidak teraba bagian janin pada bawah uteri, auskultasi denyut jantung
janin 145 x/menit.
Pemeriksaan dalam dilakukan inspeksi portio livide, ostium uterus eksterna tertutup, dan
fluxus (+). Pemeriksaan colok vagina tidak dilakukan. Pemeriksaan penunjang pada pasien
ini didapatkan nilai hemoglobin 7,8 g/dL, leukosit 8.800/uL hematokrit 25 %.
Hasil USG menunjukkan: plasenta previa totalis dan janin letak lintang.
ASUHAN KEPERAWATAN
G3 P2 A0
Pengkajian
DS:
Pasien mengatakan mengeluarkan darah dari kemaluan sebanyak 3x ganti pembalut sejak
6 jam sebelum masuk rumah sakit
Pasien mengatakan mulas yang menjalar kepinggang hilang timbul dan semakin lama
semakin kuat tidak dirasakan pasien.
Pasien mengatakan pernah melakukan ANC di bidan dan dinyatakan letak lintang
DO:
Keluarnya darah tidak disertai dengan rasa sakit dan berwarna merah segar
Usia kehamilan 35 minggu dengan gerakan janin yang madih dapt dirasakan
Nadi: 80x/menit
Suhu: 75 0C
Pernapasan: 20x/menit
Kunjungtiva: Anemis
Padaleopold III dan IV tidak teraba bagian janin pada bawah uteri
DJJ: 145x/menit
leukosit 8.800/uL
hematokrit 25 %.
Hasil USG menunjukkan: plasenta previa totalis dan janin letak lintang.
Pemeriksaan dalam dilakukan inspeksi portio livide, ostium uterus eksterna tertutup, dan
fluxus (+).
H. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS :
Pasien mengatakan Komplikasi Kehamilan Resiko
mengeluarkan darah (Plasenta previa) pendarahan
dari kemaluan sebanyak
3x ganti pembalut sejak
6 jam sebelum masuk
rumah sakit
DO :
Keluarnya darah tidak
disetai rasa sakit dan
berwarna merah segar
Kunjungtiva: Anemis
Nadi: 80x/menit
Suhu: 75 0C
Pernapasan: 20x/menit
Leukosit: 8.800/UL
Hematokrit 25%
2 DS :
Pasien menyangkal Gangguan adaptasi kehamilan Gangguan rasa
keluarnya air air dari nyaman
kemaluan
DO :
Pemeriksaan dalam
dilakukan inspeksi
portio livide, ostium
uterus eksterna tertutup,
dan fluxus (+).
3 DS :
Pasien pernah Malposisi janin Risiko cidera
melakukan ANC di pada janin
bidan dan dinyatakan
letak lintang
DO :
Pada leopold II letak
melintang teraba
balotemen
Pada Leopod III dan IV
tidak teraba bagian
janin pada bahian
bawah uteri
DJJ: 145x/menit
I. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko pendarahan b.d komplikasi kehamilan
2. Risiko cidera pada janin b.d malposisi janin
3. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi
A. Kesimpulan
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali
terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin
dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian
depan atau belakang agak ke arah fundus uteri
B. Saran
Setelah membaca maklah ini, diharapkan kepada para pembaca dapat memahami dan
dapat menyampaikan kepada masyarakat lainnya tentang resiko hamil di usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu Kebidanan
Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.
4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
6. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
7. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
8. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI