Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

NAMA KELOMPOK:
1. MAULITITANIA
2. RISKA ANDINI
3. SARAH JUNIARTI
4. SITI MELYTAMALA AZIZ

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ICHSAN MEDICAL CENTER BINTARO


Jl. Jombang Raya No. 56, Pd pucung, Kec, Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten
15229
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan

pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut

perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22

minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .

Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan

22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan

patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan

lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang

cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan

plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya

kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-

tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis

biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta

serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari

semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum

jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia

kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak

akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang

untuk mendapatkan pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada

permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun

penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk

transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan

cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam

penyelamatan ibu dan janinnya.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Plasenta Previa?

2. Apa saja faktor resiko Plasenta Previa?

3. Bagaimana Patofisiologi Plasenta Previa

4. Apa etiologi Plasenta Previa?

5. Apa diagnosa dari Plasenta Previa?

C. Tujuan

1.      Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa

2.      Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi plasenta previa.

b. Untuk mengetahui faktor resiko plasenta previa.

c. Untuk mengetahui patofisiologi plasenta previa.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan

yang telah dilakukan pada klien plasenta previa. 


BAB II
PEMBAHASAN TEORI

A. Pengertian
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan
ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta merupakan
organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan
ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat
energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin.
Melihat pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu
kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa
(Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki
Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir
yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa
nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.

B. Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah
rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi
salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin
terjadi karena proses radang maupun atropi
C. Faktor resiko
Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti
namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi
pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta
gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.

D. Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
a. Placenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak   mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat
plasenta berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.
b. Placenta Previa Partialis
Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.

c. Placenta Previa Marginalis


Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada pembukaan
servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang   disebut juga
dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan
aman, asal hati-hati.

Multiparitas, usia ibu lanjut,


gastasi multipel, persalinan
E. Fatofisiologi
sesarea sebelumnya
Plasenta Previa

Totalis Partialis Marginalis law lying

Bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

Pendarahan Gejala mulas Mal posisi janin

Kehilangan cairan dan darah


Gangguan rasa Resiko cedera
nyaman pada janin
Resiko
pendarahan

F. Tanda dan gejala


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari perdarahan sebelumnya.
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang
biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan
anemia sampai syok.
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).

G. Penatalaksanaan (Sandra, 2001)


a) Konservatif bila :
1. Kehamilan kurang 37 minggu.
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).
Perawatan konservatif berupa :
1. Istirahat
2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan
senggama.
b) Penanganan aktif bila :
1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
3. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
1. Persalinan per vaginam.
2. Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit
perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus
per vaginam bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum
cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat
ditunda dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi
teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur
tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan
di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik,
penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan
elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak
saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias
(1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan
antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh
plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat
bedah sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.

BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS
Pasien Ibu hamil, G3P2A0, usia 36 tahun datang ke Rumah Sakit AM tanggal 28 November 2014
dengan keluhan pasien mengeluarkan darah dari kemaluan sebanyak 3x ganti pembalut sejak 6
jam sebelum masuk rumah sakit. Keluarnya darah tidak disertai rasa sakit dan berwarna merah
segar. Gejala seperti mulas yang menjalar kepinggang hilang timbul dan semakin lama semakin
sering serta kuat tidak dirasakan pasien. Keluar air-air dari kemaluan pun disangkal. Pasien
pernah melakukan Ante Natal Care di bidan dan dinyatakan letak lintang. Pasien memiliki
riwayat diurut di bagian perut. Usia kehamilan pasien adalah 35 minggu dengan gerakan janin
yang masih dapat dirasakan.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 80 x/m, pernafasan 20 x/m, suhu 37 0C, konjungtiva anemis. Pemeriksaan fisik
obstetri didapatkan, TFU (Tinggi Fundus Uteri) yaitu 30 cm dari simfisis pubis, pada leopold I
tidak teraba bagian janin pada fundus uteri, pada leopold II letak melintang teraba balotemen,
padaleopold III dan IV tidak teraba bagian janin pada bawah uteri, auskultasi denyut jantung
janin 145 x/menit.
Pemeriksaan dalam dilakukan inspeksi portio livide, ostium uterus eksterna tertutup, dan
fluxus (+). Pemeriksaan colok vagina tidak dilakukan. Pemeriksaan penunjang pada pasien
ini didapatkan nilai hemoglobin 7,8 g/dL, leukosit 8.800/uL hematokrit 25 %.
Hasil USG menunjukkan: plasenta previa totalis dan janin letak lintang.

ASUHAN KEPERAWATAN

MASUK RUMAH SAKIT

Tanggal: 28 November 2014

G3 P2 A0

Usia Kehamilan: 35 minggu

Usia pasien: 36 tahun

Dx Medis: Plasenta Previa

Pengkajian

DS:

 Pasien mengatakan mengeluarkan darah dari kemaluan sebanyak 3x ganti pembalut sejak
6 jam sebelum masuk rumah sakit
 Pasien mengatakan mulas yang menjalar kepinggang hilang timbul dan semakin lama
semakin kuat tidak dirasakan pasien.

 Pasien memiliki riwayat diurut di perut

 Pasien mengatakan pernah melakukan ANC di bidan dan dinyatakan letak lintang

DO:

 Kesadaran Compos Mentis

 Keluarnya darah tidak disertai dengan rasa sakit dan berwarna merah segar

 Keluarnya air air dari kemaluan disangkal

 Usia kehamilan 35 minggu dengan gerakan janin yang madih dapt dirasakan

 TD: 120/80 mmHg

 Nadi: 80x/menit

 Suhu: 75 0C

 Pernapasan: 20x/menit

 Kunjungtiva: Anemis

 TFU (Tinggi Fundus Uteri) yaitu 30 cm dari simfisis pubis

 Pada leopold I tidak teraba bagian janin pada fundus uteri

 Pada leopold II letak melintang teraba balotemen

 Padaleopold III dan IV tidak teraba bagian janin pada bawah uteri

 DJJ: 145x/menit

 hemoglobin 7,8 g/dL

 leukosit 8.800/uL
 hematokrit 25 %.

 Hasil USG menunjukkan: plasenta previa totalis dan janin letak lintang.

 Pemeriksaan dalam dilakukan inspeksi portio livide, ostium uterus eksterna tertutup, dan
fluxus (+).
H. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS :
 Pasien mengatakan Komplikasi Kehamilan Resiko
mengeluarkan darah (Plasenta previa) pendarahan
dari kemaluan sebanyak
3x ganti pembalut sejak
6 jam sebelum masuk
rumah sakit

DO :
 Keluarnya darah tidak
disetai rasa sakit dan
berwarna merah segar

 Kunjungtiva: Anemis

 TD: 120/80 mmHg

 Nadi: 80x/menit

 Suhu: 75 0C

 Pernapasan: 20x/menit

 Leukosit: 8.800/UL

 Hematokrit 25%

2 DS :
 Pasien menyangkal Gangguan adaptasi kehamilan Gangguan rasa
keluarnya air air dari nyaman
kemaluan

 Mulas yang menjalar


kepinggang hilang
timbul dan semakin
lama semakin kuat
tidak dirasakan pasien.

 Pasien memiliki riwayat


diurut di perut

DO :
 Pemeriksaan dalam
dilakukan inspeksi
portio livide, ostium
uterus eksterna tertutup,
dan fluxus (+).

3 DS :
 Pasien pernah Malposisi janin Risiko cidera
melakukan ANC di pada janin
bidan dan dinyatakan
letak lintang

DO :
 Pada leopold II letak
melintang teraba
balotemen
 Pada Leopod III dan IV
tidak teraba bagian
janin pada bahian
bawah uteri
 DJJ: 145x/menit

I. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko pendarahan b.d komplikasi kehamilan
2. Risiko cidera pada janin b.d malposisi janin
3. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan
Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi

1 Risiko Pendarahan Setelah dilakuka tindakan - Identivikasi penyebab kehilangan perdarahan


keperawatan selama 1x24 jam - Identifikasi riwayat perdarahan pada kehamilan
diharapkan diagnosa Risiko lanjut
Pendarahan dapat teratasi dengan - Periksa perineum untuk menilai warna, jumlah,
kriteria hasil: konsenterasi dan bau
- monitor intake dan output
- Pendarahan vagina menurun - monitor hasil pemeriksaan USG
- Hemoglobin membaik - fasilitasi tirah baring atau pembatasan aktivitas
- Hematokrit membaik - persiapkan untuk persalinan
- Tekanan darah membaik - ajarkan cara mengenali perdarahan lama dan baru
- Suhu tubuh membaik - kolaborasi pemberian transfusi darah
2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakuka tindakan - identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
keperawatan selama 1x24 jam intensitas nyeri
diharapkan gangguan rasa nyaman - identifikasi skala nyeri
dapat teratasi dengan kriteria hasil: - identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
- melaporkan nyeri terkontrol cukup - kontrol lingkukangan yang memperberat rasa nyeri
meningkat - pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
- kemampuan mengenali penyebab pemilihan strategi meredakan nyeri
nyeri cukup meningkat - jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri
- dukungan orang terdekat - anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
meningkat - jelaskan strategi meredakan nyeri
- keluhan nyeri cukup menurun
3 Risiko cidera pada janin Setelah dilakuka tindakan - identifikasi riwayat obstetris (mis. Plasenta previa,
keperawatan selama 1x24 jam air ketuban pecah dini)
diharapkan risiko cidera pada janin - identifikasi soial dan demografi
dapat teratasi dengan kriteria hasil: - monitor status fisik dan psikososial selama
- kemampuan mencari informasi kehamilan
tentang faktor risiko cukup - dampingi ibu saat merasa cemas
meningkat - diskusiakn ketidaknyamanan selama hamil
- kemampuan mengidentifikasi - ajarkan cara menghitung gerak janin
faktor risiko cukup meningkat - ajari mengenali tanda bahaya (mis. Perdarahan
- pemantauan perubahan status vagina merah terang)
kesehatan membaik - kolaboras dengan spesialis jika ditemukan tanda
bahaya kehamilan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali
terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin
dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian
depan atau belakang agak ke arah fundus uteri
B. Saran
Setelah membaca maklah ini, diharapkan kepada para pembaca dapat memahami dan
dapat menyampaikan kepada masyarakat lainnya tentang resiko hamil di usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu Kebidanan
Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.

Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.

4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
6. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
7. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
8. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai