CEDERA KEPALA
Oleh A-11 A
Kelompok 4
A.A Istri Meidina Cindy (17.321.2657)
I Made Wahyu Aditra (17.321.2671)
Kadek Aristiani Putri (17.321.2673)
Ni Komang Sri Wahyuni (17.321.2687)
Ni Luh Kade Novita Wahyuningrum (17.321.2691)
Ni Made Anggi Febrianti (17.321.2694)
Ni Putu Eva Pradnyayanti (17.321.2700)
Pande Eka Sukma Karisma (17.321.2706)
I Ketut Antono (17.321.2669)
Ni Luh Putu Kusuma Sari Dewi (17.321.2693)
Ni Luh Gede Devi Yulistia Dewi (17.321.2590)
C. ETIOLOGI/ PENYEBAB
1. Beberapa Faktor yang dapat menyebabkan cidera kepala adalah :
a) Cidera setempat (benda tajam)
Misalnya pisau, peluru atau berasal dari serpihan atau pecahan dari fraktur
tengkorak.Trauma benda tajam yang masuk kedalam tubuh merupakan
trauma yang dapat menyebabkan cidera setempat atau kerusakan terjadi
terbatas dimana benda tersebut merobek otak.
b) Cidera Difus (benda tumpul)
misalnya terkena pukulan atau benturan.Trauma oleh benda tumpul dapat
menyebabkan/menimbulkan kerusakan menyeluruh (difuse) karena kekuatan
benturan. Terjadipenyerapan kekuatan oleh lapisan pelindung seperti :
rambut, kulit, kepala, tengkorak. Pada trauma berat sisa energi diteruskan
keotak dan menyebabkan kerusakan dan gangguan sepanjang perjalanan
pada jaringan otak sehingga dipandang lebih berat.
Langsung/tak langsung
Akselerasi-Deselerasi
Coup Contrecoup
Cedera Kepala
Intrakranial
Ekstrakranial Skull Injury
Brain Injury
Scalp Injury Luka Terbuka Segmen-segmen tulang
merusak jaringan otak
Rusaknya sawar darah otak
Perdarahan karena kulit Kontak dengan lingkungan luar (Blood, brain, barrier) atau
kepala yang vaskuler atau benda asing pembuluh darah pecah
Resiko Infeksi
Hipoksia TIK ↑
Reaksi berbicara
Reaksi Verbal Nilai
Mengikuti perintah 6
a. Cedera Kepala Ringan (CKR) : bila GCS 14-15 (kelompok resiko rendah).
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma
b. Cedera Kepala Sedang (CKS) : bila GCS 9-13 (kelompok resiko sedang).
Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Cedera Kepala Berat (CKB) : bila GCS 3-8 (kelompok resiko berat)
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam. Juga
meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, ataksia, cara berjalan tidak tegap,
kehilangan tonus otot.
2. Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung
(bradikardi, takikardia, yang diselingi dengan bradikardia disritmia).
3. Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
4. Inkontinensia kandung kemih atau usus atau mengalami ganggua fungsi.
5. Muntah atau mungkin proyektil, gangguan menelan (batuk, air liur, disfagia)
6. Perubahan kesadaran bisa sampai koma. Perubahan status mental (orientasi,
kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi atau
tingkah laku dan memori). Perubahan pupil (respon terhadap cahaya simetris)
deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti. Kehilangan penginderaan
seperti pengecapan, penciuman dan pendengaran, wajah tidak simetris, refleks
tendon tidak ada atau lemah, kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan
gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi
tubuh.
7. Wajah menyeringai, respon pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak
bisa beristirahat, merintih.
8. Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi,
stridor, terdesak, ronchi, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).
9. Fraktur atau dislokasi, gangguan penglihatan, kulit : laserasi, abrasi, perubahan
warna, adanya aliran cairan (drainase) dari telinga atau hidung (CSS), gangguan
kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi tubuh.
10. Afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, berbicara berulang – ulang.
11. Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
12. Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi, dan impulsif.
13. Mual, muntah, mengalami perubahan selera.
14. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope,
tinitus,kehilangan pendengaran. Perubahan dalam penglihatan,seperti
ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotopobia,
gangguan pengecapan dan penciuman.
15. Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
16. Trauma baru atau trauma karena kecelakaan
17. Pada kontusio, segera terjadi kehilangan kesadaran, pada hematoma, kesadaran
mungkin hilang, atau bertahap sering dengan membesarnya hematoma atau
edema intestisium.
18. Respon pupil mungkin lenyap atau segera progresif memburuk.
19. Perubahan prilaku, kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik timbul dengan segera atau secara lambat.
20. Hematoma epidural dimanifestasikan dengan awitan yang cepat. Hematoma ini
mengancam hidup dan dikarakteristikkan dengan detoriorasi yang cepat, sakit
kepala, kejang, koma dan hernia otak dengan kompresi pada batang otak.
21. Hematoma subdural terjadi dalam 48 jam cedera dan dikarakteristikkan dengan
sakit kepala, agitasi, konfusi, mengantuk berat, penurunan tingkat kesadaran,
dan peningkatan TIK. Hematoma subdural kronis juga dapat terjadi. (Brunner &
Suddarth. 2014)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1) Pemeriksaan laboratorium
a. AGD : untuk mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi
perdarahan sub arakhnoid.
b. Kimia elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berperan
dalam peningkatan TIK atau perubahan mental.
2) Radiology
a. CT Scan (tanpa atau dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik,
menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
b. MRI : sama dengan CT Scan
c. Angiografi serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, pendarahan, trauma
d. EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis
e. Sinar X : untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang ( fraktur ),
pergeseran struktur dari garis tengah ( karena perdarahan ) adanya fragmen
tulang
f. BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
g. PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
h. Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh kanan intrkrani obat
sehingga menyebabkan penurunan kesadan.
i. Myelogram :Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan
dari spinal aracknoid jika dicurigai.
j. Thorax X ray :Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
3) Fungsi lumbal : CSS, dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan sub
arakhnoid.
4) ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi)
jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
5) Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh kanan intrkrani obat sehingga
menyebabkan penurunan kesadan.
6) Pemeriksaan fungsi pernafasan: Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan
ekspirasi yang penting diketahui bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat
pernafasan (medulla oblongata) (Netiari. 2015)
H. PEMERIKSAAN FISIK
Observasi dan pemeriksaan fisik
3. Body of system
a. Pernafasan ( B1 : Breathing )
- Hidung : Kebersihan
- Dada : Bentuk simetris kanan kiri, retraksi otot bantu pernafasan, ronchi
- Di seluruh lapangan paru, batuk produktif, irama pernafasan, nafas dangkal.
Inspeksi : Inspirasi dan ekspirasi pernafasan, frekuensi, irama, gerakan
cuping hidung, terdengar suara nafas tambahan bentuk dada, batuk
Palpasi : Pergerakan asimetris kanan dan kiri, taktil fremitus raba sama
antara kanan dan kiri dinding dada
Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada
batas paru dan hepar.
Auskultasi : Terdengar adanya suara vesikuler di kedua lapisan paru,
suara ronchi dan weezing
b. Kardiovaskuler ( B2 : Bleeding )
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan kiri, denyut jantung pada ictus
cordis 1 cm lateral medial ( 5 ) Pulsasi jantung tampak..
Palpasi : Frekuensi nadi/HR, tekanan darah, suhu, perfusi dingin,
berkeringat
Leher : Tampak pada daerah leher tidak terdapat pembesaran pada leher,
tidak tampak perbesaran vena jugularis, tidak terdapat kaku kuduk.
Perkusi : Suara timpani pada abdomen, kembung ada suara pekak pada
daerah hepar.
f. Tulang-otot-integumen ( B6 : Bone )
Kemapuan pergerakan sendi : Kesakitan pada kaki saat gerak pasif,
droop foot, kelemahan otot pada ekstrimitas atas dan bawah.
Kulit : Warna kulit, tidak terdapat luka dekubitus, turgor baik, akral kulit
(Bickley, Lynn S. 2008)
I. PROGNOSIS
Pemulihan fungsi otak tergantung kepada beratnya cedera yang terjadi, umur
anak, lamanya penurunan kesadaran dan bagian otak yang terkena. 50% dari anak
yang mengalami penurunan kesadaran selama lebih dari 24 jam, akan mengalami
komplikasi jangka panjang berupa kelainan fisik, kecerdasan dan emosi. Kematian
akibat cedera kepala berat lebih sering ditemukan pada bayi. Anak-anak yang
bertahan hidup seringkali harus menjalani rehabilitasi kecerdasan dan emosi.
Masalah yang biasa timbul selama masa pemulihan adalah hilangnya ingatan akan
peristiwa yang terjadi sesaat sebelum terjadinya cedera (amnesia retrograd),
perubahan perilaku, ketidakstabilan emosi, gangguan tidur dan penurunan tingkat
kecerdasan (Netiari. 2015)
J. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
d. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
e. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
f. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
g. Pemberian obat-obat analgetik.
h. Pembedahan bila ada indikasi.
K. KOMPLIKASI
a. Koma
Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut coma. Pada situasi
ini, secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu, setelah masa ini
penderita akan terbangun, sedangkan beberapa kasus lainya memasuki
vegetative state atau mati penderita pada masa vegetative statesering membuka
matanya dan mengerakkannya, menjerit atau menjukan respon reflek. Walaupun
demikian penderita masih tidak sadar dan tidak menyadari lingkungan
sekitarnya. Penderita pada masa vegetative state lebih dari satu tahun jarang
sembuh
b. Seizure.
Pederita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-kurangnya
sekali seizure pada masa minggu pertama setelah cedera. Meskipun demikian,
keadaan ini berkembang menjadi epilepsy
c. Infeksi
Faktur tengkorak atau luka terbuka dapat merobekan membran (meningen)
sehingga kuman dapat masuk. Infeksi meningen ini biasanya berbahaya karena
keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke sistem saraf yang lain
d. Kerusakan saraf.
Cedera pada basis tengkorak dapat menyebabkan kerusakan pada nervus facialis.
Sehingga terjadi paralysis dari otot-otot facialis atau kerusakan dari saraf untuk
pergerakan bola mata yang menyebabkan terjadinya penglihatan ganda
e. Hilangnya kemampuan kognitif
Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi dan memori
merupakan kemampuan kognitif. Banyak penderita dengan cedera kepala berat
mengalami masalah kesadaran (Netiari. 2015)
5) Sistem Kardiovaskular
Adanya palpitasi dan kelemahan
Nilai CRT (normal <3 dtk)
Inspeksi : terjadi sianosis.
Palpasi : kulit teraba dingin, nadi meningkat (>100x/mnt).
Perkusi : jantung tidak mengalami pembesaran.
Auskultasi : S1S2 tunggal reguler.
6) Payudara Wanita dan Pria
Letak payudara simetris, mengkaji adanya nyeri tekan pada area yang
mengalami luka .
7) Sistem Gastrointestinal
Ada tidaknya kerusakan pada mukosa mulut.
Perkusi abdomen timpani.
Perkusi hati pekak.
Mengkaji adanya Ddiatensi abdomen dan keluhan mual.
Mengkaji BU (< 5-12 x/mnt).
8) Sistem Urinarius
Kaji adanya Oliguria
Mengkaji Konsistensi urin : kuning bening, bau khas.
Mengkaji Nyeri saat BAK
9) Sistem Reproduksi Wanita/Pria
Mengkaji adanya lesi atau kelainan lainnya seperti nyeri
10) Sistem Saraf
GCS: mengkaji adanya penurunan kesadaran (< 15)
Refleks patologis mungkin muncul apabila terjadi cedera pada saraf dan
tulang belakang.
11) Sistem Muskuloskeletal
Mengkaji kemampuan pergerakan sendi
Mengkaji deformitas dan edema.
Mengkaji Kekuatan otot .
Mengkaji Akral .
12) Sistem Imun
Mengkaji adanya penurunan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri
pada luka akibat rusaknya kulit sebagai barier pertahanan tubuh dari
infeksi.
Terjadi kelemahan.
Sistem Endokrin: mengkaji adanya hiperglikemia
normal
(ph 7)
3. Setelah Manajemen Peningkatan Tekanan TIK merupakan nilai tekanan
dilakukan Intrakranial dalam rongga kepala
asuhan Observasi: Kejang adalah salah satu tanda
keperawatan - Monitor CPP (Cerebral adanya ketidakefektifan perfusi
selama Perfusion Pressure) cerebral
.....x24 jam, Cairan IV Hipotonik dapat
diharapkan Nursing treatment: meningkatkan risiko
resiko perfusi - Cegah terjadinya kejang ketidakefektifan perfusi cerebral
serebral - Hindari pemberian cairan IV Memfasilitasi tubuh pasien
pasien dapat hipotonik sehingga pasien merasa nyaman
teratasi - Minimalkan stimulus dengan dan tenang
dengan menyediakan lingkungan yang Antikonvulsan berguna untuk
kriteria hasil : tenang mengatasi masalah saraf
- Tingkat
Kolaborasi:
kesadaran
meningka - Kolaborasi pemberian sedasi
t dan anti konvulsan, jika perlu
- TIK
menurun
- Sakit
kepala
menurun
- Gelisah
menurun
4. Setelah Pencegahan syok - syok akan menyebabkan pasen
dilakukan Observasi: mengalami penurunan nadi dan
asuhan - monitor status tingkat kesadaran maka dari itu
keperawatan kardiopulmonal (frekuensi dilakukan memonitor
selama dan kekuatan nadi, frekuensi kardiopulmonal
.....x24 jam, nafas, TD, MAP) - penurunan tingkat kesadaran
diharapkan pada syok menyebabkan
resiko syok Nursing treatment: hipoksemia sehingga perlu
pasien dapat - berikan oksigen untuk diberikan oksigen untuk
teratasi mempertahankan saturasi mempertahankan saturasi
dengan >94 normal
kriteria hasil : - Menjelasakan penyebab
- kekuatan Edukasi: terjadinya resiko syok
nadi - jelaskan penyebab/faktor membantu pasien mencegah
meningka resiko syok terjadinya resiko syok
t - Berkolaborasi dengan tenaga
- tingkat Kolaborasi: medis lainnya dapat mencegah
kesadaran - Kolaborasi pemberian IV, terjadinya syok
meningka jika perlu
t
- akral
dingin
menurun
- pucat
menurun
5. Setelah Menejemen Nyeri - nyeri akut menyebabkan gelisah
dilakukan Observasi: sehingga perlu dilakukan
asuhan - Identifikasi lokasi, identiikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan karakteristik, durasi, intensits nyeri
selama frekuensi, kualitas, intensitas - Pasien dengan masalah nyeri
.....x24 jam, nyeri akut perlu dilakukannya
diharapkan - Identifikasi respons nyeri non observasi adnya petunjuk
nyeri akut verbal. nonverbal bagi pasien yang tidak
pasien dapat dapat berkomuniaksi dengan
teratasi Nursing Treatment: efektif
dengan - Berikan teknik - nyeri sangat mengganggu dan
kriteria hasil : nonfarmakologis untuk menghambat aktivitas sehingga
- Keluhan mengurangi rasa nyeri (mis. perlu diimbangi dengan teknik
nyeri TENS, hipnosis, akupresur, nonfarmakologis
menjadi terapi musik, biofeedback, - Dengan mengidentifikasi dan
menurun terapi pijat, aromaterapi, menghindari pemicu dapat
- Meringis teknik imajinasi terbimbing, meminimalisir terjadinya nyeri
dan kompres hangat/dingin, terapi berlebih
kegelisah bermain) - dengan teknik nonfarmakologis
an pasien - Fasilitasi istirahat dan tidur. bisa sedikit lebih membantu
menjadi mengimbangi terapi dari
menurun Edukasi: farmakologis
it).
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
6. Setelah Pencegahan Infeksi - Dengan monitor tanda dan
dilakukan Observasi: gejala infeksi dapat mencegah
asuhan - Monitor tanda dan gejala terjadinya infeksi
keperawatan infeksi - Mencuci tangan dengan tepat
selama merupakan hal yang sangat
.....x24 jam, Nursing treatment: penting dilakukan
diharapkan - Cuci tangan sebelum dan - Teknik aseptic merupakan
resiko infeksi sesudah kontak dengan teknik yang dianjurkan dalam
pasien dapat likungan pasien mecegah terjadinya infeksi
teratasi
dengan - Pertahankan teknik aseptic - Dengan menjelaskan tanda dan
kriteria hasil : pada pasien gejala infeksi mampu membantu
- kemeraha pasien dalam mencegah
n cukup Edukasi: terjadinya infeksi
menurun - Jelaskan tanda dan gejala - Dengan mengajarkan cara
- nyeri infeksi memeriksa kondisi luka atau
cukup - Ajarkan cara memeriksa luka oprasi mampu mencegah
menurun kondisi luka terjadinya infeksi
(skala 0-3 - Berkolaborasi dengan tenaga
) Kolaborasi: medis lainnya dapat mencegah
- bengkak - Kolaborasi pemberian terjadinya infeksi
cukup imunisasi, jika perlu
menurun
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018, Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019)
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang direncanakan.
E. EVALUASI
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang
dilakukan dengan format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Edisi 5. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi8. volume 2,
Jakarta:EGC
Suriadi & Yuliana, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung seto
Price, SA & Wilson, LM. 2012. Patofisiologis: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi ke 6. Jakarta: EGC
Ibu H berumur 30 tahun MRS pada tanggal 20 Februari 2020 dengan diagnosa
Craniotomy evaluasi Clot + Decompresi O/K + CKB + Frontalis. Pasien adalah korban
tabrak lari. Saat MRS pasien mengeluh nyeri hebat dan skala nyeri 7, pasien sempat
mengalami mual muntah kurang lebih sebanyak 6 kali. Hasil pemeriksaan menunjukan
adanya EDH. Saat ini pasien sudah dipindahkan dari ruang OK keruang ICU. Saat
pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 3. Pasien tampak
terpasang NGT, kateter, infus dan ventilator (SIMV TV : 380, R : 6 Deep 3P Supp 8 fl
O2 : 40%). ADL tampak dibantu penuh. TD : 180/85, RR : 14 kali/ menit, N : 87 kali/
menit, S : 36,8OC, SPO2 : 91%, hasil laboratorium leukosit 15.000 ML. Pasien
mendapatkan therapy : IVFD NS 0,9 % 16 tpm, kalbamin 500 ml, asering 500 ml,
mannitol 6 x 100 cc, paracetamol flash 3 x 1 gr, ondancentron 3 x 8 mg, piracentam 3 x
3 gr, phenytoin 3 x 100 mg, asam tranexsamat 3 x 1 gr, anbancim 3 x 1 gr, vakson 0,05
mikro, meropenem 3 x 1 gr, fentanyal 15 inca/ jam.
YAYASAN SAMODRA ILMU CENDEKIA
Jl. Kecak No. 9A Gatot Subroto Timur, Denpasar – Bali 80239, Telp./Fax. (0361) 427699
Website: www.stikeswiramedika.ac.id e-mail: stikes_wikabali@yahoo.co.id
S = Skala nyeri 7
Pasien tampak menggalami penurunan kesadaran dengan GCS 3 dan terpasang NGT, Kateter,
infus, dan ventilator dengan mode SIMV Tv = 380, R = 6 Deep 3 P Supp 8 flO2 = 40%. ADL
pasien di bantu penuh. Hasil : Tekanan darah (180/85 mmHg), RR (14x/menit), Nadi (87x/menit),
Suhu (36,8oC), SPO2 (91%)
Riwayat penyakit saat ini :
Pasien dirawat di ruang ICU tanggal 21 Februari 2020 rujukan dari ruang operasi dengan post
craniotomy evaluasi clot + Decompresi O/K+CKB+Frontalis. Sebelumnya tanggal 20 Februari
2020, pasien sempat mengalami kecelakaan (korban tabrak lari). Pasien sempat mengeluh nyeri
hebat pada bagian kepala dan mual muntah ±6 kali. Pasien sudah sempat diobservasi dengan hasil
pemeriksaan didapatkan EDH (Pendarahan Epidural). Dari hasil pengkajian saat ini didapatkan
pasien dengan penurunan kesadaran E1M1V1 (Kesadaran koma). Pasien terpasang NGT, Kateter,
Infus (IVFD NS 0,9% 16 tpm). Saat ini juga pasien dalam keadaan koma dan terdapat luka post op
pada kepala bagian kanan, pasien bernafas di bantu ventilator dengan S Imv Tv = 380, R = 6
Deep 3 P Supp 8 fl O2 = 40%. Hasil : Tekanan darah (180/85 mmHg), RR (14x/menit), Nadi
(87x/menit), Suhu (36,8oC), SPO2 (91%), Leukosit =15,0 103/ µL.
Riwayat Pengobatan : Pasien MRS 20 Februari 2020 dan sebelum masuk Ruang
ICU pasien sempat di lakukan tindakan operasi dan dirujuk ke Ruang ICU dengan diagnosa medis
post op craniotomy evaluasi clot + decompresi O/K+CKB+Frontalis.
Riwayat penyakit sebelumnya : Riwayat kecelakaan (korban tabrak lari) dan sudah sempat di
observasi dengan hasil EDH (Pendarahan Epidural).
RR : 14x/mnt
Sputum: Ya , Warna: ... ... ... Konsistensi: ... ... ... Volume: ... … Bau: … …
√ Tidak
√ Ventilator
Oksigenasi : ... ... lt/mnt Nasal kanul Simpel mask Non RBT mask RBT Mask
√ Tidak ada
Drainase : -
Kondisi trakeostomi:
keterangan: … …
Pucat : Ya √ Tidak
Sianosis : Ya √ Tidak
Diaphoresis : Ya √ Tidak
JVP : -
CVP : -
keterangan: … …
keterangan: ……
Masalah Keperawatan : -
Keterangan :
Masalah Keperawatan: -
TB : 165cm BB : 63kg
Frekuensi BAB : 1x/hr Konsistensi: Cair Warna: Kuning kecoklatan , darah (-) /lendir (-)
Stoma : -
BOWEL
keterangan:
Masalah Keperawatan : -
(Muskuloskletal & Integumen) BONE
Keterangan: Aktivitas dan latihan dibantu penuh baik dengan orang lain ataupun alat bantu
Masalah Keperawatan : -
- Kepala :
a. Inspeksi = Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam dan kepala botak dari bagian
depan ubun-ubun hingga belakang (akibat prosedur operasi) dan terdapat luka
H operasi pada kepala bagian depan
a. Inspeksi = Bentuk mata simetris, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, dan tampak
lebam pada mata.
T
b. Palpasi = Pupil anisokor
O
- Hidung
a. Inspeksi = Lubang hidung tampak simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi, dyspnea,
T
tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan terpasang NGT
O
E b. Palpasi = Tidak ada benjolan
- Telinga
- Mulut
a. Inspeksi = Bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis dan
terpasang Ventilator.
Leher :
a. Inspeksi = Leher antara leher kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi, dan tidak tampak
peningkatan JVP
Dada :
- Paru
a. Inspeksi = Bentuk dada simetris, pergerakkan respirasi simetris, tidak adanya lesi,
adanya retraksi otot bantu nafas, tidak ada pemasangan selang dada
b. Palpasi = Dinding posterior suprascapularis teraba, sternum teraba, batas atas paru
pada ICS 2, batas bawah paru di ICS 8, tidak ada pembesaran paru
d. Auskultasi = S1 S2 irreguler
- Abdomen
a. Inspeksi = Tampak simetris, tidak tampak distensi abdomen, tidak ada lesi, dan tidak
ada ascites
b. Auskultasi = bising usus terdengar 25x/menit, dan tidak terdengar suara tambahan
Ekstremitas :
- Ekstremitas atas
a. Inspeksi = Bentuk simetris, tidak ada lesi, terpasang infus di tangan kiri.
b. Palpasi = Tidak teraba benjolan, turgor kulit lambat, akral teraba hangat, CRT <2
detik
- Ekstremitas bawah
b. Palpasi = Tidak teraba benjolan, turgor kulit lambat, akral teraba hangat, CRT <2
detik
- Pola Kognitif dan Persepsi : Panca indera pasien tidak berespon dengan baik
- Pola Peran dan Hubungan
a. Sebelum sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien menjalin hubungan dengan keluarga maupun
masyarakat sekitar rumahnya dengan baik.
b. Saat sakit
Kondisi pasien koma (tidak mampu berinteraksi)
- Pola Nilai dan kepercayaan
a. Sebelum sakit
Pasien beragama hindu, saat berada dirumah keluarga pasien mengatakan pasien rajin
beribadah.
b. Saat sakit
Pasien beragama hindu, dan kondisi pasien koma (tidak mampu berinteraksi)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Kamis, Leukosit 15,0 µL H 4,0 – 10,0 103/ µL
20 Februari
2020
Pemeriksaan AGD
SPO2 91 % L 95 – 100 %
pH 7,288 H 7,35 – 7,45
Pemeriksaan Radiologi
Terdapat EDH
(Pendarahan Tidak terdapat cidera atau
CT-Scan
Epidural) pada EDH pada bagian kepala
bagian frontalis
……………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………….................................................................................................................................
……………………………………………………….......................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………….................................................................................................................................
TERAPI
Jumat, 20 IVFD NACL 0.9% 16tpm IV Set Sebagai cairan Detak jantung cepat,
Februari 2020 tubuh demam, gatal-gatal
Jam 14:00
Mannitol 6x100 cc IV Set Mengurangi Sakit kepala,mual,
tekanan pada muntah, sakit
kepala akibat tenggorokan, sesak
pembengkakan napas.
otak.
Data Diagnosa
No Interpretasi
Subyektif & Obyektif Keperawatan
- Hasil TTV =
a. Tekanan darah
(180/85 mmHg),
b. RR (14x/menit)
c. Nadi (87x/menit)
d. Suhu (36,8oC)
2 Data subyektif :- Pasien Jatuh Gangguan
↓ Pertukaran Gas
Data objektif : Cedera Kepala
↓
- Pasien tampak terpasang Vasodilatasi
ventilator dengan SIMV ↓
Peningkatan TIK
Tv 380, R = 6 Deep 3 P
↓
Supp 8 fl O2= 40%. Aliran darah menurun
↓
- Terdapat dispneu Iskemia
↓
- SPO2 = 91% Hipoksia jaringan
↓
PCO2 menurun, PO2
- PCO2 = 13,5 mmHg
meningkat , PH menurun
↓
- PO2 = 175,6 mmHg
Disfungsi neuromuscular
(ketidakmampuan sistem saraf
- pH = 7,288
& otot bekerja sebagaimana
mestinya )
- RR = 14x/menit
↓
Gangguan Pertukaran Gas
- Terdapat pola nafas
irreguler
- Penurunan kesadaran
(GCS 3)
- Hasil lab :
No.
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti konvulsan,
jika perlu
2 Setelah dilakukan Kriteria hasil : Pemantauan respirasi - Dengan
asuhan keperawatan Observasi: mengkaji
- Dispnea menurun
selama 3x24 jam, - Monitor frekuensi, irama, kualitas
- Bunyi napas
diharapkan kedalaman, dan upaya frekuensi dan
tambahan
gangguan napas kedalaman
menurun
pertukaran gas - Monitor pola napas pernafasan, kita
pasien dapat teratasi - PO2 membaik (seperti bradipnea, dapat
dengan : (80-100mmHg) takipnea, hiperventilasi, mengetahui
- PCO2 membaik ataksik) sejauh mana
(35-45 mmHg) - Auskultasi bunyi napas perubahan
- pH membaik Nursing Treatment: kondisi pasien
(7,35-7,45) - bradipnea,
- Atur interval pemantauan
- SPO2 (95-100%) takipnea,
respirasi sesuai kondisi
hiperventilasi,
pasien
ataksik suatu
Edukasi:
kondisi yang
- Jelaskan tujuan dan dapat
prosedur pemantauan memperburuk
Kolaborasi: gangguang
pertukaran gas
- Kolaborasi pemberian
maka dari itu
obat dengan dokter
perlunya di
pantau
- gangguan
pertukaran gas
membuat pola
nafas tidak stabil
sehingga perlu
pengaturan
interval respirasi
sesuai kondisi
pasien
- menjelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
sehingga pihak
pasien, keluarga
lebih memahami
- Pemberian
pengobatan
dapat
menurunkan
beban
pernafasan dan
mencegah
terjadinya
gangguan
pertukaran gas
3 Setelah dilakukan Kriteria hasil : Pencegahan Infeksi - Dengan
asuhan keperawatan Observasi: monitor tanda
- Kemerahan cukup
selama 3x24 jam, dan gejala
menurun - Monitor tanda dan gejala
diharapkan resiko infeksi dapat
- nyeri cukup infeksi
infeksi pasien dapat mencegah
menurun (skala 0-
teratasi : terjadinya
3) Nursing treatment:
infeksi
- bengkak cukup
- Cuci tangan sebelum dan - Mencuci tangan
menurun
sesudah kontak dengan dengan tepat
- Leukosit normal likungan pasien merupakan hal
3
(4,0-10,0 10 / µL)
- Pertahankan teknik yang sangat
aseptic pada pasien penting
dilakukan
Edukasi: - Teknik aseptic
merupakan
- Jelaskan tanda dan
teknik yang
gejala infeksi
dianjurkan
- Ajarkan cara memeriksa
dalam mecegah
kondisi luka
terjadinya
infeksi
Kolaborasi:
- Dengan
- Kolaborasi pemberian menjelaskan
antibiotic profilaksis, tanda dan
jika gejala infeksi
perlu mampu
membantu
pasien dalam
mencegah
terjadinya
infeksi
- Dengan
mengajarkan
cara memeriksa
kondisi luka
atau luka oprasi
mampu
mencegah
terjadinya
infeksi
- Berkolaborasi
dengan tenaga
medis lainnya
dapat
mencegah
terjadinya
infeksi
1