Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN

Dari zaman dahulu sampai sekarang tentunya manusia tidak terlepas dari masalah–masalah atau
pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang mengganggu pikiran. Tentu saja untuk mengatasi
hal tersebut manusia perlu mencari jawaban yang bisa memecahkan atau menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Dalam hal ini diperlukan logika atau nalar manusia yang membuat masalah-
masalah tersebut terpecahkan yang mana disebut dengan berfilsafat.

Mengingat dominasi penggunaan nalar manusia dalam berfilsafat, maka kebenaran yang
dihasilkannya didasarkan berfilsafat, maka kebenaran yang dihasilkannya didasarkan atas penilaian
kemampuan maksimal menurut nalar manusia. Namun, karena nalar manusia bersifat terbatas,
maka kebenaran yang didapat pun bersifat relatif.

Filsafat dibutuhkan manusia dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam
berbagai lapangan kehidupan manusia. Jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang sistematis,
integral, menyeluruh, dan mendasar. Jawaban seperti itu juga digunakan untuk mengatasi masalah-
masalah yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan.

Filsafat dapat dikatakan sebagai usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna
(hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia
sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau
oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat
dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya.

Berdasarkan uraian singkat di atas, ada beberapa rumusan masalah yang dapat penulis paparkan di
dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

Jelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat?

Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendidikan?

Jelaskan apa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan?

Bagaimana Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan?


B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT PENDIDIKAN

1. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani phillein yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksanaan.
Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan (Suharlan, 2009;37).

Menurut Hasan Shadily (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;15), mengemukakan bahwa filsafat
menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian, dapat ditarik pengertian
bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan dan kebenaran, suka kepada hikmah dan
kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu
pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana.

Menurut Harun Nasution (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16), mengemukakan bahwa Filsafat
adalah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama)
dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.

Menurut Harold Titus (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16), mengemukakan pengertian filsafat
dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang
berkaitan dengan metodologi atau analisis bahasa secara logis dan analisis makna-makna. Dalam
pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-
beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna
hidup.

Selanjutnya, Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;16). menjelaskan filsafat sebagai
pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh, karena filsafat bukan hanya pengetahuan,
melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri.
Dengan pandangan yang lebih terbuka ini, hubungan dan pertalian antara semua unsur yang
mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan dimungkinkan untuk dapat ditemukan.
Sistematis karena filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan
hukum-hukum yang ada.
Menurut Rizal dan Misnal (2006;3) ada beberapa pengertian filsafat yang diklasifikasikan yaitu
sebagai berikut:

Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis.

Filsafat adalah suatu proses kritik untuk pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita
junjung tinggi.

Filsafat adalah usaha menggambarkan keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk


mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi
pandangan yang konsisten tentang alam.

Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.

Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan
yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Menurut Prof. Hoogeveld (dalam Sadulloh, 2007;54), mendidik adalah membantu anak supaya anak
itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri .

Menurut Prof S. Brojonegoro (dalam Sadulloh, 2007;54), mendidik berarti memberi tuntutan kepada
manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya
kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.

Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak
yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala
cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya
pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga (Sadulloh, 2003;54-55).

Pada bagian lain Harold Titus (dalam Sadulloh, 2007;18), mengemukakan makna filsafat, yaitu :
Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.

Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif, dan penelitian penalaran.

Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah.

Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berfikir.

Berfilsafat berarti berfikir, tetapi tidak semua berfikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berfikir yang
dikategorikan berfilsafat adalah apabila berfikir tersebut mengandung tiga ciri, yaitu radikal,
sistematis, dan universal. Seperti yang dijelaskan oleh Sidi Gazalba (dalam Sadulloh, 2007;18):

Berfikir radikal, berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung sampai konsekuensi yang
terakhir. Berfikir itu tidak separuh-separuh, tidak berhenti di jalan, tetapi terus sampai ke ujungnya.
Berfikir sistematis ialah berfikir logis yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh
kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling berhubungan yang teratur. Berfikir
universal tidak berfikir khusus, yang hanya terbatas kepada bagian-bagian tertentu, melainkan
mencakup keseluruhan.

Dari pengertian secara etimologi, Harun Nasution (dalam Prasetya, 1997;9) memberikan definisi
filsafat sebagai berikut:

Pengetahuan tentang hikmah;

Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar;

Mencari kebenaran;

Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.

Adapun pengertian atau definisi yang bermacam-macam itu terungkapkan juga oleh Drs. Sidi
Gazalba (dalam Prasetya, 1997;10), bahwa para filosof mempunyai pengertian atau definisi tentang
filsafat sendiri-sendiri. Sebagai contoh ia mengemukakan beberapa pengertian filsafat menurut
beberapa ahli, antara lain yaitu sebagai berikut:
Plato, mengatakan bahwa filsafat tidak lain daripada pengetahuan tentang segala yang ada.

Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.

Fichte, menyebut filsafat sebagai Wissenschaftslehre: ilmu dari ilmu-ilmu, yaitu ilmu yang umum,
yang menjadi dasar segala ilmu.

Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.

Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat
dikalangan umat Islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan:

a) Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabbiyyat), merupakan tingkatan terendah;

b) Ilmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), merupakan tingkatan tengah;

c) Ilmu Ketuhanan (al-ilmu al-rububiyyat) merupakan tingkatan tertinggi;

Immanuel Kant (1724-1804 M), mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:

– Apakah yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metafisika).

– Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab oleh etika).

– Sampai di manakah penghargaan kita (dijawab oleh agama).

– Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi).

7. Paul Natorp bahwa filsafat sebagai ilmu dasar yang hendak menentukan kesatuan pengetahuan
manusia dengan jalan menunjukkan dasar akhir yang sama yang memikul sekaliannya.

8. Dr. H. Hasbullah Bakry, menentukan rumusan, bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu.
9. Prof. Dr. Fuad Hassan, guru besar FK. Psikologi UI dan mantan Menteri P & K RI. Merumuskan
bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal, radikal dalam arti mulai dari radixnya suatu
gejala dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjagaan yang radikal
itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan yang universal.

10. Al-Farabi, mengatakan bahwa filsafat ialah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud
(al’ilmu bi al maujudat bima hiya maujudah)

11. Ibnu Sina, juga membagi filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang keduanya
berhubungan dengan agama, di mana terdapat dalam syariat Tuhan, yang penjelasan dan
kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat merupakan kegiatan berpikir
manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan
membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman
umat manusia dengan kata lain filsafat sampai kepada sinopsis tentang pokok-pokok yang
ditelaahnya.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada
generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama,
dengan sebaik-baiknya.

Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak
penghidupan itu berubah, maka berubah pulalah corak pendidikannya agar si anak siap untuuk
memasuki lapangan penghidupan ini.
Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya dalam
membimbing, melatih, mengajar, dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup
kepada generasi muda agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan
tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiaanya. Dan
pendidikan formal disekolah hanyalah bagian kecil saja dari padanya, tetapi merupakan inti dan tidak
bisa lepas kaitannya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya.

Pendidikan itu adalah suatu disiplin dari berbagai macam bagian komponen. Bagian-bagian ini telah
menjadi demikian bermacam ragam dan berspesialisasi, akan tetapi tidak selalu mengambil tempat
yang sama besarnya di dalam segala arah dan segi pada waktu yang sama. Metode pengajaran atau
susunan kurikulum umpamanya, telah mengalami perbaikan jauh lebih banyak di dalam beberapa
periode sejarah pendidikan daripada lain-lainnya. Barang kali sekarang ini, sebagaimana tidak
pernah di masa-masa sebelumnya, para siswa begitu tertarik dengan permasalahan-permasalahan
yang secara terus menerus (kekal) bersangkutan dengan filsafat.

Proses pendidikan adalah proses perkembangan itu secara alamiah ialah kedewasaan, kematangan
dari kepribadian manusia.

Pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan
kemanusiaan dalam membimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan dasar-dasar
pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan
bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-
ciri kemanusiaannya. Dengan kata lain, proses pendidikan merupakan rangkaian usaha
membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan
pribadinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam
sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Selain itu menurut Henderson (dalam Sadulloh, 2007;55), pendidikan merupakan suatu proses
pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian
dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang
terbaik dan intelligent, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Dalam GBHN Tahun 1973 dikemukakan penertian pendidikan, bahwa, “Pendidikan pada hakekatnya
merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan kegiatan
mendidik, mengajar, dan melatih di mana kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha
untuk mentransformasikan nilai-nilai, perasaan dan pengetahuan serta keterampilan.

3. Pengertian Filsafat Pendidikan

Menurut Al-Syaibany (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;19). Filsafat pendidikan adalah aktivitas
pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan
memadukan proses pendidikan.

Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;20), filsafat pendidikan merupakan
ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang
pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis filosofis terhadap bidang
pendidikan.

Lebih lanjut menurut Soegarda Poerwakawatja (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;21),
mengatakan bahwa pendidikan dalam arti luas adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua
untuk mengalihkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan, dan keterampilannya kepada generasi
muda sebagai usaha menyiapkan generasi muda agar dapat memahami fungsi hidupnya baik
jasmani maupun rohani. Upaya ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kedewasaan dan
kemampuan anak untuk memikul tanggung jawab moral dari segala perbuatannya

Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (dalam Sadulloh, 2007;71) adalah :

Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu
mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada
pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum
dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.

Selanjutnya, Al-Syaibany (dalam Sadulloh, 2007;72) mengatakan bahwa filsafat pendidikan, seperti
halnya filsafat umum, berusaha mencari hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses
pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan
memahami sebab-sebab hakiki dari masalah pendidikan.

Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang
menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan
prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan
persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.

Filsafat pendidikan memiliki perhatian terhadap filsafat klasik. Hanya saja terfokus pada analisis dan
penjelasan terhadap problema-problema pendidikan. Ini hanya sebagai satu bentuk dari filsafat
umum mengenai kehidupan dan memiliki upaya untuk mengembangkan berbagai masalah filsafat
yang berhubungan dengan pendidikan dan sekolah. Hampir setiap hari para pengajar tidak saja
berhadapan langsung dengan persoalan-persoalan filsafat pendidikan, tetapi juga masalah pokok
yang tidak bersentuhan langsung dengan pendidikan .

Keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan, menurut Arifin (dalam Jalaluddin dan Abdullah,
2007;19), bukan merupakan insidental artinya filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan,
landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan menyelidiki aspek-aspek realita dan pengalaman yang banyak didapatkan dalam bidang
pendidikan.

Filsafat mengkaji permasalahan yang menyangkut nilai yang ditentukan untuk menjadi pandangan
hidup manusia. Dengan demikian, filsafat mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, menjurus, total,
dan komprehensif.

Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung (dalam Prasetya, 1997;22), dalam bahasanya mengenai filsafat
pendidikan diberi definisi sebagai berikut:

Filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman
manusia yang disebut pendidikan.

Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadi filsafat sebagai medianya untuk
menyusun proses pendidikan, menyeleraskan, mengharmoniskan dan menerapkan nilai-nilai dan
tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.

Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan filosof-filosof untuk
menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar pada
masalah-masalah kontradiksi-kontradiksi budaya.
Filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari sikap filsafat seseorang
pendidik, dari pengalaman-pengalamannya dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya tentang
berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui
sekolah berkembang.

Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan
orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka
secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah
bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari
perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan.

Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran.
Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan
berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan.

Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan
manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya
manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan membutuhkan
filsafat? Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang
hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas,
lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta-fakta
pendidikan yang faktual.

Filsafat pendidikan itu berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena punya kaitan
dengan filsafat umum. Kendati kaitan ini tidak penting, tapi yang terjalin ialah suatu keterpaduan
antara pandangan filosofis dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori
pendidikan dalam segala tahap.

Filsafat, jika dilihat dari fungsinya secara praktis adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat
memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika di
bidang pendidikan. Oleh karena itu, apabila dihubungkan dengan persoalan pendidikan secara luas,
dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan arah dan pedoman dasar bagi tercapainya pelaksanaan
dan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan dapat dilakukan pada gejala macam
dan bentuk pendidikan, termasuk pendidikan Islam, dengan menentukan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam atau sesuai dengan jiwa ajaran Islam yang
mengandung kepentingan pelaksanaan dan bimbingan dalam pendidikan. Mengingat antara filsafat
dan pendidikan mempunyai keterkaitan erat dan kokoh, maka tugasnya pun seiring yaitu berupaya
bersama dalam memajukan hidup umat manusia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan merupakan ilmu
pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma dan
ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan
kehidupannya.

4. Ruang Lingkup Bahasan Filsafat pendidikan

Filsafat adalah studi secara kritis mengenai masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan manusia
dan merupakan alat dalam mencari jalan keluar yang baik agar dapat mengatasi semua
permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapi. Dalam pengertian yang luas, filsafat bertujuan
memberikan pengertian yang dapat diterima oleh manusia mengenai konsep-konsep hidup secara
ideal dan mendasar bagi manusia agar mendapatkan kebahagiaan.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran
manusia yang komprehensif. Sagala sesuatu yang mungkin dan benar-benar ada (nyata), baik
material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas (Muhammad
Noor Syam, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;24).

Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia,
alam semesta dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Namun
secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education).

Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man).

Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan.

Merumuskan hubungan antara filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.

Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan
(sistem pendidikan).

Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan (Tim
Dosen IKIP Malang, dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;24).

Dengan demikian, dari uraian diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa yang menjadi ruang lingkup
filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti
dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana melaksanakan
pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

Keberadaan filsafat berbeda dengan ilmu. Ilmu ingin mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu.
Sementara filsafat tidak terikat pada satu ketentuan dan tidak mau terkurung hanya pada ruang dan
waktu dalam pembahasan dan penyelidikannya tentang hakikat sesuatu yang menjadi objek dan
materi bahasannya.

Memperhatikan tujuan atau ruang lingkup filsafat yang begitu luas, maka para ahlipun membatasi
ruang lingkupnya. Menurut Will Durant (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;25), ruang lingkup
studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, polik dan metfisika.

Logika. Studi mengenai metode-metode ideal mengenai berfikir (thingking) dan meneliti (research)
dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan analisis eksperimental
dan lain-lain, yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa
dipahami.

Estetika. Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya dan merupakan
filsafat mengenai kesenian.

Etika. Studi mengenai tingkah laku yang terpuji yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang
nilainya tinggi (sophisticated).
Politik. Suatu studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang dipikirkan
orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor.

Metafisika. Suatu studi mengenai realita tertinggi dari hakekat semua benda (ultimate reality of all
thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi
mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda dalam proses pengamatan dan
pengetahuan (epistemologi).

Menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), filsafat sebagai ilmu yang
mempelajari objek dari segi hakekatnya, memiliki beberapa problema pokok, antara lain:

Realita, yakni kenyataannya yang selanjutnya mengarah kepada kebenaran , akan muncul bila orang
mampu mengambil suatu konklusi bahwa pengetahuan yang diperoleh tersebut memang nyata.

Pengetahuan, yakni yang menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apakah pengetahuan, cara


manusia memperoleh dan menangkap pengetahuan tersebut, dan jenis-jenis pengetahuan.

Nilai, yang dipelajari oleh filsafat disebut asksiologi.

Selanjutnya menurut Imam Barnadib (dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2007;27), dalam
pengembangan konsep-konsep pendidikan dapat digunakan sebagai dasar hasil-hasil yang diperoleh
dari cabang-cabang diatas. Lebih penting lagi, dalam menyelenggarakan pendidikan perlu
mengetahui bagaimana pandangan dunia terhadap pendidikan yang diperlukan masyarakat pada
masanya. Hal ini merupakan kajian metafisika. Begitu juga halnya dengan keberdaan epistemologi,
aksiologi dan logika dalam dunia pendidikan, tentunya memberi suatu konstribusi yang besar.

Sebagaimana filsafat umum, filsafat pendidikan juga memiliki beberapa sumber; ada yang tampak
jelas dan tidak jelas.

Manusia (people). Manusia kebanyakan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan


atau kematangan.
Sekolah. Pengalaman seseorang, jenis sekolah, dan guru-guru di dalamnya merupakan sumber-
sumber pokok dari filsafat pendidikan.

Lingkungan (environment). Lingkungan sosial budaya tempat seseorang tinggal dan dibesarkan
adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.

Filsafat pendidikan, sesuai dengan peranannya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh
kebijakan dan pelaksanaan pendidikan. Sedangkan filsafat, dengan cara kerjanya yang bersifat
sistematis, universal dan radikal, yang mengupas dan menganalisis sesuatu secara mendalam,
ternyata sangat relevan dengan problema matematika hidup dan kehidupan manusia dan mampu
menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin ilmu yang berkembang saat ini. Sehingga
filsafat pendidikan akan menemukan relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan
akan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.

Dengan demikian, hubungan filsafat dan filsafat pendidikan menjadi begitu penting. Karena masalah
pendidikan merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan
berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia. Dalam konteks ini,
filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, menyangkut seluruh aspek hidup dan
kehidupan manusia.

Dari uraian di atas, dapat diambil suatu konklusi bahwa filsafat adalah studi kritis tentang masalah-
masalah kehidupan yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik bagaimana menangani
masalah tersebut. Dalam hal ini, filsafat bertujuan memberikan yang lebih dapat diterima tentang
konsep-konsep hidup yang meliputi suatu kehidupan yang ideal dan lebih mendasar.

Sedangkan filsafat dan pendidikan, keduanya merupakan semacam usaha yang sama. Berfilsafat
ialah mencari nilai-nilai ide (cita-cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan menyatakan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan pribadi manusia. Pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik,
sedangkan filsafat dapat memberi latihan yang pada dasarnya diberikan kepada anak. Hal ini
bertujuan untuk membina manusia dalam membangun nilai-nilai yang kritis dalam watak mereka.
Dengan jalan ini, mereka mempunyai cita-cita hidup yang tinggi dengan berubahnya filsafat yang
tertanam dalam diri mereka. Dengan demikian, filsafat pendidikan adalah mencari kesatuan
pandangan untuk memecahkan berbagai problem dalam lapangan pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa hubungan filsafat dan filsafat
pendidikan menjadi begitu penting dimana proses pendidikan berada dan berkembang bersama
proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia yang dilakukan untuk mencari jalan keluar yang
lebih baik bagaimana menangani suatu masalah.
C. PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia
yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan
membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman
umat manusia dengan kata lain filsafat sampai kepada sinopsis tentang pokok-pokok yang
ditelaahnya. Setelah itu pendidikan merupakan kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih di mana
kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai,
perasaan dan pengetahuan serta keterampilan.

Filsafat pendidikan merupakan ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan merumuskan
kaidah-kaidah norma-norma dan ukuran tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh
manusia dalam hidup dan kehidupannya. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman
kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal
tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha
pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Dan yang menjadi ruang
lingkup filsafat pendidikan itu ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk
mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana
melaksanakan pandidikan yang baik dan bagaimana tujuan pandidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita-citakan.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media Group, Jogjakarta, 2007.

Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006.
Prasetya, Filsafat Pendidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997.

Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Alfa Beta, 2007.

Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2009.

Anda mungkin juga menyukai