Anda di halaman 1dari 4

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

Dosen pengampuh: Bapak Muslim AR, S.Pd.,M.Pd.

NUR AZIZAH
1847041010
KELAS M7.1

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
A. PENGERTIAN PRINSIP PEMBELAJARAN
1. Pengertian Prinsip
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti asas (kebenaran yang menjadi
pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya) dasar prinsip merupakan sebuah kebenaran
atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak. Jadi prinsip dapat
diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau
bertindak. Contohnya Komitmen dalam mengambil keputusan.

2. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu aktivitas atau suatu proses mengajar dan belajar.
Aktivitas ini merupakan proses komunikasi dua arah, antara pihak guru dan peserta
didik. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional
menyatakan: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

3. Pengertian prinsip pembelajaran


Berdasarkan pengertian prinsip dan pemnbelajaran, dapat disimpulkan bahwa
pengertian prinsip pembelajaran adalah landasan berpikir, landasan berpijak dengan
harapan tujuan pembelajaran tercapai dan tumbuhnya proses pembelajaran yang
dinamis dan terarah.

B. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
Menurut beberapa pakar pembelajaran, prinsip-prinsip umum pembelajaran meliputi :
1. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Tanpa
adanyaperhatian tidak mungkin terjadi belajar. mengapa demikian ??? karena
perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai
perhatian yang besar mengenai apa yang dipelajari, maka peserta didik dapat
mengarahkan diri pada tugas yang akan diberikan; melihat masalah-masalah yang
akan diberikan; memilih dan memberikan focus pada masalah yang harus
diselesaikan.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang.Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Peserta didik yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya
dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya. Misalnya, Peserta didik
yang merasa senang belajar Bahasa Inggris akan lebih senang dan giat dalam belajara
bahasa inggris. Karenanya Guru harus mampu menjadi seorang motivator yang
handal.

2. Keaktifan
Menurut pandangan psikologi, anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempuanyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya
sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak mengalami sendiri.
Oleh sebab itu, banyak sekali peserta didik yang aktif dalam melakukan proses
belajar, kektifan tersebut tidak hanya berupa kegiatan fisik yang mudah diamati
maupun kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik misalnya membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan
psikis misalnyamembandingkan suatu konsep yang satu dengan yang lainnya,
menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.

3. Keterlibatan Langsung/Pengalaman
Belajar harus dilakukan oleh peserta didik itu sendiri dan tidak bisa diwakilkan oleh
siapa pun. Oleh sebab itu, pembelajaran harus diciptakan secara unik dan menarik sehingga
peserta didik dapat mengikuti proses belajarnya dan dapat melihat, serta mencobanya
langsung bukan hanya sekedar mendengarkan, sehingga menjadikannya sebagai pengalaman
yang tidak bisa dilupakannya, dan akan menjadi suatu ilmu dalam jangka waktu yang
panjang.
Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof China
Confocius, bahwa: Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat.
Dan apa yang saya lakukan saya paham. Dari kata-kata bijak ini kita dapat
mengatahui betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.

4. Pengulangan
Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya
pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan tetap
tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca,
tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan pelajaran yang
sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme-
nya Thordike. Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar.

5. Tantangan
Bahan belajar yang baru, inovatif, kreatif dan menantang akan membuat
peserta didik tertantang dan dengan sendirinya mereka akan lebih giat dan sungguh-
sungguh dalam belajar. Sehingga penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery
sangatlah penting untuk diterapkan dalam pembelajarannya. Untuk itu ciptakan
pembelajaran yang unik, kretif, inovatif dan menantang.

6. Balikan dan Penguatan


Balikan dan Penguatan sangatlah penting untuk dilakukan terhadap peserta
didik. Karena ketika mereka melakukan suatu perbuatan yang berefek baik maka
mereka akan dengan sendirinya mengulanginya lagi, dan apila mereka melakukan
perbuatan yang berefek jelek, mereka akan dengan sndirinya meninggalkannya.
Misalnya peserta didikmendapatkan hasil ulangan yang baik, maka ketika
mengetahuai hasil ulangannya baik, mereka akan dengan sendirinya belajar dengan
semangat dan lebih giat lagi.
Namun, kadangkala dorongan belajar itu tidak saja dari penguatan yang
menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Misalnya peserta didik
mendapatkan hasil ulangan yang jelek, maka ketika mengetahuai hasil ulangannya
jelek, mereka akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas mereka
akan terdorong untuk belajar yang lebih giat. Disini nilai jelek dan takut tidak naik
kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut
penguatan negatif.

7. Perbedaan Individual
Peserta didik merupakan makhluk individu yang unik yang mempunyai ciri
khas masing-masing. seperti berbeda minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap,
mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan
keadaan orang tuanya. Oleh sebab itu, guru harus memahami perbedaan peserta didik
secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya
itu.

Anda mungkin juga menyukai