Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh :
REPIONA
1514401028

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI D III KEPERAWATAN TANJUNG
TAHUN 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

I. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih
besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar
95 mmHg.

II . Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
a) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
b) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c) Stress Lingkungan.
d) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

III. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :


a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

IV. Pemeriksaan Penunjang


a.       Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1)      Pemeriksaan yang segera seperti :
a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
h) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
2)      Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama ) :
1.  IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
2. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
4. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
5. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien

V. Penatalaksanaan
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
 Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-
80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu.
2.     Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
VI. Pathway
A. DASAR TEORI KEPERAWATAN
1. DEFINISI MASALAH KEPERAWATAN (Lihat Buku Saku Diagnosa
Nanda)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
Definisi intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupam energi psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-
hari yang harus atau yang ingin dilakukan.

2. BATASAN KARAKTERISTIK
 Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
 Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
 Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
 Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
 Menyatakan merasa letih
 Menyatakan sakit kepala/pusing
 Menyatakan merasa lemah

3. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


 Tirah baring atau imobilisasi
 Kelemahan umum
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton

4. TUJUAN & RENCANA KEPERAWATAN MENURUT NOC & NIC


TUJUAN (NOC)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam kepada pasien
diharapkan masalah dapat teratasi dengan criteria hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatana tekanan
darah, nadi dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri
 Tanda-tanda vital normal
 Level kelemahan
 Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat
 Sirkulasi status baik

5. RENCANA INTERVENSI (NIC)


Intervensi Rasional

1. Kaji tanda-tanda vital pasien 1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien


2. Kolaborasi dengan tim kesehatan 2. Mengkaji setiap aspek klien terhadap
lain untuk merencanakan , terapi latihan yang dierencanakan.
monitoring program aktivitasi klien. 3. Aktivitas yang teralau berat dan tidak
3. Bantu klien memilih aktivitas yang sesuai dengan kondisi klian dapat
sesuai dengan kondisi. memperburuk toleransi terhadap latihan.
4. Bantu klien untuk melakukan 4. Mengetahui setiap perkembangan yang
aktivitas/latihan fisik secara teratur. muncul segera setelah terapi aktivitas.
5. Kolaborasi pemberian obat 5. Pemberian obat antihipertensi digunakan
antihipertensi, obat-obatan digitalis, untuk mengembalikan TD klien
diuretic dan vasodilator. mengeluarkan kelebihan cairan.
6. Anjurkan klien untuk membatasi 6. Mencegah timbulnya sesak akibat
aktivitas yang cukup berat seperti aktivitas fisik yang terlalu berat.
berjalan jauh, berlari, mengangkat
beban berat, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.
Wilkinson, Judith. 2016. Diagnosis keperawatan:diagnosis NANDA-I, intervensi
NIC, hasil NOC / penulis, Judith M. Wilkinson ; alih bahasa, Esty Wahyuningsih ;
editor edisi bahasa Indonesia, Wuri praptiani Ed 10. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai