TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Epidemiologi
Terdapat dua per lima populasi dunia pada negara tropik dan subtropik
beresiko terkena infeksi Dengue. Sekitar 500.000 orang dengan infeksi Dengue
memerlukan rawat inap tiap tahunnya. Asia menempati urutan pertama dalam
penting di Indonesia dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan
kematian yang besar. Incidence Rate (IR) tertinggi terdapat di Provinsi DKI
NTT sebesar 8,44 per 100.000 penduduk. Dari jumlah keseluruhan kasus
tersebut, sekitar 95% terjadi pada anak di bawah 15 tahun (Suwarto 2016).
tubuh melalui gigitan nyamuk. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus
Dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kupffer hepar, endotel pembuluh
menunjukkan, sel monosit dan makrofag mempunyai peran pada infeksi ini,
dimulai dengan menempel dan masuknya genom virus ke dalam sel dengan
struktur virus. Setelah komponen struktur dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel.
6
Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas protektif terhadap serotipe virus
tersebut tetapi tidak ada cross protective terhadap serotipe virus lainnya. Infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala seperti Demam Dengue(DD). Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat
berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe
virus Dengue yang berlainan. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi
dinding pembuluh darah tersebut, keadaan ini yang amat berperan dalam
sebanyak 33% dan 89%. Terbukti pada saat renjatan terdapat penurunan kadar
C3a dan c5a yang berperan dalam proses terjadinya renjatan telah mendahului
proses inaktivasi tersebut. Anafilaktoksin C3a dan C5a tidak berdaya untuk
melawan histamin dan ini terbukti dengan ditemukannya kadar histamin yang
meningkat dalam air seni 24 jam pada pasien DBD. (Conde, 2017).
7
mast akan melepaskan amin vasoaktif (histamin dan serotonin) yang bersifat
XII) dengan akibat akhir terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam
proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam
darah. Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfeksi virus Dengue, akan tetap
infektif sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan
perannya, terdiri dari antibodi netralisasi atau neutralizing antibody yang memiliki
serotipe spesifik yang dapat mencegah infeksi virus, dan antibody non netralising
serotype yang mempunyai peran reaktif silang dan dapat meningkatkan infeksi
yang berperan dalam patogenesis DBD dan DSS (Aryu Candra, 2010).
8
komplemen, aktivasi ini menghasilkan anafilatoksin, C3a, dan C5a, yang
MAC=membrane attack complex, MBL=mannose binding lectin, sNS1=NS1 dari sel, mNS1=NS1
dari membran
Keterangan:
Ketika virus masuk maka NS1 (glikoprotein) yang di sekresi oleh sel yang terinfeksi akan
mengaktifkan sistem imunitas bawaan yang ada dipermukaan sel endotel, yaitu sistem komplemen,
(1) NS1 ada 2 jenis yaitu mNS1 (protein NS1 yang dikeluarkan di membran) dan
sNS1 (dikeluarkan oleh sel yang terinfeksi flavivirus). sNS1 bisa berikatan
dengan permukaan sel yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Pada infeksi
sekunder virus Dengue akan terbentuk ikatan IgM dan IgG dengan NS1
9
(2) Kompleks imun tersebut akan memicu respons inflamasi, yaitu aktivasi
komplemen yang menghasilkan zat anafilatoksin C3a dan C5a, opsonin, dan
MAC.
(3) Selain berinteraksi dengan komplemen, NS1 juga berinteraksi dengan protein
dipecah lagi menjadi C4b, C4c, C4d. Adanya kompleks sNS1-C4BP pada
yang terinfeksi dari lisis yang dimediasi komplemen. Ikatan NS1-MBL dapat
(4) NS1 juga akan menghambat MAC melalui interaksinya dengan vitronectin
Pada teori infection, antibodi yang terbentuk pada infeksi Dengue terdiri
dari IgG yang berfungsi menghambat peningkatan replikasi virus dalam monosit,
antibodi yaitu (1) Kelompok monoklonal reaktif yang tidak mempunyai sifat
menetralisasi tetapi memicu replikasi virus, dan (2) Antibodi yang dapat
2010).
memicu replikasi virus. Teori ini mendasari pendapat bahwa infeksi sekunder
10
virus Dengue oleh serotipe Dengue yang berbeda cenderung menyebabkan
enhancement(ADE)(Whitehead 2007).
Keterangan:
Antibody dependent enhancement terjadi ketika antibodi yang telah ada akibat infeksi Dengue
sebelumnya berikatan dengan partikel virus yang berbeda serotipe. Antibodi yang telah terbentuk
dari infeksi Dengue yang pertama tidak bisa menetralisir virus. Namun sudah terbentuk komplek
antigen-antibodi melalui reseptor (FcyR) pada monosit. Antibodi tersebut membantu replikasi virus
menjadi lebih efisien. Sehingga terjadilah peningkatan replikasi virus lebih banyak dan resiko
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hiperemi di tenggorokan dan timbulnya ruam dan kelainan
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DBD disebabkan
11
karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan
plasma bila tidak segera teratasi akan mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis
metabolik dan kematian. Sebab lain kematian pada DBD adalah perdarahan
dengan masa inkubasi antara 3-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam
akut atau suhu meningkat tiba-tiba, sering disertai menggigil, dan pada saat
demam pasien dalam keadaan Compos Mentis. Gejala klinis lain yang sangat
menonjol adalah terjadinya perdarahan pada saat demam dan tak jarang pula
dijumpai pada saat penderita mulai bebas dari demam. Perdarahan yang terjadi
12
b. Perdarahan lain seperti epistaksis, hematemesis, hematuri dan melena.
gambaran klinis lain yang tidak khas dapat dijumpai pada penderita DBD antara
lain :
a. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit pada waktu
menelan.
konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot
tulang dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri epigastrium, pegal-pegal pada
lakrimasi dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan
menerus dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan
timbul bintik-bintik perdarahan, lebam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan
atau kaki dan nyeri ulu hati serta kadang-kadang mimisan, berak darah atau
muntah. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba.
memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan
(lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba) kadang kesadarannya
menurun.(Ranjit, 2010).
a. Demam akut yang tetap tinggi selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
13
b. Manifestasi perdarahan
d. Adanya renjatan
e. Ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan
nadi ( 20 mmHg), hipotensi sampai denyut nadi tidak terukur, kaki dan tangan
dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien
tampak gelisah.
Menurut Mubin derajat penyakit DBD terbagi empat derajat (Ranjit, 2010):
c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mm/Hg) / hipotensi disertai kulit
14
d. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diukur, akral dingin dan akan mengalami syok (Ranjit, 2010).
penular virus Dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk
dalam lipatan daun dan dalam genangan air lainnya (Soedarmo, 2005).
2.2 MIF
MIF pertama kali ditemukan pada 1966 dan diketahui terlibat dalam
yang berfungsi sebagai mediator penting dalam imunitas alamiah dan memicu
bahwa ditemukan adanya overekspresi dari MIF pada berbagai tumor termasuk
MIF disintesis oleh sel epitel, sel endotel dan makrofag (Soumoy et al.,
15
ekspresi dari berbagai macam sitokin seperti TNF-α, IL-1, IL-6. (Babu et al.,
2012). Peran MIF tidak hanya terbatas pada aktivasi sistem imun saja, namun
MIF juga mampu memicu hiperpermeabilitas kapiler, replikasi virus, adesi dan
Struktur Gen MIF terletak pada kromosom 22q11.2 dan regulasi gen pada
2 lokasi polimorfik pada regio promoter. Lokasi pertama terdiri dari CATT yang
berulang pada -794 hingga 5-8 kali dimana lokasinya terletak didalam
nukleotida tunggal pada -173 (G/C). lokasi ini berkaitan dengan peningkatan
aktivitas promoter pada beberapa sel kanker.(Xue et al., 2010; Babu et al.,
2012).
Gen ini mengkode 12.5 kDa polipeptida dan protein yang tersusun atas
115 asam amino. MIF merupakan trimer, dan setiap monomer terdiri dari anti-
pararel alfa heliks diantara 4 lembar untaian beta. Struktur kristal menunjukkan
bahwa bentuk aktif MIF berupa 37.5 kDa homotrimer dengan lipatan protein
pada N terminal dan memediasi aktivitas tautomerase ini. MIF dapat melakukan
Adapun salah satu reseptor MIF yang telah teridentifikasi adalah CD74.
Aktivasi seluler yang diinduksi MIF, dimediasi oleh Mitogen Activated Protein
Kinase (MAPK) dan faktor transkripsi, aktivator protein 1 (AP-1) sehingga MIF
16
menghasilkan sinyal melalui aktivasi reseptor dependen MAPK dengan berikatan
CXCR2 dan CXCR4 sebagai reseptor fungsional MIF (Bernhagen et al., 2007).
terbaru mengenai jalur sinyal MIF menemukan potensi kontribusi MIF pada
strategi terapi baru untuk penyakit inflamasi / imun (Kasama et al., 2010).
polimornonuklear neutrofil (PMN), sel epitel, sel otot polos, fibroblas sinovial dan
sel pituitari anterior yang menunjukkan bahwa MIF terlibat dalam berbagai proses
fisiologis dan patofisiologis. Sifat alamiah pleiotropik dari sitokin ini nampak
kinase (MAPK), regulasi naik dari mediator proinflamasi, kontra regulasi dari
17
ekspresi mRNA MIF dan sekresi protein. Nampak pula bahwa produk aktivasi
komplemen C5a memicu pelepasan MIF dari sel PMN in vitro selama sepsis.
MIF dimana TLR2 dan TLR4 diekpresikan secara berlebih pada jaringan sinovial
pasien reumatoid artritis (Kasama et al., 2010). Paiva dkk melaporkan bahwa
produksi MIF oleh makrofag melalui pengenalan kompleks imun dan MIF yang
a. Aktivitas kemotaktik
mediator inflamatorik lainnya berkurang pada MIF hewan uji tikus. Serupa
dengan itu, blokade atau deplesi MIF menurunkan akumulasi leukosit pada
juga MIF jelas nampak menginduksi adhesi dan migrasi sel keturunan monosit
pada venula postkapiler dan fungsi tersebut dimediasi oleh kemokin CCL2 (MCP-
1) yang diinduksi pada sel endotel oleh MIF itu sendiri. Sebagai tambahan,
ekspresi dan sekresi MIF oleh sel otot polos vaskuler mengalami peningkatan
saat sel terstimulasi oleh lipoprotein densitas rendah teroksidasi dan MIF
rekombinan juga meningkatkan migrasi sel otot polos vaskuler. Hal ini
menunjukkan bahwa MIF berperan sebagai fungsi autokrin dan parakrin untuk
memodulasi migrasi sel otot polos vaskuler dan dapat berkaitan dengan
2010).
18
MIF juga menginduksi kemotaksis pada fibroblas dan sel endotel,serta
yang diinduksi oleh liposakarida juga dipicu oleh MIF endogen. Cheng dkk
(VCAM)-1, dan chemokines, termasuk IL-8 (CXCL8) dan CCL2 sedangkan MIF
memicu ekspresi P-selektin endotel (Cheng et al., 2010). Oleh sebab itu, MIF
memiliki efek yang luas terhadap pengambilan leukosit, sel otot polos vaskuler,
fibroblas dan interaksi leukosit-sel endotel yang dimediasi oleh beberapa molekul
MIF menstimulasi sitokin proinflamasi TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8, dan IL-12
dari makrofag dan meregulasi naik matrix metalloproteinase (MMP) -1, MMP-3,
MMP-9 dan MMP-13 pada rheumatoid arthtristis. Sebagai tambahan, MIF juga
meregulasi naik molekul adhesi VCAM-1 dan ICAM-1 pada sel endotel monosit.
terhadap bakteri yang mematikan dan syok septik yang diinduksi oleh endotoksin
bakteri gram negatif atau eksotoksin bakteri gram positif. Pada penyakit inflamasi
kronik, penurunan MIF berkaitan dengan kadar rendah dari produksi TNF dan IL-
1 secara lokal atau pada sirkulasi, yang menunjukkan MIF merupakan regulator
penting dari ekspresi sitokin. Secara in vitro, sel yang kekurangan MIF
19
sebuah efek yang dimediasi melalui regulasi MIF terhadap respon seluler
menginduksi translokasi nuklear dari nuclear factor-(NF-)κB p50 atau protein p60
pada konsentrasi yang dapat mengaktivasi ERK dan inhibitor dari jalur NF-κB
tidak menghambat efek biologis yang diinduksi oleh MIF pada fibroblast-like
No Aktivitas Keterangan
1 Kemotaktik Monosit Stimulasi/inhibisi
Limfosit T
Sel endotel (bergantung pada
Sel otot polos vaskuler
Fibroblas konsentrasinya)
2 Angiogenik
3 Antiapoptotik
4 Stimulasi proliferasi sel
5 Induksi mediator:
Sitokin TNF-α
IL-1, 6, 8, 12
CCL2
Faktor pertumbuhan VEGF
Molekul adhesi ICAM-1
VCAM-1
E-selectin
P-selectin
Proteinase MMO-1,3,9,13
Nitrit oksida
Superoksida
Regulasi yang baik diperlukan bagi proliferasi sel untuk dapat bertumbuh
dengan normal. Siklus sel dengan berbagai tiitk pengecekan protein bertugas
untuk menjamin agar sel abnormal tidak berkembang dalam tubuh. Siklus sel
20
abnormal; atau dapat memaksa sel untuk mengalami apoptosis (Medema dan
Macurek, 2011). Titik pengecekan siklus sel tidak dijumpai pada kanker sehingga
Fungsi cyclin dependen kinase (CDK) sangat penting dalam siklus sel.
Protein cyclin,protein inhibitor CDK dan protein lain yang terlibat dalam siklus sel
dikendalikan oleh system ubiquitin proteasome. Semua protein yang ada dan
yang akan mengalami degradasi akan dikenali baik oleh anaphase promoting
aktif dari fase G1 akhir hingga fase M awal dan APC/C menjadi aktif dari fase M
pertengahan hingga fase G1. Target dari kompleks SCF termasuk c-jun, c-myc,
p21, p27 dan protein yang terlibat dalam pengaturan pembelahan sel. Oleh
sebab itu, regulasi turun dari SCF dapat memicu timbulnya kanker dan
Kompleks SCF tersusun atas 4 komponen yaitu Rbx1, Cul1, Skp1 dan F-
merupakan subunit invariable. Rbx1 dan Cul1 membentuk inti katalitik dari SCF.
Aktivitas inti ini distimulasi oleh ilkatan dengan protein Nedd8 untuk
kompleks SCF menjadi aktif. Proses neddilasi ini memerlukan enzim E2.
Nedd8 dari Cul1. Culllins yang telah terdeneddilasi dapat menggantikan protein
Skp1 dan F-box. Setelah Nedd8 telah tergantikan, Cand1 berikatan dengan
21
kompleks sehingga membuat kompleks SCF menjadi tidak aktif (Babu et al.,
2012).
pada JAB1/CSN5. JAB1 diketahui memisahkan Nedd8 dari cullins dan CSN5
Sehingga MIF mempengarusi siklus sel melalui aktivitas kompleks SCF. Pada
hilang. Selain itu, checkpoint G2M dipertahankan pada sel kanker yang dapat
G2M pada sel kanker bersama dengan kompleks MIF-JAB1/CSN5 juga dapat
berpotensi sebagai terapi kanker (Nemajerova et al., 2007; Babu et al., 2012).
genome. Gen ini disupresi pada sel normal oleh Mdm2 yang menghambat
aktivitas p53 dengan cara mendegradasinya. Saat mismatch DNA terdeteksi oleh
siklus sel, akhir terminal N dari p53 mengalami fosforilasi sehingga memisahkan
p53 dari Mdm2 dan p53 dapat menjalankan fungsinya. Hampir semua tumor
mengalami mutasi pada gen p53 sehingga kehilangan jalur apoptosis dan
dimediasi oleh p53 atau apoptosis. Mekanisme dimana MIF melebihi aktivitas
p53 masih belum diketahui secara pasti tetapi diperkirakan bahwa aktivitas
oksidoreduktase MIF berperan dalam proses ini. Seperti yang telah dijelaskan
22
JAB1-p53 membentuk dasar dari supresi fungsi p53 yang dimediasi oleh p53
rendah bagi sel. Saat sel mengalami stress, sel akan beradaptasi pada kondisi
tersebut agar dapat tetap berproliferasi. Banyak mutasi diperlukan agar dapat
terjadi kanker (Sen dan Hopwood, 2011). Pada beberapa tahap dari perubahan
yang terjadi selama onset kanker, sel mengalami kondisi hipoksia. Selama
kondisi hipoksia, banyak perubahanyang terjadi pada proses ekspresi gen seperti
factor (VEGF), dan matrix metalloproteinase (MMPs) (Oda et al., 2008). Semua
perubahan ini terjadi karena regulasi naik dari hypoxia-inducible factor 1 (HIF-1)
(Oda et al., 2008). MIF juga merupakan salah satu gen yang mengalami ekspresi
berlebih dibawah kondisi hipoksia (Babu et al, 2012; Sauler et al, 2015).
ini terjadi karena adanya elemen respon HIF-1 yang ditemukan pada regio 5’
yang tidak ditransisikan pada MIF. HIF-1 merupakan heterodimer yang terdiri dari
subunit HIF-1β dan HIF-1α. Ekspresi berlebih dari MIF intraseluler atau
diperlukan MIF untuk memberikan efeknya pada HIF-1 dan juga aktivitas ERK
pada garis sel MCF-7. Saat berikatan dengan reseptor tipe 2 dari CD74, MIF
akan menginduksi jalur ERK. Telah nampak bahwa p53 berinteraksi dengan HIF-
23
ekspresi HIF-1α menjadi tinggii sehingga menyebabkan ekspresi berlebih dari
gen yang telah disebutkan sebelumnya dan pada akhirnya memicu angiogenesis
tumor dan metastasis (Oda et al., 2008). MIF juga menstabilisasikan HIF1 dan
nampak bertanggung jawab dalam proses stabilisasi ini (Babu et al., 2012).
faktor dengan tujuan untuk membentuk pembuluh darah baru. Faktor seperti
basic fibroblast growth factor (bFGF), vascular endothelial growth factor (VEGF)
tumor tidak dapat bertambah tanpa adanya proses angiogenesis. Seiring dengan
bertambahnya ukuran tumor, sel yang terletak pada bagian perifer tumor tidak
mendapat nutrisi yang cukup. Sel ini mengalami stress dan kondisi hipoksik.
Selain itu, terdapat pula regulasi naik dari HIF-1α yang menyebabkan
peningkatan ekspresi dari bFGF, VEGF, Angiopoietin (Oda et al., 2008). HIF-1α
juga menginduksi MIF sehingga MIF turut berperan dalam angiogenesis tumor
(Veillat et al., 2010). Hubungan antara MIF dengan faktor pro-angiogenetik telah
glioblastoma dan kanker esophageal). Ekspresi MIF juga dapat diinduksi oleh
24
autokrin endothelial yang dimediasi oleh faktor pembekuan darah terutama
regulasi naik oleh HIF-1, sebuah pesan dikirim pada nucleus untuk menurunkan
pembentukkan kompleks adhesi fokal. Akibat adanya kompleks adhesi fokal, sel
tetap utuh satu dengan yang lain dan dengan membran basalis. Seiring dengan
membran basal. Sel tumor memasuki sirkulasi darah dan apabila mendapat fakor
homing yang sesuai maka akan terbentuk tumor sekunder pada organ lain.
memiliki lokasi ikatan E2F pada regio promoter (Johnson et al., 2011). Banyak
dari lokasi ini juga muncul pada gen MMP sel kanker. Oleh sebab itu MMP
Selain itu, reseptor MIF yaitu CD74 dikenal dengan sifat invasifitasnya (Babu et
Makrofag ini alih-alih menujukkan fungsi imun, tetapi justri membantu proliferasi
25
sel tumor. TAM dapat memproduksi faktor pertumbuhan yang diperlukan oleh
A: Sebagai respon terhadap berbagai stressor biologis, MIF disekresi dari intrasitoplasmik. Hal ini
kemudian diikuti oleh peningkatan transkripsi gen MIF. Mikrosatelit CATT berulang pada regio
B: MIF dapat memproduksi sinya melalui reseptor CD74 dan ko-reseptor CD44 untuk mengaktivasi
jalur sinyal ERK ½ AKT dan AMPK atau melalui jalur intraseluler JAB1. Kondisi tingginya MIF
menghasilkan transkripsi mediator proinflamasi dan angiogenik seperti TNF-α and VEGF. VEGF
juga berperan penting sebagai regulator siklus sel dan dapat mensupresi apoptosis yang dimediasi
oleh p53 dan p16. Tingginya ekspresi alel CAT6-8 meningkatkan ekspresi gen MIF secara
langsung.
C: Alel CATT5 berkaitan dengan penurunan transkripsi MIF. Tingkat MIF yang rendah
26
Infeksi paru-paru merupakan penyebab utama kematian pada populasi lanjut
sistemik dari infeksi berat, terjadi peningkatan MIF intraseluler pada sel imun dan
kadar MIF pada sirkulasi berkaitan dengan derajat keparahan penyakit (Sauler et
al., 2015).
DNA dan stress oksidatif. Berbagai penelitian melaporkan bahwa meskipun MIF
mengalami peningkatan pada perokok yang tidak menderita PPOK atau pada
perokok dengan PPOK derajat sedang, tetapi kadar MIF mengalami penurunan
2) mengalami gangguan pada PPOK dan diperkirakan hal ini yang menyebabkan
penurunan ekspresi gen MIF pada PPOK. MIF dapat memicu aktivasi NRF-2
mengalami penurunan pada PPOK (Mathew et al, 2012). Karena stress oksidatif
27
Aktivitas biologis MIF dapat berkontribusi terhadap patogenesis inflamasi
pertumbuhan tumor dan invasivitas tumor serta meregulasi naik VEGF sehingga
dimediasi oleh p53 dan apoptosis serta mengganggu jalur sinyal Rb-E2F. MIF
juga dapat menghambat respon sel T sitolotik. Terdapat laporan temuan MIF dan
CD74 pada pemeriksaan histokimia pasien dengan NSCLC bahkan MIF dapat
berperan sebagai biomarker dini penyakit (Liu et al, 2010). Peningkatan MIF
pada sirkulasi berkaitan dnegan prognosis yang buruk. Tidak terdapat hubungan
antara genotipe MIF dengan malignansi paru-paru yang dilaporkan hingga kini
dengan insidensi dan atau invasivitas dari penyakit (Sauler et al., 2015).
paru idiopatik menunjukkan adanya peningkatan MIF pada epitel dan fokus
fibroblastik. Hal ini diperkirakan didasari oleh MIF tetapi masih diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk menentukan peran pasti dari MIF terhadap
28
Infeksi Dengue berkaitan dengan DSS dapat menghasilkan angka
bahwa kadar sitokin proinflamasi serum seperti TNF-α dan interleukin-6 (IL-6),
serta Th1 (interferon-gamma [IFN-ƴ]) dan sitokin Th2 (IL-10), secara signifikan
meningkat pada pasien DBD. Penelitian menunjukkan kadar serum MIF, IL-6,
TNF- α, IFN- ƴ, dan IL-10 pada pasien dewasa dengan keparahan penyakit
bahwa kadar serum MIF, serta tingkat MIF, IL-6 dan IL-10, secara signifikan
Peningkatan kadar MIF juga nampak pada infeksi virus seperti yang
ebola dan virus Dengue (DENV). Infeksi virus Dengue secara umum
menyebabkan gejala ringan seperti demam, nyeri kepala dan nyeri otot serta
terutama selama infeksi sekunder dengan berbagai tipe DENV, infeksi DENV
dapat berkembang menjadi DBD atau DSS. DBD merupakan penyakit demam
vaskuler pada DBD/DSS masih belum jelas, terdapat beberapa hipotesis untuk
Berdasarkan ADE, antibodi yang dihasilkan selama infeksi DENV pertama tidak
memiliki efek protektif tetapi meningkat pada infeksi sekunder dari serotipe DENV
29
lain melalui reseptor Fcγ pejamu seperti makrofag. Hipotesis lain, termasuk
infeksi DENV. Bagaimanapun juga, diketahui bahwa kadar serum MIF pasien
Dengue berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit dan hasil klinis. Lebih
lanjut lagi, Blokade MIF pada hewan uji tikus menunjukkan gejala klinis yang
lebih ringan, viremia yang lebih rendah serta viral load yang lebih ringan pada
limpa dibandingkan pada hewan uji tikus tanpa perlakuan. Blokade MIF juga
pentingnya MIF dalam patogenesis dari indeksi DENV. Oleh sebab itu, kajian ini
DENV(Chuang, 2015).
Infeksi DENV dapat menginduksi sekresi MIF sesuai dosis dan lama
pemberian pada sel epitel manusia. Uji promotor MIF dan reverse transcription
teraktivasi selama infeksi DENV. Lebih lanjut lagi, infeksi DENV menginduksi
aktivasi NF-kB, dan produksi MIF yang diinduksi oleh DENV ini akan dihambat
Sebagai tambahan, tipe sel yang berbeda seperti primary human vascular
memiliki kemampuan yang berbeda untuk melepaskan MIF paska infeksi DENV.
Yang menarik, infeksi DENV pada galur sel monositik manusia THP-1 dan PBMC
terhadap DENV. Fenomena ini dapat terjadi karena efek ADE. Berdasarkan ADE,
30
antibodi terhadap DENV dapat meningkatkan uptake virus oleh makrofag melalui
produksi sitokin. Oleh sebab itu, dimungkinkan bahwa infeksi DENV pada sel
sebelumnya(Chuang, 2015).
Dalam MIF terlibat dalam replikasi berbagai macam virus selama infeksi
menghilangkan replikasi HIV-1 pada PBMC manusia (tabel 1). Pada MIF tikus,
West Nile Virus (WNV) dan Ross River Virus (RRV) telah menunjukan penurunan
replikasi virus pada otak, pergelangan kaki, serum dan limpa. Meskipun
kadar TNF-α, IL-6 dan PEG2, viral load dari DENV MIF yang diblokade pada tikus
lebih rendah dibandingkan pada hewan uji tikus lain. Lebih lanjut lagi, mortalitas
tikus yang terinfeksi DENV yang MIF nya dihambat mengalami penurunan.
31
PBMC yang terinfeksi Anti-antibodi Penurunan ekspresi p24
HIV-1 MIF Peningkatan ekspresi p24
rMIF
HIV-1
berupa pemecahan komponen sel melalui lisosim atau autofagi diperlukan untuk
replikasi DENV yang optimal dan sitokin yang berbeda memiliki efek yang
seperti IFN-γ, IL-12 dan TNF-α menginduksi atau memicu autofagi pada
makrofag serta pada sel nonimun. Berkebalikan dengan itu, sitokin Th2 seperti
IL-4, IL-10 dan IL-13 nampak berperan sebagai antagonis induksi autofagi. MIF
dapat menginduksi eksprsi sitokin TH1, maka dapat berkontrubusi pula terhadap
autofagi melalui pembentukan reactive oxygen species (ROS). Oleh sebab itu,
autofagi dapat menjadi salah satu kemungkinan jalur dimana MIF dapat
oleh MIF memiliki peran kunci dalam replikasi DENV masih harus dibuktikan
pertama kali ditunjukkan pada penelitian mengenai infeksi West Nile fever
32
(WNV). Penelitian ini melaporkan bahwa infeksi otak oleh WNV dapat dipicu oleh
peningkatan permeabilitas yang diinduksi oleh MIF pada sawar darah otak.
Kebocoran vaskuler yang diinduksi oleh MIF kemudian dibuktikan pada infeksi
permeabilitas vaskuler melalui induksi kekacauan pada ikatan protein ZO-1, efek
yang dapat diblok oleh inhibitor MID (ISO-1/0 atau knockdown CD74. Meskipun
vaskuler melalui autofagi. Penelitian lebih lanjut mengenai MIF dan autofagi
baru untuk mencegah kebocoran plasma yang diinduksi oelh DENV (Chuang,
2015).
n. MIF pada ekspresi molekul adhesi pada ekspresi molekul adhesi dan
33
Sebagaimana yang kita diketahui bahwa MIF dapat menginduksi produksi
leukosit. Melalui interaksi ICAM-1 dan LFA-1, leukosit dapat berikatan dengan sel
dari faktor koagulasi dan anti koagulasi dipengaruhi oleh MIF pada sel endotel,
sel THP-1 dan sel Hep G2. Reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-
rekombinan menginduksi eksprsi protein TM pada sel endotel dan sel THP-1,
permukaan sel endotel vaskuler serta monosit dan berbagai jenis sel lainnya. TM
trombin lebih lanjut. Oleh sebab itu, TM berperan penting dalam jalur
bahwa infeksi DENV menginduksi produksi MIF yang kemudian menstimulasi sel
monosit atau sel endotel untuk mengekspresikan TM dan ICAM-1. Sehingga MIF
berperan penting tidak hanya dalam menarik sel inflamasi tetapi juga dalam
regulasi koagulasi.
34
Infeksi DENV mengancam kesehatan manusia, dengan dampak
ekonomik yang signifikan pada area tropis dan subtropis didunia. Hingga saat ini,
belum terdapat vaksin atau obat spesifik yang dapat mencegah atau mengobati
infeksi DENV menginduksi produksi dan sekresi MIF, yang tergantung pada NF-
ekspresi molekul adhesi dan molekul koagulasi pada permukaan sel endotel dan
produksi MIF atau menghambat fungsi MIF menggunakan molekul kecil atau
35
Keterangan gambar 6
(1) Infeksi DENV menginduksi sekresi MIF yang bergantung pada NF-kB
(2) MIF memicu gangguan sambungan protein yang berontribusi terhadap hiperpermeabilitas
(3) Autofagi yang diinduksi MIF dapat berkontribusi terhadap gangguan ikatan protein dan
(4) MIF menginduksi ICAM-1 dan LFA-1 yang dapat meningkatkan infiltrasi leukosit
(5) MIF menginduksi TM yang dapat mengaktivasi protein C dan menghambat koagulasi (faktor
Va/VIIIa)
ICAM-1 juga dikenal sebagai CD54 adalah protein yang pada manusia
dikodekan oleh gen ICAM1. Gen ini mengkode glikoprotein permukaan sel yang
biasanya diekspresikan pada sel endotel dan sel-sel sistem kekebalan tubuh. Ia
36
berikatan dengan integrin tipe CD11a/CD18, atau cd11B/CD18 dan juga
Fungsi: protein yg dikodekan oleh gen ini adalah jenis molekul adhesi
antar sel yang terus menerus hadir dalam konsentrasi rendah di membran
meningkat. ICAM-1 dapat diinduksi oleh interleukin-1 (IL-1) dan Tumor Necrosis
Factor (TNF) dan diekspresikan oleh endotelium vaskuler, makrofag, dan limfosit.
sebagai situs untuk masuknya rhino virus pada manusia. Karena hubungan ini
dengan respon imun, telah dihipotesiskan bahwa ICAM-1 dapat berfungsi dalam
p56lyn.
37
Para peneliti mulai mempertanyakan peran ICAM-1 sebagai molekul
ditemukan pada limfosit dan leukosit lainnya. Lfa1 memainkan peran penting
darah untuk memasuki jaringan. LFA-1 terlibat dalam poses pembunuhan yang
dimediasi oleh antibodi oleh granulosit dan monosit. Pada 2007, LFA-1 memiliki 6
ligan yang dikenal: icam-1, icam-2, icam-3, icam-4, icam-5 dan jam-A. Interaksi
adhesi
membran integral yang diekspresikan pada permukaan sel endotel dan berfungsi
dengan trombin. Ini meningkatkan kecepatan aktivasi protein c seribu kali lipat.
Trombin yang terikat trombomodulin memiliki efek prokoagulan pada saat yang
aktifnya.
38
Trombomodulin adalah glikoprotein pada permukaan sel endotel yang,
mengikat trombin. Diagram skematik dari peran patogenik MIF dan kemungkinan
mengalami regulasi naik selama infeksi DENV. Blokade fungsi MIF menggunaan
inhibitor MIF (ISO-1) atau antibodi MIF atau transduksi sinyal menggunakan
U1026 (inhibitor Erk), Ly294002 (inhibitor PI2K), atau SP600125 (inhibitor JNK)
dapat mencegah permeabilitas yang diinduksi oleh MIF. Sebagai tambahan, MIF
atau inhibitor MIF (ISO-1) dapat menurunkan replikasi DENV. Seain itu MIF
menginduksi regulasi naik dari ekspresi ICAM-1 dan LFA-1, yang dapat
Efek MIF ini dapat diblok menggunakan inhibitor atau antibodi MIF(Chuang,
2015).
agen biologis telah diindikasikan sebagai strategi yang sukses pada penyakit
autoimun tertentu. Karena MIF terlibat dalam berbagai penyakit inflamasi, maka
hal tersebut berpotensi menjadi target terapetik pada berbagai penyakit inflamasi
dan tidak bersifat spesifik terhadap penyakit tertentu. Lebih lanjut lagi,
kandungan yang berikatan dengan lokasi katalitik MIF yang dapat mengaktivasi
kandidat obat anti MIF juga telah dilaporkan. Apabila potensi kandungan macam
ini terbukti dalam penelitian klinis maka kandungan macam ini dapat diproduksi
dengan biaya yang relatif murah dibandingan agen biologis, yang dapat
bermanfaat tidak hanya bagi pasien dengan infeksi DENV tetapi juga yang
39