Anda di halaman 1dari 3

Anemia pada wanita dan cara mengatasinya

Salah satu alasan wanita lebih rentan mengalami anemia defisiensi besi adalah menstruasi.
Wanita mengalami perdarahan setiap bulannya saat menstruasi. Bila menstruasi berlangsung
cukup lama dan jumlah darah yang keluar sangat banyak, maka tubuh akan kekurangan zat
besi.

Selain itu, wanita yang hamil pun rentan mengalami anemia defisiensi besi, karena zat besi
dalam tubuhnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan darah dalam tubuhnya yang
meningkat, serta memenuhi kebutuhan hemoglobin untuk perkembangan janin. Itulah
mengapa ibu hamil disarankan untuk banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi.

Mencegah penyakit sejak dini dapat menurunkan risiko komplikasi di masa akan datang.
Begitu pun dengan anemia, bila dicegah sejak dini akan mudah disembuhkan. Berikut ini
sejumlah pencegahan penyakit anemia.

1. Perbanyak makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, vitamin C, dan asam
folat. Zat tersebut banyak terdapat pada daging, kacang, sayuran berwarna hijau,
jeruk, pisang, sereal, susu, melon dan buah beri.
2. Hindari minum kopi, teh, atau susu sehabis makan karena dapat mengganggu proses
penyerapan zat besi dalam tubuh.
3. Transfusi darah. Tambahan darah sesuai kebutuhan akan cepat mengembalikan
jumlah sel darah merah dalam kondisi normal. Namun, setelah normal, pasien
hendaknya menjaga agar terus stabil.
4. Konsumsi suplemen. Pilih suplemen yang mengandung zat besi dan vitamin lengkap
lainnya sebagai penunjang pembentukan sel darah merah. Namun jangan bergantung
pada suplemen. Kandungan zat dalam suplemen biasanya lebih besar dari yang
dibutuhkan tubuh sehingga menyebabkan kerja ginjal bertambah berat. Maka jika
gejala anemia sudah hilang, lakukan pola hidup yang baik agar kesehatan ibu dan
anak terjaga dan anemia tidak kambuh lagi
Osteoporosis pada wanita dan cara mengatasinya

Osteoporosis bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Namun, kondisi ini
lebih sering terjadi pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya kadar estrogen yang berperan penting dalam menjaga kepadatan tulang.

Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini biasanya baru
diketahui saat seseorang mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.  Seiring
berkurangnya kepadatan tulang, penderita osteoporosis bisa mengalami gejala berikut:

 Mudah mengalami patah tulang, walau hanya karena benturan yang ringan
 Nyeri punggung, biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang
 Postur badan membungkuk
 Tinggi badan berkurang

- Gejala Osteoporosis

Osteoporosis sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Kondisi ini biasanya baru
diketahui saat seseorang mengalami cedera yang menyebabkan patah tulang.  Seiring
berkurangnya kepadatan tulang, penderita osteoporosis bisa mengalami gejala berikut:

 Mudah mengalami patah tulang, walau hanya karena benturan yang ringan
 Nyeri punggung, biasanya disebabkan oleh patah tulang belakang
 Postur badan membungkuk
 Tinggi badan berkurang

- Penyebab dan Faktor Risiko Osteoporosis

Osteoporosis disebabkan oleh menurunnya kemampuan tubuh untuk meregenerasi tulang.


Hal ini berdampak pada berkurangnya kepadatan tulang. Penurunan kemampuan regenerasi
ini biasanya akan dimulai saat seseorang memasuki usia 35 tahun.

Selain faktor usia, berikut ini adalah beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan risiko
terjadinya osteoporosis:

 Berjenis kelamin wanita, terutama setelah menopause


 Memiliki keluarga dengan riwayat osteoporosis
 Mengalami kekurangan vitamin D dan kalsium
 Mengalami gangguan hormonal dan penyakit tertentu, seperti penyakit Crohn atau
malabsorbsi
 Mengonsumsi obat kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
 Mengalami kecanduan alkohol
 Merokok

- Diagnosis Osteoporosis

Osteoporosis sering kali baru terdeteksi ketika penderitanya mengalami cedera yang
menyebabkan patah tulang. Untuk mendiagnosis osteoporosis, dokter akan melakukan tanya
jawab seputar keluhan dan gejala, termasuk riwayat kesehatan dan obat-obatan yang
dikonsumsi pasien.

Jika pasien cedera dan dicurigai mengalami patah tulang, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dahulu untuk mengetahui tingkat keparahan cedera dan patah tulang.
Setelah itu, dokter akan melakukan Rontgen atau CT scan untuk melihat dengan jelas kondisi
tulang yang patah.

Untuk memastikan osteoporosis dan mengetahui risiko pasien mengalami patah tulang,
dokter akan melakukan pengukuran kepadatan tulang (bone density testing) menggunakan
dual energy X-Ray absorptiometry (DXA).

- Pengobatan Osteoporosis

Pengobatan osteoporosis yang akan diberikan tergantung pada tingkat keparahannya. Jika
penderita osteoporosis sangat berisiko untuk mengalami patah tulang, dokter dapat
memberikan obat-obatan untuk meningkatkan kepadatan tulang, seperti:

 Bifosfonat
 Antibodi monoklonal
 Terapi hormon

Jika diperlukan, penderita osteoporosis dapat diberikan obat yang bisa meningkatkan
pembentukan tulang, seperti teriparatide dan abaloparatide.

Pasien juga akan dianjurkan untuk mengurangi aktivitias yang dapat menyebabkannya
terjatuh atau cedera.

- Pencegahan Osteoporosis

Pada beberapa keadaan, osteoporosis sulit untuk dicegah. Namun, Anda bisa mengurangi
risiko terkena osteoporosis dengan berhenti merokok, tidak mengonsumsi minuman
beralkohol, melakukan pemeriksaan berkala jika sudah menopause, berolahraga secara
teratur, dan mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin D dan kalsium.

Anda mungkin juga menyukai