PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Apa Definisi Diabetes ?
Bagaimana Patofisiologi Diabetes ?
Apa Saja Tipe-tipe Diabetes ?
Apa Faktor Resiko Diabetes ?
Bagaimana Gejala Diabetes ?
Bagaiman Cara Diagnosis Diabetes ?
Bagaiman Cara Penanganan Diabetes ?
1.3 Tujuan
Untuk Mengetahui Definisi Diabetes.
Untuk Mengetahui Patofisiologi Diabetes.
Untuk Mengetahui Tipe-tipe Diabetes.
Untuk Mengetahui Faktor Resiko.
Untuk Mengetahui Gejala Diabetes.
Untuk Mengetahui Diagnosis Diabetes.
Untuk Mengetahui Penanganan Diabetes.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ketika gaya hidup diabetogenic (kalori yang berlebihan, olahraga tidak memadai, dan
obesitas) ditumpangkan di atas rentan genotip. Pada DM tipe 2 terjadi ganguan
pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi produksi insulin masih dalam batas normal
sehinga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin (Dipiro, et. al.,2015).
Kejadian lainnya pada diabetes melitus (1 - 2% kasus) mencakup penyakit endokrin
(contoh: akromegali, cushing syndrome), diabetes gestasional (GDM) atau diabetes pada
ibu hamil, dan obat-obatan (glukokortikoid, niasin, α- interferon) (Dipiro, et. al., 2015).
4
2.4 Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko dari diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Keturunan
Sekitar 50 % pasien diabetes tipe 2 mempunyai orangtua yang menderita diabetes,
dan lebih sepertiga pasien diabetes mempunyai saudara yang mengidap diabetes.
Sedangkan untuk diabetes tipe 1, sekitar 20 % terjadi pada penderita dengan riwayat
keluarga terkena diabetes dan 80 % terjadi pada penderita yang tidak memiliki riwayat
keluarga dengan diabetes. (WHO, 2002).
2. Ras atau Etnis
Beberapa ras tertentu, seperti suku indian di Amerika, Hispanik, dan orang Amerika
di Afrika, mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe 2.Sedangkan diabetes tipe
1 sering terjadi pada orang Finlandia dengan presentase mencapai 40 %.
3. Usia
Pada diabetes tipe 1, usia muda merupakan awal terjadinya penyakit tersebut,
sedangkan pada diabetes tipe 2 umur puncak berada pada usia diatas 45 tahun.
4. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang mengalami
kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten
terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul
didaerah sentral atau perut. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa
tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.
5. Sindroma Metabolik
Menurut WHO dan National Cholesterol Education Program : Adult Treatment Panel
III, orang yang menderita sindroma metabolic adalah mereka yang punya kelainan
seperti : tekanan darah tinggi lebig dari 160/90mmHg, trigliseridaa darah lebih dari
150mg/dl, kolesterol HDL <40 mg/dl, obesitas sentral dengan BMI lebih dari 30, lingkar
pinggang melebihi 102 cm pada pria atau melebihi 88 cm pada wanita, atau sudah
terdapat mikroalbuminuria.
6. Kurang Gerak Badan
Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah
dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap insulin.peredaran
darah lebih baik dan resiko terjadinya diabetes tipe 2 akan turun sampai50%.
5
7. Faktor Kehamilan
Diabetes pada ibu hamil dapat terjadi pada 2-5 % kehamilan. Biasanya diabetes akan
hilang setelah anak lahir. Ibu hamil dengan diabetes dapat melahirkan bayi besar dengan
berat badan lebih dari 4 kg. Apabila ini terjadi, sangat besar kemungkinan si ibu akan
mengidap diabetes tipe 2 kelak.
8. Infeksi
Infeksi virus dapat juga dijadikan penyebab timbulnya diabetes mellitus. Adapun
virus-virus tersebut adalah virus cytomegalovirus, virus rubella dan virus coxsackie.
b. GejalaKronik
Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah penderita
menderita diabetes. Gejala kronik yang sering dikeluhkan oleh penderita,yaitu:
- Kesemutan
- Kulit terasapanas
- Terasa tebaldikulit
6
- Kram
- Lelah
- Mudahmengantuk
- Matakabur
- Gatal disekitarkemaluan
- Gigi mudah goyah dan mudah lepas
- Kemampuan seksual menurun
- bagi penderita yang sedang hamil akan mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4kg.
7
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah
puasa terganggu (GDPT).
8
lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit
per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara 5-
10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor
insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa (DEPKES RI,
2005). Selain itu latihan aerobik dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan kontrol
glikemik dan dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular, membantu untuk
penurunan berat badan atau pemeliharaan, dan meningkatkan kesehatan
(DiPiro,2015).
b. Terapi Farmakologi
1) Obat antidiabetikoral
i. Turunan Sulfonilurea dan analog sulfonamida
Contoh obat : Glibenklamid, Karbutmaid, Tolbutamid,Klorpropamid, glimidin.
Mekanisme kerja: Obat ini membebaskan insulin yang dapat dimobilisasi dari sel
B pankreas dan pada saat yang sama memperbaiki tanggapan terhadap rangsang
glukosa fisiologik. Obat ini hanya berkhasiat jika produksi insulin tubuh sendiri
sebagian masih bertahan (tidak berkhasiat jika tidak ada produksi insulin).
Indikasi: hanya diindikasikan pada penderita diabetes tipe II yang tidak
membutuhkan insulin, karena pada penderita ini normalisasi kadar gula darah
tidak mungkin dilakukan dengan tindakan diet.
Efek samping: Kehilangan selera makan, Mual, Leukopenia, Trombositopenia,
Gejala anemia, Reaksi alergi, Hipoglikemia.
Kontraindikasi: Tidak dapat diberikan pada diabetes tipe I, pada asetonuria
parah,koma diabetik, pada gangguan fungsi ginjal yg parah dan pada masa
kehamilan. Dianjurkan pada masa kehamilan untuk menggantinya dengan insulin.
Interaksi: Yg memperbesar kerja menurunkan gula darah: turunan kumarin,
bloker reseptor b, kloramfenikol, fenilbutazon, salisilat, sulfonamida dan
tetrasiklin.
Toleransi alkohol diturunkan terutama oleh Klorpropamida.
9
Setelah pemberian metformin secara oral pada penderita diabetes, kadar gula
darah menurun sesuai dengan dosis, tetapi hal ini tidak terjadi pada orang dengan
metabolisme sehat. Maka suatu efek hipoglikemik tidak perlu ditakutkan.
Indikasi : pada penderita diabetes dewasa yang tidak tertolong dengan tindakan
diet dan terdapat alergi terhadap tipe sulfonamida.
Efek samping: Menyebabkan gangguan saluran cerna, Perubahan pembentukan
darah
Metformin tidak dapat diberikan pada koma atau prakoma
diabetik:Kecenderungan asetonuria, Kerusakan berat ginjal atau hati, Pankreatitis,
Menurunnya kondisi umum
10
postprandialnya sangat tinggi. Diklinik sering digunakan bersama antidiabetik
oral lain dan/atau insulin.
2) Insulin
Pada diabetes mellitus tipe I, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk
memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis dan menurunkan peningkatan kadar
glukosa darah. Selain DM tipe I, insulin kadang digunakan oleh pasien DM tipe II
dan ibu hamil yang disertai Diabetes Mellitus, namun untuk waktu yang singkat.
Penggunaan insulin dapat juga untuk indikasi sebagai berikut :
a) Kencing manis dengan komplikasi akut seperti gangren, ketoasidosis, dan
koma.
b) Kencing manis pada kehamilan yang tak terkontrol dengan dietarycontrol.
c) Penurunan badan yangdrastis
d) Penyakit DM yang tidak berhasil dengan obat hipoglikemik dosismaksimal.
e) Penyakit dengan gangguan fungsi hati dan ginjalberat.
3) EkstraksiTanaman
Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif
yang semula berada dalam tanaman ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif
larut dalam cairan penyari (Ansel, 1989). Farmakope Indonesia menetapkan untuk
proses penyari sebagai cairan penyari digunakan air, etanol, air-etanol, eter yang
digunakan sebagai penyari pada pembuatan obat tradisional (Anonim,1979).
11
4) Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
OHO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-combination dalam bentuk tablet
tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana
insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO
dapat menjadi pilihan. Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah
atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur.
Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa
darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja
menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan
evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan
harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih
tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi kombinasiinsulin.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
14