PENDAHULUAN
Encephalitis adalah peradangan pada parenkim otak akibat infeksi dari bakteri dan virus
enchepalatis bateri biasanya akibat fraktur tulang dari tengkorak kepala langsung masuk
kedalam atau alat alat penetrasi yang tekontaminasi. Encephalitis virus umumnya akibat dari
gigitan serangga yang terinfeksi atau akibat dari virus. Pengontrolan lingkungan dan
imunisasi porfilaksis dapat menurunkan angka kejadian encephalitis
1
kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap
tengkorak danmenyebabkan kematian
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada meningitis dan
enchepalitis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengkaji penyakit meningitis dan encephalitis
2. Mahasiswa dapat melakuakan pemerikasaan fisik pada penyakit meningitis dan
encephalitis
3. Mahasiswa dapat melakukan intervensi, dan evaluasi pada penyakit meningitis dan
encephalitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2 Etiologi
Meningitis
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme:
haemophilus influenza, Neisseria meningitis (meningococus), diplococus
pneumonia, streptococcus grup A, pseudomonas, staphylococcus aureus,
Escherichia coli, klebsiella, proteus. Paling sering klien memiliki kondisi
predisposisi seperti : Fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak, dimana akan
meningkatkan terjadi meningitis
3
Encephalitis
Pada umumnya penyebab encephalitis adalah :
1. Sifilis
2. Racun yang terhirup seperti karbon monoksida atau arsenik
3. Reaksi toksin yang dihasilkan karena infeksi seperti demam typoid, measles,
cacar air
4. Reaksi vaksinasi
5. Berbagai macam virus, termasuk arbovirus ( virus yang dipindahkan melalui
gigitan serangga kepada manusia, seperti : rabies, st. Louis, rocky mountain
fever, equine )
2.1.3 Faktor predisposisi
Meningitis
Berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang terserang
meningitis
1. Genetik
Beberapa orang mungkin mewarisi manfaat untuk meningitis, jika mereka terkait
dengan hubungan yang dapat menyebabkan infeksi, mereka akan mudah
melepaskannya
2. Pria
Lebih banyak pria yang menderita meningitis dibandingkan wanita
untuk terkena meningitis
3. Tidak mendapatkan imunisasi
4. Orang orang yang tidak mendapatkan suntikan untuk gondok, penyakit HIB, atau
infeksi pneumokokus sebelum usia 2 tahun lebih mungkin untuk terkena
meningitis kondisi hidup yang penuh keterbatasan. Orang orang dikampung,
tempat mengurus anak, sekolah dan asrama perguruan tinggi lebih mungkin untuk
terkena meningitis
5. Terkena gigitan serangga atau hewan pengerat
Orang orang yang tinggal atau mengunjungi daerah tempat serangga atau tikus
membawa kuman maka lebih mudah
4
6. Orang yang suka untuk melanjutkan dan belum juga mendapatkan vaksin
pneumokokus lebih mungkin untuk terkena meningitis
7. Tidak memiliki limpa yang merupakan sistem kekebalan tubuh dan yang bekerja
dengan baik membuat seseorang rentan terkena meningitis
Encephalitis
1. Usia
Kelompok usia anak kecil dan lansia lebih rentan mengalami radang otak,
kondisi ini juga mempengaruhi kelompok orang tertentu dengan usia diantara 20-
40 tahun
2. Sistem kekebalan tubuh lemah
Orang dengan HIV/AIDS atau menggunakan obat yang beresiko melemahkan
sistem imun dapat mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh
3. Wilayah geografis
Tinggal didaerah dengan populasi nyamuk atau kutu pembawa virus yang
meningkatkan resiko untuk mengalami radang otak
5
2.1.4 Patofisiologi
Meningitis
6
Encephalitis
7
2.1.5 Manifestasi
Meningitis
Manifestasi klinis klien meningitis meliputi : Sakit kepala, mual, muntah, demam, sakit
dan nyeri secara umum, perubahann tingkat kesadaran, bingung, perubahan pola nafas,
ataksida, kaku kuduk, ptechialrash, kejang (fokal, umum), opistotonus, nistagmus,
ptosis, gangguan pendengaran, tanda brudzinski’s dan kerniq’s positif, fotophobia
1. Nyeri kepala.
2. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku.
Kakukuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat,
terjadiopistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung
dalamsikap hiperekstensi, kesadaran menurun.
3. Panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu makan
berkurang,minum sangat berkurang.
4. Konstipasi diare, biasanya disertai septicemia dan pneumonitis.
5. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab hemofilus influenza,
25%streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi meningokok.
6. Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat
terjadikoagulasi intravaskularis diseminata.
7. Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski
danfontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih
besar dan orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri
kepalayang bisa hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri
punggung.
Encephalitis
Manifestasi klinis spesifik klien encephalitis meliputi :Perubahan tingkat kesadaran,
aphasia, hemiparesis, ataksia, nistagmus, paralisis ocular, dan kelemahan pada wajah
8
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Meningitis
1. Pemeriksaan darah, dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah, dan hitung jenis
lekosit, laju endap darah (LED adalah tes yang bertujuan mengukur seberapa cepat eritrosit
(sel darah merah) anda menggumpal. Semakin cepat sel darah merah menggumpal, artinya
tubuh anda sedang bermasalah karena mengalami peradangan), kadar glukosa, kadar ureum,
elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit dengan
pergeseran ke kiri pada hitung jenis
2. Pemeriksaan serebrospinalis; lengkap dan kultur Pada meningitis purulenta, didapatkan
hasil pemeriksaan cairan serebrospinalis yang keruh, karena mengandung pus yang
merupakan campuran leukosit, jaringan yang mati dan bakteri. Sedangkan hasil pemeriksaan
cairan serebrospinalis yang jernih terdapat pada infeksi virus. Pemeriksaan kultur liquor
digunakan untuk menentukan bakteri penyebab
Encephalitis
1. Pemeriksaan Pencitraan otak
Dokter bisa mengajukan pemeriksaan pencitraan otak seperti CT (Computerized
tomography) scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) scan. Tujuannya untuk
mendeteksi peradangan pada otak, dan membantu dokter untuk mengatasi kondisi
lain mila ada stroke atau tumor otak
2. Analisis cairan tulang belakang
Untuk melihat adanya peningkatan sel darah putih, protein, bakteri maupun virus.
Selama prosedur ini berlangsung dokter akan memasukan jarum ke punggung
bagian bawah guna mengambil sampel cairan tulang belakang
3. Electroencephalogram (EEG)
EEG adalah pemeriksaan dengan melibatkan penggunaan elektroda yang
ditempelkan langsung pada kulit kepala. Pemeriksaan ini bertujuan untuk merekam
aktivitas listrik yang terjadi didalam otak
9
Pemeriksaan darah dan urine bisa menjadi pilihan lain untuk membantu
mengidentifikasi virus yang mengakibatkan radang otak. Tes laboratorium ini
jarang dilakukan sendirian, agar hasilnya lebih optimal pemeriksaan biasanya juga
digabung dengan pross test lainnya
10
1.4 Konsep Asuhan Keperawatan
1.4.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Biodata
Pada penderita meningitis biasanya semua usia dan jenis kelamin dapat menderita
penyakit ini
2. Keluhan Utama
Yaitu keluhan pasien yang dirasakan pada saat datang ke RS. Biasanya ditemukan
dengan keluhan demam tinggi, kejang, sakit kepala
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam,
dan keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk,
bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan dahulu pada klien apakah klien sebelumnya mengalami
penyakit yang di derita saat ini dan mempunyai riwayat penyakit lainnya.
Informasi mengenai penyakit dan sistemik sebelumnya dapat membantu diagnosis
riwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis
pada masa sebelumnya perlu ditanyakan pada pasien. Pengkajian pemakaian obat
obat yang sering digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid,
pemakaian jenis jenis antibioticdan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian
antibiotic).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji riwayat kesehatan keluarga apakah dikeluarganya mempunyai penyakit atau
gejala yang sama seperti yang dirasakan klien saat ini, atau penyakit menular
lainnya
11
B. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breath/pernafasan) : Peningkatan kerja pernapasan pada fase awal apakah
ada suara nafas tambahan atau tidak
2. B2 (Blood/jantung dan pembulu darah) : TD meningkat, nadi menurun, tekanan
nadi berat berhubungan dengan
peningkatan TIK (Tekanan Intrakranial adalah nilai tekanan didalamrongga
kepala,tekanan ini berada didalam tulang tengkorak yang artinyameliputi jaringan
otak, cairan serebrospinal dan pembuluh darah) dan pengaruh pada pusat
vasomotor, takikardia, disritmia
(pada fase akut) seperti disritmia sinus
3. B3 (Brain/susunan saraf pusat) : afasia atau kesulitan dalam berbicara, mata
(ukuran atau reaksi pupil), unisokor
atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK) nistagmus (bola
mata bergerak-gerak terus menerus), kejang lobus temporal, otot
mengalami hipotonia atau flaksid paralysis (pada fase akut meningitis),
hemiparese atau hemiplegi, tanda Brudzinski (+) dan atau tanda kernig (+)
merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut), refleks tendon
dalam terganggu, babinski (+), refleks abdominal menurun atau tidak ada,
refleks kremastetik hilang pada laki-laki
4. B4 (Bladder/saluran kemih) : Adanya inkontinensia atau retensi urine
5. B5 (Bowel/saluran cerna) : Muntah, anoreksia, kesulitan menelan
6. B6 (Bone/tulang kerangka) : Turgor kulit jelek atau kering,adanya fraktur atau
tidak
7. Persepsi kesehatan penatalaksanaan kesehatan
Mengkaji pengetahuan klien untuk mengatasi penyakitnya
Kaji upaya klien untuk mengatasi penyakitnya
8. Pola nutrisi metabolic
Nafsu makan klien menurun
12
9. Pola eliminasi
Kaji frekuensi eliminasi urine
Kaji karakteristik urine kline
10. Pola aktivitas dan latihan
Kaji rasa nyeri/nafas pendek saat aktivitas/latihan
Kaji keterbatasan aktivitas sehari-hari (keluhan lemah, letih sulit bergerak)
Kaji penurunan kekuatan otot
11. Pola tidur dan istirahat
Kaji pola tidur klien pada meningitis biasanya sulit untuk istirahat dan
sulit tidur
12. Pola kognitif/perceptual
Kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu
dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
13. Pola persepsi diri/konsep diri
Kaji tanyakan perasaan klien tentang dirinya saat sedang mengalami sakit.
Kaji dampak sakit terhadap klien
Kaji keinginan klien untuk berubah (misal : melakukan diet sehat dan
latihan).
14. Pola peran/hubungan
Kaji peengaruh sakit yang diderita klien terhadap pekerjaannya
Kaji keefektifan hubungan klien dengan orang terdekatnya.
15. Pola seksualitas/reproduksi
Kaji dampak sakit terhadap seksualitas.
Kaji perubahan perhatian terhadap aktivitas seksualitas.
16. Pola koping/toleransi stress
Kaji metode kopping yang digunakan klien untuk menghidari stress
System pendukung dalam mengatasi stress
13
17. Pola nilai/kepercayaan
Klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap sembahyang setiap
ada kesempatan.
18. Tanda tanda vital
Peningkatan suhu lebih normal, 38-41C dimulai dari fase sistemik, kemerahan,
panas, kulit kering, berkeringat. Keadaan tersebut dihubungkan dengan proses
inflamasi dan iritasi meningen yang sudah mengganggu pusat peraturan suhu
tubuh
1. Penurunan denyut nadi, berhubungan dengan tanda peningkatan
intracranial
2. Peningkatan frekuensi pernafasan berhubungan dengan laju metabolism
umum dan adanya infeksi pada sistem pernafasan sebelum mengalami
meningitis
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah
putih meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri
b. Kadar glukosa darah normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai
serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun
c. LDH ( Laknat dehidrgenase adalah enzim yang dimiliki hampir semua sel di dalam
tubuh, termasuk sel darah, otot, otak, ginjal, pankreas, jantung, dan hati. Dokter biasanya
menganjurkan pasien untuk melakukan tes darah LDH untuk: Mengetahui apakah terdapat
kerusakan jaringan dan seberapa banyak kerusakan itu terjadi) serum meningkat
d. Sel darah putih sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (adalah bagian sel
darah putih dari kelompok granulosit. Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh
terhadap infeksi bakteri dan proses inflamasi lainnya, serta menjadi sel yang pertama hadir
ketika terjadi infeksi di suatu tempat)
e. Elektrolit darah abnormal
14
f. ESR/LED (Laju Endap Darah ( LED) Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah
kecepatan sel - sel darah merah mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam.
Uji LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk
memantau keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh) meningkat
g. Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine dapat mengindikasikan daerah “pusat”
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
h. Rongent dada, kepala, dan sinus mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi
intracranial
i. Diagnosa
1. Perfusi jaringan tidak efektif cerebral berhubungan dengan peradangan dan edema pada
otak dan selaput otak.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
3. Hipetermia berhubungan dengan proses inflamasi
15
- Demam semi fowler memperhatikan
menurun
- Cegah keadaan pasien
- Tanda
tanda vital terjadinya - Sebagai terapi
membaik
kejang akibat kehilangan
- Kolaborasi kesadaran radang
pemberian otak
sedasi dan - Untuk mengurangi
anti demam akibat
konvulsan, peradangan
jika perlu
- Pertahankan
suhu tubuh
normal
16
makan 10) keadaan umum
membaik - Kolaborasi pasien sebagai
pemberian standar dalam
analgetik, jika menentukan
perlu intervensi yang
tepat
- Untuk mengetahui
tingkat nyeri
pasien
- Untuk terapi
sebagai
menghilangkan
rasa nyeri
Hipetermia Setelah diberikan Manajemen - Untuk mengetahui
tindakan
berhubungan Hipertermia penyebab
keperawatan
dengan proses dalam 2x24 jam - Identifikasi peningkatan suhu
diharapkan
inflamasi penyebab tubuh diatas
termoregulasi
membaik hipertermia normal
dengan kriteria
- Monitor suhu - Untuk mengetahui
hasil:
- Kekuatan tubuh keadaan suhu
nadi - Sediakan tubuh dengan
meningkat lingkungan menggunakan
- Pucat yang dingin thermometer
menurun - Anjurkan - Untuk membantu
- Bunyi tirah baring menurunkan suhu
nafas - Kolaborasi tubuh
tambahan pemberian - Untuk
menurun cairan dan memberikan rasa
- Tekanan elektrolit nyaman
darah intravena, jika - Sebagai terapi
membaik perlu penurunan suhu
17
tubuh
BAB III
KASUS FIKTIF
Pasien datang ke UGD RSDP bersama keluarganya pada tanggal 15 februari 2020 pukul 22.00
WIB.Ny. A ibu dari An. B (4tahun) mengeluh mengatakan bahwa anaknya mengalami demam
tinggi disertai dan kejang. Sebelum dibawa ke RS Ny. A mengatakan bahwa anaknya sudah
demam semenjak ±4hari, muntah dan An. B selalu menyentuh dibagian kepala menunjukan
adanya nyeri dibagian kepala, ketika menyentuh kepala selalu nangis, rewel dan gelisah ketika
melihat cahaya terang nyeri. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu mencapai 39C, nadi
105x/menit , pernafasan mencapai 28x/menit, tingkat kesadaran letargi.
18
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : An. B
Jenis kelamin : Laki laki
Umur : 4 tahun
Status Kesehatan : Sakit
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : Jln.Taktakan
No. Register : 00.39.30.01
Ruang/Kamar : flamboyan 1
Golongan Darah : AB
Tanggal Masuk : 15 februari 2020
Tanggal Pengkajian : 16 februari 2020
Diagnosa Medis : Meningitis
Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat
Nama : Ny. A
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Ibu Pasien
Alamat : Jln. Taktakan
B. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya demam tinggi
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya demam tinggi, rewel, nangis dan selalu
mengeluarkan ekspresi marah, cemas dan gelisah ibu pasien mengatakan melihat anaknya
seperti merasakan ketidak nyamanan karena selalu nangis dan rewel ketika melihat
cahaya terang. An. B selalu sulit tidur, tidak mau makan sudah hamper seminggu
anaknya selalu rewel, tidak nafsu makan dan demam tinggi ±4 hari yang lalu. An. B
selalu menyentuh kepalanya, ketika ibu pasien mengatakan nyerinya hanya dibagian
kepala dan tidak menjalar ketika Ny. A menyentuk kepala pasien meringgis kesakitan
19
dan nangis, ibu pasien mengatakan pasien rewel dan merasa kesakitan saat siang hari dan
saat malam hari ketika hendak tidur
20
c. Hidung / Penciuman
Bentuk : Simetris
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada
Fungsi penciuman : Baik
Lubang hidung : Simetris
Polip : Tidak ada
Sinusitis : Tidak ada
Pernah mengalami flu : Pernah
d. Telinga / Pendegaran
Bentuk : Normal
Peradangan : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada
Fungsi pendegaran : Baik
Alat bantu pendengaran : Tidak
21
Kelenjar getah bening : Normal
Kelenjar tiroid : Normal
Vena jugularis : Normal
Kekakuan : Ada
g. Thorax
Bentuk rongga : Simetris
Bunyi nafas : Tidak ada
Irama pernafasan : Tidak ada
Nyeri dada : Tidak ada
h. Abdomen
Bentuk : Simetris
Turgor kulit : Jelek
Massa / cairan : Tidak ada
Hepar : Baik
Ginjal : Normal
Bising usus : Normal
i. Perineum / Genetalia
Kebersihan perineum : Bersih
Perdarahan : Tidak ada
Peradangan : Tidak ada
Haemoroid : Tidak ada
Alat genetalia : Bersih
j. Sirkulasi
Suara jantung : Normal
Suara jantung tambahan : Tidak ada
Palpitasi : Normal
Perubahan warna kulit, kuku, bibir : Ada
Edema jaringan : Tidak ada
Nadi : tidak Normal
22
k. Neurologis
Memori saat ini : Normal
Memori yang lalu : Normal
Keluhan pusing : ada
Lama tidur : 4 jam
Gangguan tidur : (+)
Genggaman tangan kiri/kanan : melemah
l. Muskuloskletal
Pergerakan ekstremitas : lemah
Kekuatan otot : menurun
Fraktur : tidak ada
Kelainan tulang belakang : tidak ada
Traksi / spalk/ gips : tidak ada
m. Pencernaan
Mulut : kotor dan kering
Tenggorokan : nyeri
Abdomen : normal
Nafsu makan : menurun
n. Eliminasi
Pola BAB : 2 kali/Hari
Konstipasi : tidak ada
Riwayat perdarahan : tidak ada
Pola BAK : 5 kali/hari
Jumlah urin : 900 cc
Inkontinensia : mampu
Karakter urin : bau ke kuning-kuningan
Hematuria : tidak ada
Peradangan : tidak ada
Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : ada
o. Integumen
Turgor kulit : jelek
Tekstur kulit : kering
Kelembapan : kering
23
Lesi : (+)
Jaringan parut : tidak ada
Suhu : 390C
Edema : tidak ada
Eritema : Kemerahan
N
O POLA SEBELUM SESUDAH
MASUK RS MASUK RS
1 Nutrisi :
a. Makanan yang disukai Coklat Tidak ada
b. Diet Nasi Bubur
c. Nafsu makan Menurun Normal
d. Lain-lain Tidak ada Tidak ada
2 Minum :
a. Pola minum 4 gelas 6 gelas
b. Jenis minuman Air putih Teh, air putih
c. Banyaknya 900ml 1,4L/hari
d. Minuman yang disukai Susu putih
3 Pola istirahat/tidur :
a. Waktu tidur
Siang Tidak ada 13.00-
Malam 21.00 - 07.30 wib 14.00WIB
b. Lama tidur 7 Jam/harn bi 23.40-
c. Kebiasaan tidur malam Tidak terganggu 03.30WIB
d. Kebiasaan tidur siang Tidak terganggu ±4 jam/hari
e. Kesulitan tidur Tidak terganggu Terganggu
f. Cara mengatasinya Diusap kepala oleh Terganggu
ibunya Terganggu
Diusap kepala
24
oleh ibunya
4 Pola eliminasi fekal/BAB:
a. Frekuensi 2 kali/ hari 1 kali/ 2hari
b. Konsistensi Cair Padat
c. Warna Kuning Kuning
kecoklatan
d. Waktu (pagi,siang,malam) Pagi dan siang Pagi
25
d. Jenis pekerjaan Pelajar Tidak ada
e. Jumlah jam kerja - Tidak ada
H. Data Psikologis
a. Status emosi
Emosi pasien tampak stabil namun tampak gelisah karena menahan nyeri yang
dirasakan dan selalu rewel
b. Kecemasan
Tingkat kecemasan pasien tinggi karena selalu menangis
c. Konsep diri
a) Citra tubuh
Tidak dikaji
d. Identitas Diri
a) Peran
Pasien adalah seorang anak dan masih suka bermain layaknya anak kecil
b) Ideal diri
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya selalu rewel karena sakit yang
dideritanya dan ingin melihat anaknya segera sembuh dan bermain seperti
biasa
c) Harga diri
Tidak dikaji
e. Koping mekanisme yang digunakan
Pola koping pasien baik tetapi kurang kooperatif dengan perawat dan tenaga medis
saat dilakukan tindakan
I. Data Sosial
a. Komunikasi
Klien berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia tetapi masih tidak lancar
berbicara
b. Pola interaksi
a) Dengan Perawat
Klien tidak dapat berkomunikasi dengan baik pada petugas kesehatan karena
selalu nangis, dan rewel ketika diajak bicara ataupun disentuh
b) Dengan Keluarga
26
Klien berkomunikasi sedikit baik dengan keluarganya walaupun belum lancar dan
selalu rewel
c) Dengan Klien yang lain
Klien tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain
J. Data Spiritual
a. Motivasi religi klien
Tidak dikaji
b. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Tidak dikaji
c. Pelaksanaan Ibadah sebelum dan sesudah sakit
Tidak dikaji
K. Data Penunjang
Tidak dikaji
1. Analisa Data
27
No
.
Data Etiologi Masalah keperawatan
1. DS : Proses inflamasi Resiko perfusi serebral
tidak efektif
- Ibu pasien mengatakan
bahwa anaknya demam .
tinggi, nyeri dibagian kepala
ketika kepala disentuh Nyeri dibagian kepala
DO :
DO :
Sulit tidur
28
- Pasien tampak lemah
- Gelisah
- Pasien tampak kesakitan
Lemah
Nyeri akut
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
3. INTERVENSI/RENCANA KEPERAWATAN
29
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Resiko Setelah diberikan Manajemen Peningkatan - Untuk
perfusi tindakan Tekanan Intrakranial mengetahui
serebral tidak keperawatan
efektif dalam 2x24 jam - Memonitor tanda keadaan umum
berhubungan diharapkan dan gejala pasien sebagai
dengan perfusi serebral
peningkatan TIK standar dalam
proses meningkat,
inflamasi dengan kriteria (mis, tekanan darah menentukan
hasil: meningkat) intervensi yang
- Nyeri - Berikan posisi semi tepat
kepala
fowler - Memberikan rasa
menurun
- Gelisah - Cegah terjadinya nyaman kepada
menurun kejang pasien
- Demam
menurun - Kolaborasi - Anjurkan kepada
pemberian sedasi keluarga untuk
dan anti konvulsan, memperhatikan
jika perlu keadaan pasien
- Pertahankan suhu - Sebagai terapi
tubuh normal akibat kehilangan
kesadaran radang
otak
- untuk mengurangi
demam akibat
peradangan
2. Nyeri akut Setelah diberikan Manajemen Nyeri - Nyeri merupakan
berhubungan tindakan - Identifikasi lokasi, data subyektif dan
dengan agen keperawatan
cidera dalam 2x24 jam karakteristik, durasi, harus dijelaskan
fisiologis diharapkan frekuensi, kwalitas, oleh pasien.
tingkat nyeri
intensitas nyeri Identifikasi
menurun
- Identifikasi faktor karakteristik nyeri
dengan kriteria
hasil: yang memperingan dan faktor yang
30
- Kemampu dan memperberat berhubungan
an nyeri dengan nyeri
menuntas - Identifikasi skala untuk mengetahui
kan nyeri (0-10) keadaan umum
aktivitas - Kolaborasi pasien sebagai
meningka pemberian analgetik, standar dalam
t jika perlu menentukan
- Keluhan intervensi yang
nyeri tepat
menurun - Untuk
- Muntah mengetahui
menurun keadaan umum
- Nafsu pasien sebagai
makan standar dalam
membaik menentukan
intervensi yang
tepat
- Untuk
mengetahui
tingkat nyeri
pasien
- Untuk terapi
sebagai
menghilangkan
rasa nyeri
4. IMPLEMENTASI/TINDAKAN KEPERAWATAN
31
NO Tanggal dan Waktu Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Nama dan Paraf
Perawat
32
a. Defisit nutrisi
b. Hipotermi
c. Mobilitas fisik
d. Nyeri akut
e. Resiko infeksi
2. Ada berapa masalah keperawatan diatas ?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 6
3. Apa yang dimaksud dengan meningitis?
a. Radang selaput otak dan sumsum tulang belakang
b. Infeksi
c. Masalah kesehatan tubuh
d. Masalah imun
e. Daya tahan tubuh lemah
4. Apa keluhan utama yang ditemukan dengan pasien meningitis?
a. Batuk
b. Flu
c. Pusing
d. Demam tinggi hingga kejang
e. Sesak nafas
5. Apa faktor predisposisi dengan pasien meningitis
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Genetik
d. Makanan
e. Imun
BAB 4
33
PENUTUP
3.2 KESIMPULAN
Meningitis adalah suatu inflamasi diplameter, arakhnoid, subararakhnoid infeksi biasanya
menyebabkan meningitis dan chemical meningitis juga dapat menjadi meningitis akut atau kronik
yang disebabkan karena bakteri, virus, jamur atau parasite
Enchepalitis adalah peradangan pada parenkim otak akibat infeksi dari bakteri dan virus
enchepalatis bateri biasanya akibat fraktur tulang dari tengkorak kepala langsung masuk
kedalam atau alat alat penetrasi yang tekontaminasi. Enchepalitis virus umumnya akibat dari
gigitan serangga yang terinfeksi atau akibat dari virus. Pengontrolan lingkungan dan
imunisasi porfilaksis dapat menurunkan angka kejadian enchepalitis
3.3 SARAN
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga sebab dengan kondisi fisik yang
sehat seseorang mampu menjalankan aktivitas sehari harinya tanpa mengalami hambatan
apapun. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat
penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan
hidup serta aktivitas sesoranguntuk itu selalu jagalah kebersihan dimanapun dan kapanpun
DAFTAR PUSTAKA
34
Suddart&Brunner.,2016.Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:EGC
35
4.1 Kesimpulan
Blefaritis merupakan peradangan pada kelopak mata atau inflamasi kronik batas
kelopak mata.dapat disebabkan yang paling umum, oleh seborea (non-ulseratif) atau
infeksi stapilokokus (ulseratif) atau keduanya.Blefaritis terdapat bebrapa klasifiksai
diantaranya, Blefaritis Seboroik, Blevaritis virus (Herpes zoster, Herpes simpleks,
Moluskum kontagiosum), Blefaritis jamur (Infeksi superfisio, Infeksi jamur dalam),
Blefaritis pediculosis.Adapun klasifikasi Blefaritis berdasarkan bentuknya diantaranya,
Blefaritis skuamosa, Blefaritis ulseratif, dan Blefaritis angularis.
Penyebab yang biasa ditemukan pada Blefaritis yaitu Infeksi dan atau alergi yang
berjalan kronis.Bakteri : Staphylococus (paling umum), pneumococcus, dan
pseudomonas Parasite: Phytiriasis Palpebrum, Vector : Demodex folliculorum. Gangguan
radang tersebut dapat disebabkan oleh infeksi stafilokokus atau dapat berasal dari
masalah seboroik; umumnya, kedua tipe tersebut terjadi. Blefaritis seboroik biasanya
berkaitan dengan seborea (ketombe) kulit kepala atau alis. Iritasi, sensasi terbakar, dan
gatal pada margin kelopak mata merupakan menifestasi umum blefaritis.Mata tampak
merah, dikelilingi dengan rabas mucoid, dan terdapat krusta atau sisik pada margin
kelopak mata.Margin kelopak mata dapat ulserasi, mengakibatkan kerontokan bulu mata.
36
Tindakna yang dilakukan pada penderita blefaritis perawat melakuan proses
keperawatan dengan menkaji / mengumpulkan data mengenai keluhan pasien, riwayat
kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, diagnose, intervensi dan evaluasi. pelaksanaan pada
pasien blefaritis dapat diberikan obat antibiotic, anjurkan pasien untuk melakukan
kebersihan kelopak mata menggunakan bahan yang lembut menggunakan air dengan
shampoo bayi, dan anjurkan kompres dengan air hangat, anjurkan pasien untuk tidak
menggunakan kosmetik dalam proses penyembuhan , karena jika kosmetiktetap
digunakan maka akan sulit untuk menjaga kebersihan pada kelopak mata.
4.2 Saran
Belfaritis adalah penyakit yang berbahaya untuk kesehatan karena dapat menyebar, dapat
mempengaruhi komplikasi terhadap penyakit yang lainnya seperti konjungtivis,
kebutaan.Untuk mencegah terjadinya blefaritis kita harus menjaga kebersihan perawatan diri,
blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya pembentukan minyak
berlebihan didalam kelenjar didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai
oleh bakteri yang dalam kadaan normal ditemukan dikulit.Kesehatan adalah harta yang
paling penting dalam kehidupan, maka dari itu selayaknya kita menjaga kesehatan dari
kerusakan dan penyakit. Cara mengatasi yaitu dengan cara pola hidup yang sehat, menjaga
kebersihan diri dapat mencegah penyakit Blefaritis,
https://www.academia.edu/19072550/Askep_Meningitis_Anak
37