Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256

Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

Pengaruh Buerger Allen Exercise Terhadap Sensitivitas Kaki


Pasien Diabetes Mellitus

Ida Suryati, Lilisa Murni, Berly Arnoval


STIKes Perintis Padang
Email : idasuryati53@yahoo.co.id

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang membutuhkan perawatan medis
dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh Buerger Allen Exercise terhadap sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus
di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Tahun 2019. Metode penelitian dengan Quasy
Experimental Design, dengan pendekatan one group pretest-posttest design. Sampel berjumlah 13
responden yang menderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi Tahun 2019 dengan tekhnik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Data
diolah dengan menggunakan uji Paired T-Test. Analisa Univariat nilai rata-rata sensitivitas kaki
sebelum dilakukan Buerger Allen exercise adalah 4,9 dan nilai rata-rata sensitivitas kaki setelah
dilakukan Buerger Allen exercise adalah 7,54. Berdasarkan karakteristik responden didapatkan bahwa
usia terbanyak >45 tahun (84,6%), dan jenis kelamin terbanyak (92,3%) yang berjenis kelamin
perempuan. Hasil bivariat menunjukan ada pengaruh Buerger Allen exercise terhadap sensitivitas kaki
dengan selisih rata-rata sebelum dan sesudah dilakukan Buerger Allen exercise adalah -2,846 dengan
P-Value 0,000 (<0,05). Disimpulkan bahwa ada pengaruh Buerger Allen exercise terhadap sensitivitas
kaki. Penderita diabetes mellitus agar dapat menerapkan Buerger Allen exercise guna meningkatkan
nilai sensitivitas kaki agar terhindar dari komplikasi dari Diabetes Mellitus.

Kata kunci : Buerger allen exercise, diabetes mellitus, sensitivitas kaki

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is a chronic metabolic disease that requires medical care and
independent management education for the use of complications. This study was conducted to study
the effect of Buerger Allen Exercises on foot sensitivity in patients with diabetes mellitus in the
Rasimah Ahmad Health Center Working Area in 2019. Research method with Quasy Experimental
Design, using one group pretest-posttest design. The sample is 13 respondents who suffer from
Diabetes Mellitus in the Work Area of Rasimah Ahmad Health Center in Bukittinggi 2019 with a
sampling technique that is simple random sampling. Data is processed using the Paired T-Test.
Univariate analysis of the average value of foot sensitivity before the Buerger Allen exercise was 4.9
and the mean value of foot sensitivity after the Buerger Allen exercise was 7.54. Based on the
characteristics of the respondents obtained the highest age> 45 years (84.6%), and the highest sex
(92.3%) were female. Bivariate results showed there was a Buerger Allen exercise on foot sensitivity
with the average difference before and after the Buerger Allen exercise was -2.846 with P-Value
0.000 (<0.05). It was concluded that there was an effect of Buerger Allen exercises on foot
sensitivity. It is expected that people with diabetes mellitus can use the Buerger Allen exercise to
increase the sensitivity of the feet to avoid complications from Diabetes Mellitus.

Keywords : Buerger allen exercise, diabetes mellitus, foot sensitivity

PENDAHULUAN normal pada pagi hari setelah malam


Diabetes mellitus ( DM ) adalah susru sebelumnya berpuasa adalah 70 – 100 mg/dl.
penyakit dimana kadar glukosa darah (gula Kadar gula darah biasanya kurang dari 120 –
sederhana) didalam darah tinggi karena tubuh 140 mg/dl pada 2 jam setelah makan atau
tidak dapat melepaskan atau menggunakan minum cairan yang mengandung gula maupun
insulin secara adekuat. Kadar gula darah yang

111
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

karbohidrat lainnya (Suryati, Primal, and diabetes yang dapat menyebabkan infeksi dan
Pordiati 2019) kelainan bentuk kaki sampai dengan amputasi
Kepatuhan yang buruk terhadap standar anggota tubuh (Kawasaki et al. 2013) .Faktor
perawatan diabetes merupakan penyebab utama utama yang berperan terhadap timbulnya ulkus
berkembangnya penyakit ke arah komplikasi, diabetikum adalah angiopati, neuropati dan
baik terhadap diri sendiri, sosial, dan infeksi. Adanya neuropati perifer akan
pembiayaan (Suyono et al. 2006) menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi
International Diabetes Federation (IDF nyeri pada kaki, sehingga kaki akan mengalami
2015), menyatakan prevalensi DM di dunia trauma tanpa adanya rasa yang mengakibatkan
tahun 2015 mencapai 7,3 milyar orang dan terjadinya ulkus pada kaki. Hilangnya sensasi
diprediksi akan meningkat tahun 2040 menjadi atau penurunan sensitivitas kaki adalah salah
9 milyar orang. IDF menyebutkan bahwa satu dari faktor utama yeng beresiko
Indonesia saat ini berada pada posisi 7 dengan menyebabkan terjadinya ulkus, akan tetapi juga
DM di dunia, dengan jumlah sebanyak 10 juta terdapat beberapa faktor lain seperti keadaan
jiwa dan diprediksi akan meningkat ke posisi 6 hiperglikemia yang kurang terkontorol, usia
pada tahun 2040 dengan jumlah 16,2 juta jiwa yang sudah lebih dari 40 tahun, pasien yang
yang berpotensi akan komplikasi Luka Kaki memiliki riwayat ulkus atau amputasi,
Diabetik (LKD). Sedangkan Cancellierem penurunan denyut nadi perifer, riwayat
(2016), menyebutkan diabetik neuropati merokok (Smeltzer 2007). Menurut (Chadwick
mempengaruhi hampir 50% dan meningkatkan et al. 2014). Penyebab dari neuropati adalah
morbiditas LKD, amputasi dan kematian lebih aliran mikrosirkulasi yang melibatkan arteri,
cepat sampai 85%. arteriol, kapiler, dan venula post kapiler.
Hasil dari Riskesdas tahun 2018, Buerger Allen exercise adalah salah satu
prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk bentuk gerakan aktif pada area plantar yang
umur  15 tahun di Indonesia dari tahun 2013 menerapkan gaya gravitasi oleh karena itu
hingga 2018 mengalami peningkatan yang setiap tahapan gerakan harus dilakukan dengan
cukup signifikan yaitu dari 1,5% menjadi 2,0%. teratur (Chang et al. 2015). Gerakan yang baik
Sumatera barat sendiri berada pada posisi ke 17 dan teratur akan dapat membantu
yang juga mengalami peningkatan prevalensi meningkatkan aliran darah arteri dan vena
terjadinya DM yaitu dari 1,3% menjadi 1,6%. dengan cara pembukaan pembuluh darah kecil
Riskesdas 2018 menyimpulkan bahwa trend di otot (kapiler), gerakan dari buerger allen ini
Penyakit Tidak Menular (PTM) (DM, dapat meningkatkan vaskularisasi pembuluh
hipertensi, obesitas) naik dibandingkan darah sehingga akan dapat meningkatkan
Riskesdas pada tahun 2013 (Kemenkes RI sediaan darah dalam jaringan (Salindeho,
2018). Mulyadi, and Rottie 2016). Buerger Allen
Di Bukittinggi khususnya di wilayah kerja exercise memiliki kelebihan yaitu dapat
Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi pada dilakukan sendri, tidak harus berkelompok,
tahun 2017 jumlah kunjungan penderita DM waktu yang dibutuhkan tidak lama, latihannya
sebanyak 355 kunjungan. Di tahun 2018 mudah dilakukan. Tujuan penelitian ini
sebanyak 445 kunjungan dan pada tahun 2019 dilakukan adalah untuk diketahui Pengaruh
(Januari-Maret) sebanyak 92 kunjungan. Buerger Allen Exercise terhadap Sensitivitas
Dengan rata-rata kunjungan 37 orang Kaki pada Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah
perbulanya. (Register Puskesmas Rasimah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Ahmad Bukittinggi, 2019). Melihat data-data Bukittinggi Tahun 2019.
tersebut menunjukan terjadinya peningkatan
penderita Diabetes Mellitus setiap tahun. METODE PENELITIAN
Perubahan gaya hidup yang tidak sehat Jenis penelitian yang dilakukan adalah
seperti makanan yang berlebih (berlemak dan Quasy Experimental Designs dengan
kurang serat) dapat meningkatkan kadar gula pendekatan one group pretest-posttest design,
darah, sehingga kaki mengalami kesemutan Rancangan ini tidak ada kelompok
atau rasa baal yang akan mengakibatkan pembanding (kontrol), tetapi, paling tidak
terjadinya neuropati dan sensitivitas terhadap sudah dilakukan observasi pertama (pretest)
kaki menurun (Jannaim, Dharmajaya, and yang memungkinkan menguji perubahan-
Asrizal 2018). Salah satu komplikasi yang perubahan yang terjadi setelah adanya
berbahaya dari penyakit DM adalah luka kaki eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di

112
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Tabel 2. Distribusi Frekuensi responden


Kota Bukittinggi. Pada bulan Juni-Juli tahun berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja
2019. Pada penelitian ini yang menjadi Puskesmas Rasimah AhmadKota
populasi adalah pasien diabetes mellitus yang Bukittinggi
terdaftar di wilayah kerja Puskesmas Rasimah
Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2018 sebanyak Jenis Kelamin F %
445 kunjungan dengan rata-rata kunjungan
perbulan sebanyak 37 orang . Pengambilan Laki-Laki 1 7.7
sampel dalam penelitian ini menggunakan Perempuan 12 92.3
teknik simple random sampling. Teknik simple
Total 13 100.0
random sampling. Besar sampel ditentukan
berdasarkan rumus sehingga didapatkan besar
sampel sebanyak 13 orang. Data diolah dengan Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa
menggunakan uji Paired T-Test. jenis kelamin penderita diabetes mellitus
sebagian besar berjenis kelamin perempuan
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu sebanyak 12 orang (92%). karakteristik
Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di responden berdasarkan jenis kelamin
Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad didapatkan responden yang berjenis kelamin
Kota Bukittinggi dapatdilihat pada tabel 1. perempuan lebih banyak menderita diabetes
mellitus dibandingkan dengan responden laki-
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia di laki . untuk perempuan berjumlah 12 orang
Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad (92,3%), sedangkan yang berjenis kelamin laki-
Kota Bukittinggi laki berjumlah 1 orang (7,3%). Hasil penelitian
ini didukung oleh pendapat dari Lueckenotte
(2004) yang mengatakan bahwa wanita lebih
Usia F %
beresiko mengalami penurunan sensitivitas
>45 tahun 11 84.6 kaki, hal ini disebabkan oleh penurunan
45 tahun hormone esterogen akibat menopause.
2 15.4
Esterogen pada dasarnya berfungsi untuk
Total 13 100 menjaga keseimbangan kadar gula darah dan
meningkatkan penyimpanan lemak, serta
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa progesterone yang berfungsi untuk
frekuensi usia penderita diabetes mellitus menormalkan kadar gula darah dan membantu
sebagian besar adalah >45 tahun, yaitu menggunakan lemak sebagai energi. Distribusi
sebanyak 11 orang (84,6%). Menurut Frekuensi responden berdasarkan indeks masa
Damayanti (2015) faktor resiko penyandang tubuh di wilayah kerja Puskesmas Rasimah
DM tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun, hal ini Ahmad Kota Bukittinggi Juni 2019 dapat
terjadi karena adanya penurunan anatomis, dilihat pada tabel 3
fisiologis dan biokimia tubuhUmumnya
penderita diabetes mellitus terjadi pada usia Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden
>45 tahun. Pada usia ini mulai terjadi proses berdasarkan indeks masa tubuh di wilayah
yang di sebut dengan penuaan yang kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
menyebabkan kemampuan sel beta pankreas Bukittinggi Juni 2019
dalam memproduksi insulin berkurang
sehingga terjadi intoleransi kadar glukosa. Hal IMT F %
ini berhubungan dengan terjadinya penurunan
Normal 11 84,6
sensitivitas kaki penderita (Wilson 2002).
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Obesitas 2 15,4
jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Total 13 100.0
Rasimah AhmadKota Bukittinggi dapat dilihat
pada tabel 2. Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa
frekuensi IMT sebagian besar adalah normal
yaitu 11 orang (84,6%). hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Isnaini (2018)
tentang faktor resiko yang mempengaruhi

113
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

kejadian diabetes. yang menyatakan ada menunjukan hiperinsulinemia yang dapat


hubungan antara IMT dengan kejadian DM tipe menyebabkan aterosklerosis yang berdampak
2. Pada obesitas dengan index masa tubuh  23 pada vaskulopati, sehingga terjadi gangguan
kg/m (wanita) dan index masa tubuh  25 sirkulasi darah sedang/besar yang akan dapat
kg/m2 (pria) atau berat badan yang berlebih menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam
akan sering terjadi resistensi insulin. Apabila darah dan menurunya sensitivitas kaki.
kadar insulin melebihi 10 U/ml, keadaan ini

Tabel 4. Rerata sensitivitas kaki sebelum dan sesudah dilakukan Buerger Allen exercise
di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi

Minimal-
No Variabel Mean SD 95% CI
Maksimal
Sensitivitas Kaki sebelum
1 4,69 0,947 3-6 4,12- 5,26
Buerger Allen exercise

Sensitivitas Kaki setelah


2 7,54 1,127 6-9 6,86-8,22
Buerger Allen exercise

Brdasarkan tabel diatas Didapatkan bahwa meningkat menjadi 8. Teori ini ditunjang dari
rata-rata sensitivitas kaki sebelum dilakukan teori (Nasution 2010) yang menyatakan bahwa
Buerger Allen exercise sebesar 4,69 dengan SD latihan pada kaki dapat membantu
= 0,947. Nilai sensitivitas kaki terendah adalah memperbaiki otot-otot kecil kaki pada pasien
3 dan nilai tertinggi adalah 6. Sedangkan untuk diabetes dengan neuropati. Selain itu juga dapat
rata-rata sensitivitas kaki setelah dilakukan memperkuat otot betis dan paha, mengatasi
Buerger Allen exercise adalah 7,54 dengan SD keterbatasan gerak sendi dan mencegah
1,127. Nilai sensitivitas kaki terendah setelah di terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah
lakukan Buerger Allen exercise adalah 6 dan insulin pada penderita diabetes mellitus dapat
nilai tertinggi adalah 9. mengakibatkan kadar gula dalam darah
Sensitivitas Kaki Sebelum dan Sesudah meningkat. Hal ini dapat menyebabkan
Diberikan Buerger Allen Exercise Pada Pasien rusaknya pembuluh darah, saraf, dan struktur
Diabetes Mellitus internal lainya, sehingga pasokan darah ke kaki
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap menjadi terhambat. Akibatnya pasisen diabetes
13 responden sebelum diberikan Buerger Allen akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada
exercise dengan skor rata-rata sensitivitas kaki kakinya. Jadi dengan adanya latihan kaki
4,69 skor nilai tengah sensitivitas kaki 5, skor berupa Buerger Allen exercise pada pasien
sensitivitas kaki yang sering muncul 4. Hal ini diabetes mellitus akan dapat meningkatkan
dikarenakan sebagian besar usia >45 tahun suplai aliran darah ke kaki sehingga mejadikan
(84,6%) yaitu 11 responden yang mulai terjadi perubahan sensitivitas kaki semakin meningkat.
peningkatan intoleransi kadar glukosa. Teori ini Dari uraian diatas peneliti berpendapat
ditunjang dari teori Sunjaya (2009) yang bahwa, usia merupakan faktor dari penyebab
mengungkapkan bahwa diabetes mellitus terjadinya penurunan sensitivitas kaki yaitu
berdasarkan umur, khususnya pada usia lebih dimana seserorang memasuki usia >45 tahun.
dari 40 tahun. Karena pada usia tersebut mulai Faktor lain yang dapat mempengaruhi
terjadinya intoleransi glukosa yang akan sensitivitas kaki yaitu kadar gula darah karena
mengakibatkan sensitivitas kaki menurun. salah satu penyebab terjadinya penurunan
Sedangkan sesudah diberikan Buerger sensitivitas kaki yaitu terjadinya intoleransi
Allen exercise skor sensitivitas kaki rata-rata kadar glukosa dalam darah yang tinggi.
4,69 meningkat menjadi 7,54 skor nilai tengah Sedangkan untuk penelitian ini jenis kelamin
sensitivitas kaki adalah 5 meningkat menjadi 8, terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan
skor sensitivitas kaki yang terbanyak 4

114
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

Tabel 5. Perbedaan rerata sensitivitas kaki sebelum dan sesudah dilakukanya Buerger Allen
exercise pada pasien diabetes mellitus di Wilayah Kerja
Puskesma Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi

Std.
Std. P
Variabel Mean N Error
Deviation value
Mean
Sensitivitas kaki sebelum dilakukan 4,69 13 .947 .263
Buerger Allen exercise
Sensitivitas kaki setelah dilakukan 7,54 13 1.127 .312
Buerger Allen exercise 0,000

Selisih Sensitivitas kaki sebelum dan -2,846 13 .801 .222


setelah dilakukan Buerger Allen
exercise

Dari tabel diatas didapatkan bahwa rata- sendi atau peregangan ke segala arah, selain itu
rata sensitivitas kaki sebelum dilakukanya juga dapat meningkatkan alliran darah ke
Buerger Allen exercise sebesar 4,69 dan setelah ekstremitas bawah sehingga mampu mencegah
dilakukanya Buerger Allen exercise didapatkan penyakit arteri perifer pada penderita diabetes
rata-rata nilai sensitivitas kaki menjadi 7,54 mellitus. Aktivitas fisik juga dapat
dengan standar deviasi 1.127 sehingga meningkatkan kepekaan reseptor insulin pada
dilakukan uji T- test Dependen (paired) maka otot-otot yang aktif, sehingga meningkatkan
selisih rata-rata sensitivitas kaki sebesar -2,846 pemakaian glukosa dalam sel (Turan 2015).
dengan standar deviasi 0.801 dan standar eror Hasil penelitian dari (Priyanto, Sahar, and
mean sebesar 0.222 dengan p-value 0,000. Widyatuti 2017) menunjukan bahwa hasil
Artinya ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah dan senstivitas kaki jauh lebih
sensitivitas kaki sebelum dan sesudah baik setelah diberikan senam kaki.
pemberian Buerger Allen exercise. Kesimpulan Penelitian ini diperkuat oleh (Chang et al.
dari uji statistik diatas adalah adanya pengaruh 2016) menemukan bahwa Buerger Allen
Buerger Allen exercise terhadap sensitivitas exercise memiliki dampak yang positif
kaki pada penderita diabetes mellitus di terhadap sirkulasi, memperbaiki aliran darah,
Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad meningkatkan kemampuan berjalan,
Kota Bukittinggi. Hasil penelitian ini sejalan mengurangi nekrosis, mencegah emboli, nyeri,
dengan penelitian dari (Endriyanto, Hasneli, dan sianosis pada pembulu darah.
and Dewi 2012) yang menyatakan aktifitas fisik Menurut asumsi peneliti peningkatan nilai
mampu meningkatkan sensitivitas kaki seperti sensitivitas kaki yang terjadi pada responden
senam kaki diabetes mellitus. Karena dapat membuktikan bahwa Buerger Allen exercise
melancarkan aliran darah , memperkuat otot- berpengaruh terhadap tingkat sensitivitas kaki
otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk pada penderita diabetes mellitus. Meningkatnya
kaki, mengatasi keterbatasan gerak sendi, dan sensitivitas kaki disebabkan karena keterturan
meningkatkan kebugaran klien diabetes responden mengikuti Buerger Allen exercise
mellitus. Oleh karena itu melakukan Buerger dan juga melaksanakannya secara baik dan
Allen exercise dapat membantu untuk benar. Ketika seseorang melakukan Buerger
meningkatkan sensitivitas kaki pada penderita Allen exercise akan membuat otot-otot kaki
diabetes mellitus. berkontraksi, sehingga meningkatkan
Dibutuhkan penatalaksanaan yang baik metabolisme pada otot. Hal inilah yang akan
untuk menurunkan terjadinya komplikasi mengakibatkan melebarnya pembuluh darah
diabetes mellitus. Salah satunya dengan cara pada daerah kaki, sehingga peredaran darah
melakukan olahraga ataupun aktivitas fisik menjadi lancar dan penggunaan glukosa dalam
yang mampu meningkatkan pemakaian glukosa proses metabolisme meningkat dan
oleh otot-otot aktif sehingga dapat menurunkan menyebabkan sensitivitas kaki juga akan
kadar glukosa dalam darah (Putra and Berawi meningkat.
2015). Aktifitas fisik melibatkan berbagai gerak

115
Prosiding Seminar Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256
Vol. 2 No. 1 Tahun 2019

KESIMPULAN Nasution, Juliani. 2010. “Pengaruh Senam Kaki


Hasil uji statistic T-test dependen (paired t Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah
test) dengan p value 0,000 <0,05 Maka ada Kaki Pada Pasien Penderita Diabetes
pengaruh yang signifikan antara Buerger Allen Melitus Di RSUP H.A.M. Medan.”
exercise terhadap sensitivitas kaki pada pasien University of Sumatera Utara Institutional
diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Repository (USU-IR).
Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Nursalam. 2015. “Metodelogi Penelitian
Keperawatan.” Pendekatan
REFERENSI Praktis.Jakarta: Salemba Medika.
Chadwick, Paul, Michael Edmonds, Joanne Priyanto, Sigit, Junaiti Sahar, and Widyatuti.
MsCardle, David Armstrong, Jan 2017. “Pengaruh Senam Kaki Terhadap
Apelqvist, Mariam Botros, Giacomo Sensitivitas Kaki Dan Kadar Gula Darah
Clerici, Jill Cundell, Solange Ehrler, Pada Aggregat Lansia Diabetes.”
Michael Hummel, Benjamin A. Lipsky, Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa
Jose Luis Lazaro Martinez, Rosalyn Tengah.
Thomas, and Susan Tulley. 2014. “Best Putra, I. Wayan Ardana and Khairun Nisa
Practice Guidelines: Wound Management Berawi. 2015. “Empat Pilar
in Diabetic Foot Ulcers.” Wounds Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus
International. Tipe 2.” Majority.
Chang, Chang Cheng, Men Yen Chen, Jen Salindeho, Anggelin, Mulyadi, and Julia Rottie.
Hsiang Shen, Yen Bin Lin, Wen Wei Hsu, 2016. “Pengaruh Senam Diabetes Melitus
and Bor Shyh Lin. 2016. “A Quantitative Terhadap Kadar Gula Darah Penderita
Real-Time Assessment of Buerger Diabetes Melitus Tipe 2 Di Sanggar
Exercise on Dorsal Foot Peripheral Skin Senam Persadia Kabupaten Gorontalo.”
Circulation in Patients with Diabetes Ejournal Keperawatan.
Foot.” Medicine (United States). Smeltzer, Suzanne C. 2007. “Buku Ajar
Chang, Chyong Fang, Chang Cheng Chang, Su Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Lun Hwang, and Mei Yen Chen. 2015. Suddart.” in Volume 3.
“Effects of Buerger Exercise Combined Sugiyono. 2013. “Metode Penelitian
Health-Promoting Program on Peripheral Pendidikan Pendekatan Kuantitaif,
Neurovasculopathy Among Community Kualitatif, Dan R&D.” Metode Penelitian
Residents at High Risk for Diabetic Foot Pendidikan Pendekatan Kuantitaif,
Ulceration.” Worldviews on Evidence- Kualitatif, Dan R&D.
Based Nursing. Suryati, Ida, Def Primal, and Darsis Pordiati.
Endriyanto, E., Yesi Hasneli, and Y. I. Dewi. 2019. “P-ISSN : 2355-9853 Hubungan
2012. “Efektivitas Senam Kaki Diabetes Tingkat Pengetahuan Dan Lama Menderita
Melitus Dengan Koran Terhadap Tingkat Diabetes Mellitus ( Dm ) Dengan Kejadian
Sensitivitas Kaki Pada Pasien DM Tipe 2.” Ulkus Diabetikum Pada Pasien Dm Tipe 2
Universitas Riau 1–11. P-Issn : 2355-9853.” 6:1–8.
IDF. 2015. “IDF Diabetes Atlas 2015.” Suyono, S., AW Sudoyo, B. Setyohadi, I. Alwi,
International Diabetes Federation. and M. Simadibrata. 2006. “Diabetes
Jannaim, Jannaim, Ridha Dharmajaya, and Melitus Di Indonesia.” in Buku Ajar Ilmu
Asrizal Asrizal. 2018. “Pengaruh Buerger Penyakit Dalam.
Allen Exercise Terhadap Sirkulasi Turan, Yasemin. 2015. “Does Physical Therapy
Ektremitas Bawah Pada Pasien Luka Kaki and Rehabilitation Improve Outcomes for
Diabetik.” Jurnal Keperawatan Indonesia. Diabetic Foot Ulcers?” World Journal of
Kawasaki, Tota, Tetsuji Uemura, Kiyomi Experimental Medicine.
Matsuo, Kazuyuki Masumoto, Yoshimi Wilson, Lorraine. 2002. “Patofisiologi Konsep
Harada, Takahiro Chuman, and Tomoyuki Klinis Proses Penyakit.” in Patofisiologi
Murata. 2013. “The Effect of Different Konsep Klinis Proses Penyakit.
Positions on Lower Limbs Skin Perfusion
Pressure.” Indian Journal of Plastic
Surgery.
Kemenkes RI. 2018. “Riskesdas 2018.”
Development.

116

Anda mungkin juga menyukai