UNIVERSITAS MATARAM
MARET 2012
HIBAH KOMPETENSI
Mengetahui,
Ketua Lembaga Penelitian Ketua Peneliti,
Universitas Mataram
Mengetahui
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Melalui UU No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah serta UU No.25
Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah daerah dan pemerintah
pusat yang kemudian disempurnakan dengan UU No.32 dan UU No.33 Tahun 2004,
daerah diberikan hak dan kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
mengembangkan ekonomi sesuai dengan kekhasan lokal yang dimilikinya. Melalui
otonomi daerah, pemerintah daerah dapat lebih leluasa menggali potensi-potensi
penerimaan pajak dan retribusi daerah dan mengundangkannya melalui penerbitan
Peraturan Daerah (Perda). Sayangnya, beberapa perda tentang pajak dan retribusi
daerah justru dianggap memberatkan bagi pembayarnya bahkan berdampak kurang
kondusif bagi perekonomian daerah. Akibatnya, banyak wajib pajak daerah yang
masih melakukan penghindaran pajak. Sementara untuk retribusi, tidak ada pilihan
lain selain membayar pungutan retribusi jika ingin memperoleh pelayanan yang terkait
dengan retribusi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara awal dengan beberapa wajib pajak daerah di
Kabupaten Lombok Barat, salah satu penyebab penghindaran pajak daerah adalah
persepsi wajib pajak yang menganggap bahwa membayar pajak tidak memberikan
manfaat apapun. Dari segi tarif, beberapa peraturan pajak dan retribusi daerah juga
dianggap memberatkan dari persepsi wajib pajak dan pembayar retribusi. Dengan
demikian, kajian mengenai pemetaan peraturan pusat dan daerah terkait pajak dan
retribusi daerah yang memberatkan pembayarnya dan menghambat pertumbuhan
ekonomi daerah perlu dilakukan.Selain itu Kabupaten Lombok Barat juga belum
memiliki perda terkait Standard Operational Procedure (SOP) untuk pemeriksaan
pajak dan retribusi daerah. Dengan demikian, diperlukan kajian lebih mendalam pula
untuk membuat SOP terkait pemeriksaan pajak dan retribusi daerah.
Deskriptif In-Depth
Interview Ordinal
FGD
Untuk output, berikut adalah bagan output yang akan dihasilkan tiap tahun selama
periode penelitian:
Membuat
dan daerah terkait pajak daerah di Kab.Lombok Barat,usulan Standard Operational
yang memberatkan Procedurepertumbuhan
dan menghambat (SOP) pemeriksaan pajak
ekonomi dan retribusi daerah Kabupa
daerah
Membuat
dan daerah terkait pajak daerah yang berlaku modul dan
di Kab. Lombok buku ajar pemeriksaan pajak dan retribusi daerah
Barat.
8. Pustaka Acuan
Pajak daerah merupakan kontribusi wajib pajak (baik orang pribadi maupun badan)
kepada daerah yang bersifat memaksa tanpa adanya imbalan secara langsung. Berbeda
dengan pajak, retribusi merupakan kontribusi kepada daerah dengan adanya imbalan atau
kontraprestasi secara langsung bagi pembayar retribusi. Melalui otonomi daerah,
pemerintah daerah dapat lebih leluasa menggali potensi-potensi penerimaan pajak dan
retribusi daerah dan mengundangkannya melalui penerbitan Peraturan Daerah (Perda).
Konsep otonomi daerah sendiri menghendaki perda dan pelaksanaannya menciptakan
iklim usaha yang kondusif yang menarik minat para penanam modal, menciptakan
lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan. Pada kenyataannya, pemerintah daerah justru
kadangkala membuat peraturan-peraturan yang memberatkan wajib pajak maupun
pembayar retribusi, baik dari segi tarif maupun dari segi obyek pajak ataupun retribusi
yang dipungut. Tidak hanya peraturan daerah, peraturan pusat juga seringkali dianggap
memberatkan dari segi subyek atau pembayarnya. Penelitian ini bertujuan membuat
pemetaan tentang peraturan pajak dan retribusi daerah, baik peraturan pusat maupun
daerah, yang dianggap memberatkan bagi wajib pajak dan pembayar retribusi, serta
mengakibatkan perekonomian daerah terhambat.
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Lombok Barat. Di Kabupaten Lombok Barat,
payung utama peraturan pajak daerah adalah UU No.28 Tahun 2009, Perda No.1 Tahun
2011, dan Perda Kabupaten Lombok Barat No.2 Tahun 2011 yang diturunkan menjadi
banyak perda pajak daerah, sementara Perda Retribusi Daerah diatur melalui UU No.28
Tahun 2009 yang diturunkan kembali menjadi banyak perda retribusi daerah. Kabupaten
Lombok Barat sendiri diambil sebagai lokasi penelitian karena sepengetahuan peneliti,
kabupaten ini belum pernah dijadikan sebagai lokasi penelitian untuk pemetaan peraturan
pajak dan retribusi daerah. Kabupaten ini juga sebenarnya menunjukkan keunggulan dalam
lingkungan usaha dan akses ke permodalan, namun relatif lemah dalam lingkungan
peraturan. Selain itu, kabupaten ini belum memiliki Standard Operational Procedure
(SOP) terkait pemeriksaan pajak dan retribusi daerah, yang diundangkan menjadi peraturan
daerah
Berikut adalah matriks penelitian terdahulu terkait pemetaan peraturan pajak dan
retribusi daerah, serta pemeriksaan pajak dan retribusi daerah:
Tabel 2. Matriks Penelitian Terdahulu
Metode
Peneliti Lokasi Objek Pengumpulan Hasil Penelitian
Data
Bank Indonesia Jawa Tengah Perda Pajak dan Interview/FGD a. Berkaitan dengan kriteria ”kesesuaian dengan
Semarang dan LSKE dengan sampel 5 Retribusi Daerah dengan Pemprov, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”:
Fakultas Ekonomi kabupaten/kota yang menghambat Pemda/Pemkot - Banyak perda pajak dan retribusi daerah yang
UNDIP Semarang yang memiliki pertumbuhan dan Kadid tidak disebutkan secara eksplisit dalam
(2005) rata-rata ekonomi di Jawa Propinsi/Kota perundang-undangan di atasnya. Beberapa
pertumbuhan Tengah perda juga belum mengacu pada peraturan
ekonomi perundang-undangan terbaru.
tertinggi dan - Dalam beberapa perda ditemukan
terendah selama ketidaksesuaian prinsip dan sasaran retribusi,
2001-2004 terutama retribusi perijinan tertentu.
b. Berkaitan dengan kriteria ”efek terhadap lalu lintas
barang dan jasa, tidak ada permasalahan yang
menyebabkan hambatan terhadap distribusi barang
akibat perda-perda yang dikaji.
c. Berkaitan dengan kriteria”pungutan berganda
dengan pajak pusat dan pajak daerah lainnya”:
- Pengusaha menanggung beban berlipat-lipat
sebagai subjek pajak, karena retribusi, pajak,
maupun pungutan lainnya umumnya ditarik
dalam waktu bersamaan
- Terdapat perda-perda retribusi yang tumpang
tindih
d. Berkaitan dengan kriteria ”besaran tarif”, terdapat
perda-perda yang dasar penentuan pungutannya
tidak jelas. Misalnya, dalam penentuan tarif izin
usaha yang didasarkan atas besarnya skala
usaha.
a. Penelitian ini tidak hanya akan menggali peraturan pajak dan retribusi daerah
yang menghambat pertumbuhan ekonomi daerah dan memberatkan dari persepsi
wajib pajak dan pembayar retribusi kalangan pelaku usaha, tapi juga dari
masyarakat umum yang menjadi wajib pajak daerah maupun pembayar retribusi
terkait.
b. Penelitian ini akan menghasilkan usulan revisi tidak hanya bagi peraturan daerah
yang terkait pajak dan retribusi daerah, tapi juga bagi peraturan pusat ataupun
peraturan lain yang menaunginya.
Dalam penelitian ini, analisis peraturan akan dilakukan menurut kriteria yang
dikembangkan dari penelitian Bank Indonesia Semarang bekerjasama dengan LSKE
Fakultas Ekonomi UNDIP Semarang (2005) dan berdasarkan kriteria dari laporan
CAPPLER Project yang dilakukan oleh Tim Direktorat Fasilitasi Perancangan
Peraturan Daerah, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI bekerjasama dengan UNDP (2008). Berikut
kriteria yang akan digunakan:
a. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan
pajak dan retribusi daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan di atasnya
yang lebih tinggi. Selain itu, peraturan pajak dan retribusi daerah juga harus
mengikuti perkembangan. Jika peraturan yang menaunginya mengalami
perubahan atau dihapuskan, maka peraturan pajak dan retribusi daerah terkait
juga harus direvisi atau dihapuskan.
b. Mempertimbangkan akibat terhadap lalu lintas distribusi barang dan jasa baik
yang bersifat tarif maupun non tarif. Beberapa perda yang dibuat oleh
pemerintah daerah ternyata dianggap menghambat kelancaran lalu lintas
manusia dan barang/jasa antar daerah karena banyaknya pungutan akan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Pungutan umumnya terjadi atas pengiriman
Bank Indonesia Semarang dan LSKE Fakultas Ekonomi UNDIP Semarang. 2005.
Pemetaan Peraturan Daerah dan Potensi Dampaknya Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Tengah. Semarang: Bank Indonesia.
Biro kredit Bank Indonesia, PT.CESS (Center for Economic and Social Studies),
Universitas HKBP Nomensen,Universitas Islam Bandung, Universitas
Airlangga, dan Universitas Mataram. 2007. Kajian Identifikasi Peraturan
Pusat dan Peraturan Daerah dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Jakarta: Biro Kredit Bank Indonesia.
Kementerian Dalam Negeri. 2007. Keputusan Menteri Dalam Negeri Tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah. Jakarta: Kementerian Dalam
Negeri.
Mastuti, Eny Restu. Prosedur Pemeriksaan Pajak yang Dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Terhadap Wajib Pajak Hotel di
Surakarta. digilib.uns.ac.id. Download 15 Maret 2012.
Mawardi, Sulton, Deswanto Marbun, dan Palmira P.Bachtiar. 2010. Iklim Usaha di
Kota Kupang: Kajian Kondisi Perekonomian dan Regulasi Usaha. Jakarta:
Lembaga Penelitian Smeru.
Mawardi, Sulton. 2009. Pemetaan Peraturan Daerah yang Berkaitan dengan Iklim
Usaha. Jakarta: Lembaga Penelitian Smeru.
Tim Direktorat Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan UNDP. 2008. Panduan
Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI bekerjasama dengan UNDP.