Anda di halaman 1dari 20

p 2

Usul Penelitian Kompetensi

PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH:


PEMETAAN PERATURAN YANG MEMBERATKAN DAN
PENYUSUNAN STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) PEMERIKSAAN

Dr. Prayitno Basuki, MA (0004066208)

Wirawan Suhaedi, SE, M.Ak. (0018107710)

Baiq Rosyida Dwi Astuti, SE.,M.Sc.,Ak. (0016038202)

Intan Rakhmawati, M.Ak. (0005048502)

UNIVERSITAS MATARAM

MARET 2012
HIBAH KOMPETENSI

1. Judul Penelitian : Pajak dan Retribusi Daerah: Pemetaan Peraturan


yang Memberatkan dan Penyusunan Standard
Operational Procedure (SOP) Pemeriksaan
2. Nama Ketua Peneliti : Dr. Prayitno Basuki, MA
3. NIP/NIK 19620604198703 1001
4. NIDN 0004066208
5. Fakultas : Ekonomi
6. Perguruan Tinggi : Universitas Mataram
7. Alamat : Jl. Majapahit. 62 Mataram
8. No.Telepon/Faks : 0818361485/(0370) 631802
9. E-mail : prayitno_b@yahoo.com
10. Lama Penelitian
keseluruhan : 2 Tahun
11. Pembiayaan
a. Biaya Tahun 1 : Rp 50.000.000
b. Biaya Tahun 2 : Rp 50.000.000
c. Biaya dari sumber lain : Rp -

Mataram, 21 Maret 2012

Mengetahui,
Ketua Lembaga Penelitian Ketua Peneliti,
Universitas Mataram

Ir. H. AMIRUDDIN, M.Si Dr. PRAYITNO BASUKI, MA


NIP. 196212311987031024 NIP. 196206041987031001

Mengetahui

Pimpinan Perguruan Tinggi,

Prof. Ir. SUNARPI, Ph.D


NIP. 196208041986091001

Citra Mentari – A1C020047 ii


Judul: PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH : PEMETAAN PERATURAN YANG
MEMBERATKAN DAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATIONAL
PROCEDURE (SOP) PEMERIKSAAN

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Melalui UU No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah serta UU No.25
Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah daerah dan pemerintah
pusat yang kemudian disempurnakan dengan UU No.32 dan UU No.33 Tahun 2004,
daerah diberikan hak dan kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan
mengembangkan ekonomi sesuai dengan kekhasan lokal yang dimilikinya. Melalui
otonomi daerah, pemerintah daerah dapat lebih leluasa menggali potensi-potensi
penerimaan pajak dan retribusi daerah dan mengundangkannya melalui penerbitan
Peraturan Daerah (Perda). Sayangnya, beberapa perda tentang pajak dan retribusi
daerah justru dianggap memberatkan bagi pembayarnya bahkan berdampak kurang
kondusif bagi perekonomian daerah. Akibatnya, banyak wajib pajak daerah yang
masih melakukan penghindaran pajak. Sementara untuk retribusi, tidak ada pilihan
lain selain membayar pungutan retribusi jika ingin memperoleh pelayanan yang terkait
dengan retribusi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara awal dengan beberapa wajib pajak daerah di
Kabupaten Lombok Barat, salah satu penyebab penghindaran pajak daerah adalah
persepsi wajib pajak yang menganggap bahwa membayar pajak tidak memberikan
manfaat apapun. Dari segi tarif, beberapa peraturan pajak dan retribusi daerah juga
dianggap memberatkan dari persepsi wajib pajak dan pembayar retribusi. Dengan
demikian, kajian mengenai pemetaan peraturan pusat dan daerah terkait pajak dan
retribusi daerah yang memberatkan pembayarnya dan menghambat pertumbuhan
ekonomi daerah perlu dilakukan.Selain itu Kabupaten Lombok Barat juga belum
memiliki perda terkait Standard Operational Procedure (SOP) untuk pemeriksaan
pajak dan retribusi daerah. Dengan demikian, diperlukan kajian lebih mendalam pula
untuk membuat SOP terkait pemeriksaan pajak dan retribusi daerah.

Citra Mentari – A1C020047 Page 1


1.2. Roadmap

Tabel 1. Roadmap Penelitian


Aktivitas Tahun Peluang Riset
Pemetaan 1. Analisis tekstual (analisis konten) dan analisis 2014 1. Riset pemetaan peraturan pusat dan daerah
peraturan kontekstual (melalui in-depth interview dan FGD) atas terkait pajak daerah yang memberatkan
pajak daerah peraturan pusat dan daerah terkait pajak daerah yang wajib pajak dan menghambat pertumbuhan
yang memberatkan wajib pajak dan menghambat pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Lombok
bermasalah ekonomi daerah di Kabupaten Lombok Barat. Barat.
2. Usulan revisi peraturan pusat dan daerah terkait pajak 2. Usulan revisi peraturan pusat dan daerah
daerah di Kabupaten Lombok Barat. terkait pajak daerah di Kabupaten Lombok
Barat.
Penyusunan 1. Analisis tekstual (analisis konten) dan analisis 2015 1. Analisis prosedur pemeriksaan pajak daerah
peraturan kontekstual (melalui in-depth interview dan FGD) dalam dan retribusi daerah di Kabupaten Lombok
pemeriksaan rangka penyusunan Standard Operational Procedure Barat dalam rangka penyusunan Standard
pajak dan (SOP) Pemeriksaan Pajak dan Retribusi Daerah. Operational Procedure (SOP) Pemeriksaan
retribusi 2. Penyusunan Standard Operational Procedure (SOP) Pajak dan Retribusi Daerah.
daerah Pemeriksaan Pajak dan Retribusi Daerah. 2. Penyusunan Standard Operational
Procedure (SOP) Pemeriksaan Pajak dan
Retribusi Daerah.

Citra Mentari – A1C020047 Page 2


1.3. Tujuan Kegiatan
Dari penelitian ini, pengusul ingin mencapai beberapa tujuan, yaitu:
Tahun 1:
a. Mengetahui peraturan pusat dan daerah terkait pajak daerah di Kabupaten
Lombok Barat, yang memberatkan wajib pajak dan menghambat pertumbuhan
ekonomi daerah melalui analisis tekstual (analisis konten) dan analisis
kontekstual (melalui in-depth interview dan FGD) dengan wajib pajak daerah
(terutama pelaku usaha), asosiasi pengusaha, Pemda, dan Kadid
Propinsi/Kabupaten.
b. Membuat usulan revisi peraturan pusat dan daerah terkait pajak daerah yang
berlaku di Kabupaten Lombok Barat.
Tahun 2:
a. Membuat usulan SOP pemeriksaan pajak dan retribusi daerah Kabupaten
Lombok Barat berdasarkan in-depth interview dan FGD dengan Pemda, Kadid,
dan pemeriksa di DPPKD Kabupaten Lombok Barat.
b. Membuat modul dan buku ajar pemeriksaan pajak dan retribusi daerah
Kabupaten Lombok Barat.
1.4. Penerapan Hasil Kegiatan
 Hasil penelitian ini adalah pemetaan peraturan pusat dan daerah terkait pajak
dan retribusi daerah yang dianggap memberatkan pembayarnya dan
menghambat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lombok Barat. Dari
pemetaan ini, akan dihasilkan usulan untuk revisi peraturan-peraturan tersebut.
 Hasil penelitian ini juga akan menghasilkan SOP terkait pemeriksaan pajak dan
retribusi daerah.
 Bentuk dari terapan penelitian ini adalah modul dan buku ajar pemeriksaan
pajak dan retribusi daerah, serta artikel di jurnal nasional.
2. Uraian Kegiatan
Kegiatan yang Telah Dilakukan
a. Pendataan dan penyusunan model penghitungan potensi pajak hotel, restoran, dan
hiburan Kabupaten Lombok Barat (tahun 2013).
b. Studi pendahuluan penggalian persepsi wajib pajak hotel, restoran, dan hiburan,
serta pemungut pajak daerah atas kendala pemungutan pajak daerah (2012 dan
2013).

Citra Mentari – A1C020047 Page 3


c. Pelatihan pemeriksaan pajak daerah bagi pegawai Dinas Pendapatan dan Pengelola
Keuangan Daerah (selanjutnya disingkat DPPKD) Kabupaten Lombok Barat (tahun
2012 dan 2013).

Kegiatan yang Akan Dilakukan (Tahun 1) - Analisis Tekstual dan Kontekstual


Peraturan-Peraturan Pajak Daerah
a. Pada tahun kedua, studi eksplorasi akan dilakukan terhadap peraturan pusat dan
daerah terkait retribusi daerah yang dianggap memberatkan pembayarnya maupun
menghambat pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Lombok Barat. Serupa
dengan analisis peraturan pajak daerah, analisis peraturan retribusi daerah juga akan
dilakukan melalui analisis tekstual melalui analisis konten atau isi tiap peraturan
retribusi daerah. Analisis tekstual juga akan dilengkapi dengan analisis kontekstual
melalui in-depth interview dan FGD untuk menggali retribusi daerah yang
memberatkan menurut persepsi pembayar retribusi (terutama pembayar dari pelaku
usaha) dan asosiasi pengusaha di Kabupaten Lombok Barat.
Serupa kembali dengan analisis pajak daerah, analisis kontekstual juga akan
dilakukan melalui FGD pada Pemda, dan Kadid Propinsi/Kabupaten untuk
mengetahui kendala pemungutan retribusi daerah. Melalui studi ini, dapat dilakukan
pemetaan peraturan retribusi daerah yang memberatkan pembayarnya dan
menghambat pertumbuhan ekonomi daerah.
b. Atas pemetaan peraturan pusat dan daerah terkait retribusi daerah yang
memberatkan dan menghambat pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten
Lombok Barat, pengusul akan membuat usulan untuk revisi peraturan retribusi
daerah. Usulan revisi dapat berupa pengubahan pasal namun jika sangat krusial,
maka usulan juga dapat berupa pembatalan peraturan bersangkutan.
Kegiatan yang Akan Dilakukan (Tahun 2) - Analisis Tekstual dan Kontekstual
Peraturan-Peraturan Pajak Daerah
a. Pada tahun kedua, akan dirumuskan Standard Operational Procedure (SOP) untuk
kegiatan pemeriksaan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Lombok Barat.
Penyusunan SOP akan dilakukan melalui analisis tekstual berdasarkan pengkajian
Kepmendagri No.173 Tahun 2007 dan peraturan daerah pada daerah lain yang
sebelumnya telah membuat peraturan pemeriksaan serupa. Analisis ini akan
dilengkapi dengan analisis kontekstual melalui in-depth interview dan FGD dengan
Pemda, Kadid, dan pemeriksa di DPPKD Kabupaten Lombok Barat atas prosedur
pemeriksaan yang telah dilakukan di Kabupaten Lombok Barat.
b. Atas usulan SOP pemeriksaan pajak dan retribusi daerah, pengusul akan membuat
modul pembelajaran bagi pemeriksa di DPPKD Kabupaten Lombok Barat.

3. Uraian Kebaharuan Penelitian


a. Penelitian mengenai pajak dan retribusi daerah telah banyak dilakukan, namun
penelitian sejenis umumnya hanya ditujukan untuk menganalisis peraturan yang
memberatkan bagi pelaku usaha. Penelitian ini tidak hanya ditujukan pada pelaku
dunia usaha, tapi juga masyarakat umum yang menjadi wajib pajak daerah dan
pembayar retribusi. Selain itu, penelitian ini tidak hanya mengkaji perda pajak dan
retribusi daerah, tapi juga peraturan perundangan dari pusat yang menaunginya.
b. Penelitian untuk membuat Standard Operational Procedure (SOP) Pemeriksaan
Pajak dan Retribusi Daerah juga belum banyak dilakukan. Penelitian ini juga
sangat penting mengingat beberapa daerah, termasuk Kabupaten Lombok Barat,
belum memiliki SOP tentang pemeriksaan pajak dan retribusi daerah yang
dituangkan dalam peraturan daerah.
4. Metode Pelaksanaan atau Pendekatan
Teoritik 4.1.Luaran Kegiatan yang
Diharapkan
Dari kegiatan ini, diharapkan akan dihasilkan luaran sebagai berikut:
 Ditargetkan akan dihasilkan artikel di jurnal terakreditasi nasional selama 2
tahun.
 Pada tahun kedua akan dilakukan kerjasama dengan DPPKD Kabupaten
Lombok Barat untuk melakukan sosialiasi dan pelatihan Standard Operational
Procedure (SOP) Pemeriksaan Pajak dan Retribusi Daerah.
 Modul dan buku ajar Pemeriksaan Pajak dan Retribusi Daerah.
 Diseminasi hasil penelitian dalam bentuk seminar dan lokakarya.
4.2.Metode Kegiatan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan
dengan persepsi para stakeholder mengenai peraturan pajak dan retribusi daerah (baik
peraturan pusat maupun daerah). Data primer diperoleh dengan melakukan in-depth
interview dan Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak-pihak terkait. Sementara
data sekunder adalah dokumen peraturan pusat maupun daerah terkait pajak dan
retribusi daerah yang berlaku di Kabupaten Lombok Barat versi paling mutakhir per
tahun pemeriksaan, dengan syarat peraturan bersangkutan belum dibatalkan oleh
Kemendagri. Semua peraturan pajak dan retribusi daerah dianalisis, baik yang
mengakibatkan terhambatnya perizinan usaha (barriers to entry), maupun yang
mengakibatkan terhambatnya lalu lintas perdagangan barang dan jasa (barriers to
trade).
Berikut adalah fishbone diagram untuk metode kegiatan penelitian ini:
ALAT ANALISIS MAN
Output:
Ahli Pajak &Ek.Pembang
Peta Peraturan Pusat dan Daerah terkait Pajak dan Retribusi Daerah yg Memberatkan Pembaya
Tekstual
Usulan revisi peraturan pusat dan daerah terkait pajak dan retribusi daerah
SOP Pemeriksaan Pajak dan Retribusi Daerah
Modul dan buku ajar pemeriksaan pajak dan retribusi daerah
Kontekstual Ahli Akt
SPSS

Kualitatif Dokumentasi Dokumen


Fenomenologi

Deskriptif In-Depth
Interview Ordinal

FGD

JENIS PENELITIAN PENGUMPULAN DATA JENIS DATA

Untuk output, berikut adalah bagan output yang akan dihasilkan tiap tahun selama
periode penelitian:

Tahun Pertama Tahun Kedua

Pemetaan dan Usulan Revisi Peraturan Pusat dan Daerah


Penyusunan
Terkait Pajak
SOP,
Daerah
Modul, dan Buku Ajar Pemeriksaan Pajak dan Retribusi Daerah

Membuat
dan daerah terkait pajak daerah di Kab.Lombok Barat,usulan Standard Operational
yang memberatkan Procedurepertumbuhan
dan menghambat (SOP) pemeriksaan pajak
ekonomi dan retribusi daerah Kabupa
daerah
Membuat
dan daerah terkait pajak daerah yang berlaku modul dan
di Kab. Lombok buku ajar pemeriksaan pajak dan retribusi daerah
Barat.
8. Pustaka Acuan

Pajak daerah merupakan kontribusi wajib pajak (baik orang pribadi maupun badan)
kepada daerah yang bersifat memaksa tanpa adanya imbalan secara langsung. Berbeda
dengan pajak, retribusi merupakan kontribusi kepada daerah dengan adanya imbalan atau
kontraprestasi secara langsung bagi pembayar retribusi. Melalui otonomi daerah,
pemerintah daerah dapat lebih leluasa menggali potensi-potensi penerimaan pajak dan
retribusi daerah dan mengundangkannya melalui penerbitan Peraturan Daerah (Perda).
Konsep otonomi daerah sendiri menghendaki perda dan pelaksanaannya menciptakan
iklim usaha yang kondusif yang menarik minat para penanam modal, menciptakan
lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan. Pada kenyataannya, pemerintah daerah justru
kadangkala membuat peraturan-peraturan yang memberatkan wajib pajak maupun
pembayar retribusi, baik dari segi tarif maupun dari segi obyek pajak ataupun retribusi
yang dipungut. Tidak hanya peraturan daerah, peraturan pusat juga seringkali dianggap
memberatkan dari segi subyek atau pembayarnya. Penelitian ini bertujuan membuat
pemetaan tentang peraturan pajak dan retribusi daerah, baik peraturan pusat maupun
daerah, yang dianggap memberatkan bagi wajib pajak dan pembayar retribusi, serta
mengakibatkan perekonomian daerah terhambat.
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Lombok Barat. Di Kabupaten Lombok Barat,
payung utama peraturan pajak daerah adalah UU No.28 Tahun 2009, Perda No.1 Tahun
2011, dan Perda Kabupaten Lombok Barat No.2 Tahun 2011 yang diturunkan menjadi
banyak perda pajak daerah, sementara Perda Retribusi Daerah diatur melalui UU No.28
Tahun 2009 yang diturunkan kembali menjadi banyak perda retribusi daerah. Kabupaten
Lombok Barat sendiri diambil sebagai lokasi penelitian karena sepengetahuan peneliti,
kabupaten ini belum pernah dijadikan sebagai lokasi penelitian untuk pemetaan peraturan
pajak dan retribusi daerah. Kabupaten ini juga sebenarnya menunjukkan keunggulan dalam
lingkungan usaha dan akses ke permodalan, namun relatif lemah dalam lingkungan
peraturan. Selain itu, kabupaten ini belum memiliki Standard Operational Procedure
(SOP) terkait pemeriksaan pajak dan retribusi daerah, yang diundangkan menjadi peraturan
daerah
Berikut adalah matriks penelitian terdahulu terkait pemetaan peraturan pajak dan
retribusi daerah, serta pemeriksaan pajak dan retribusi daerah:
Tabel 2. Matriks Penelitian Terdahulu
Metode
Peneliti Lokasi Objek Pengumpulan Hasil Penelitian
Data
Bank Indonesia Jawa Tengah Perda Pajak dan Interview/FGD a. Berkaitan dengan kriteria ”kesesuaian dengan
Semarang dan LSKE dengan sampel 5 Retribusi Daerah dengan Pemprov, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi”:
Fakultas Ekonomi kabupaten/kota yang menghambat Pemda/Pemkot - Banyak perda pajak dan retribusi daerah yang
UNDIP Semarang yang memiliki pertumbuhan dan Kadid tidak disebutkan secara eksplisit dalam
(2005) rata-rata ekonomi di Jawa Propinsi/Kota perundang-undangan di atasnya. Beberapa
pertumbuhan Tengah perda juga belum mengacu pada peraturan
ekonomi perundang-undangan terbaru.
tertinggi dan - Dalam beberapa perda ditemukan
terendah selama ketidaksesuaian prinsip dan sasaran retribusi,
2001-2004 terutama retribusi perijinan tertentu.
b. Berkaitan dengan kriteria ”efek terhadap lalu lintas
barang dan jasa, tidak ada permasalahan yang
menyebabkan hambatan terhadap distribusi barang
akibat perda-perda yang dikaji.
c. Berkaitan dengan kriteria”pungutan berganda
dengan pajak pusat dan pajak daerah lainnya”:
- Pengusaha menanggung beban berlipat-lipat
sebagai subjek pajak, karena retribusi, pajak,
maupun pungutan lainnya umumnya ditarik
dalam waktu bersamaan
- Terdapat perda-perda retribusi yang tumpang
tindih
d. Berkaitan dengan kriteria ”besaran tarif”, terdapat
perda-perda yang dasar penentuan pungutannya
tidak jelas. Misalnya, dalam penentuan tarif izin
usaha yang didasarkan atas besarnya skala
usaha.

Citra Mentari – A1C020047 Page 8


Metode
Peneliti Lokasi Objek Pengumpulan Hasil Penelitian
Data
e. Berkaitan dengan kriteria ”unsur diskriminatif”,
banyak pungutan retribusi terutama retribusi
perijinan tertentu yang besarnya tarif tidak
mencerminkan prinsip dan sasaran yang ditetapkan
dalam PP 66/2001.
f. Berkaitan dengan kriteria“kepastian standar
pelayanan”, seluruh perda yang dikaji terutama
perda perijinan tertentu tidak menentukan Standar
Pelayanan Minimum (SPM), misalnya berapa
jangka waktu perizinan harus dikeluarkan, dan
tidak menyebutkan sanksi apapun jika SPM
tersebut tidak dipenuhi.
Biro kredit Bank Banten,Sumatera Peraturan pusat Interview dan a. Untuk Kabupaten Lombok Timur, perda yang
Indonesia kerjasama Utara, Jawa dan daerah tentang FGD dengan dianggap paling kurang mendukung kegiatan
dengan PT.CESS Barat, Jawa pajak, retribusi, pelaku UMKM, usaha adalah Perda No.13/2004 tentang Lain-lain
(Center for Economic Timur, dan Nusa dan pungutan lain Pemda, pelaku Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah. Perda ini
and Social Studies), Tenggara Barat yang kurang usaha, asosiasi, dibuat cenderung hanya sebagai alat untuk
Universitas HKBP mendukung akademisi dan menggali PAD sebesar-besarnya tetapi tidak
Nomensen,Universitas kegiatan usaha LSM) memperhatikan dampaknya terhadap iklim usaha
Islam Bandung, dan investasi di Kabupaten Lombok Timur. Perda
Universitas Airlangga, ini terkesan demikian karena perda ini memuat
dan Universitas banyak peraturan yang berkaitan dengan usaha dan
Mataram (2007) non usaha. Perda ini juga memuat ketentuan
pembayaran pajak atas: (i) jasa giro, (ii) jasa atas
pembayaran pekerjaan, (iii) denda atas
keterlambatan pekerjaan, (iv) setoran kelebihan
pembayaran kepada pihak ketiga, kontribusi badan
usaha yang melakukan kegiatan badan usaha di

Citra Mentari – A1C020047 Page 9


Metode
Peneliti Lokasi Objek Pengumpulan Hasil Penelitian
Data
daerah, (vi) kontribusi produksi tembakau
virginia, (vii) perizinan/rekomendasi, dan (viii)
jasa pelayanan administrasi dan
legalisasi/pengesahan.
b. Untuk Kabupaten Lombok Tengah, perda yang
dianggap memberatkan kegiatan usaha adalah
Perda No.31/1995 tentang Penerimaan Sumbangan
Pihak Ketiga Kepada Pemerintah Kabupaten
Lombok Tengah. Peraturan daerah ini dianggap
memberatkan dan tidak relevan karena peraturan
nasional yang menjadi rujukan dari peraturan
daerah tersebut yaitu Undang-Undang No.8/1981
tentang pajak dan retribusi daerah sudah tidak
berlaku lagi. Selain itu, sumbangan pihak ketiga
tidak diperbolehkan menurut UU No. 34 /2000
tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Smeru (Mawardi) Kota Kupang, Perda retribusi Observasi dan a. Bagi pengusaha di ketiga wilayah penelitian, untuk
bekerjasama dengan Kabupaten yang menghambat interview retribusi perizinan usaha, retribusi yang dianggap
Antara-AusAid (2009) Timor Tengah perizinan usaha paling menyulitkan adalah surat izin tempat usaha
Utara (TTU), (barriers (SITU) yang dikeluarkan oleh Bagian Ekonomi
Kabupaten Pemda. Selain itu, meskipun berlaku tiga tahun,
Flores Timor to entry), dan setiap tahun SITU di Kupang harus didaftar ulang
(Flotim) yang perda retribusi sehingga menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
menunjukkan yang menghambat b. Untuk retribusi perdagangan barang dan jasa,
adanya lalu lintas produk kehutanan merupakan barang yang paling
berbagai perdagangan rawan terkena pungutan. Di Kabupaten TTU
pungutan yang barang dan jasa bahkan terdapat banyak sekali hambatan lalu lintas
tidak menunjang (barriers to trade) produk kehutanan. Hambatan perdagangan bahkan
Metode
Peneliti Lokasi Objek Pengumpulan Hasil Penelitian
Data
iklim usaha yang terjadi pula pada perdagangan komoditas mete
sehat akibat peraturan desa (Perdes) di Flores Timur,
dimana setiap pedagang harus membayar Rp 1 juta
/musim panen.
Tim Peneliti Smeru Kota Kupang Pemetaan dan Dokumentasi, a. Masih banyak produk hukum atas pungutan yang
(Mawardi, Marbun, Analisis Regulasi interview, dan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, terutama
dan Bachtiar) Daerah yang FGD bagi pelaku usaha kecil dan menengah, sehingga
bekerjasama dengan Terkait Dunia mengakibatkan penurunan daya saing Kota
Antara Aus-Aid Usaha melalui Kupang.
(2010) Analisis Tekstual b. Produk hukum berupa pungutan (seperti pungutan
dan Kontekstual perizinan) umumnya tidak memiliki Standar
Pelayanan Minimum (SPM) yang harus ditaati,
seperti tidak adanya standar lama perizinan dan
pelaku mana saja yang memungut.
Mastuti DPPKA Kota Prosedur Wawancara Tahap pemeriksaan terdiri dari 3 tahap yaitu tahap
Surakarta pemeriksaan pajak dengan pegawai, persiapan, pelaksanaan dan pembuatan Laporan
hotel observasi, dan Pemeriksaan. Dalam proses pemeriksaan, ditemui
dokumentasi hambatan serta kendala yang mengharuskan Tim Audit
sebagai pemeriksa harus dapat mengatasi dan
menyelesaikan permasalahan tersebut agar proses
pemeriksaan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai
prosedur sehingga diperoleh data-data yang akurat
Pemerintah Pusat sendiri melalui Kemendagri telah menganalisis perda pajak
dan retribusi daerah setiap tahun. Akan tetapi, analisis Kemendagri lebih diarahkan
pada pembatalan perda yang melenceng dari kriteria. Oleh karena itu, penelitian ini
lebih diarahkan untuk membuat usulan revisi bagi peraturan pusat maupun daerah
tentang pajak dan retribusi daerah. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu di antaranya sebagai berikut:

a. Penelitian ini tidak hanya akan menggali peraturan pajak dan retribusi daerah
yang menghambat pertumbuhan ekonomi daerah dan memberatkan dari persepsi
wajib pajak dan pembayar retribusi kalangan pelaku usaha, tapi juga dari
masyarakat umum yang menjadi wajib pajak daerah maupun pembayar retribusi
terkait.
b. Penelitian ini akan menghasilkan usulan revisi tidak hanya bagi peraturan daerah
yang terkait pajak dan retribusi daerah, tapi juga bagi peraturan pusat ataupun
peraturan lain yang menaunginya.
Dalam penelitian ini, analisis peraturan akan dilakukan menurut kriteria yang
dikembangkan dari penelitian Bank Indonesia Semarang bekerjasama dengan LSKE
Fakultas Ekonomi UNDIP Semarang (2005) dan berdasarkan kriteria dari laporan
CAPPLER Project yang dilakukan oleh Tim Direktorat Fasilitasi Perancangan
Peraturan Daerah, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI bekerjasama dengan UNDP (2008). Berikut
kriteria yang akan digunakan:
a. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan
pajak dan retribusi daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan di atasnya
yang lebih tinggi. Selain itu, peraturan pajak dan retribusi daerah juga harus
mengikuti perkembangan. Jika peraturan yang menaunginya mengalami
perubahan atau dihapuskan, maka peraturan pajak dan retribusi daerah terkait
juga harus direvisi atau dihapuskan.
b. Mempertimbangkan akibat terhadap lalu lintas distribusi barang dan jasa baik
yang bersifat tarif maupun non tarif. Beberapa perda yang dibuat oleh
pemerintah daerah ternyata dianggap menghambat kelancaran lalu lintas
manusia dan barang/jasa antar daerah karena banyaknya pungutan akan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Pungutan umumnya terjadi atas pengiriman

Citra – NIM Page 12


ternak, hasil bumi, hasil hutan, dan hasil alam lainnya, baik yang berasal, masuk
atau bahkan hanya melintasi daerahnya.
c. Pajak daerah tidak boleh dipungut berganda atau tumpang tindih dengan pajak
pusat dan pajak daerah lainnya.
d. Besaran tarif harus berada dalam batas kewajaran sehingga tidak mengakibatkan
ekonomi biaya tinggi.
e. Tarif tidak boleh ditetapkan dengan Peraturan/Keputusan Kepala Daerah.
Kadangkala, terdapat perda pajak ataupun retribusi daerah yang obyek, subyek
dan tarifnya didelegasikan kepada Kepala Daerah. Seharusnya penetapan ini
dilakukan melalui Perda. Pertimbangan dari ketentuan ini adalah untuk
memberikan kepastian bagi masyarakat mengenai besarnya kewajiban yang
harus dipenuhi.
f. Menghindari unsur diskriminatif.
g. Retribusi tidak boleh bersifat pajak. Retribusi daerah dipungut dari masyarakat
atas penyediaan biaya atas layanan yang diberikan, baik untuk biaya
administrasi, pemeriksaan, maupun pengendalian. Dengan demikian, tidak
seperti halnya pajak, dalam peraturan retribusi, jenis pelayanan yang diberikan
harus jelas.
h. Kepastian standar pelayanan. Hal ini diperuntukkan terutama bagi peraturan
retribusi. Retribusi adalah pungutan yang dilakukan atas kontraprestasi atas
pelayanan tertentu. Dengan demikian, peraturan retribusi seharusnya
mendeskripsikan Standar Pelayanan Minimum (SPM) bagi pelayanan tersebut,
beserta sanksinya jika SPM tersebut tidak dapat dipenuhi. Atas alasan ini,
pungutan retribusi juga harus dilakukan oleh pihak yang tepat. Jika kewenangan
pemberian izin berada pada pemerintah propinsi atau pemerintah pusat, maka
pemerintah kabupaten/kota tidak boleh memungut retribusi.
Terkait tata cara pemeriksaan pajak dan retribusi daerah, sebenarnya peraturan
pemeriksaan pajak daerah telah diundangkan masing-masing melalui Kepmendagri
No.173 Tahun 2007, akan tetapi peraturan ini tidak membahas secara rinci Standard
Operational Procedure (SOP) pemeriksaan. Menurut Kepmendagri No.173 Tahun
2007 Pasal 3, terdapat 2 jenis pemeriksaan, yaitu:
a. Pemeriksaan lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat Wajib
Pajak, yang meliputi seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan dan atau tahun-
tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik pemeriksaan yang
lazim digunakan dalam pemeriksaan pada umumnya.
b. Pemeriksaan sederhana, yaitu pemeriksaan yang meliputi seluruh jenis pajak
untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dengan
menerapkan teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.
Pemeriksaan ini dilakukan di Lapangan maupun di Kantor.
Pasal 3 kembali diperjelas dengan Pasal 12 yang menjelaskan cara umum
pemeriksaan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Lapangan dilakukan dengan cara:
- memeriksa Tanda Pelunasan Pajak dan keterangan lainnya sebagai bukti
pelunasan kewajiban perpajakan daerah;
- memeriksa buku-buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data
lainnya;
- meminjam buku-buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data
lainnya, dengan memberikan tanda terima;
- Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa;
- Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat menyimpan
dokumen, uang, dan barang, yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan
usaha Wajib Pajak dan atau tempat-tempat lain yang dianggap penting serta
melakukan pemeriksaan di tempat-tempat tersebut;
- Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada huruf e apabila
Wajib Pajak atau Wakil atau Kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk
memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau tidak ada di tempat pada saat
pemeriksaan
- Meminta keterangan dan atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa;
b. Pemeriksaan Kantor dilakukan dengan cara:
- Memberitahukan agar Wajib Pajak membawa tanda pelunasan pajak, buku-
buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk keluaran dari
media komputer dan perangkat elektronik pengolah data lainnya;
- Meminjam buku-buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data
lainnya dengan memberikan tanda terima;
- Memeriksa buku-buku, catatan dan dokumen pendukung lainnya termasuk
keluaran dari media komputer dan perangkat elektronik pengolah data
lainnya.
- Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa;
- Meminta keterangan dan atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa.
Atas pemeriksaan tersebut, sesuai dengan Kepmendagri No.173 Tahun 2007,
pemeriksa membuat laporan Pemeriksaan untuk digunakan sebagai dasar penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan atau Surat Tagihan Pajak Daerah.
Berdasarkan uraian di atas, Kepmendagri ini memang telah menguraikan
prosedur pemeriksaan pajak daerah, akan tetapi langkah-langkah pemeriksaan secara
mendetail (seperti buku, catatan, dan dokumen pendukung apa yang harus diminta
pemeriksa pajak, serta bagaimana langkah untuk memverifikasi kebenaran buku,
catatan, dan dokumen pendukung tersebut belum dijelaskan secara runut). Dengan
demikian, penelitian ini bertujuan untuk membuat Standard Operational Procedure
(mencakup langkah-langkah pemeriksaan secara rinci lengkap dengan flowchartnya,
Standar Pelayanan Minimum (SPM) Pemeriksaan, kertas kerja, hingga audit based
technology untuk mengantisipasi jika pemeriksaan dilakukan atas dokumen dan
catatan yang dihasilkan oleh sistem yang terkomputerisasi).
Seperti telah diuraikan dalam Tabel 2, penelitian sejenis yang bertujuan untuk
membuat Standard Operational Procedure (SOP) baku terkait pemeriksaan pajak
dan retribusi daerah juga belum banyak dilakukan. Penelitian terdahulu umumnya
hanya membahas bagaimana prosedur pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Pemda
(dalam hal ini DPPKD). Penyusunan
Standard Operational Procedure (SOP) akan didasarkan pada Kepmendagri No.173
Tahun 2007 dan tata cara pemeriksaan pajak dan retribusi daerah pada daerah yang
lain yang telah dibuat menjadi perda.

8. Organisasi Tim Pengusul


Tabel 3. Organisasi Tim Pengusul
Ketua Dr. Prayitno Basuki, MA Ahli Perpajakan Sektor
Publik & Ekonomi
Pembangunan
Anggota Wirawan Suhaedi, SE., M.Ak. Ahli Akuntansi (khususnya
Bq Rosyida DA, SE, M.Sc, Ak bidang pemeriksaan/audit)
Intan Rakhmawati, SE, M.Ak.
9. Jadwal Kegiatan
Secara umum, jadwal kegiatan penelitian ini digambarkan dalam tabel
berikut:
Tabel 4. Jadwal Kegiatan Tahun 1
Bulan ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persiapan
1. penelitian&pra
survey
Pengurusan ijin &
2.
pelatihan enumerator
3. Kegiatan lapangan
Inputing data,
4. pengolahan dan
analisis
5. Penulisan laporan

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Tahun 2


Bulan ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Persiapan
1. penelitian&pra
survey
2. Pelatihan enumerator
3. Kegiatan lapangan
Inputing data,
4. pengolahan dan
analisis
5. Penulisan laporan
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia Semarang dan LSKE Fakultas Ekonomi UNDIP Semarang. 2005.
Pemetaan Peraturan Daerah dan Potensi Dampaknya Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Tengah. Semarang: Bank Indonesia.

Biro kredit Bank Indonesia, PT.CESS (Center for Economic and Social Studies),
Universitas HKBP Nomensen,Universitas Islam Bandung, Universitas
Airlangga, dan Universitas Mataram. 2007. Kajian Identifikasi Peraturan
Pusat dan Peraturan Daerah dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah. Jakarta: Biro Kredit Bank Indonesia.

Kementerian Dalam Negeri. 2007. Keputusan Menteri Dalam Negeri Tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah. Jakarta: Kementerian Dalam
Negeri.

Mastuti, Eny Restu. Prosedur Pemeriksaan Pajak yang Dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Terhadap Wajib Pajak Hotel di
Surakarta. digilib.uns.ac.id. Download 15 Maret 2012.

Mawardi, Sulton, Deswanto Marbun, dan Palmira P.Bachtiar. 2010. Iklim Usaha di
Kota Kupang: Kajian Kondisi Perekonomian dan Regulasi Usaha. Jakarta:
Lembaga Penelitian Smeru.

Mawardi, Sulton. 2009. Pemetaan Peraturan Daerah yang Berkaitan dengan Iklim
Usaha. Jakarta: Lembaga Penelitian Smeru.

Tim Direktorat Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan UNDP. 2008. Panduan
Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia RI bekerjasama dengan UNDP.

Anda mungkin juga menyukai