Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Patologis postpartum adalah berbagai macam komplikasi postpartum atau setelah


melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran
barunya sebagai ibu, pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan. Baik secara fisik
maupun psikologis. Untuk itu, pada keadaan postpartum seorang wanita harus ditangani
secara baik, sehingga nantinya tidak mengalami infeksi ataupun perdarahan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja ASKEP Perinatal patologis ?


2. Bagaimanakah Analisis dari jurnal Perinatal Patologis?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja askep perinatal patologis


2. Untuk mengetahui analisis dari jurnal perinatal patologis

1.4 Manfaat

1) Bagi Penulis
Makalah ini bermanfaat bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan
meningkatkan skill dalam pemeriksaan kesehatan
2) Bagi Pembaca
Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan juga sebagai referensi dalam
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan

1
BAB II
ISI

2.1 Perdarahan Post Partum

1. Definisi
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 cc setelah persalinan abdominal.
Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah
perdarahan yang terjadi ,maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai
perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda
vital,antara lain pasien mengeluh lemah,limbung (goyah) ,berkeringat
dingin,menggigil, tekanan darah sistolik <90 mmHg,denyut nadi >100 x/menit,kadar
Hb< 8 g/dL.
2. Klasifikasi
Perdarahan post partum dibagi menjadi:
 Perdarahan Post Partum Dini/ Perdarahan Post Partum Primer (early
postpartum hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah kala III.
 Perdarahan pada Masa Nifas/ Perdarahan Post Partum Sekunder (late
postpartum hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi pada masa nifas
(puerperium) tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya perdarahan post partum antara lain:
 Atonia uteri
 Luka jalan lahir
 Retensio plasenta
 Gangguan pembekuan darah
4. Manifestasi Klinis
 Hipovolemia yang berat,hipoksia,takipnea,haus, pusing, gelisah , letih,
tekanan darah rendah, ekstermitas dingin ,dan mual.

2
5. Insidensi

Berdasarkan dari laporan-laporan baik di Negara maju maupun di Negara


berkembang angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Berdasarkan
penyebabnya diperoleh sebarab sebagai berikut:

 Atonia uteri 50-60%


 Sisa plasenta 23-24%
 Retensi plasenta 16-17%
 Laserasi jalan lahir 4-5%
 Kelainan darah 0,5-0,8%
6. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada diuterus melebar untuk
meningkatkan sirkulasi, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi
uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak
menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menurus . trauma jalan lahir
seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum,dan rupture uteri juga menyebabkan
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah ,penyakit darah pada ibu; misalnya
afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk
membantu pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan post partum.
7. Penilaian klinik

Volume Tekanan Darah Gejala dan Tanda Derajat Syok


kehilangan darah (sistolik)
500-1.000 ml Normal Palpitasi, Terkompensasi
(10-15%) takikardia,pusing
1.000-1.500 ml Penurunan ringan Lemah, Ringan
(15-25%) (80-100 mmHg) takikardia,berkeringat
1.500-2.000 ml Penurunan sedang Gelisah,pucat,oliguria Sedang
(25-35%) (70-80 mmHg)
2.000-3.000 ml Penurunan tajam Pingsan, hipoksia ,anuria Berat
(35-50%) (50-70 mmHg)
Table : Penilaian klinik untuk menentukan derajat syok

3
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosisi Kerja
Uterus tidak berkontraksi Syok Atunia uteri
dan lembek. Perdarahan Bekuan darah pada serviks
segera setelah anak lahir atau posisi telentang akan
menghambat aliran darah
keluar
Darah segar mengalir segera Pucat Robekan jalan lahir
setelah bayi lahir Lemah
Uterus berkontraksi dank Menggigil
eras
Plasenta lengkap
Plasenta belum lahir setelah Tali pusat putus akibat traksi Retensio plasenta
30 menit berlebihan
Perdarahan segera Inversion uteri akibat tarikan
Uterus berkontraksi dan Perdarahan lajutan
keras
Plasenta atau sebagian Uterus berkontraksi tetapi Retensi sisa plasenta
selaput tidak lengkap tinggi fundus tidak
Perdarahan segera berkurang
Uterus tidak teraba Neurogenik syok Inversion uteri
Lumen vagina tersi massa Pucat dan limbung
Tampak tali pusat (bila
plasenta belum lahir)
Sub-involusi uterus Anemia Endometritis atau sisa
Nyeri tekan perut bawah dan Demam fragmen plasenta (terinfeksi
pada uterus atau tidak )
Perdarahan sekunder
Table: Penilaian klinik untuk menentukan penyebab perdarahan post partum

8. Kriteria Diagnosis
 Pemeriksaan fisik : Pucat,dapat disertai tanda-tanda syok,tekanan darah rendah denyut
nadi cepat,ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus menerus.
 Pemeriksaan obstetric : Mungkin kontraksi usus lembek,uterus membesar bila ada
atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik,perdarahan mungkin karena luka jalan lahir.
 Pemeriksana ginekologi : Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki,dapat
diketahui kontraksi uterus,luka jalan lahir da retensi sisa plasenta.

4
9. Faktor risiko
 Penggunaan obat-obatan (anestesi umum,magnesium sulfat).
 Partus presipitatus
 Solution plasenta
 Persalinan traumatis
 Uterus yang terlalu teregang (gemelli,hidramnion)
 Adanya cacat parut,tumor,anomaly uterus
 Partus lama
 Grandemultipara
 Plasenta previa
 Persalinan dengan pacuan
 Riwayat perdarahan pasca persalinan
10. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboraturium
 Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar
hemoglobin dibawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilah yang
buruk
 Pemeriksaan golongan darah dan tes antibody harus dilakukan sejak periode
antenatal
 Perlu dilakukan pemeriksaan factor koagulasi seperti waktu perdarahan dan
waktu pembekuan
2) Pemeriksaan radiologi
 Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan
penanganan yang tepat ,resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan
laboraturium atau radioligi dapat dilakukan. Berdasarkan
pengalaman,pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya
jendalam darah dan retensu sisa plasenta.
 USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan
risiko tinggi yang memiliki factor predisposisi terjadinya perdarahan post
partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya.
11. Penatalaksaanan

5
Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2 komponen,yaitu:

 Resusitasi dan penanganan perdarahan obstetric serta kemungkinan syok hipovolemik


 Indentifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan post partum
12. Asuhan Keperawatan Perdarahan Post Partum

A. Pengkajian
 Indentitas klien
meliputi: nama,umur,pekerjaan ,pendidikan,alamat,medical record.
 Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit jantung,hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemophilia,
riwayat preeklamsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensis sisa plasenta.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(> 500cc),nadi lemah,pucat,lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,dan mual.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hepertensi,penyakit jantung,preeklamsia,penyakit hemophilia.
 Riwayat obstetrik
a. Riwayat menstruasi, meliputi: menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya, keluhan waktu haid, HPHT.
b. Riwayat perkawinan, meliputi: usia perkawinan, perkawinan yang
keberapa, usia mulai hamil
c. Riwayat hamil,persalinan,dan nifas yang lalu
1) Riwayat hamil :waktu hamil mufa,hamil tua,apakah ada abortus,retensi
plasenta
2) Riwayat persalinan: tua kehamilan,cara persalinan,penolong tempat
bersalin ,apakah ada kesulitan dalam persalinan,berat badan anak
waktu lahir ,panjang waktu lahir.
3) Riwayat nifas: keadaan lokea,apakah ada perdarahan, ASI cukup atau
tidak dan kondisi ibu saat nifas,tinggi fundua uteri,dan kontraksi

6
d. Riwayat kehamilan sekarang
 Pola aktivitas
1. Makan dan minum
Komposisi makan ,frekuensi,baik sebelum dirawat maupun selam di rawat.
Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi,cukup
kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan,sayur-sayuran,dan buah
buahan.
2. Eliminasi
Pola dan defikasi,jumlah, warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan
defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi secepatnya
dilakukan sendiri.
3. Istirahat atau tidur
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang
berlebihan.
4. Personal hygiene
Pola atau frekuesi mandi,menggosok gigi,keramas,baik sebelum dan selama
dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

B. Diagnose Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hambatan mengakses cairan
kondisi terkait kehilangan cairan melalui rute abnormal.
2. risiko syok kodisi terkait hipovolemia
3. Keletihan berhubungan dengan ansietas kondisi terkait kekurangan darah

Diagnosa NOC NIC


1.Kekurangan Keseimbangan cairan Manajemen cairan
volume cairan Definisi: Aktivitas-aktivitas:
berhubungan Keseimbangan cairan  Timbang berat badan setiap hari dan
dengan didalam ruang monitor status pasien
hambatan intraseluler dan  Jaga intake/asupan yang akuran dan
mengakses esktraseluler tubuh catat output pasien
cairan kondisi  Monitor status hidrasi (misalnya
terkait  Tekanan darah membrane mukosa lembab,denyut

7
kehilangan (grade 5) nadi adekuat,dan tekanan darah
cairan melalui  Denyut nadi ortostatik)
rute abnormal radial (grade 5)  Monitor tanda-tada vital pasien
 Tekanan arteri  Monitor makanan/cairan yang
rata-rata (grade 5) dikonsumsi dan hitung asupan kalori
 Tekanan vena harian
sentral (grade 5)  Beri terapi IV,seperti yang ditentukan
 Denyut perifer  Monitor status gizi
(grade 5)  Berikan cairan dengan tepat
 Keseimbangan  Tingkatkan asupan oral
intake dan output  Distribusikan asupan cairan selama
dalam 24 jam 24 jam
(grade 5)  Dukung pasien dan keluarga untuk
 Berat badan stabil membantu dalam pemberian makan
(grade 5) dengan baik
 Turgor kulit
(grade 5)
 Hematokrit (grade
5) Pengurangan perdarahan: Uterus post
 Berat jenis urin partum
(grade 5) Aktivitas-aktivitas:
 Bunyi napas  Kaji riwayat obstetric dan catatan
adventif (grade 5) persalinan terkain dengan factor
 Edema perifer risiko perdarahan postpartum
(grade 5)  Letakkan es difundus
 Kehausan (grade  Tingkatkan frekuensi pijatan fundus
5)  Evaluasi adanya distensi kandung
 Pusing (grade 5) kemih
 Dukung pengosongan kandung kemih
atau pasan kateter pada kandung
Keparahan kehilangan kemih yang menegang
darah  Observasi karakteristik lokea
Definisi: keparahan (misalnya : warna,bekuan ,dan

8
tanda dan gejala jumlah)
perdarahan internal dan  Timbang jumlah darah yang keluar
eksternal  Tinggikan tungkai
 Kehilangan darah  Pasang infuse IV
yang terlihat  Berikan oksitosin IV dan IM sesuai
(grade 5) protocol atau order
 Hamaturia (grade  Monitor tanda vital maternal setiap
5) 15 menir atau lebih sering
 Distensi abdomen  Tutupi dengan selimut hangat
(grade 5)  Monitor warna maternal, tingkat
 Perdarahan kesadaran,dan nyeri
vagina (grade 5)  Berikan produk darah jika perlu
 Perdarahan paska
pembedahan
(grade 5) Manajemen hipovolemia
 Penurunan Aktivitas-aktivitas:
tekanan darah  Monitor status hemodinamik meliputi
sistol (grade 5) nadi,tekanan
 Penurunan darah,MAP,CVP,PAP,PCWP,CO,dan
tekanan darah CI,jika tersedia
diastole (grade 5)  Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi
 Peningkatan  Monitor adanya hipotensi ortostatik
denyut nadi apical dan pusing saat berdiri
(grade 5)
 Monitor adanya sumber-sumber
 Kehilangan panas kehilangan cairan
tubuh (grade 5)
 Monitor asupan dan pengeluaran
 Kulit dan
 Dukung asupan cairan oral
membrane
 Jaga kepatenan akses IV
mukosa pucat
 Monitor adanya tanda reaksi tranfusi
(grade 5)
darah,dengan tepat
 Cemas (grade 5)
 Lakukan autotranfusi untuk
 Penurunan
kehilangan darah
hemoglobin
 Sediakan cairan oral

9
(grade 5)  Posisikan untuk perfusi perifer
 Penurunan  Instruksikan pada pasien atau
hematokrit (grade keluarga untuk mencatat intake dan
5) output ,dengan tepat
 Intruksikan pada pasien atau keluarga
Status nutrisi : Asupan tindakan –tindakan yang dilakukan
Makanan dan cairan untuk mengatasi hipovolemia
Definisi: jumlah
makanan dan cairan yang
masuk kedalam tubuh Pencegahan syok
lebih dari suatu periode Aktivitas-aktivitas:
24 jam  Monitor terhadapa adanya respon
 Asupan makan kompensasi awal syok
secara oral (grade  Monitor terhadap adanya tanda-tanda
5) respon sindroma inflamasi sistemik
 Asupan makanan  Monitor terhadap adanya tanda awal
secara tube dari penurunan fungsi jantung .
feeding (grade 5) 
 Asupan cairan  Monitor kemungkinan penyebab
secara oral (grade kehilangan cairan
5)  Monitor status sirkulasi
 Asupan cairan  Monitor terhadap adanya tanda
intravena (grade ketidakadekuatan perfusi oksigen ke
5) jaringan
 Asupan nutrisi  Monitor tekanan oksimetri
parenteral (grade
 Monitor suhu dan status respirasi
5)
 Monitor EKG
 Monitor berat badan,masukan,dan
keluaran setiap hari
 Monitor terhadap adanya
tanda/gejala,asites dan nyeri abdomen
atau punggung
 Berikan cairan melalui IV atau oral

10
sesuai kebutuhan
 Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai tanda/gejala syok yang
mengancam nyawa
2.Risiko Syok Keparahan syok: Pencegahan syok
kondisi terkait Hipovolemik Aktivitas-aktivitas:
hipovolemia Definisi: keparahan tanda  monitor terhadap adanya respon
dan gejala ketidak kompensasi awal syok
cukupan aliran darah ke  Monitor terhadap adanya tanda-tanda
perfusi jaringan karena respon sindroma inflamasi sistemik
penurunan drastic cairan  Monitor terhadap adanya tanda awal
intravaskuler dari penurunan fungsi jantung .
 Penurunan 
tekanan nadi  Monitor kemungkinan penyebab
perifer (grade 5) kehilangan cairan
 Penurunan  Monitor status sirkulasi
tekanan arteri  Monitor terhadap adanya tanda
rata-rata (grade 5) ketidakadekuatan perfusi oksigen ke
 Penurunan jaringan
tekanan darah  Monitor tekanan oksimetri
sistolik (grade 5)
 Monitor suhu dan status respirasi
 Penurunan
 Monitor EKG
tekanan darah
 Monitor berat badan,masukan,dan
diastolic (grade 5)
keluaran setiap hari
 Melambatnya
 Monitor terhadap adanya
waktu pengisian
tanda/gejala,asites dan nyeri abdomen
kapiler (grade 5)
atau punggung
 Meningkatnya
 Berikan cairan melalui IV atau oral
laju jantung
sesuai kebutuhan
(grade 5)
 Anjurkan pasien dan keluarga
 Nadi lemah dan
mengenai tanda/gejala syok yang
halus (grade 5)
mengancam nyawa
 Aritmia (grade 5)

11
 Meningkatnya Pengurangan perdarahan : uterus post partum
laju nafas (grade Aktivitas-aktivitas:
5)  Kaji riwayat obstetric dan catatan
 Pernapasan persalinan terkain dengan factor
dangkal (grade 5) risiko perdarahan postpartum
 Penurunan  Letakkan es difundus
oksigen arteri  Tingkatkan frekuensi pijatan fundus
(grade 5)  Evaluasi adanya distensi kandung
 Lesu (grade 5) kemih
 (penurunan  Dukung pengosongan kandung kemih
tingkat kesadaran atau pasan kateter pada kandung
(grade 5) kemih yang menegang
 Observasi karakteristik lokea
(misalnya : warna,bekuan ,dan
Status pernapasan jumlah)
:pertukaran gas  Timbang jumlah darah yang keluar
Definisi: pertukaran  Tinggikan tungkai
karbondioksi dan dan  Pasang infuse IV
oksigen di alveoli untuk
 Berikan oksitosin IV dan IM sesuai
mempertahankan
protocol atau order
konsentrasi darah arteri
 Monitor tanda vital maternal setiap
 Tekanan parsial
15 menir atau lebih sering
oksigen didarah
 Tutupi dengan selimut hangat
arteri (grade 5)
 Monitor warna maternal, tingkat
 Tekanan parsial
kesadaran,dan nyeri
karbondioksida
 Berikan produk darah jika perlu
didarah arteri
(grade 5)
Monitor pernapasan
 pH arteri (grade
Aktivitas-aktivitas:
5)
 Monitor kecepatan irama,
 saturasi oksigen
kedalaman,dan kesulitan bernapas
 keseimbangan
 Monitor suara napas tambahan seperti
ventilasi dan
ngorok atau mengi

12
perfusi (grade 5)  Monitor pola napas
 dispsnea saat  Monitor kelelahan otot-otot
istirahat (grade 5) diafragma dengan pergerakan
 perasaan kurang parasoksial
istirahat (grade 5)  Auskultasi suara napas,catat area
 gangguan dimana terjadi penurunan atau tidak
kesadaran (grade adanya ventilasi dan keberadaan
5) suara napas tambahan
 Monitor sekresi pernapasan pasien
 Monitor secara ketat pasien-pasien
yang berisiko tinggi mengalami
gangguan respirasi
 Monitor keluhan sesak napas
pasien,termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk
sesak napas tersebut
 Posisikan pasien miring
kesamping,sesuai indikasi untuk
mencegah aspirasi
 Berikan bantuan resusitasi jika perlu
3.Keletihan Tingkat kelelahan Manajemen energi
berhubungan Definisi: keparahan Aktvitas-aktivitas:
dengan kelelahan secara umum  kaji status fisiologis pasien yang
ansietas berdasarkan pengamatan menyebabkan kelelahan sesuai
kondisi terkait atau laporan dengan koteks usia dan
kekurangan  kelelahan (grade perkembangan
darah 5)  anjurkan pasien mengungkapkan
 kelesuan (grade 5) perasaan secara verbal mengenai
 alam persaan keterbatasan yang dialami
depresi (grade 5)  tentukan persepsi pasien/orang
 kehilangan selera terdekat dengan pasien menegenai
makan (grade 5) penyebab kelelahan
 penurunan  perbaiki defisit status fisiologi

13
konsentrasi (grade  tentukan jenis dan banyak aktivitas
5) yang dibutuhkan untuk menjaga
 sakit kepala ketahanan
(grade 5)  monitor intake /asupan nutrisi untuk
 nyeri otot (grade mengetahui sumber energy yang
5) adekuat
 kualitas istirahat  konsulkan dengan ahli gizi mengenai
(grade 5) cara meningkatkan asupan energy
 kualitas tidur dari makanan
(grade 5)  anjurkan senam aerobic sesuai
 kesadaran (grade kemampuan pasien
5)  anjurkan pasien untuk memilih
 hematokrit (grade aktivitas-aktivitas yang membangun
5) ketahanan
 saturasi oksigen  berikan kegiatan pengalihan yang
(grade 5) menenangkan untuk meningkatkan
 metabolism relaksasi
(grade 5)  anjurkan tidur siang bila perlu
 bantu pasien menjadwalkan periode
istirahat
Toleransi terhadap
aktivitas
Definisi : respon
fisiologis terhadap
pergerakan yang Peningkatan tidur
memerlukan energy Aktivitas-aktivitas:
dalam aktivitas sehari-  tentukan pola tidur/aktivitas pasien
hari  perkirakan tidur/siklus bangun pasien
 saturasi oksigen dalam perawatan perencanaan
ketika beraktivitas  jelaskan tentang pentingnya tidur
(grade 5) yang cukup selama
 frekuensi nadi kehamilan,penyakit,tekanan
ketika beraktivitas psikososial ,dan lain-lain

14
(grade 5)  monitor/catat pola tidur pasien dan
 kemudahn jumlah jam tidur
bernapas ketika  monitor pola tidur pasien,dan catat
beraktivitas kondisi fisik
(grade 5)  anjurkan pasien untuk menghindari
 tekanan darah makanan sebelum tidur dan minum
sistolik ketika yang mengganggu tidur
beraktivitas  ajarkan pasien bagaimana melakukan
(grade 5) relaksasi otot autogenic atau bentuk
 tekanan diastolic non farmakologi lainnya untuk
ketika beraktivitas memancing tidur
(grade 5)  bantu meningkatkan jumlah jam tidur
 warna kulit (grade  sesuaikan jadwal pemberian obat
5) untuk mendukung tidur/siklus bangun
 kekuatan tubuh pasien
bagian atas (grade
5)
 kekuatan tubuh
bagian bawah
(grade 5)

Tingkat kecemasan
Definisi: keparahan dari
tanda-tanda ketakutan
,ketegangan,atau
kegelisahan yang berasal
dari sumber yang tidak
dapat diidentifikasi
 tidak dapat
beristirahat (grade
5)
 distress (grade 5)
 perasaan gelisah

15
(grade 5)
 otot tegang (grade
5)
 wajah tegang
(grade 5)
 kesulitan
berkonsentrasi
(grade 5)
 serangan panic
(grade 5)
 peningkatan
tekanan darah
(grade 5)
 peningkatan
frekuensi nadi
(grade 5)
 peningkatan
frekuensi
pernapasan (grade
5)
 dilatasi pupil
(grade 5)
 keringat dingin
(grade 5)
 pusing (grade 5)
 fatigue (grade 5)
 gangguan tidur
(grade 5)
 perubahan pada
pola makan
(grade 5)

16
2.2 Hematoma peurpereal

a. Definisi
Hematoma postpartum atau hematoma pada masa nifas adalah penggumpalan yang
timbul dari perdarahan luka yang berhubungan dengan pengiriman operasi ataupun
episiotomi, namun hematoma juga bisa terjadi akibat cedera pembuluh darah tanpa
adanya laserasi/sayatan dari jaringan sekitarnya (misalnya pseudoaneurysm, trauma
arteriovenosa fistula).
b. Etiologi
- gerakan kepala janin
- pertolongan persalinan
- penjaitan luka episiotomy
- cidera pembuluh darah
c. Patofisiologi
Hematoma dapat terjadi akibat adanya cidera pada pembuluh darah tanpa
adanya laserasi jaringan supervisial dan dapat dijumpai baik pada persalinan spontan
maupun dengan operasi. Kadang-kadang baru terjadi kemudian, dan keadaan ini
mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang megalami nekrosis akibat
tekanan yang lama. Yang lebih jarang terjadi, pembuluh darah yang ruptur terletak
diatas vasia pelvik dan keadaan tersebut hematoma akan terbentuk diatasnya. Kadang-
kadang oleh perdarahan yang banyak
d. Tipe-tipe Hematoma
 Hematoma pada Vulva
 Hematoma pada Paravagina
 Hematoma pada Retroperitoneum
e. Manifestasi Klinis
a. Hematoma tidak selalu tampak dan bahkan bisa terletak diantara jahitan, tapi
tanda dan gejala biasanya seperti berikut.
b. Nyeri berat pada vagina, vulva maupun rektal
c. Tekanan pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih dan rectum

17
d. Tekanan pada vagina atau vulva maupun rectal tak henti
e. Tegang, bengkak yang berfluktuasi
f. Terasa menonjol pada pemeriksaan rectum bagian atas
g. Tampak masa yang membuat deviasi vagina dan rectum
h. Perubahan warna dari biru sampai biru kehitaman
i. Pemeriksaan internal mungkin tidak bisa ditoleransi karena menyebabkan nyeri
yang tidak tertahan bagi ibu, yang dengan sendirinya membantu mendiagnosis
hematoma.
j. Tanda lain meliputi pembengkakan yang berubah warna dan terisi darah, jaringan
edema, tanda syok hipovolemik.
f. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan vulva
 Pemeriksaan pervaginam atau rektal
 Pemeriksaan abdomen
 Pemeriksaan laboratorium
 Foto rontgen pelvis atau abdomen
g. Komplikasi
Hematoma menyebabkan iritasi dan peradangan
Asuhan Keperawatan Hematoma Peurpereal
1. Pengkajian
 Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan hematom vulva tidak mengalami
penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga tidak mengalami penurunan.
 Pola istirahat dan tidur : klien dengan hematom vulva mengalami nyeri pada
kemaluan sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu
dengan suara-suara.
 Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi
blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut karena luka insisi, apakah perlu
bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
 Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan  pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
 Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan hematom vulva
di anjurkan untuk bedrest total.

18
 Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan (adanya luka insisi)


b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
( perdarahan yang terjadi terus-menerus)
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan(insisi pada daerah yang
mengalami hematom)

3. Rencana Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan (adanya luka insisi)


 Tujuan : Nyeri klien berkurang, hilang atau terkontrol
 Kriteria Hasil :
 Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
 Klien mengatakan nyaman
 Skala nyeri berkurang
 Klien dapat beraktivitas tanpa merasa nyeri
 Ekspresi klien nyaman
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara
aktif ( perdarahan yang terjadi terus-menerus)
 Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik selama proses perawatan
 Kriteria Hasil :
 1) TTV dalam batas normal
 2) Tidak terjadi penurunan kesadaran
 3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi , elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
 Balance cairan dalam batas normal
 Nilai elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif (insisi pada daerah yang
mengalami hematom)
 Tujuan : Pasien tidak mengalami infeksi
 Kriteria Hasil :

19
 Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Pasien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 TTV dan jumlah leukosit dalam batas normal

2.3 Tromboemboli

1. Definisi

Trombosis adalah pembentukan massa bekuan darah dalam sistem kardiovaskular


yang tidak terkendali. Emboli adalah oklusi beberapa bagian sistem kardiovaskuler oleh
suatu massa (embolus) yang tersangkut dalam perjalanannya ke suatu tempat melalui arus
darah. Tromboembolisme adalah gabungan thrombosis dan embolisme (Robin & Kumar,
1995).

2. Insiden dan Etiologi

Insiden tromboemboli pada kehamilan dan puerperium adalah lima kali lebih tinggi
dibandingkan wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Tromboemboli adalah penyebab
utama kematian maternal di Amerika Serikat.

Umumnya etiologi thrombus disebabkan oleh tiga hal yang dikenal dengan “trias Vischow”.

a. Perubahan susunan darah (hiperkoagulansi)


Kehamilan dikarakteristikkan oleh perubahan dalam pembekuan oleh sistem
fibrinosis yang berlangsung selama periode postpartum. Meningkatnya sistem
fibrinosis (aktivasi plasminogen dan antirombin) yang menyebabkan
penghancuran ditekan. Keuntungannya yaitu mencegah perdarahan maternal
melalui peningkatan pembentukan bekuan. Di samping itu, menyebabkan
risiko tinggi pembentukan thrombus selama kehamilan dan periode
postpartum.
b. Perubahan laju peredaran darah (statis vena)
Kehamilan menyebabkan peningkatan statis vena pada ekstremitas bawah dan
pelvis sebagai hasil dari tekanan pembuluh darah besar karena pembesaran
uterus. Statis paling nyata ketika wanita hamil berdiri untuk periode waktu
yang lama. Statis menyebabkan dilatasi pembuluh darah potensial berlanjut

20
hingga postpartum. Waktu yang lama dalam memijakkan kaki selama
kehamilan dan perbaikan episiotomy juga meningkatkan vena statis dan
pembentukan thrombus.
c. Perlakuan interna pembuluh darah
Dapat terjadi pada tindakan operasi. Dapat didahului oleh proses operasi atau
inflamasi. Perlakuan pada interna menyebabkan pembuluh darah kehilangan
muatan listrik, sehinnga thrombus mudah menempel pada dinding pembuuh
tersebut.

3. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi pada tromboembolisme adalah sebagai berikut.
a. Bedah
b. Multiparitas
c. Varises
d. Infeksi nifas
e. Kebiasaan merokok yang berat
f. Kontrasepsi oral
g. Inaktivitas
h. Riwayat tromboflebitis
4. Manifestasi Klinis
a. Thrombosis vena superfisial (TVS)
Thrombosis vena superfisial biasanya disertai oleh tanda dan gejala inflamasi. 1a Q
Tromboflebitis biasanya dihubungkan dengan varises vena dan terbatas pada
daerah betis. Tanda dan gejalanya meliputi ekstremitas kemerahan, lunak, dan
hangat. Palpasi luas dan penyempitan vena.
b. Thrombosis vena dalam
Thrombosis vena dalam lebih sulit didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis karena
tanda atau gejala sering kali tidak ada atau difus. Jika ada, gejalanya disebabkan oleh
inflamasi dan obstruksi vena balik, pembengkakan betis, serta edema eritema hangat
dan lunak. Tan Hotman (nyeri belakang lutut ketika dorsofleksi) dianggap sebagai
indicator thrombus vena dalam pada wanita postpartum.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. USG Doppler untuk menunjukkan peningkatan lingkaran ekstremitas yang
dipengaruhi.

21
b. Venografi kontras untuk memastikan thrombosis vena dalam.
c. Hb atau Ht untuk mengidentifikasi hemokonsentrasi.
d. Pemeriksaan koagulasi untuk mengidentifikasi hiperkoagulabilitas.
6. Penatalaksanaan
a. Tromboembolisme Ringan
Ditangani dengan istirahat, dapat juga dengan pemberian antibiotic dan ibu
dianjurkan untuk mobilisasi atau aktivitas ringan.
b. Tromboembolisme Berat
Antikoagulan untuk mencegah bertambah luasanya thrombus dan mengurangi
bahaya emboli. Terapi dapat dimulai dengan heparin melalui infus IV sebanyak
10.000 iu satuan setiap 6 jam dan diteruskan dengan kaumarin 10 gram per hari
kemudian 3 mg perhari dan selama 6 minggu kemudian dikurangi dan diberikan
dalam 2 minggu.
7. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Aktivitas
Riwayat duduk lama, imobilitas dengan tirah baring, anestesi akibat pembatasan
aktivitas, juga mencakup perkerjaan ibu.
b. Sirkulasi
 Varises vena
 Peningkatan frekuensi nadi
 Riwayat thrombosis vena sebelumnya, masaah jantung, hemografi, hipertensi
karena kehamilan, dan hiperkoagulabilitas pada purperium dini.
 Nadi perifer berkurang, tanda hotman positif, ekstremitas bawah (paha dan
betis) mungkin hangat dan warna kemerahan, tungkai yang sakit, dingin, pucat.
Serta edema.
c. Cairan
 Peningkatan berat badan
 ASI yang kadang-kadang berkurang pada ibu menyusui
d. Nyeri atau Ketidaknyamanan
 Nyeri tekan pada area yang sakit
 Thrombosis dapat teraba/memonjol dan berlekuk
e. Keamanan

22
 Adanya endometritis postpartum atau selulitis pelvis
 Suhu mungkin agak tinggi dan menggigil.

Diagnosa Keperawatan, NOC, dan NIC

Diagnosa NOC NIC


Gangguan perfusi jaringan  Nadi perifer dapat  Anjurkan tirah baring.
b/d interupsi jaringan diraba Rasional :
vena  Pengisian kapiler meminimalkan
adekuat kemungkinan
 Penurunan edema dan perubahan posisi pada
eritema. thrombus dan
menciptakan emboli.
 Observasi ekstremitas
terhadap warna.
Inspeksi adanya edema
dari lipat paha sampai
telapak kaki, ukur, dan
catat lingkar betis pada
kedua kaki.
Rasional : gejala yang
membantu
membedakan antara
tromboflebitis
superfisial dengan
thrombosis vena dalam
ialah kemerahan, panas,
nyeri tekan, dan edema
local merupakan
karakteristik superficial.
Pucat dan dingin pada
ekstremitas merupakan
karakteristik TVD.
 Kaji pengisian kapiler
dan periksa tanda

23
hotman.
Rasional : penurunan
pengisian kapiler dan
tanda hotman positif
menandakan TVD.
 Anjurkan untuk
meninggikan telapak
kaki dan kaki bawah di
atas ketingian jantung.
Rasional :
mengosongkan vena
superfisial dan tibia
dengan cepat,
mempertahankan vena
tetap kolaps, sehingga
meningkatkan aliran
balik vena.
 Instruksikan ibu untuk
tidak memaksa
ekstremitas yang sakit.
Rasional : untuk
mencegah perubahan
posisi thrombus yang
menimbukan
embolisme.
 Anjurkan napas dalam
Rasional :
menghasilkan
penekanan negative
pada toraks yang
membantu pengosongan
vena yang besar.
 Kaji kemudian

24
pernapasan dan bunyi
paru serta catat
keluhan-keluhan nyeri
pada dada dan
merasakan nyeri
ansietas.
Rasional : nyeri dada
yang tajam pada
substernal, ketakutan
tiba-tiba, dispnea,
takipnea, dan
hemoptisis adalah
tanda-tanda emboli
paru, khususnya pada
TVD.
 Lakukan ambulasi
progresil setelah fase
akut.
Rasional: melakukan
aliran balik vena
membantu mencegah
stasis.
 Berikan kompres
hangat lembap pada
ekstremitas yarg sakit.
Rasional:
meningkatkan sirkulasi
ke area ekstremitas,
meningkatkan
vasodilatasi aliran balik
vena, dan resolusi
edema
 Kolaborasi dalam

25
pemberian antikoagulan
menggunakan heparin.
Rasional: heparin dapat
mencegah pembentukan
trombus dan mencegah
pembekuan selanjutnya.
 Pantau pemeriksaan
laboratorium masa
protrombin, masa
tromboplastin Hb/Ht,
AST (SGOT)
Rasional: memantau
efektivitas
antikoagulan,
hemokonsentrasi, dan
dehidrasi dapat
nenimbulkan
pembekuan.
Peningkatan kadar AST
dapat menandakan
emboli.
Nyeri akut yang b/d  Nyeri hilang  Kaji derajat
proses inflamasi spasme  Ibu dapat rileks dan ketidaknyamanan atau
vaskuler istirahat dengan tepat. nyeri dengan
melakukan palpasi pad
kaki.
Rasional: derajat nyeri
berhubungan langsung
dengan luas nyeri yang
terlibat, derajat
hipoksia, dan edema
berkenaan dengan
terjadinya trombus pada
dinding vena

26
terinflamasi. Ibu dapat
melindungi atau
mengimobilisasi
ekstremitas yang sakit
untuk menurunkan
nyeri berkenaan dengan
gerakan akut.
 Pertahankan tirah
baring dengan tepat.
Rasional: menurunkan
ketidaknyamanan
berkenaan dengan
kontraksi dan gerakan
otot, menimbulkan
kemungkinan
perubahan posisi
trombus.
 Pantau tanda-tanda vital
Rasional: memantau
tanda-landa vital dapat
menandakan
peningkatan nyeri,
demam dapat
memperberat
ketidaknyamanan
umum.
 Tinggikan eksremitas
yang sakit.
Rasional:
meningkatkan aliran
balik vena
memudahkan sirkulasi.
 Anjurkan perubahan

27
posisi yaitu
mempertahankan
ekstremitas tetap tinggi
Rasional: menurunkan
kelelahan,
meminimalkan spasme
otot , dan meningkatkan
aliran balik vena
 Jelaskar prosedur
tindakan dan intervensi
Rasional: melibatkan
ibu dalam asuhan
keperawatan,
peningkatan kontrol,
dan penurunan rasa
cemas.
 Identifikasi nyeri dada
yang tiba-tiba dan
tajam, dispnea,
takikardi, atau
ketakutan.
Rasional: tanda dan
gejala ini menunjukkan
emboli paru sebagai
komplikasi TVD.
 Berikan obat-obatan
sesuai indikasi
(analgetik,
antiinflamasi).
Rasional: analgetik
menurunkan demam
dan inflamasi
menghilangkan nyeri.

28
 Berikan kompres panas
yang lembap pada
ekstremitas
Rasional:
menyebabkan
vasodilatasi yang
meningkakan sirkulasi.
 Anjurkan tindakan
untuk penurunan
keterganturgan emosi
seperti teknik relaksasi
dan pengungkapan
masalah.
Rasional: menurunkan
derajat kecemasan
mencegah kelelahan
otot.
Ansietas yang b/d  Mengungkapkan  Jelaskan prosedur,
perubahan status tentang perasaan tindakan, dan irtervensi
kesehatan ansietas. keperawatan.
 Menunjukkan Rasional: menurunkan
penurunan perilaku rasa takut,
seperti gelisah dan meningkatkan
iritabilitas. pengetahuan ibu, dan
libatkan dalam tindakan
 Anjurkan untuk teknik
relaksasi dan
pengungkapan masalah
Rasional: mencegah
kelelahan otot
menurunkan ansietas.
 Pantau tanda-tanda vital
dan perilaku seperti
kegelisahan , peka

29
rangsangan dan
menangis.
Rasional: dapat
menunjukkan perubahan
pada tingkat ansietas
dapat meningkatkan
kemampuan ibu dalam
mengatasi masalah.
 Bantu ibu merawat diri
sendiri dan bayi
Rasional: ansietas ibu
dapat berkurang jika
kebutahanrya terpenuhi
serta bahwa ia mampu
mengatasi dan teilibat
dalam tugas-tugas
keperawatan diri sendiri
dan bayinya.
 Anjurkan kontak melalui
telepon atau bertemu
dengan pasangan dan
anak-anak. Bila ibu
dirawat di rumah sakit,
dianjurkan kontak
dengan bayinya.
Rasional: membantu
menurunkan perpisahan
dan isolasi.
Mitayani.2013.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta : Salemba Medika

2.4 Infeksi Nifas


a. Definisi

30
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhub sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan, dengan mengeualikan 24 jam pertama.

b. Etiologi
Organisme menyerang bekas implantasi plasenta atau laerasi akibat persalinan.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi infeksi nifas yaitu :
- Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti pendarahan
yang banyak, pre eksplansia; juga infeksi lain seperti pneumonia, penyakit
jantung, dsb.
- Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama
- Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
- Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
d. Manifestasi Klinis
Infeksi nifas dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu:
- Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
- Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melaui vena-vena, jalan limfe dan
permukaan endometrium.
- Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks:
 Gejala berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang perih
saat kencing
 Bila kelenjar getah bening meradang, biasanya keadaannya tidak berat, suhu
sekitar 380C dan nadi dibawah 100 per menit.
 Bila luka terinfeksi, tertutup jahitan dan cairan radang tidak dapat keluar,
demam naik sampai 39-40oC, kadang-kadang disertai mengigil.

Endometritis:

- Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan sellaput
ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu
- Uterus agak memnesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

Septikemia:

31
- Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
- Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat biasanya disertai
mengigil.
- Suhu sekutar 39-400C, keadaan umum cepat memburuk nadi cepat (140-160 kali
per menit atau lebih).
- Pasien dapat menninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.

Piemia:

- Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak
meningkat.
- Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta mengigil terjadi setelah kuman
dengan emboli memasuki peredaran darah.
- Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
- Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.

Peritonitis:

- Pada peritonitis umum, terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut
kembugn dan nyeri, dan ada defense musculare.
- Muka yang dulu kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat fasies hippocratia.
- Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis
umum.
- Peritonitis yang terbatas: pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan umum
tidak baik.
- Bisa terdapat pembentukan abses.

Seluitis Pelvik:

- Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri dikiri atau
kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya seluitis pelvika.
- Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya
- Pada pemerikasaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus

32
- Ditengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-
mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
- Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut

e. Diagnosis
Untuk penegakan diagnosa diperlukan pemeriksaan seksama. Perlu diketahui
apakah infeksi terbatas pada tempat masuknya kuman ke dalam badan atau menjalar
keluar ke tempat lain. Pasien dengan infeksi luas tampak sakit, suhu menigkat,
kadang-kadang menggigil, nadi cepat dan keluhan lebih banyak. Jika fasilitas ada,
lakukan pembiakan getah vagina sebelah atas dan pada infeksi yang berat diambil
darah untuk meksud yang sama. Usaha ini dilakukan untuk mengetahui etiologi
infeksi dan menentukan pengobatan antibiotik yang paling tepat.
f. Penatalaksaan
 Pencegahan infeksi nifas :
- Anemia diperbaiki selama masa kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada
kehamilan tua sebaiknya dilarang,
- Membatasi masuknya kuman dijalan lahir selama persalinan.
- Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut.
- Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin
- Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar
bersalin
- Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan
atas indikasi yang tepat
- Selama nifas, rawan higiene perlukaan jalan lahir.
- Jangan merawat pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita
sehat yang berada dalam masa nifas

Pencegahan infeksi penting dilakukan selama siklus maternitas. Penyuluhan


kesehatan ditekankan. Pasien dianjutkan untuk menghindari kemungkinan
sumber-sumber infeksi, terutama infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi
saluran kemih (ISK) serta penyakit menular.
Selama persalinan dan pelahiran, perawatan diberikan untuk membatasi
kesempatan penyebaran infeksi yang naik dari saluran genital dan mengurangi

33
pajanan bakteri eksogenus. Setiap klien pascapartum harus memiliki peralatan
pribadi untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang. Mencuci tangan
dengan seksama setelah melakukan kontak dengan tiap-tiap klien juga membantu
mencegah perpindahan satu infeksi dari satu klien ke klien lainnya. Tindakan
kewaspadaan standar diberlakukan untuk semua prosedur.
Petugas kesehatan yang menderita infeksi kulit atau infeksi saluran pernafasan
seharusnya tidak diperkenankan bekerja didepartemen maternitas. Nasofaring
petugas kesehatan tsb merupakan sumber kontaminasi umum yang sifatnya
eksogenus. Masker penutup hidung dan mulut yang bersih dan kering digunakan
selama pelahiran dan prosedur agar efektif. Masker tersebut harus diganti dengan
sering dan sebaiknya tidak digantung dileher saat tidak digunakan.
Selama beberapa hari setelah pelahiran, permukaan jalan lahir merupakan
daerah yang rentan terhadap bakteri patogen, perawat memeriksa kondisi
perineum dan karakteristik lokia minimal setiap 8 jam apakah ada tanda dan gejala
infeksi. Klien diajarkan prinsip yang tepat dalam melakukan perawatan perineum,
dengan penekanan dengan tidak menyentuh pada labia atau pembalut perineum
dengan jari-jari tangan dan tidak memisahkan labia karena tindakan ini
menyebabkan larutan pembersih masuk kedalam vagina. Ibu yang sedang
menyusui diajarkan untuk memeriksa puting mereka apakah ada kemerahan atau
pecah-ecah setiap kali menyusui dan melaporkan dengan segera jika terdapat luka
pada payudara. Klien dianjurkan untuk melaporkan tanda-tanda infeksi pada
saluran genital dengan cepat kepada dokter atau pemberi perawatan utama
mereka.
 Evaluasi

Kriteria hasil asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:

- Suhu tubuh klien kembali norml


- Tanda-tanda vital berada dalam batas normal
- Klien mengatakan bahwa nafsu makannya telah kembali
- Klien dapat berjalan tanpa kesulitan
- Klien menyatakan tidak ada rasa nyeri pada infeksi
- Uterus dan lokia klien dalam kondisi normal untuk setiap tahap involusi

34
- Klien mendemonstrasikan perawatan diri dan perawatan bayi baru lahir. Selain
itu, pasangan klien memberikan dukungan, dan klien kembali menyusui jika
sebelumnya klien sudah menyusui
Ketika terjadi gangguan harga diri atau menjadi orang tua, kecemasan, dan
kurang pengetahuan, asuhan keperawatan berhasil jika ibu dan pasangannya
telah mengatasi kekawatiran dan perasaan negatif

Penanganan infeksi nifas:

- Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari


- Berikan terapi antibiotik
- Perhatikan diet lakukan transfusi darah bila perlu
- Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah masuk ke dalam rongga perineum.

 Infeksi Perineum dan Vulva


Infeksi perineum dan vulva adalah infeksi yang sifatnya terlokalisasi yang
umumnya terjadi pada jahitan laserasi perineum atau luka episiotomi. Infeksi tersebut
pada umumnya tidak berat, menyebabkan ketidaknyamanan pada tingkat sedang, dan
hanya mempengaruhi gangguan fungsi tubuh secara minimal.

 Pengkajian Keperawatan
Perawat mengkaji klien apakah ada gejala-gejala yang lazim dialami meliputi
peningkatan suhu, nyeri, dan sensasi rasa panas pada area yang terinfeksi. Pada
inspeksi, daerah yang terinfeksi menjadi kemerahan dan bengkak, ujung kulut
terbuka, dan mengeluarkan rabas aeoropurulen. Pada beberapa infeksi vulva menjadi
edematosa, yang menyebabkan klien merasakan nyeri yang hebat.

 Infeksi lokal ini jarang menyebabkan masalah yang berat, asalkan terjadi drainase
yang baik dan suhu tubuh klien tetap dibawah 38,4 derajat celcius. Untuk
meningkatkan drainase yang baik, dokter mengangkat jahitan dan membuka luka
tersebut. Karena drainase merupakan sumber kontaminasi, kehati-hatian harus
dilakukan ketika memegang benda-benda yang memungkinkan terkontaminasi oleh
drainase untuk mencegah penyebaran infeksi. Dan berikan antibioktik sesuai jadwal.

35
Perawat secara terus menerus mengamati penyembuhan luka, dengan mencatat
karakteristik setiap drainase dan kondisi lokasi luka. Adanya demam, malaise, dan
penurunan nafsu makan dicatat dan dilaporkan. Tambahan asupan cairan sampai
2.000 ml dianjurklan. Klein diberi petunjuk tenatang perawatan perineum yang benar,,
kebersihan pembalut, dan tindakan untuk mencegah penyebaran infeksi. Klien
dianjurkan untuk merawat dan memberi makan bayi baru lahir. Klien di yakinkan
bahwa risiko infeksi pada bayi baru lahir adalah minimal apabila teknik pencegahan
dilakukan.

2.5 Mastitis

Mastitis adalah radang pada payudara. Penyebabnya adalah payudara bengkak yang
tidak disusu secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet memudahkan
masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. Bra/BH yang terlalu ketat
mengakibatkan engorgement segmental. Bila tidak disusu dengan adekuat, dapat terjadi
mastitis. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, atau anemia akan mudah terkena infeksi.

Mastitis pada masa pascapartum merupakan suatu infeksi akut pada jaringan
glandular kelenjar payudara. Mastitis terjadi terutama pada ibu yang menyusui.
Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan mastitis adalah Staphylococcus aureus.
Kadang kala mastitis disebabkan oleh Streptococcus beta hemolitik group A. Infeksi tersebut
biasanya didahului oleh terdapatnya fisura atau lecet pada puting atau areola, yang
merupakan tempat masuk mikroorganisme ke dalam sistem duktus. Kadang kala, duktus
laktiferus yang tersumbat terserang, yang menyediakan media untuk pertumbuhan mikroba.
Bayi baru lahir dapat menjadi sumber infeksi setelah mendapatkan patogen secara oral dari
kulit ibu atau dari seorang pemberi layanan kesehatan. Tangan klien dapat menjadi sumber
infeksi, terutama ketika mastitis disebabkan oleh mikroorganisme lain. Kadang kala,
epidemik mastitis terjadi ketika mikroorganisme disebarkan oleh staf ruang perawatan bayi
ke banyak bayi baru lahir dan kemudian dari bayi baru lahir ke ibu mereka

36
Gejala mastitis

meliputi bengkak, nyeri seluruh payudara/nyeri lokal, kemerahan pada seluruh payudara
berbenjol-benjol, panas badan, dan rasa sakit umum. atau hanya lokal, payudara keras

Penatalaksanaan

1. Menyusui tetap dilanjutkan.


Pertama, bayi disusukan pada payudara yang sakit selama dan sesering mungkin agar
payudara kosong, kemudian lakukan hal vane sama pada payudara vang normal
.bengkak yang tidak disusu secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis Puting lecet
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. Bra/BH yang
terlalu ketat mengakibatkan engorgement segmental. Bila tidak disusu dengan
adekuat, dapat terjadi mastitis. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, atau anemia
akan mudah terkena infeksi.

2. Beri kompres panas dengan menggunakan shonwer hangat basah panas pada
payudara yang terkena.

3. Ubah posisi menyusui pada setiap kali menyusui, yaitu dengan posisi tidur, duduk,
atau atau posisi memegang bola (football position)

4. Kenakan bra/BH yang longgar.

5. Istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi.

6. Banyak minum (sekitar 2 liter per hari).

Dengan cara-cara di atas, biasanya peradangan akan menghilang setelah 48 jam dan
jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi bila dengan cara-cara di atas tidak ada perbaikan
setelah 12 jam, ibu perlu diberi antibiotik selama 5-10 hari dan analgesik. Abses Payudara
Harus dibedakan antara abses dan mastitis.

Abses Payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan


oleh meluasnya peradangan pada payudara tersebut. Gejalanya adalah ibu tampak sakit lebih
parah, payudara lebih merah mengilat, benjolan lebih lunak karena berisi nanah. Abses
bernanah perlu diinsisi untuk mengeluarkan nanah tersebut. Pada abses payudara, perlu diberi

37
antibiotik dosis tinggi dan analgesik Sementara itu, susur bayı tanpa djadwal hanya pada
payudara yang sehatetivate dan ASI dari payudara yang sakit diperas (tidak disusukan).
Setelah sembuh atas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, ibu perlu diberi antibiotik selama 5-
10 hari dan analgesik.

Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Abses payudara merupakan


kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan pada
payudara tersebut.

Gejalanya adalah ibu tampak sakit lebih parah, payudara lebih merah mengilat,
benjolan lebih lunak karena berisi nanah. Abses bernanah perlu diinsisi untuk mengeluarkan
nanah tersebut. Pada abses payudara, perlu diberi antibiotik dosis tinggi dan analgesik
Sementara itu, susui bayi tanpa dijadwal hanya pada payudara yang sehat dan ASI dari
payudara yang sakit diperas (tidak disusukan). Setelah sembuh, bayi dapat menyusu kembali.

Kelainan Anatomis pada Puting

Diagnosis kelainan puting ditegakkan dengan areola payudara. Bila puting menonjol,
puting tersebut normal, tetapi bila puting tidak menonjol berarti puting inversi/datar. Puting
yang mengalami kelainan seperti itu, bila telah diketahui selama kehamilan harus dilakukan
masase dengan reknik Hoffman

1. Bila hanya satu puting yang inversi, pertama bayi disusukan pada puting susu yang normal.
Dengan demikian, kebutuhan bayi akan terpenuhi, schingga bayi itu, upaya ini juga
mengurangi kemungkinan lecetnya puting

2. Kompres dingin pada putirng yang sakit sebelum menyusu akan menambah protaktılitas
puting.

3. Dengan teknik Hoffman dan menggunakan breast shield ketika tidak menyusui, akan
menambah protaktilitas.

Pengkajian Keperawatan Mastitis

Pada masa pascapartum dapat terjadi setiap saat selama masa menyusui. Pengamatan
harian terhadap payudara, yang meliputi konsistensi, warna, suhu permukaan, dan kondisi
puting, merupakan tindakan yang penting dilakukan untuk identifikasi awal. Perawat juga

38
mengamati para ibu menyusui tersebut untuk menyakinkan teknik menyusui yang benar.
Pembengkakan payudara dapat mendahului mastitis, walaupun pembengkakan tidak
menyebabkan infeksi. Wanita pada umumnya melaporkan adanya nyeri tekan pada satu
payudara yang terasa hangat, keras, dan merah. Klien merasakan nyeri pada daerah payudara
yang terserang dan dapat mengalami malaise, demam, dan peningkatan suhu tubuh.
Peradangan dapat terjadi merata atau terbatas pada satu lobus

Riwayat dan pengkajian fisik yang saksama sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi
kemungkinan faktor risiko yang menyebabkan klien menderita ISK perawat perlu waspada
terhadap kemungkinan tanda dan gejala sistitis dan plenoefritis.

Skrining bakteriuria pada masa pascapartum dilakukan secara rutin di banyak


fasilitas.Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan biakan yang diambil dari spesimen urine
aliran tengah dan dipastikan dengan biakan urine.studi sensitivitas pada umumnya dilakukan
untuk mengidentifikasi antibiotik yang tepat untuk pengobatan urganisme penyebab.

Tanda dan gejala sistisis meliputi:

- Rasa nyeri atau seperti terbakar ketika berkemih

- Urgensi

- Sering berkemih

- Nyeri tekan pada suprapubis

- Demam ringan

Analisa urine memeriksa:

- Leukositosis

- Sel darah merah

- Bakteri

Biarkan urine menunjukkan:

-hasil yang positif

39
(A) Mastitis awal. Demam disertai nyeri pada area payudara dan "semburat" yang merah dan
nyeri apabila ditekan tetapi rata dan tidak membengkak.

(B) Peradangan yang jelas pada mastitis. Area yang bengkak, nyeri, dan berwarna merah-
kecoklatan terbentuk. Drainase purulen secara bertahap terfokalisasi ke dalam abses; apabila
menonjol, drainase purulen tersebut harus diinsisi dan dialirkan.Atau daerah lokal payudara,
dengan pengerasan, nyeri tekan, dan eritema. Garis-garis merah dapat terjadi di sepanjang
pembuluh limfatik, dan pembesaran nodus aksilaris yang teraba nyeri jika ditekan mungkin
ditemukan. Biakan atau pewarnaan Gram dapat diperoleh dari ASI guna mengidentifikasi
organisme penyebab. Mastitis biasanya terjadi unilateral. Tanpa terapi yang efektif, abses
lokal dapat terbentuk.

Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan yang tepat dapat diidentifikasi.

Diagnosis Keperawatan-Mastitis

- Kurang Pengetahuan yang berhubungan dengan

 Perawatan payudara

 Teknik menyusui yang benar

 Pencegahan infeksi

- Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan infeksi

- Ansietas yang berhubungan dengan efek infeksi pada pemberian ASI

- Dikontinuitas pemberian ASI1 yang berhubungan dengan infeksi dan nyeri

- Perubahan Peran Menjadi Orang Tua yang berhubungan dengan ketidakmampuan klien
untuk melanjutkan pemberian ASI

- Risiko Gangguan Pelekatan Orang Tua/Bayi yang berhubungan dengan kemungkinan


pemisahan dan bayl baru lahir

- Harga Diri Rendah Situasional yang berhubungan dengan ketidakmampuan klien untuk
melanjutkan pemberian ASI.

40
Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

Klien biasanya dapat mencegah terjadinya mastitis dengan menghindari lecet puting
dan mendapatkan terapi yang cepat jika lecet puting terjadi. Penyuluhan klien tentang
perawatan payudara dan puting serta teknik menyusui yang benar sangat penting (lihat Bab
30). Perawat juga memberi tahu klien tentang tanda dan gejala infeksi dan perlunya terapi
yang cepat. Puting diperiksa setiap 8 jam untuk memeriksa apakah

Pada area yang pecah-pecah, lecet, lepuh, dan ekskoria Luka dan nyeri tekan pada
puting yang dilaporKan oleh ibu harus diperiksa dengan segera. Kemungkin terdapat pecah-
pecah pada permukaan kulit atau lecet ringan.Apabila kulit luka,kemungkinan menderita
infeksi sangat besar,identifikasi terjadinya mastitis sejak dini penting dilakukan untuk
mencegah komplikasi dan minimalkan dampaknya pada pemberian AsI,Banyak infeksi
payudara disebabkan oleh stafilokokus yang resisten terhadap penisilin,sefalosforin,atau
vankomisin,yang bergantung pada sensivitas mikroorganisme,digunaka.Apabila terbentuk
daerah finktuasi atau abses maka harus diinsisi dan dialirkan.Terapi kompres dingin dan
panas juga digunakan.Perawat memberikan antibiotik,mengganti balutan setelah dilakukan
insisi dan pengaliran,dan memantau tanda-tanda penyembuhan luka pada klien.Dengan terapi
antibiotik yang efektif,infeksi sering kali dapat dikendalikan dalam 24 jam.

Opini tentang boleh atau tidaknya melanjutkan pemberian ASI bervariasi,ketika klien
mengalami demam tinggi atau terbentuk abses yang membutuhkan insisi dan pengaliran klien
dianjurkan berhenti menyusui untuk sementara waktu.Untuk mempertahankan laktasi,klien
dimotivasi untuk memeras ASI dari payudara yang terinfeksi setiap beberapa jam ketika rasa
nyeri telah berkurang.klien juga dianjurkan untuk menggunakan BH penyokong yang kuat
untuk menyangga payudara.

Jika menyusui dihentikan,menyusui harus dilakukan kembali dengan segera pada saat
suhu tubuh normal dan tanda-tanda infeksi (nyeri,kemerahan,edema) telah berkurang,jika
telah diambil keputusan,untuk behenti menyusui,penerimaan wanita,penyesuaian terhadap
pemberian susu formula,dan perubahan peran dan konsep diri dieksplorasi,dukungan
emosional dan bimbingan diberikan untuk membantu klien menghadapi perubahan tersebut.

41
Evaluasi Keperawatan

Kriteria hasil asuhan keperawatan pada klien yang menderita mastitis adalah sebagai berikut:

- Klien memperlihatkan perawatan payudara dan puting serta teknik menyusui yang benar.

- Klien menyatakan,tanda dan gejala mastitis

- Klien menyebutkan penurunan nyeri pada payudara yang terinfeksi

- Klien menyebutkan tanda-tanda enyembuhan infeksi

- Klien menyatakan penerimaannya terhadap kondisi

- Klien menunjukkan perilaku koping yang positif

BAB III

ANALISIS JURNAL

3.1 Analisis Jurnal 1

Judul : Analisis Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Post Partum Pada Ibu
Hamil Anemia Di Puskesmas Karang Duren Kabupaten Jember
Selama Tahun 2012 – 2016

Sumber : Jurnal Kesehatan Vol. 5. No. 3. April 2017

Rangkuman : Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan postpartum


adalah partus lama, paritas, peregangan uterus yang berlebihan, oksitosin drip, anemia,
dan persalinan dengan tindakan. Ibu hamil yang mengalami anemia (Hb < 11 gr/dl) akan
dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi kehilangan darah saat persalinan meskipun
hanya sedikit. Penelitian ini bertujuan mengetahui besarnya faktor risiko kejadian
perdarahan post partum pada ibu hamil anemia di Puskesmas Karang Duren Kabupaten
Jember selama tahun 2012 – 2016. Penelitian dilaksanakan selama bulan Januari – Mei
2017di wilayah kerja puskesmas Karang Duren. Metode penelitian ini adalah metode
observasional analitik dengan pendekatan retrospektif. Subjek penelitian berjumlah 94 ibu
hamil terbagi dalam 5 desa di wilayah Kecamatan Karang Duren Kabupaten Jember.

42
Teknik pengambilan subjek menggunakan propotional random sampling. Variabel dalam
penelitian ini adalah status anemia (independen) dan kejadian Perdarahan Post Partum
(dependen). Penelitian ini mengolah data sekunder yang dimiliki puskesmas Karang
Duren Kabupaten Jember selama Tahun 2012 – 2016. Analisis statistik menggunakan uji
chisquare. Hasil penelitian menujukkan Perdarahan postpartum lebih banyak didapatkan
pada subjek yang mengalami anemia (80,43%), sedangkan subjek yang tidak anemia
lebih sedikit mengalami perdarahan postpartum (19,57%). Terdapat hubungan antara
status anemia pada ibu hamil dengan kejadian perdarahan post partum, hal ini
ditunjukkan dengan nilai p value = 0,005. Analisis Risiko kejadian perdarahan post
partum pada ibu hamil dengan status anemia 15.62 x lebih besar dari pada ibu hamil yang
tidak anemia.

3.2 Analisis Jurnal 2

Judul : Risk Factors and Incidence of Puerperal Genital Haematomas

Sumber : PubMed Central

Tujuan : Mengevaluasi kejadian dan faktor risiko untuk hematoma genital nifas.

Hasil : Kejadian hematoma genital nifas adalah 1 dari 1.113 kelahiran. Vulvovaginal
adalah tipe hematoma yang paling umum. Nyeri di situs episiotomi adalah keluhan paling
umum, diikuti oleh takikardia dan berdarah. Waktu rata-rata untuk mendeteksi hematoma
adalah enam jam (0-17). Primigravida, penyakit hipertensi kehamilan, koagulopati dan
episiotomi adalah faktor risiko yang signifikan untuk hematoma genital nifas. Anemia juga
termasuk faktor risiko signifikan untuk hematoma. Tapi apakah itu penyebab atau efek
hematoma tidak dapat dipastikan karena hemoglobin pra-persalinan tidak tersedia pada
semua subjek.

2.3 Analisis Jurnal 3

Judul Jurnal : Postpartum deep vein thrombosis resolved by catheter-directed thrombolysis

Sumber : PubMed Central

43
Rasional : Catheter Directed thrombolysis (CDT) adalah prosedur umum untuk
mengobati trombosis vena dalam akut, tetapi jarang digunakan untuk pasien postpartum,
terutama setelah lebih dari 3 bulan.

Intervensi : Venografi dilakukan melalui vena poplitea kiri setelah kanulasi vena poplitea
di bawah petunjuk USG. Kemudian mengamati sejumlah besar lapisan trombus dari
femoralis vena ke vena iliaka. Ditemukan oklusi total di sepanjang vena iliaka eksternal ke
inferior vena cava (IVC) dengan berlimpah pembuluh kolateral. Kateter infus kemudian
dimasukkan pada CDT dengan urokinase (60000IU / jam), bersamaan dengan heparinization
sistemik. Setelah 2 hari trombolisis dan dilatasi balon, hasil venografi mengungkapkan
peningkatan aliran utama dengan antegrade kurang dari 30% penyempitan area luminal
residual. Pasien merasa bebas dari gejala sepenuhnya setelah endovascular intervensi.

3.4 Analisis Jurnal 4

Judul :Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi Luka Perineum pada
Ibu Post Partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado

Sumber :E-jornal Keperawatan (e-Kp)

Tujuan :Penelitian ini menganalisa hubungan vulva hygiene dengan pecegahan infeksi
luka perineum pada ibu post partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado

Intervensi :Vulva hygiene adalah membersihkan alat kelamin wanita bagian luar yang
bermanfaat untuk menjaga vagina dan daerah disekitarnya agar tetap bersih dan
nyaman,mecegah muncul keputihan, bau tak sedap, dan gatal-gatal serta mejaga pH vagina
tetap normal. Jika tidak dilakukan vulva hygiene pada ibu post partum maka menyebabkan
infeksi terutama pada luka perineum. Infeksi dapat menghambat proses penyembuhan luka.
Sehingga tindakan vulva hygiene sangat penting dilakukan pada ibu post partum. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara vulva hygiene dengan pencegahan
infeksi luka perineum pada ibu pot partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado.
Peran vulva hygiene baik berpeluang 10 kali lebih besar terhadapat pencegahan infeksi
perineum dibandingkan dengan vulva hygiene kurang.

44
3.5 Analisis jurnal 5

1. Judul :Hubungan teknik menyusui dengan risiko terjadinya mastitis


pada ibu menyusui di desa Kemuning kecamatan arjasa kabupaten Jember
2. Penulis :Armita Iriyani Hasanah, Ratna Sari Hardiani, Latifa Aini
Susumaningrum
3. Rangkuman :
Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik menyusui kategori baik berjumlah
21 responden (36.8%) dengan risiko rendah terjadinya mastitis sejumlah 17 responden
(29,8%) dan risiko sedang terjadinnya mastitis sejumlah 4 responden (7.0%). Teknik
menyusui kategori cukup berjumlah 36 responden (63,2%) dengan dengan risiko
rendah terjadinya mastitis sejumlah 14 responden (24,6%) dan risiko sedang
terjadinya mastitis sejumlah 22 responden (38,6%).
Berdasarkan hasil uji chi square disimpulkan bahwa ada hubungan teknik
menyusui dengan risiko terjadinya mastitis pada ibu menyusui di Desa Kemuning
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember (CI 95%; p value 0,005). Dari hasil analisis
diperoleh ibu menyusui yang memiliki teknik menyusui cukup akan berisiko lebih
tinggi terhadap terjadinya mastitis sebesar 6,679 kali lipat dibandingkan ibu menyusui
yang memiliki teknik menyusui baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Apriyani, Kristiyanti, dan Susiatmi tahun
2014 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan
kejadian puting susu lecet, dimana semakin baik teknik menyusui ibu maka kejadian
puting susu lecet semakin berkurang. Puting lecet dapat berkembang menjadi mastitis
jika tidak ditangani dengan baik.
Penelitian Aeni, Andayani, Widodo tahun 2013 menunjukkan bahwa ada
hubungan cara menyusui dengan kejadian bendungan ASI, dimana semakin baik
kemampuan cara menyusui ibu akan mengurangi kejadian bendungan ASI.
Bendungan ASI disebabkan oleh air susu tidak disusukan dengan adekuat akhirnya
menyebabkan payudara bengkak dan akhirnya menjadi mastitis.
Duktus (saluran) susu yang tersumbat dapat meningkatkan kerentanan
payudara terhadap infeksi. Sumbatan saluran payudara dapat terjadi karena
komplikasi dari bendungan payudara. Saluran susu yang tersumbat harus di rawat
sehingga benar-benar sembuh untuk menghindari terjadinya mastitis. dengan risiko

45
rendah terjadinya mastitis sejumlah 14 responden (24,6%) dan risiko sedang
terjadinya mastitis sejumlah 22 responden (38,6%).
Berdasarkan hasil uji chisquare dapat disimpulkan bahwa ada hubungan teknik
menyusui dengan risiko terjadinya mastitis pada ibu menyusui di Desa Kemuning
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember (CI 95%; p value 0,005). Dari hasil analisis
diperoleh ibu menyusui yang memiliki teknik menyusui cukup akan berisiko lebih
tinggi terhadap terjadinya mastitis sebesar 6,679 kali lipat dibandingkan ibu menyusui
yang memiliki teknik menyusui baik.
Hal ini sejalan dengan penelitian Apriyani, Kristiyanti, dan Susiatmi tahun
2014 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan
kejadian puting susu lecet, dimana semakin baik teknik menyusui ibu maka kejadian
puting susu lecet semakin berkurang. Puting lecet dapat berkembang menjadi mastitis
jika tidak ditangani dengan baik.
Penelitian Aeni, Andayani, Widodo tahun 2013 menunjukkan bahwa ada
hubungan cara menyusui dengan kejadian bendungan ASI, dimana semakin baik
kemampuan cara menyusui ibu akan mengurangi kejadian bendungan ASI.
Bendungan ASI disebabkan oleh air susu tidak disusukan dengan adekuat akhirnya
menyebabkan payudara bengkak dan akhirnya menjadi mastitis.
Duktus (saluran) susu yang tersumbat dapat meningkatkan kerentanan
payudara terhadap infeksi. Sumbatan saluran payudara dapat terjadi karena
komplikasi dari bendungan payudara. Saluran susu yang tersumbat harus di rawat
sehingga benar-benar sembuh untuk menghindari terjadinya mastitis.

46
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 cc setelah persalinan abdominal.
Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah
perdarahan yang terjadi ,maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai
perdarahan yang lebih dari normal yang telah menyebabkan perubahan tanda
vital,antara lain pasien mengeluh lemah,limbung (goyah) ,berkeringat
dingin,menggigil, tekanan darah sistolik <90 mmHg,denyut nadi >100 x/menit,kadar
Hb< 8 g/dL.

Hematoma postpartum atau hematoma pada masa nifas adalah penggumpalan


yang timbul dari perdarahan luka yang berhubungan dengan pengiriman operasi
ataupun episiotomi, namun hematoma juga bisa terjadi akibat cedera pembuluh darah

47
tanpa adanya laserasi/sayatan dari jaringan sekitarnya (misalnya pseudoaneurysm,
trauma arteriovenosa fistula).

Trombosis adalah pembentukan massa bekuan darah dalam sistem


kardiovaskular yang tidak terkendali. Emboli adalah oklusi beberapa bagian sistem
kardiovaskuler oleh suatu massa (embolus) yang tersangkut dalam perjalanannya ke
suatu tempat melalui arus darah. Tromboembolisme adalah gabungan thrombosis dan
embolisme (Robin & Kumar, 1995).

Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhub sampai 380C atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan, dengan mengeualikan 24 jam pertama.

Mastitis adalah radang pada payudara. Penyebabnya adalah payudara bengkak


yang tidak disusu secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. Bra/BH yang
terlalu ketat mengakibatkan engorgement segmental. Bila tidak disusu dengan
adekuat, dapat terjadi mastitis. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, atau anemia
akan mudah terkena infeksi.

4.2 Saran

a. Pasien

Diharapkan pasien dapat memahami pengertian, penyebab, klasifikasi, fisologi dan


penatalaksanaan pada saat postpartum.

b. Perawat

Diharapkan kepada perawat untuk dapat menggunakan proses keperawatan sebagai


kerangkaa kerja untuk perawatan pasien post partum

48
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, dkk. 2012. Keperawatan Maternitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran; EGC.

Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

49

Anda mungkin juga menyukai

  • DIAGNOSA KEPERAWATAN
    DIAGNOSA KEPERAWATAN
    Dokumen23 halaman
    DIAGNOSA KEPERAWATAN
    ulfha putri
    Belum ada peringkat
  • Telaah Jurnal Bagian3
    Telaah Jurnal Bagian3
    Dokumen2 halaman
    Telaah Jurnal Bagian3
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN
    PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN
    Dokumen4 halaman
    PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN
    wilda
    Belum ada peringkat
  • SMT 4 Pemeriksaan Kardiovaskuler Lanjut 2019
    SMT 4 Pemeriksaan Kardiovaskuler Lanjut 2019
    Dokumen38 halaman
    SMT 4 Pemeriksaan Kardiovaskuler Lanjut 2019
    rifka riska
    Belum ada peringkat
  • Sistem Kardiovaskuler
    Sistem Kardiovaskuler
    Dokumen34 halaman
    Sistem Kardiovaskuler
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Analisa Proses Interaksi
    Analisa Proses Interaksi
    Dokumen10 halaman
    Analisa Proses Interaksi
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • LK Resume
    LK Resume
    Dokumen10 halaman
    LK Resume
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Dapus Anak
    Dapus Anak
    Dokumen1 halaman
    Dapus Anak
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • 22-Article Text-37-1-10-20190312
    22-Article Text-37-1-10-20190312
    Dokumen8 halaman
    22-Article Text-37-1-10-20190312
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • 1309 2312 2 PB
    1309 2312 2 PB
    Dokumen12 halaman
    1309 2312 2 PB
    Moh. Arif Sahrani Hi. Harun
    Belum ada peringkat
  • FULL - SKRIPSI - Velia Atika Areny - 1711313016
    FULL - SKRIPSI - Velia Atika Areny - 1711313016
    Dokumen131 halaman
    FULL - SKRIPSI - Velia Atika Areny - 1711313016
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Etiket Pelayanan Publik Materi 1&2
    Etiket Pelayanan Publik Materi 1&2
    Dokumen2 halaman
    Etiket Pelayanan Publik Materi 1&2
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • The Measure of Processes of Care 20-Item MPOC-20 V.en - Id
    The Measure of Processes of Care 20-Item MPOC-20 V.en - Id
    Dokumen8 halaman
    The Measure of Processes of Care 20-Item MPOC-20 V.en - Id
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Nic DX 2
    Nic DX 2
    Dokumen1 halaman
    Nic DX 2
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Sistem Pernapasan
    Sistem Pernapasan
    Dokumen29 halaman
    Sistem Pernapasan
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Materi 3
    Materi 3
    Dokumen4 halaman
    Materi 3
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Bab 1,3 Bu
    Bab 1,3 Bu
    Dokumen7 halaman
    Bab 1,3 Bu
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Implementasi
    Implementasi
    Dokumen1 halaman
    Implementasi
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • 3&4 Fixx
    3&4 Fixx
    Dokumen2 halaman
    3&4 Fixx
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Materi 3 Dan 4
    Materi 3 Dan 4
    Dokumen6 halaman
    Materi 3 Dan 4
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • 1&2
    1&2
    Dokumen2 halaman
    1&2
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Statistik Parametrik
    Statistik Parametrik
    Dokumen10 halaman
    Statistik Parametrik
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • VB_DEFINISI
    VB_DEFINISI
    Dokumen4 halaman
    VB_DEFINISI
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Form Triage
    Form Triage
    Dokumen1 halaman
    Form Triage
    Bobby Dwi Putra
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Poin 3
    Poin 3
    Dokumen2 halaman
    Poin 3
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat
  • Latihan 3
    Latihan 3
    Dokumen1 halaman
    Latihan 3
    yolanda zulfendry
    Belum ada peringkat
  • KK Intervensi
    KK Intervensi
    Dokumen2 halaman
    KK Intervensi
    a17genap fakultaskeperawatan
    Belum ada peringkat