Dosen Pengampu :
Ns. Rika Sarfika, M.Kep., Sp.Kep.J
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “Komunikasi Terapeutik pada Klien
lanjut Usia”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kesalahan, berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak maka makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini
masihjauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
C. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................3
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 16
A. Kesimpulan..................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu interaksi antara perawat dan pasien, perawat dan
profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi
manusia terjadi melalui komunikasi verbal dan non verbal, tertulis dan tidak
tertulis, terencana dan tidak terencana. Agar perawat efektif dalam
berinteraksi, mereka harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik.
Mereka harus menyadari kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan
pada orang lain. Ketika perawat mengemban peran kepemimpinan, mereka
harus menjadi efektif, baik dalam ketrampilan komunikasi verbal maupun
komunikasi tertulis (Kathleen, 2007).
Komunikasi yang jelas dan tepat penting untuk memberikan asuhan
keperawatan yang efektif, dan ini adalah tantangan yang unik dalam bidang
perawatan kesehatan saat ini. Banyak tantangan dalam memberikan
perawatan untuk pasien, adanya diversitas budaya dan bahasa juga menjadi
tantangan dalam bekerja dengan kolega. Komunikasi yang jelas mengenai
perawatan dan mengenai informasi klien sama pentingnya, baik dalam bentuk
interaksi verbal maupun non verbal (Kathleen, 2007).
Komunikasi terapeutik sangat dibutuhkan oleh lanjut usia mengingat lanjut
usia sangat sensitif dan perawat harus menerapkan pola komunikasi
terapeutik dengar benar agar para lanjut usia merasa nyaman atas pelayanan
yang diberikan oleh perawat dan merasa puas dan bahagia tinggal dipanti
sosial, karena diperkirakan jumlah lanjut usia akan naik cukup signifikan baik
di negara maju maupun di negara berkembang hal ini tentu saja merupakan
tugas dari perawat untuk memaksimalkan asuhan keperawatan mulai dari
tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi, jika
perawat tidak melakukan komunikasi teraupetik dengan baik kepada lanjut
usia maka akan tercipta kondisi yang tidak nyaman terutama bagi lanjut usia.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komunikasi terapeutik dalam keperawatan?
2. Apa saja Manfaat Komunikasi Terapeutik ?
3. Apa Pengertian Lanjut Usia ?
4. Bagaimana Karakteristik Lansia?
5. Apa saja Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Komunkasi?
6. Bagaimana Teknik Komunikasi Pada Lansia?
7. Apa Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia?
8. Bagaimana Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan?
9. Apa Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia?
10. Bagaimana Strategi untuk Memperbaiki Komunikasi dengan Pasien Lanjut
Usia?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang Komunikasi Terapeutik pada
Rentang usia Klien : Lanjut Usia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik dalam keperawatan
b. Untuk mengetahui Manfaat Komunikasi Terapeutik
c. Untuk mengetahui Pengertian Lanjut Usia
d. Untuk mengetahui Karakteristik Lansia
e. Untuk mengetahui Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Komunkasi
f. Untuk mengetahui Teknik Komunikasi Pada Lansia
g. Untuk mengetahui Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
h. Untuk mengetahui Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
i. Untuk mengetahui Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi
pada lansia
j. Untuk mengetahui Strategi untuk Memperbaiki Komunikasi dengan
Pasien Lanjut Usia
2
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman penulis tentang komunikasi terapeutik pada klien lanjut usia
2. Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi
civitas akademik dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat
dijadikan sebagai bahan untuk kelengkapan perpustakaan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
Penggolongan lansia menjadi tiga kelompok yakni : Kelompok lansia dini
(55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia, kelompok
lansia (65 tahun ke atas), Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang
berusia lebih dari 70 tahun.
D. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan
usia lanjut menjadi empat macam meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
2. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
3. Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
4. Usia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
5
E. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Komunkasi
1. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian, yang dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang
masih bisa di capai dan di kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah
progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanakan dan di
carikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.
2. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada
perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat
berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu
yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang pribadi dan
sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran,
bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam
keadaan sakit.
6
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
1. Teknik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan
bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada
klien merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut
misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini, ‘apa yang bisa bantu…? berespon berarti bersikap aktif
tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal
yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil
perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien
lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara.
7
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia
sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian
di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan
kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien
karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau
petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui
atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari
saya, untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan
kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di
terima dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa
yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan
perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat
menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di
lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung
emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan
petugas kesehatan.
8
G. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
terganggu apabila ada sikap agresif dan sikan nonasertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku-
prilaku di bawah ini:
a. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri
e. Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan
maupun tindakan.
2. Non asertif
Tanda tanda dari non asertif ini antara lain :
a. Menarik diri bila di ajak berbicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkap keyakinaan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam (pasif)
g. Mengikuti kehendak orang lain
h. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar
seiring dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga
kesehatan yang professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan
tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu di
perhatikan agar komunikasi berjalan gengan efektif antara lain :
a. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
b. Keraskan suara anda jika perlu
c. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia
dapat melihat mulut anda.
9
d. Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang
baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya
pencahayaan yang cukup.
e. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan
hasil bahwa klien tidak kooperatif.
f. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan
orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah
sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
g. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan
kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
h. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.
i. Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda, misalnya
ketika melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan
bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan
ekspresi, postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya
denagn senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
j. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
k. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan anda.
l. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung,
tahan keinginan anda menyelesaikan kalimat.
m. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit
mendengarkanya.
n. Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.
o. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama
anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien
dan dapat membantu proses komunikasi.
10
H. Teknik Perawatan Lansia Pada Reaksi Penolakan
Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui
secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada
kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan
merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada
dirinya. Perawat dalam menjamin komunikasi perlu memahami kondisi ini
sehingga dapat menjalin komunikasi yang efektif, tidak menyinggung
perasaan lansia yang relatif sensitif.
Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien
lansia dengan reaksi penolakan, antara lain :
1. Kenali segera reaksi penolakan klien
Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu.
Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak
membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri
Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien
terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan
klien.
3. Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan
memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana
/ tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat.
11
6. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan bahasa
dan kalimat yang sederhana.
7. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien
8. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien
9. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi
10. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri
penerangan yang cukup saat berinteraksi.
12. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau
bahu.
13. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.
12
12. Meminta pasien lanjut usia untuk mengulang kembali setiap instruksi yang
penting
13. Memberikan instruksi tertulis paling tidak dengan huruf berukuran 14.
14. Ingatlah pentingnya masalah psikososial ketika merawat pasien lanjut
usia.2. Gangguan kognitif pasien
15. Jangan mengabaikan pasien.
16. Bertanyalah dengan pertanyaan sederhana yang hanya memerlukan
jawaban “ya” atau“tidak” dan bahasa tubuh sederhana.
17. Ketika melakukan pemeriksaan, berikan instruksi satu persatu.3.
Pertemuan dengan keterlibatan pihak ketiga.
18. Persiapkan lingkungan ruang pemeriksaan dengan 3 kursi dalam bentuk
segitiga.
13
BAB III
ANALISA KASUS
14
memberikan sentuhan untuk menenangkan pasien dengan cara memegang
tangan atau menjabat tangannya. Selain itu setelah pasien tersebut
bercerita, perawat juga menganjurkan pasien tersebut istirahat tidur.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
16
Damaiyanti, Mukhripah. 2016. Komunikasi Terapeutik dalaam Praktik
Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama
Indrawati. 2013. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Nasir et al. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo, S., 2017. Domain Perilaku Dalam Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
WHO. (1994). World Health Organization Quality of Life.WHO
Zen, Pribadi.2013. Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan
Profesional.Yogyakarta:D-Medika
LAMPIRAN PPT
17
18
19
20
21
22