Anda di halaman 1dari 35

ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

“MENGEMBANGKAN BERBAGAI JENIS INSTRUMEN PENILAIAN


KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERDASARKAN KISI-KISI
YANG DISUSUN”

OLEH:
KELOMPOK 1
NI LUH TIA FEBRIANI NIM. 1913071030
FAZRIA IZHARNI NIM. 1913071038
NI LUH PUTU FEBRIYANTI WIRYANI NIM. 1913071040

KELAS 3B
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA
JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2020
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul
“Mengembangkan Berbagai Jenis Instrumen Penilaian Kognitif Dalam
Pembelajaran Berdasarkan Kisi-Kisi yang Disusun”

Dalam penyusunan makalah ini, secara langsung atau tidak langsung


diperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingi nmenyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. A. A. I. Agung Rai Sudiatmika, M.Pd. dan Bapak Kompyang
Selamet, S.Pd.,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Asesmen dan
Evaluasi Pembelajaran.
2. Orang tua, yang telah memberikan dukungan dan doa untuk kesuksesan
penulis.
3. Seluruh teman-teman yang telah mendukung serta pihak yang terlibat baik
secara langsung atau tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Sangat disadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi yang membutuhkan.

Jakarta, 10 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3 Tujuan............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif Jenis Tes ....................... 3


2.1.1 Tes Tulis ................................................................................ 3
2.1.2 Tes Lisan ............................................................................... 21
2.2 Teknik dan Instrumen Penilaian Kognitif Jenis Non Tes ................ 26
2.2.1 Observasi Terhadap Diskusi .................................................. 26
2.2.2 Penugasan.............................................................................. 27

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ........................................................................................ 30


3.2 Saran .............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penilaian dan pengukuran sangat berkaitan dengan dunia pendidikan.
Penilaian dan pengukuran ini dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran
tentang situasi sekolah. Penilaian dan pengukuran ini dapat dilakukan oleh
guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan sebagainya. Dalam pembelajaran
di kelas, evaluasi peserta didik sangat dibutuhkan untuk memberikan gambaran
tentang kondisi peserta didik. Gambaran yang diperoleh pendidik kemudian
akan dipelajari. Gambaran peserta didik yang diperoleh guru harus memiliki
tingkat keakuratan yang tinggi. Artinya data yang diperoleh guru tentang
keadaan peserta didik harus memiliki kesalahan yang kecil.
Memperoleh data tentang peserta didik, diperlukan adanya instrumen
penilaian. Instrumen merupakan suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu
objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Instrumen
penilaian dapat berupa instrumen tes maupun non tes. Instrumen tes dapat
berupa tes objektif dan tes non objektif, sedangkan instrumen non tes dapat
berupa wawancara, kuisioner, observasi, dan sebagainya.
Penyusunan instrumen sebaiknya mengikuti langkah-langkah atau kaidah-
kaidah yang berlaku secara umum. Gunanya adalah instrumen yang diberikan
kepada siswa mudah dipahami baik oleh responden maupun pemberi
responden sehingga data yang disusun harus sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai oleh guru. Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada
diskusi, tanya-jawab dan percakapan serta dan penugasan (Permendikbud
nomor 104 tahun 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yaitu :
1.2.1 Bagaimana teknik dan penilaian kognitif jenis tes?
1.2.2 Bagimana teknik dan penilaian kognitif jenis non tes?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui teknik dan penilaiankognitif jenis tes.
1.3.2 Untuk mengetahui teknik dan penilaian kognitif jenis non tes.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.4.1 Bagi penulis
Pembuatan makalah memberikan berbagai pengalaman bagi penulis yaitu
pengalaman untuk mengumpulkan berbagai referensi dan membuat karya
tulis. Disamping itu, penulis mendapatkan ilmu yang berkaitan dengan
intrumen penilaian terutama pada ranah kognitif berdasarkan kisi-kisi yang
telah disusun
1.4.2 Bagi pembaca
Pembaca makalah mengetahui berbagai macam bentuk intrumen penilaian
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat terutama dalam ranah kognitif yang
kelak menjadi bekal saat terjun langsung sebagai pendidik di sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik dan Intrumen Penilaian Kognitif Jenis Tes


2.1.1 Tes Tulis
Tes tulis umumnya menggunakan soal objektif dan soal subjektif. Soal
tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang
menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-
soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan
atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat,
berpikir logis, dan menyimpulkan. Pada pembelajaran IPA yang
menggunakan pendekatan scientific, instrumen penilaian harus dapat
menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS, “Higher Order
thinking Skill”) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan sampai
kreatif. Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk
menilai hasil belajar IPA dirancang sedemikian rupa sehingga peserta
didik menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja
operasional dalam taksonomi Bloom. Teknik penilaian dengan tes tulis
dapat menggunakan bentuk intrumen berupa :
a. Tes objektif, meliputi pilihan ganda, benar-salah, isian singkat dan
menjodohkan.
b. Tes subjektif, meliputi tes uraian.
1) Tes Objektif
A. Soal Pilihan Ganda
a. Pengertian
Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan
pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci
jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah
jawaban yang benar atau paling benar. Pengecoh merupakan
jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang
terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai

3
bahannya/materi pelajarannya dengan baik. Pengecoh yang
baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat
kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan
kunci jawaban. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
b. Kaidah Penulisan Soal
Kaidah penulisan soal pilihan ganda harus memperhatikan
materi soal dan konstruksinya. Materi soal sebaiknya mengikuti
kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1) Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus
menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai
dengan rumusan indicator dalam kisi-kisi.
2) Pengecoh harus bertungsi, pengecoh dianggap yang
berfungsi dengan baik dipilih lebih banyak oleh kelompok
rendah.
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar.
Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal
seperti berikut ini.
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
Kemampuan atau materi yang hendak diukur/ditanyakan
harus jelas. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan.
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
3) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang
benar.
4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat
ganda.
5) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang
benar dan logis ditinjau dari segi materi. Semua pilihan
jawaban harus berasal dari konsep yang sama seperti yang

4
ditanyakan pokok soal, penulisannya harus setara, dan
semua pilihan jawaban harus berfungsi.
6) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
7) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya
yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
8) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau
kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya,
umumnya, kadang-kadang.
9) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
c. Contoh Soal :
Kompetensi Dasar : 3.7 Menganalisis interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat
interaksi tersebut.
Indikator : Siswa mampu menganalisis dinamika populasi
dalam suatu rantai makanan dan jarring – jarring makanan..
Butir soal :
1. Dalam suatu ekosistem kebun ditemukan sebuah rantai
makanan yaitu : rumput – belalang – burung – ular, jika
rumput pada kebun tersebut dibabat habis maka….
A. Populasi burung belalang akan meningkat
B. Populasi belalang akan menurun
C. Populasi belalang, burung dan ular menurun.
D. Populasi belalang menurun dan populasi burung tetap.
Jawaban : C
2. Perhatikan gambar berikut!

5
Sumber Gambar: artikel materi.com
Jika popolasi burung hilang, yang akan terjadi adalah….
A. Populasi musang menurun derastis
B. Populasi tikus meningkat derastis
C. Populasi padi meningkat derastis
D. Tidak terjadi apapun.
Jawaban : D
d. Penskoran
 Sistem denda
Rumus skor dengan sistem denda adalah:
Sk =

Dengan Ketentuan :
Sk = Skor yang diperoleh peserta tes
B = Jumlah jawaban yang benar
S = Jumlah jawaban yang salah
P = Banyaknya pilihan
1 = bilangan tetap
Contoh :
Jumlah soal tes pilihan ganda = 20 butir soal. Pilihan
jawaban sebanyak 4 buah. Kartika dapat menjawab dengan
betul sejumlah 13 butir soal, jawaban yang salah berjumlah
4 butir dan 3 butir soal tidak dikerjakan. Skor kartika :

Sk = = 11

 Sistem Tanpa Denda


Rumus skor dengan sistem tanpa denda adalah :
Sk = B
Dengan Ketentuan :
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Jumlah soal tes pilihan ganda = 20 butir soal. Pilihan
jawaban sebanyak 4 buah. Kartika dapat menjawab dengan

6
betul sejumlah 13 butir soal, jawaban yang salah berjumlah
4 butir dan 3 butir soal tidak dikerjakan. Skor kartika :
Sk = B
Sk = 13
e. Kelebihan
Kelebihan dari soal bentuk soal pilihan ganda adalah sebagai
berikut :
1) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari
bahan pengajaran yang telah diberikan.
2) Jawaban siswa dapat dioreksi (dinilai) dengan mudah dan
cepat dengan menggunakan kunci jawaban.
3) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau
salah sehingga penilainnya bersifat objekif.
4) Dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik
dalam berbagai jenjang kemampuan kognitif.
5) Soal dapat digunakan berulang-ulang
6) Soal dapat digunakan untuk peserta jumlah tes yang banyak
f. Kekurangan
Adapun kekurangan dari bentuk soal pilihan ganda, yaitu:
1) Tes yang dibuat cenderung mengukur proses berpikir
rendah kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang
lebih tinggi.
2) Jika siswa tidak mengerti akan jawaban dari suatu butir soal
mereka dapat menjawab dengan cara menebak
3) Menuliskan soalnya relatif lebih sulit dan lama.
B. Bentuk Benar Salah
a. Pengertian
Tes pilihan bentuk benar atau salah (true false) adalah salah
satu bentuk tes pilihan di mana butir-butir soal yang diajukan
dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan (statement),
pernyataan mana ada yang benar dan ada yang salah dengan
kata lain terdapat dua kemungkinan alternatif jawab yaitu

7
Benar atau Salah. Selain itu, tes ini juga dikenal dengan istilah
tes jawaban pendek (short answer test), tes “ya/tidak” (yes-no
test) dan merupakan tes model baru (new type test) dengan cara
menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol
tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-
masing butir item yang bersangkutan. Pada pernyataan tes
benar atau salah, peserta tes tersebut tinggal menyilang atau
melingkari huruf B jika pernyataan menurut pendapat benar
dan huruf S jika salah. Dalam hal ini Testee diminta
menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan
tersebut dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam
petunjuk cara mengerjakan soal. Bentuk tes benar atau salah ini
bermacam-macam variasinya jika dilihat dari segi pola
pengerjaannya yang terdiri dari:
1) Tes Benar-Salah bentuk pernyataan
Dalam bentuk ini soal terdiri dari pernyataan-pernyataan
dan siswa diminta memilih kemungkinan benar atau salah
saja.
2) Tes Benar-Salah yang menuntut alasan
Dalam bentuk ini selain seperti bentuk pertama juga
menuntut supaya siswa memberi alasan apabila ia memilih
kemungkinan salah (menyalahkan pernyataan soal).
b. Kriteria Soal
Item-item tes yang mempunyai tipe benar-salah harus
memenuhi beberapa kriteria, diantaranya :
1) Soal harus singkat, jelas, bukan bukan kalimat majemuk.
2) Jumlah soal harus banyak dan disusun atau dasar tabel
spesifikasi.
3) Satu soal harus berisi satu pernyataan.
4) Tidak mengungkapkan kata-kata seperti: selalu, seringkali,
pada umumnya, biasanya, karena kata-kata itu
memudahkan murid untuk menerka jawaban.

8
5) Setiap pernyataan/soal harus pasti salah atau betul (tidak
mendua arti).
6) Jumlah soal yang betul dan yang salah harus seimbang.
7) Urutan soal (yang betul dan yang salah) seharusnya tidak
mengikuti pola yang teratur.
8) Sebaiknya pernyataan tidak diambil langsung dari buku.
9) Tulisan huruf B-S pada permulaan nomor masing-masing
item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan
dan menilai (skoring).
c. Contoh Soal :
Kompetensi Dasar : 3.7 Menganalisis interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat
interaksi tersebut.
Indikator : Siswa mampu memberikan solusi dalam pelestarian
ekosistem.
Butir soal :
Tulis B jika pernyataan tepat dan tulis S jika pernyataan salah
pada kolom yang telah disediakan!
No Pernyataan B/S
Menebang pohon sembarangan, merupakan
1.
upaya pelestarian lingkungan oleh manusia.
Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
2. alih fungsi lahan, yaitu menekan jumlah
penduduk.
Kunci jawaban : 1. S ; 2. B
d. Penskoran
 Sistem Denda
Rumus skor dengan sistem denda adalah :
Sk = B – S
Dengan ketentuan :
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar

9
S = jumlah jawaban yang salah
Contoh :
Jumlah soal tes = 100 butir soal. Ahmad dapat menjawab
dengan betul sejumlah 70 butir soal, jawaban yang salah
berjumlah 25 butir soal dan 5 butir soal tidak dikerjakan. Maka
skor untuk Ahmad adalah :
70 – 25 = 45
Kelebihan system denda akan mengurangi kemungkinan
peserta tes untuk berspekulasi (untung-untungan) dalam
menjawab soal tes, namun kelemahannya ada kemungkinan
seorang peserta memperoleh skor negatif.
 Sistem Tanpa Denda
Rumus skor dengan sistem tanpa denda adalah :
Sk = B
Dengan ketentuan
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja,
sedangkan jawaban yang salah tidak memengaruhi skor akhir.
Apabila jawaban Ahmad dalam contoh di atas menggunakan
sistem tanpa denda, maka Ahmad memperoleh skor = 70.
e. Kelebihan
Kelebihan dari soal bentuk soal benar-salah adalah sebagai
berikut:
1) Mudah dikonstruksi, maksudnya adalah bahwa untuk
menulis satu tes benar salahhanya diperlukan satu
pernyataan, dimana pernyataan tersebut harus berkaitan
dengan tes tersebut.
2) Perangkat soal dapat mewakili seluruh perangkat pokok
bahasan, ini merupakan kekuatan utama dari tes tipe benar
salah.

10
3) Mudah dalam pensekoran, karena hanya ada dua alternatif
jawaban, maka setiap butir soal (tes) hanya mempunyai dua
alternatif skor, yaitu satu untuk yang mengerjakannya
secara benar dan nol untuk yang menjawab salah.
4) Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasilbelajar
langsung terutama yang berkenaan dengan ingatan. Tes tipe
benar salah mengukur kemampuan dasar hasil belajar, yaitu
dapat membedakan kenyatan diri yang bukan kenyataan
atau dari suatu yang benar dari yang salah.
f. Kekurangan
Adapun kelemahan dari tes objektif tipe benar salah adalah
sebagai berikut:
1) Mendorong peserta tes (siswa) untuk menebak jawaban,
karena probabilitas menjawab benar adalah 50 % maka tipe
tes ini seakan mendorong para peserta tes untuk menebak
jawaban walaupun mereka tidak mengetahui jawaban yang
benar.
2) Terlalu menekankan pada ingatan, karena tes tipe ini
memaksa penulis tes untuk menguji hasil belajar langsung
yang berbentuk ingatan. Kelemahan ini lebih diperburuk
jika guru atau pendidik mengkonstruksi tes yang
mengambil langsung pernyataan dari buku ajar yang
digunakan.
3) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan
dua kemungkinan (benar dan salah)
C. Isian Singkat
a. Pengertian
Isian singkat berupa kalimat pernyataan yang harus dijawab
dengan jawaban singkat, umumnya tidak lebih dari satu atau
dua kata, atau berupa kalimat pernyataan yang belum selesai
sehingga subjek harus mengisikan kata untuk melengkapi
kalimat tersebut. Biasanya soal bentuk jawaban singkat

11
ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi
peserta tes untuk menuliskan jawabannya sesuai petunjuk. Soal
tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam
bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, soal tersebut berupa suatu
kalimat bertanya yang dapat di jawab dengan singkat, berupa
kata, prase, nama, nama tempat, nama tokoh, lambang, dan
lain-lain. Keunggulan item tipe ini sebetulnya terletak pada
kemudahan menulisnya serta banyaknya jumlah item yang
dapat dicakup dalam setiap pengenaan tes. Hanya saja biasanya
item tipe jawaban pendek sulit utuk digunakan mengungkap
taraf kompetensi yang tinggi dan karenanya lebih cocok untuk
dikenakan pada siswa dari tingkat pendidikan dasar.
b. Petunjuk Penulisan Soal
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk
jawaban singkat dan melengkapi, antara lain:
1) Hendaknya tidak menggunakan soal yang terbuka, sehingga
ada kemungkinan peserta didik menjawab secara terurai.
2) Untuk soal tes bentuk melengkapi hendaknya tidak
mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).
3) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya
diletakkan pada akhir atau dekat akhir kalimat daripada
pada awal kalimat.
4) Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak,
pilihlah untuk masalah yang urgen saja.
5) Pernyataan hendaknya hanya mengandung satu alternatif
jawaban.
6) Jika perlu dapat digunakan gambar-gambar sehingga dapat
dipersingkat dan jelas.
c. Contoh Soal
Kompetensi Dasar : 3.7 Menganalisis interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat
interaksi tersebut.

12
Indikator : Siswa mampu menganalisis interaksi yang terjadi
antar makhluk hidup.
Butir soal:
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang tepat!
1. Kupu-kupu dan bunga melakukan interaksi yaitu….
2. Ikan hiu dan ikan remora melakukan interkasi yaitu….
Kunci jawaban : 1. Simbiosis mutualisme ; 2. Simbiosis
komensalisme.
d. Penskoran
Sk= B
Dengan ketentuan :
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Contoh:
Seorang peserta didik dites dengan soal bentuk jawaban singkat
sebanyak 10 soal. Ternyata, peserta didik tersebut dapat
menjawab dengan betul 7 soal. Dengan demikian, skor peserta
didik :
Skor = 7
e. Kelebihan
Kelebihan tes bentuk jawaban singkat dan melengkapi, antara
lain:
1) Kemungknan menebak jawaban sangat sulit.
2) Cocok untuk soal- soal hitungan.
3) Hasil- hasil pengetahuan dapat diukur secara luas.
4) Relatif mudah disusun.
5) Sangat baik untuk penilaian kemampuan peserta didik yang
berkenaan dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip dan
terminologi..
6) Menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya
secara singkat dan jelas.

13
7) Pemeriksaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan
objektif.
f. Kekurangan
Adapun kekurangan tes bentuk jawaban singkat dan
melengkapi, antara lain :
1) Pada umumnya hanya berkenaan dengan kemampuan
mengingat saja, sedangkan kemampuan yang lain agak
terabaikan.
2) Pada soal bentuk melengkapi, jika titik-titik kosong yang
harus diisi terlalu banyak, para peserta didik sering terkecoh.
3) Dalam memeriksa lembaran jawaban dibutuhkan waktu
yang cukup banyak.
4) Sulit menyusun kata- kata yang jawabannya hanya satu.
5) Tidak cocok untuk mengukur hasil- hasil belajar yang
komplek.
6) Penilaian menjemukan dan memerlukan waktu banyak.
D. Menjodohkan/ Pasangan
a. Pengertian
Soal tes menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk
pilihan ganda. Perbedaannya dengan bentuk pilihan ganda
adalah pilihan ganda terdiri atas sistem dan option, kemudian
peserta didik tinggal memilih salah satu option yang di anggap
paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas bentuk
kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunjukan kumpulan persoalan, dan kolom
sebelah kanan menunjukan kumpulan jawabanyang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunjukan kumpulan persoalan dan kolom
sebelah kanan menunjukan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan
jawaban dibuat lebih banyak daripada jumlah persoalan.
Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur

14
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasikan informasi
berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan
mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal.
Makin banyak hubungan antara premis dengan respon dibuat,
maka makin baik soal yang disajikan.
b. Kriteria Penulisan Soal
Dalam penyusunan soal harus memperhatikan beberapa unsur
yaitu:
1) Buatlah petunjuk dengan jelas, singkat, dan mudah
dipahami.
2) Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator.
3) Kumpulan soal diletakkan sebelah kiri, sedangkan
jawabannya di sebelah kanan.
4) Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak dari
jumlah soal.
5) Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan
sistematika tertentu, misalnya sebelum pokok persoalan.
6) Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam
satu halaman.
7) Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada
pokok persoalan.
c. Contoh Soal
Kompetensi Dasar : 3.7 Menganalisis interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat
interaksi tersebut.
Indikator : Siswa mampu menganalisis pola-pola interaksi
makhluk hidup.
Butir soal :
Pilihlah salah satu jawaban pada kolom jawaban untuk
menjawab setiap pertanyaan yang disediakan!

15
Pertanyaan Jawaban
1. Peristiwa makan dan
A. Rantai Makanan
dimakan makhluk hidup, yang
berbentu linier dan disertai
dengan perpindahan energi B. Jaring-jaring makanan
adalah….
2. Interaksi dua individu C. Simbiosis
yang berbeda jenis adalah…. D. Kompetisis
Kuci jawaban :
Pertanyaan Jawaban
1. Peristiwa makan dan
dimakan makhluk hidup, yang
berbentuk linier dan disertai A. Rantai Makanan
dengan perpindahan energi
adalah….
2. Interaksi dua individu
C. Simbiosis
yang berbeda jenis adalah….

d. Penskoran
Jika benar siswa mendapat skor 1 dan jika salah mendapat poin 0.
Rumus untuk mencari skor dalam tes tipe menjodohkan adalah :
Sk = B
Dengan ketentuan.
Sk = skor yang diperoleh peserta tes
B = jumlah jawaban yang benar
Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja,
sedangkan jawaban yang salah tidak mempengaruhi skor.
e. Kelebihan
Kelebihan soal bentuk menjodohkan, antara lain:
1) Relatif mudah disusun.
2) Penskorannya mudah, objektif dan cepat.
3) Dapat digunakan menilai teori dengan penemuannya.

16
4) Materi tes cukup luas.
f. Kekurangan
Adapun kekurangan soal dalam bentuk menjodohkan antara lain:
1) Ada kecendrungan dalam menekan ingatan.
2) Kurang baik dalam menilai pengertian guna membuat tafsiran.
3) Kadang kesulitan akan memahami konsep.
2) Tes Subjektif
A. Uraian Subjektif
a. Pengertian
Soal bentuk uraian yaitu soal yang menuntut peserta didik
untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan
atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Dalam menulis soal bentuk
uraian, penulis soal harus mempunyai gambaran tentang ruang
lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang
diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian jawaban
yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata lain, ruang
lingkup ini menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang
ditanyakan. Di samping itu, ruang lingkup tersebut harus tegas dan
jelas tergambar dalam rumusan soalnya. Dengan adanya batasan
sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya ketidakjelasan
soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu
mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran.
b. Kaidah Penulisan Soal
Kaidah penulisan soal uraian sebaiknya memperhatikan
beberapa hal baik dari materi soal maupun konstruksinya. Kriteria
soal uraian adalah sebagai berikut.
1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang
diharapkan.
3) Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan
pengukuran.

17
4) Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang atau
tingkat kelas.
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal
seperti berikut ini.
1) Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban
terurai.
2) Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3) Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
4) Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan
dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.
c. Contoh soal :
Kompetensi Dasar : 3.7 Menganalisis interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat interaksi
tersebut.
Indikator : Siswa mampu menganalisis penyebab terjadinya
dinamika populasi.
Butir soal :
1. Pak Wayan memiliki sawah yang ditanami padi, ketika ia
membersihkan sawah, ditemukan makhluk hidup lain seperti
rumput liar, belalang, tikus, dan burung dengan jumlah
populasi yang besar. Maka dipasang jarring untuk menangkap
burung-burung tersebut. Kemudian burung yang tertangkap
dijual ke pasar burung. Hal itu dilakukan setiap hari. Pada hari
ke 7, tidak satupun burung yang tertangkap. Bedasarkan hal
ilustrasi tersebut, jelaskan proses perubahan populasi yang
terjadi pada burung!
Rubrik penilaian
Kriteria Jawaban Skor
Penangkapan dalam jumlah besar. 2
Reproduksi burung yang tidak
sebanding dengan penangkapan atau 2
kematian burung

18
Skor Maksimum 4
Jika Ana menjawab dengan memenuhi 1 kriteria dengan tepat,
maka skor Ana ( bobot soal: 10) :

Nilai Tiap soal : =5

2. Kompetensi Dasar : 3. 7 Menganalisis interaksi antara makhluk


hidup dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat
interaksi tersebut.
Indikator : Siswa mampu menganalisis komponen jarring-
jaring makanan.
Butir soal :
1. Tuliskan rantai makanan yang terdapat pada jarring-
jaring makanan berikut ini !

Rubrik penilaian
Kriteria jawaban Skor
Bunga sepatu- ulat-burung pipit- elang 1
Sawi- ulat- burung pipit-elang. 1
Sawi-belalang- burung pipit-elang. 1
Sawi-belalang-katak- elang. 1
Sawi-tikus-elang. 1
Skor maksimum 5
Jika Ana menjawab dengan memenuhi 4 kriteria dengan
tepat, maka skor Ana ( bobot soal: 10) :

Nilai Tiap soal : =8

d. Penskoran

19
Dalam penskoran soal bentuk uraian subjektif, skor dijabarkan
dalam rentang. Besarnya rentang skor ditetapkan oleh
kompleksitas jawaban. Skor minimum harus 0, karena jika tidak
yang tidak menjawab pun akan mendapat skor minimum tersebut.
Sedangkan skor maksimum ditentukan oleh penyusun soal dan
keadaan jawaban yang dituntut oleh soal itu. Langkah
penskorannya adalah:
1) Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban
untuk dijadikan pegangan dalam pemberian skor.
2) Tetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
3) Pemberian skor pada setiap jawaban tergantung pada
kualitas jawaban yang diberikan oleh siswa.
4) Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria
jawaban sebagai skor siswa. Jumlah skor-skor tertinggi dari
setiap kriteria jawaban disebut skor maksimum dari suatu
soal.
5) Periksalah satu soal-satu soal untuk semua siswa sebelum
pindah ke soal lain, untuk menghindari pemberian skor
berbeda terhadap jawaban yang sama.
6) Bila tiap butir soal telah selesai diskor, hitunglah jumlah skor
perolehan siswa untuk setiap soal. Kemudian hitung nilai tiap
soal dengan rumus :

Skor Tiap soal :

7) Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal. Jumlah


ini disebut nilai akhir dari suatu perangkat tes yang disajikan.
e. Kelebihan
Kelebihan soal uraian subjektif antara lain:
1) Cara menyusunnya lebih mudah daripada soal objektif.
2) Mengukur hasil belajar kompleks, yang tidak dapat diukur
dengan soal objektif.
2) Peserta didik tidak dapat menebak jawaban.
f. Kekurangan

20
Kekurangan Soal Uraian antara lain:
1) Untuk koreksi diperlukan waktu lama.
2) Materi yang dicakup terbatas.
3) Subjektivitas tinggi,
4) Reliabilitas rendah.
2.1.2 Tes Lisan
a. Pengertian
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta
didik. Kemampuan atau penguasaan kognitif bisa di ukur dengan
menggunakan tes lisan di kelas. Tes lisan berupa pertanyaan yang di
gunakan untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap masalah
yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan/tes lisan di kelas dapat di
gunakan Untuk penilaian berbasis kompetensi, materi yang ditanyakan
berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip atau teori. Teknik bertanya
yang baik adalah mengajukan pertanyaan kelas, memberi waktu
sebentar untuk berfikir, dan kemudian memilih peserta didik secara
acak untuk menjawabnya. Apakah jawaban peserta didik itu benar atau
salah, guru selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik lain
atau meminta pendapat atau komentarnya. Barulah, kemudian guru
mnyimpulkan tentang jawaban. Intrumen yang perlu dipersiapakan
dalam tes lisan adalah daftar pertanyaan dan kriteria jawaban.
b. Petunjuk Perancangan Tes Lisan
Petunjuk praktis pelaksanaan tes lisan adalah sebagai berikut.
1) Jangan terpengaruh oleh faktor-faktor subjektivitas, misalnya
dilihat dari kecantikan, kekayaan, anak pejabat atau bukan,
hubungan keluarga.
2) Berikanlah skor bagi setiap jawaban yang dikemukakan oleh
peserta didik. Biasanya kita memberikan penilalan setelah tes itu
selesai. Cara ini termasuk cara yang kurang baik, akibatnya
penilaian akan dipengaruhi oleh jawaban-jawaban yang terakhir.

21
3) Catatlah hal-hal atau masalah yang akan ditanyakan dan ruang
lingkup jawaban yang diminta untuk setiap pertanyaan. Hal ini
dimaksudkan agar jangan sampai pertanyaan yang diajukan
menyimpang dan permasalahan dan tak sesuai dengan jawaban
peserta didik.
4) Ciptakan suasana ujian yang menyenangkan. Hal ini dimaksudkan
agar peserta didik tidak ketakutan menghadapi ujian usan tersebut.
Kadang-kadang ada juga guru yang sampal berbuat tidak wajar
seperti membentak-bentak peserta didik, dan mungkin pula
bertindak berlebihan. Tindakan ini harus dihindari, karena dapat
mengakibatkan proses pemikiran peserta didik menjadi terhambat,
sehingga apa yang dikemukakan oleh mereka tidak mencerminkan
kemampuan yang sesungguhnya.
5) Jangan mengubah suasana ujian lisan menjadi suasana diskusi atau
suasana ngobrol santai atau juga menjadi suasana pembelajaran.
6) Rumus perhitungan skor setiap soal

Skor Tiap soal :

c. Penskoran
Penyekoran tes lisan sama dengan penyekoran tes uraian, namun
dalam tes lisan, penyekorannya dapat dilakukan lebih akurat karena ada
kesempatan untuk melakukan pengecekkan jawaban testi. Agar
penyekoran dalam tes lisan dapat dilakukan secara cermat, perhatikan
hal-hal berikut: gunakan pedoman penyekoran; penyekoran dilakukan
segera setelah testi selesai menjawab setiap pertanyaan / soal;
penyekoran semata-mata diberikan pada mutu jawaban testi.
Contoh Pedoman Penyekoran Tes Lisan
Bidang Studi :…………………………
Nama Testi :…………………………
Kelas :…………………………
Tanggal :………………………….

22
Pokok
Pokok
Jawaban
No. Pertanyaan Jawaban Skor
yang
Siswa
Diharapkan
1.
2.

d. Contoh soal
Kompetensi Dasar : 3. 7 Menganalisis interaksi antara makhluk hidup
dan lingkungannya serta dinamika populasi akibat interaksi tersebut.
Indikator : Siswa mampu memberika solusi yang berkaitan dengan
pelestarian ekosistem.
Pokok
Pokok Jawaban
No. Pertanyaan Jawaban Skor
yang Diharapkan
Siswa
1. Pada rumah kaca 1.Hemat listrik
dengan
karbondioksida
menggunakan
dapat berkumpul di lampu berdaya
rendah
udara dan
2. Menggunakan
membentuk lapisan. bahan bakar
ramah
Hal yang dapat
lingkungan.
menyebabkan 3. Menggunakan
alat elektronik
karbondioksida
secukupnya.
melayang diudara
dan dapat
berkumpul
diatmosfer karena
gas karbondioksida
lebih ringan dari
gas lainnya. Gaya
hidup modern
merupakan salah
satu penyebabnya.
Untuk itu gaya
hidup seperti apa

23
yang harus
dilakukan untuk
mengurangi efek
rumah kaca
adalah….
2. Eceng gondok 1. Memanfaatkan
merupakan tanaman eceng gondok
air yang berperan untuk kerajinan.
sebagai produsen 2. Mengangkat
pada ekosistem air eceng gondok
tawar. Pada secara langsung
ekosistem tertentu dari perairan
pertumbuhan kemudian
tanaman ini menjadi dimanfaatkan
sangat pesat akibat untuk kompos
adanya limbah dan biogas.
pupuk dari tanaman 3. Melakukan
yang terbawa air, pemantauan
akibatnya ikan-ikan terhadap
yang berada di pertumbuhan
dasar perairan mati. eceng gondok.
Cara untuk
menanggulangi
pesatnya
pertumbuhan eceng
gondok adalah….

Rubrik penilaian soal 1


Kriteria jawaban Skor
Hemat listrik dengan menggunakan lampu berdaya 2
rendah
Menggunakan bahan bakar ramah lingkungan 2

24
Menggunakan alat elektronik secukupnya 2
Skor maksimum 6
Rahma menjawab 2 kriteria jawaban degan tepat, maka skor
Rahma adalah (bobot soal 10) :

Skor: = 6,67

Rubrik penilaian soal 2


Kriteria jawaban Skor
Memanfaatkan eceng gondok untuk kerajinan. 2
Mengangkat eceng gondok secara langsung
dari perairan kemudian dimanfaatkan untuk 2
kompos dan biogas.
Melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan
2
eceng gondok.
Skor maksimum 6
Rahma menjawab 2 kriteria jawaban degan tepat maka, skor
Rahma adalah (bobot soal 10) :
Skor : = 6,67

e. Kelebihan
Kelebihan tes lisan adalah:
1) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang
dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena
dilakukan secara berhadapan langsung;
2) Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relative
lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam
memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong
sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan
pertanyaan yang dimaksud;
3) Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik;
4) Meminimalkan terjadi penyontekan;
5) Peserta didik dapat mengemukakan argumentasi.

25
6) Dapat mengvaluasi kemampuan penalaran dan kemampuan
berbahasa lisan;
7) Ujian dapat luas dan mendalam.
f. Kekurangan
Kelemahan tes lisan adalah:
1) Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes.
2) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
3) Jika peserta didik memiliki sifat gugup dapat mengganggu
kelancaran menjawab.
4) Sangat memungkinkan ketidak adilan.
5) Kurang reliable.
2.2 Teknik dan Bentuk Penilaian Kognitif Jenis Non Tes
Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-
jawab dan percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun
2014). Sehingga dapat diketahui bahwa penilaian kognitif jenis non tes dapat
dilakukan dengan observasi terhadap diskusi dan penugasan. Teknik ini adalah
cerminan dari penilaian autentik. Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal
kemampuan peserta didik dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep,
prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran
konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada
waktu mengungkapkan pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan.
Hasil observasi digunakan untuk mendeteksi kelemahan/kekuatan
penguasaan kompetensi pengetahuan dan memperbaiki proses
pembelajaran khususnya pada indikator yang belum muncul.
2.2.1 Observasi Terhadap Diskusi
Instrumen yang digunakan dalam penilaian observasi terhadap diskusi
adalah Lembar Observasi.
Lembar Observasi Terhadap Diskusi
No. Nama Aspek yang Dinilai 100 75 50 25 Jumlah
Siswa
1. Kemampuan mengolah
kata

26
Kemampuan
menyelesaikan masalah
2. Penguasaan materi
diskusi
Kemampuan menjawab
pertanyaan
Kemampuan mengolah
kata
Kemampuan
menyelesaikan masalah
Keterangan :

Berikan tanda ()


100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik

2.2.2 Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang
dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok
sesuai dengan karakteristik tugasnya. Instrumen penugasan berupa
pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau
kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Contoh instrumen tugas untuk
suatu topik dalam satu KD.
Contoh instrument tugas untuk suatu topik dalam satu KD
Kelas VII
KD 3.7 Menganalisis interaksi antara makluk hidup dan lingkungannya
serta dinamika populasi akibat interaksi tersebut.

27
Tugas :
Jaring – jaring makanan di dalam ekosistem memiliki banyak
fungsi dan kegunaan untuk menggambarkan interaksi langsung
antar spesies yang ada pada ekosistem itu sendiri. Cobalah gambar
jaring – jaring makanan pada ekosististem danau dan berikan
penjelasan terkait gambar tersebut.

Lembar Penilaian Penugasan


No. Nama Siswa Kesesuaian Ketepatan Skor
Tugas Pengumpulan
1.

2.

3.

Keterangan
Kesesuain tugas :
1. Jaring – jaring makanan pada ekosististem danau
2. Penjelasan terkait gambar
Ketepatan Pengumpulan :
Tepat waktu = 100
Terlambat 1 hari = 80
Terlambat 2 hari = 60
Terlambat dari 2 hari = 50
Jumlah skor :
100 = Sangat baik
80 = Baik
60 = Kurang baik
50 = Tidak baik

Rambu-rambu penugasan.
1) Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
2) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik, selama proses
pembelajaran atau merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.

28
3) Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta
didik.
4) Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
5) Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas
diberikan secara kelompok.
6) Pada tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota
kelompok.
7) Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara
jelas.
8) Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Teknik dan instrument penilaian kognitif jenis tes terdiri dari :
a. Tes Tulis
Tes tulis umumnya menggunakan soal objektif dan soal subjektif.
Penilaian dengan dengan tes tulis dapat menggunakan bentuk
intrumen berupa :
- Tes objektif, meliputi pilihan ganda, benar-salah, isian singkat dan
menjodohkan.
- Tes subjektif, meliputi tes uraian.
b. Tes Lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta
didik. Intrumen yang perlu dipersiapkan dalampenilaian tes lisan
adalah daftar pertanyaan dan rubrik penilaian.
2. Teknik dan instrument penilaian kognitif jenis non tes terdiri dari:
a. Observasi terhadap diskusi, instrument yang digunakan adalah lembar
observasi terhadap diskusi.
b. Penugasan, instrument penilaian yang digunakan adalah lembar
penilaian penugasan.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, besar harapan
penulis agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat diperbaiki lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. “Instrumen Penilaian”. Tersedia pada :


https://tulisanterkini.com/artikel/pendidikan/966-instrumen-
penilaian.html. Diakses pada 9 Oktober 2020.
Anonim. 2013. “Pedoman Penskoran”. Tersedia pada :
https://belajarjadiguruumihabibah.wordpress.com/2013/12/18/pedoman-
penskoran/ . Diakses pada 9 Oktober 2020.
Anonin. 2017. “Penilaian Kognitif”. Tersedia pada : http://www.kampus-
digital.com/2017/04/makalah-kapsel-pendidikan-kimia.html?m=1.
Diakses pada 9 Oktober 2020.
Anonim. 2020. “Teknik Penskoran”. Tersedia pada :
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198503272014042001/pendidikan/teknik
-penskoran.pdf . Diakses pada 10 Oktober 2020.
Arifin, Zaenal . 2009.Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Arifin. 2014. “Penyusunan Penilaian Tes Objektif dalam Pembelajaran Bagi
Mahasiswa PGSD Universitas Muhammdiyah Purwokerto” Tersedia pada
: https://arifinmuslim.ump.ac.id/2014/02/22/tes-objektif/. Diakses pada 9
Oktober 2020.
Hartuti. Mirarti dan Diana Endah H. 2019. Analisis Penilaian Kognitif Kurikulum
2013 di Kelas Rendah. Journal of Primary Education.2 (1). 1-8.
Huda, Fatkhan Amirun. 2019. “Teknik-Tenik Penilaian Hasil Belajar”. Tersedia
pada : http://fatkhan.web.id/teknik-teknik-penilaian-hasil-belajar/. Diakses
pada 10 Oktober 2020.
Julianta. Eva, dkk. 2016. PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN
KOGNITIF DAN AFEKTIF PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT
KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. JPPM. 9 (2). 250-
256.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis Disertai
Dengan Contoh. Jakarta: Rajawali Pers
Lalumuhamadalizakaria. 2016. “ Instrumen Test”. Tersedia pada :
https://lalumuhamadalizakaria.wordpress.com/2016/04/21/instrument
-test/. Diakses pada 9 Oktober 2020.
Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non tes.
Yogyakarta : Mitra Cendikia.
Sappaile, B. I. 2007. KONSEP INSTRUMEN PENELITIAN PENDIDIKAN.
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 13(66), 379-391.
https://drive.google.com/file/d/1DB0l8Kcz1y8KmqnSGvKs004nfSxFPUki/view .
Diakses pada 10 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai