Efektivitas Visualization Auditory Kinestetic Dan PDF
Efektivitas Visualization Auditory Kinestetic Dan PDF
Noviana Dini Rahmawati 1), Achmad Buchori 2), Jody Setya Hermawan3
1,2
Universitas PGRI Semarang
E-mail: fadinis.iz@gmail.com, buccherypgri@gmail.com, 3jodysetyahermawan7@gmail.com
1 2
Abstrak
Penelitian ini di latar belakangi dengan pentingnya hasil belajar siswa. Alternatif pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan tersebut adalah menggunakan model Visualization Auditory Kinestetic dan Two
Stay Two Stray berbantuan software Lectora. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifitas
model Visualization Auditory Kinestetic dan Two Stay Two Stray berbantuan software Lectora terhadap hasil
belajar siswa. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang. Sampel penelitian adalah kelas XI MIPA 1 sebagai kelas dengan
model Visualization Auditory Kinestetic berbantuan software Lectora, kelas XI MIPA 2 sebagai kelas dengan
model Two Stay Two Stray berbantuan software Lectora dan kelas XI MIPA 3 sebagai kelas konvensional.
Data penelitian ini diperoleh melalui post test. Berdasarkan hasil perhitungan Anava satu jalur dengan
yaitu menyebabkan ditolak, berarti terdapat perbedaan hasil belajar
siswa dengan model Visualization Auditory Kinestetic berbantuan software Lectora, Two Stay Two Stray
berbantuan software Lectora dan konvensional. Selanjutnya digunakan uji pasca Anava antara kelas
Visualization Auditory Kinestetic dan konvensional dengan menggunakan uji Scheffe’ menghasilkan
yaitu menyebabkan ditolak, berarti model Visualization Auditory
Kinestetic berbantuan software Lectora lebih efektif dibandingkan dengan model konvensional terhadap hasil
belajar siswa. Uji pasca Anava antara kelas Two Stay Two Stray dan konvensional dengan menggunakan uji
Scheffe’ menghasilkan yaitu menyebabkan ditolak, berarti Two Stay
Two Stray berbantuan software Lectora lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan konvensional terhadap
hasil belajar siswa.
Kata kunci: Visualization Auditory Kinestetic, Two Stay Two Stray, Lectora dan hasil belajar.
sekolah bertanggung jawab penuh untuk akhirnya hanya sekedar menghafal materi
membangun sikap sosial siswa dengan cara tersebut. Permasalahan seperti itu perlu
menerapkan komunikasi dan keterlibatan diperhatikan oleh guru. Guru perlu
kelompok diantara siswa. Hal ini diperkuat menciptakan kondisi pembelajaran yang
pula dengan pernyataan Tran dan Lewis menyenangkan di kelas sehingga siswa
dalam Ratih (2015:707), bahwa merasa senang dalam proses pembelajaran
“cooperative learning is an effective dan dapat memahami materi dengan baik.
teaching pedagogy for schools”. Salah satu cara guru untuk membuat
Dalam pembelajaran cooperative kondisi pembelajaran yang menyenangkan
learning ini, guru lebih berperan sebagai adalah penggunaan model pembelajaran
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan yang mengarah pada suatu pendekatan
penghubung mengarah ke pemahaman yang pembelajaran tertentu termasuk tujuan,
lebih tinggi. Menurut Hossain (2012:104) sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaan
berpendapat bahwa pembelajaran (Arends dalam Trianto, 2012: 22).
kooperatif adalah penggunaan instruksional Dalam memproduksi sebuah proses
dari kelompok-kelompok kecil dimana pembelajaran yang baik memerlukan
siswa bekerja sama untuk memaksimalkan berbagai strategi pembelajaran yang tepat
kemampuan mereka dan belajar satu sama dengan kondisi di dalam kelas, jika siswa
lain. kurang aktif maka mereka diberikan model
Hasil yang kurang membanggakan belajar yang terpusat pada siswa yang
diraih oleh siswa Indonesia mengenai mampu membuat mereka lebih aktif, jika
prestasi belajar matematika dan indeks siswa memahami tentang subjek yang tidak
pembangunan pendidikan. Berdasarkan terlalu banyak maka mereka diberi model
hasil penelitian dari Trends in International pembelajaran pusat guru sehingga siswa
Mathematics and Science Study (TIMSS) dapat dengan mudah memahami bahan
tahun 2011 untuk siswa Indonesia (Buchori:2017)
menempati urutan ke 38 dari 42 negara. Berdasarkan hasil observasi yang
Rendahnya kemampuan siswa-siswa dilakukan di SMA Kesatrian 2 Semarang.
Indonesia dalam matematika juga tercermin Siswa terlihat belum mampu menyatakan
dalam Program for International Student ulang sebuah konsep ketika guru
Assessment (PISA) dibawah Organization menanyakan secara langsung mengenai
Economic Cooperation and Development suatu konsep matematika kepada siswa.
(OECD) yang menerbitkan hasil survei Hasil wawancara dengan salah satu siswa
prestasi belajar matematika bagi siswa- mengatakan bahwa soal dalam ujian
siswa sekolah di 65 negara, dan Indonesia matematika terlalu sulit untuk saya pahami,
berada pada posisi ke 64 dengan skor 375. saya sulit untuk menemukan apa yang
Ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan dimaksud dari soal tersebut dan bagaimana
Indonesia memang sangat mencari solusinya. Pada saat mengerjakan
mengkhawatirkan (DetikNews,4 Desember soal latihan yang diberikan guru, siswa
2013). Indeks pembangunan pendidikan merasa kesulitan dalam menentukan
untuk semua atau education for all di langkah-langkah penyelesaian suatu
Indonesia menurun. Jika tahun 2011 permasalahan.
Indonesia berada di peringkat ke-65, pada Siswa mengatakan bahwa mereka
tahun 2012 merosot di peringkat ke-69 dituntut untuk selalu menghafal rumus yang
(Buchori:2012). belum tentu siswa dapat mengerjakan soal
Permasalahan matematika dalam dengan benar. Siswa justru merasa
memahami materi program linier kesulitan dalam menentukan rumus yang
disebabkan kurangnya pemahaman konsep harus digunakan untuk menyelesaikan suatu
sehingga siswa menjadi bingung dan permasalahan. Hal ini dibuktikan dari hasil
Ujian Akhir Semester (UAS) matematika VAK lebih memanfaatkan potensi yang
pada semester genap hanya 40% siswa yang telah dimiliki siswa dengan melatih dan
mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan mengembangkannya.Selain model
Minimal (KKM) yang berlaku di sekolah pembelajaran diatas, model pembelajaran
yaitu 75. Two Stay Two Stray (TS-TS) juga dapat
Selain observasi di kelas dan menciptakan pembelajaran yang lebih
melakukan wawancara tak terstruktur menyenangkan dan tidak monoton. Model
kepada siswa peneliti juga melakukan pembelajaran TS-TS ini dapat membuat
wawancara terhadap guru matematika di peserta didik aktif dalam pembelajaran,
sekolah tersebut. Berdasarkan hasil selain itu model ini memberi kesempatan
wawancara peneliti dengan guru untuk bekerja sendiri serta bekerja sama
matematika kelas XI MIPA 3 SMA dengan orang lain.
Kesatrian 2 Semarang, dalam proses Berdasarkan hasil penelitian yang
pembelajaran matematika guru dan siswa dilakukan oleh Rini (2013) dalam
menggunakan buku paket dan LKS serta “Implementasi Model Pembelajaran
papan tulis. Dengan penggunaan media Kooperatif Tipe TS-TS (Two Stay-Two
tersebut hasil belajar siswa kurang baik Stray) Terhadap Kemampuan Pemecahan
karena dari 34 siswa dalam satu kelas hanya Masalah Materi Bilangan Bulat Dan
15 siswa yang bisa mencapai Kriteria Lambangnya Berbantuan LKPD Kelas VII
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 yang SMP Negeri 13 Semarang” menunjukkan
ditetapkan oleh sekolah tersebut. bahwa model pembelajaran TS-TS lebih
Adapun model pembelajaran yang baik dari model pembelajaran
dapat guru gunakan untuk mengatasi konvensional. Sedangkan, menurut
persoalan tersebut menurut peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Saraswati
model pembelajaran visualization auditory (2012) dalam “Penerapan Pembelajaran
kinestetic dan two stay two stray. Menurut Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan
hasil penelitian Rizqi dan Darminto (2015) Pemahaman Konsep Dan Minat” diperoleh
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif hasil bahwa model pembelajaran TS-TS
terhadap minat dan prestasi belajar siswa dapat meningkatkan minat belajar peserta
dalam matematika. Sedangkan, berdasarkan didik.
hasil penelitian Rezaeinejada (2015) Selain menggunakan model
menunjukkan bahwa ada hubungan yang pembelajaran yang dapat membuat siswa
signifikan antara gaya belajar dan prestasi lebih aktif, Penggunaan multimedia juga
pendidikan. Menurut penelitian Shahrill dapat menjadi media pembelajaran yang
(2013) menyimpulkan bahwa melatih siswa interaktif bagi siswa. Sehingga, siswa tidak
dalam penggunaan gaya belajar dan strategi jenuh dengan materi yang diberikan oleh
pembelajaran yang secara empiris guru melainkan juga dapat menambah
diidentifikasi oleh penelitian dapat pengetahuan dalam bidang teknologi yang
bermanfaat untuk meningkatkan prestasi semakin berkembang. Para guru harus
matematika siswa. mengembangkan media mereka sendiri
Model Visualization Auditory yang menarik, ekonomis, efektif, dan
Kinestetic (VAK) adalah model yang mudah untuk membuat. Sebagai fasilitator
menggabungkan tiga gaya belajar yaitu guru harus mampu menyediakan fasilitas
belajar melalui melihat, belajar melalui yang memungkinkan kemudahan kegiatan
mendengar, dan belajar melalui bergerak belajar mengajar (Buchori:2015).
atau sentuhan. Model pembelajaran ini Fasilitas sarana dan prasarana yang
menganggap bahwa pembelajaran akan menunjang pembelajaran di SMA Kesatrian
efektif dengan memperhatikan ketiga hal 2 Semarang sudah cukup memadai, terdapat
tersebut di atas. Jadi, model pembelajaran LCD dan Komputer di setiap kelasnya.
Namun masih banyak guru yang belum 2) Apakah terdapat perbedaan rata-rata
mengoptimalkan fasilitas tersebut dan lebih hasil belajar antara model pembelajaran
suka menggunakan metode dan model Vizualisation Auditory Kinesthetic
pembelajaran konvensional. berbantuan Lectora, model pembelajaran
Menurut Arsyad (2011:4) Two Stay Two Stray berbantuan Lectora,
menyatakan bahwa media adalah alat untuk dan konvensional? 3) Apakah penggunaan
menyampaikan atau mengantarkan pesan- model pembelajaran Visualization Auditory
pesan pembelajaran.Sedangkan, Menurut Kinestetic berbantuan Lectora lebih baik
Ozdamli (2013:1067) menyatakan bahwa dari penggunaan model pembelajaran
menggunakan komputer sebagai media konvensional terhadap hasil belajar siswa?
untuk mempelajari jauh lebih memotivasi 4) Apakah penggunaan model pembelajaran
bagi siswa daripada siswa yang menulis Two Stay Two Stray berbantuan Lectora
dengan pensil. Media pembelajaran yang lebih baik dari penggunaan model
digunakan untuk membantu pembelajaran konvensional terhadap hasil
berlangsungnya kegiatan pembelajaran belajar siswa? 5) Apakah terdapat pengaruh
yaitu Lectora. Menurut Ramdani,dkk keaktifan siswa terhadap hasil belajar
(Ramdani,dkk dalm Buchori, 2016:28) dengan model pembelajaran Vizualisation
Salah satu pemanfaatan teknologi informasi Auditory Kinesthetic berbantuan Lectora
yaitu program Lectora yang dapat dan model pembelajaran Two Stay Two
digunakan untuk mengembangkan media Stray berbantuan Lectora?
berupa multimedia interaktif, karakteristik .
program ini sangat memungkinkan ada
variasi yang beragam dalam membuat METODE
pembelajaran menjadi lebih menarik dan Jenis Penelitian
dapat menjelaskan konsep yang abstrak
Penelitian ini menggunakan
melalui tampilan gambar bergerak yang pendekatan kuantitatif quasi eksperiment
disimpan dalam dokumen link. design.
Media ini menjadi pengganti Power
Point yang interaktif dan dapat memberikan Waktu dan Tempat Penelitian
animasi-animasi yang menarik dalam Penelitian dilaksanakan di SMA
pembelajaran. Menurut penelitian yang Kesatrian 2 Semarang kelas XI MIPA
dilakukan Faruk (2014:76) menunjukkan semester I tahun ajaran 2017/2018. Waktu
bahwa Media pembelajaran interaktif penelitian dilaksanakan pada tanggal 3-21
memiliki efek yang signifikan untuk Agustus 2017.
meningkatkan hasil belajar siswa. Target/Subjek Penelitian
Sedangkan, berdasarkan penelitian Zenin Subjek dalam penelitian ini yaitu
(2012:187) menunjukkan dampak positif kelas XI MIPA 1, XI MIPA 2 dan XI MIPA
dari memanfaatkan software pembelajaran 3. Menurut Sudjana (2005:6) yang
matematika sehingga meningkatkan belajar dimaksud populasi adalah totalitas semua
dan pemahaman siswa. nilai yang mungkin, hasil menghitung
Berdasarkan latar belakang ataupun pengukuran, kuantitatif mengenai
permasalahan di atas maka rumusan karakteristik tertentu dari semua anggota
masalah yang akan dibahas dalam kumpulan yang lengkap dan jelas yang
penelitian ini adalah 1) Apakah hasil belajar ingin dipelajari sifat-sifatnya. Populasi
siswa dengan menggunakan model dalam penelitian ini adalah semua siswa
pembelajaran Vizualisation Auditory kelas XI SMA Kesatrian 2 Semarang tahun
Kinesthetic berbantuan Lectora dan model ajaran 2017/2018.
pembelajaran Two Stay Two Stray Sampel adalah sebagian yang diambil
berbantuan Lectora tuntas secara klasikal? dari populasi (Sudjana, 2005:6). Dalam
penelitian ini, digunakan tiga kelas sampel eksperimen II, dan kelas kontrol.
kelas pertama sebagai kelas eksperimen 1, Kelas eksperimen I pembelajaran
kelas kedua sebagai kelas eksperimen 2, dilaksanakan dengan menggunakan
dan kelas ketiga sebagai kelas kontrol. model pembelajaran VAK
Diambil pula satu kelas sebagai kelas uji (Visualization, Auditory,
coba. Teknik sampling adalah teknik Kinestethic) berbentuan Lectora,
pengambilan sampel (Sugiyono, 2014: 81). kelas eksperimen II dilaksanakan
Dalam menentukan sampel yang akan dengan menggunakan model
digunakan dalam penelitian, terdapat pembelajaran TSTS (Two Stay Two
banyak teknik sampling yang dapat Stray) berbantuan Lectora, dan
digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti kelas kontrol menggunakan model
menggunakan teknik Probability Sampling pembelajaran konvensional.
yang berbentuk Cluster Random Sampling c. Pelaksanaan tes akhir (post-test)
(Sugiyono, 2014:86). kepada kelas eksperimen I, kelas
eksperimen II dan kelas kontrol
untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah mendapatkan
perlakuan masing-masing.
3. Tahap Penyelesaian, dilakukan kegiatan
Prosedur
sebagai berikut:
Prosedur dalam penelitian ini dilakukan
a. Mengumpulkan hasil data yang
dalam tiga tahapan kegiatan sebagai
didapat dengan tes tertulis
berikut:
b. Pengolahan data hasil penelitian
1. Tahap Persiapan,
c. Analisis data hasil penelitian
a. Mengindentifikasi masalah yang
d. Penyimpulan hasil penelitian
akan diteliti
b. Menyusun proposal penelitian Data, Instrumen, dan Teknik
c. Menyusun bahan ajar penelitian Pengumpulan Data
yang meliputi Rencana Metode pengumpulan data dalam
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penelitian ini yaitu dengan cara tes dan
dan menyusun permasalahan yang dokumentasi. Untuk mendapatkan
akan dipecahkan siswa serta instrument data, peneliti melakukan tes 2
membuat instrumen penelitian tahap yaitu pretest dan posttest.
d. Perizinan Teknik Analisis Data
e. Melakukan uji coba instrumen Teknik analisis data awal yang
penelitian digunakan dalam penelitian yaitu uji
f. Menganalisis soal yang telah normalitas awal, uji homogenitas awal, uji
diujikan kemudian merevisi jika analisis varians satu arah data awal.
ada hal-hal yang harus diperbaiki Sedangkan untuk teknik analisis data akhir
g. Memilih kelas eksperimen dan kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kontrol uji normalitas akhir, uji homogenitas akhir,
2. Tahapan Pelaksanaan, dengan langkah- uji analisis varians satu arah data akhir, uji
langkah sebagai berikut: Sheffe dan uji regresi linier sederhana.
a. Pengambilan data dengan
melakukan pretest pada kelas HASIL PENELITIAN
eksperimen I, kelas eksperimen II, DAN PEMBAHASAN
dan kelas kontrol untuk mengetahui Dari analisis data awal diperoleh data
kemampuan awal siswa yang berdistribusi normal dan homogen
b. Pelaksanaan pembelajaran pada serta dari hasil uji kesamaan rata-rata atau
kelas eksperimen I, kelas
lebih efektif daripada siswa yang diberi baik dari pada tingkat kecerdasan spasial
pendekatan konvensional. Hal ini sedang dan rendah. Sedangkan pada tingkat
sejalan dengan dengan hasil dari studi kecerdasan spasial sedang menghasilkan
lain yang mengemukakan model prestasi belajar yang lebih baik dari pada
pembelajaran Visualization Auditory tingkat kecerdasan spasial rendah pada
Kinesthetic lebih efektif untuk materi pokok bangun ruang kubus dan
meningkatkan hasil belajar siswa balok siswa kelas VIII semester genap SMP
(Sancoko: 2013). Ma’arif 1 Metro tahun pelajaran 2016/2017.
Hasil belajar siswa yang diberi Kemudian dari anava dua jalan sel tak
perlakuan model pembelajaran Two sama diperoleh Fobs = 0,15 ˂ 3,178 =
Stay Two Stray berbatuan software F0,05;2;53 Fobs tidak masuk daerah kritik
Lectora lebih efektif daripada siswa sehingga H0 diterima. Ini berarti tidak ada
yang diberi pendekatan konvensional. ketergantungan antara model pembelajaran
Hal ini sejalan dengan dengan hasil dengan kecerdasan spasial siswa. Karena
dari studi lain yang mengemukakan pada tiap kategori kecerdasan spasial baik
hasil belajar matematika siswa yang tinggi, sedang ataupun rendah model
memperoleh pembelajaran dengan pembelajaran SFE berbantuan alat peraga
menggunakan model Two Stay Two kotak imajinasi selalu lebih baik dari pada
Stray lebih meningkat daripada hasil model pembelajaran langsung, ini berarti
belajar matematika siswa yang untuk masing-masing model pembelajaran
menggunakan pembelajaran memberikan efek yang berbeda pada
konvensional (Kurniawan:2016). masing-masing tingkat kecerdasan spasial.
memberikan efek yang berbeda
terhadap prestasi belajar matematika siswa. KESIMPULAN DAN SARAN
Karena pada hipotesis kedua H0 ditolak
Simpulan
maka diperlukan uji lanjut pasca anava Berdasarkan hasil penelitian dan
dengan menggunakan metode Scheffe. Dari pembahasan dapat disimpulkan beberapa
perhitungan dengan menggunakan metode hal berikut:
Scheffe diperoleh hasil bahwa pada tingkat 1. Hasil belajar siswa dengan
kecerdasan spasial tinggi dan sedang Fobs = menggunakan model pembelajaran
82,10 ˃ 6,356 = 2F0,05;2;53 Fobs masuk daerah
Visualization auditory kinesthetic
kritik sehingga H0 ditolak. Pada tingkat berbantuan Lectora dan model
kecerdasan spasial tinggi dan rendah Fobs = pembelajaran Two Stay Two Stray
583,91 ˃ 6,356 = 2F0,05;2;53 Fobs masuk berbantuan Lectora tuntas secara
daerah kritik sehingga H0 ditolak. Pada klasikal, dengan ditunjukkan nilai
tingkat kecerdasan spasial sedang dan
pada kelas yang
rendah Fobs = 237,79 ˃ 6,356 = 2F0,05;2;53
Fobs masuk daerah kritik sehingga H0 menggunakan model pembelajaran
ditolak. Visualization auditory kinesthetic
Karena rerata pada tingkat kecerdasan berbantuan Lectora yaitu
spasial tinggi 166,67 ˃ 148,48 tingkat dan pada kelas yang
kecerdasan spasial sedang, tingkat menggunakan model pembelajaran
kecerdasan spasial tinggi 166,67 ˃ 118,73 Two Stay Two Stray berbantuan
tingkat kecerdasan spasial rendah, dan Lectora nilai yaitu
tingkat kecerdasan spasial sedang 148,48˃ .
118,73 tingkat kecerdasan spasial rendah
2. Terdapat perbedaan rata-rata hasil
maka dapat disimpulkan bahwa pada setiap
belajar antara model pembelajaran
kategori tingkat kecerdasan spasial tinggi
Visualization Auditory Kinesthetic
menghasilkan prestasi belajar yang lebih
berbantuan Lectora, model
Rahayu, Siti dan Istiani, Ana. 2017. Sari, Ariesta Kartika. 2014. Analisis
Pembelajaran Matematika Melalui Karakteristik Gaya Belajar
Pendekatan Kontekstual Dengan VAK(Visual, Auditorial ,Kinestetik)
Gaya Belajar VAK(Visual Auditory Mahasiswa Pendidikan Informatika
Kinestetik). STKIP Muhammadiyah Angkatan 2014.. Universitas
Pringsewu Lampung. Trunojoyo Madura.
Rezaeinejad, Maria et.al. 2015. “The study Shahrill, Masitah et al. 2013.” A
of learning styles and its relationship Comparison of Learning Styles and
with educational achievement among Study Strategies Used by Low and
Iranian high school students”. Social High Math Achieving Brunei
and behavioral sciences. Iran: Islamic Secondary School Students:
Azad University. Vol 199: 218-224. Implications for Teaching”. Brunei
Darussalam: Sultan Hassanal Bolkiah
Rini,Zulmi Roestika.2013.”Implementasi
Institute of Education. Vol 6 no.10:
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
39-46.
TS-TS (Two Stay-Two Stray)
Terhadap Kemampuan Pemecahan Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung:
Masalah Materi Bilangan Bulat Dan Tarsito.
Lambangnya Berbantuan LKPD Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kelas VII SMP Negeri 13 Semarang”. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Skripsi. Sarjana Universitas Negeri Bandung:Alfabeta.
Semarang.
Sukron, Muhammad dkk. 2016. Penerapan
Rizqi, Laely Bahar dan Darminto,Bambang Model Visualization, Auditory,
Priyo. 2015. Pengaruh Penggunaan Kinestethic Dengan Media Audio
Audio Visual Terhadap Minat Dan Visual Dalam Peningkatan Hasil
Prestasi Belajar Matematika Siswa Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV
Kelas X MAN Kutowinangun Tahun SDN 4 Kutosari Tahun Ajaran
Pelajaran 2015/2016. Universitas 2015/2016.FKIP UNS. Vol.4,No.3.1:
Muhammadiyah Purworejo. 346-352.
Rokhman, Akhmad Mujibur dan Basuki, Trianto. 2012. Mendesain Model
Ismet. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Pembelajaran (SAVI Dan Discovery) Jakarta: Kencana.
Dan Gaya Belajar (Auditory
Learning Dan Visual Learning) Yulia, Putri dan Luqman,Muhammad.
Terhadap Hasil Belajar. Universitas 2015. Pengaruh model pembelajaran
Negeri Surabaya. Quantum tipe Visual Audditory
Kinesthetic (VAK) terhadap
Sancoko, Maharani Akbar. 2013. Studi kemampuan komunikasi matematis
Komparatif Strategi Belajar ARIAS siswa kelas VII SMP Negeri 17 Batam
Dan Strategi Belajar VAK. STKIP tahun pelajaran 2013/2014.
PGRI Sidoarjo. Universitas Riau Kepulauan.
Saraswati,In Diyah et al.2012.”Penerapan Zainuddin, dkk.2014. Eksperimentasi
Pembelajaran Two Stay Two Stray Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Terhadap Kemampuan Pemahaman Two Stay Two Stray Dan Numbered
Konsep Dan Minat”. Unnes Journal Heads Together Pada Materi Pokok
of Mathematics Education. Fungsi Ditinjau Dari Kecerdasan
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.ph Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP
p/ujme, Agustus 2012.