Anda di halaman 1dari 6

Majalah Kedokteran Andalas

No.2. Vol.31. Juli – Desember 2007

ARTIKEL PENELITIAN

Pemakaian obat dengan margin of safety yang


sempit seharusnya memerlukan
Therapy Drug Monitoring (TDM)
Elly Usman
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Abstrak
Pemantauan kadar obat di dalam darah adalah suatu cara yang digunakan untuk dasar
pemberian obat yang optimal berdasarkan konsentrasi target (C target) sehingga dengan
demikian penyesuaian dosis obat dapat dilakukan. Di rumah sakit pemerintah cara ini sudah
banyak dilakukan seperti di bagian jantung, saraf dan paru.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dan data diambil dari catatan yang ada di
bagian rekam medis RSUP Dr. M. Djamil Padang. Pengamatan dilakukan pada frekuensi
pengobatan yang diberikan terutama obat-obat yang harus di pantau penggunaannya dan
kadarnya di dalam darah seperti digoxin, fenitoin dan teofilin.
Berdasarkan penelitian di bagian jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang, pemberian digoxin
meningkat dari tahun 2001-2003. Peningkatan pemberian digoxin pada penderita rawat
jalan sebesar 1,25 kali. Pemberian fenitoin pada penderita rawat inap meningkat 2,5 kali.
Pada bagian paru, pemberian teofilin untuk penderita rawat inap meningkat 1,5 kali dan
untuk rawat jalan meningkat 2,5 kali.

Kata kunci : TDM – digoxin – fenitoin – theophylin

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol. 31. Juli – Desember 2007


Majalah Kedokteran Andalas
No.2. Vol.31. Juli – Desember 2007

ABSTRACT
Rate Monitoring medicine in blood is a technique used for the base of giving of
optimal drug pursuant to target concentration (C target), thereby adjustment of drug
dose can be conducted. In governmental hospital, this technique have been conducted
as in heart, neurological and lung department.
This research use descriptive design and data taken away from medical record Dr. M.
Djamil hospital. Medication frequency will be calculated, especially the drug which
must be wacthed its use and the rate in blood like digoxin, and fenitoin of teophilin.
Pursuant to research in heart department, giving of digoxin increased from year 2001
up to 2003. The increasing of digoxin for out-patient more or less 1.25 times and,
fenitoin for in-patient increase 2.5 times. In department of lung, giving of teophilin for
in-patient increased 1.5 times and for out-patient increased 2.5 times.

Keywords: TDM - digoxin - fenitoin - theophylin


PENDAHULUAN
Pemantauan kadar obat di dosis”. Di dalam pemberian regimen
dalam darah adalah suatu teknik yang dosis akan melibatkan tiga pertanyaan
digunakan klinisi untuk mengoptimalkan yang saling berkaitan, Berapa banyak
dosis obat dengan memberikan dosis yang obat yang diberikan ?. Berapa kali per
ditetapkan berdasarkan konsentrasi target hari obat diberikan ?. Berapa lama
(C target) dengan cara mengukur kadar obat diberikan?. Tidak mudah untuk
obat dalam darah dan bila perlu menjawab pertanyaan ini agar tujuan dan
melakukan penyesuaian dosis. sasaran terapeutik dapat dicapai.
Pemantauan kadar obat dalam darah ini Ada dua pendekatan yang dapat
bertujuan untuk mem-bantu menjawab pertanyaan-pertanyaan
meningkatkan penggunaan obat yang tersebut, yaitu pendekatan empirik dan
lebih rasional baik keamanan dan pende-katan kinetika yang sekarang
efektifitas dosis pada individu penderita. sudah mulai memasuki area klinik.
Keberhasilan suatu terapi Selama ini klinisi lebih cendrung
dengan obat terletak pada pendekatan menggunakan pen-dekatan empirik
sejauh mana optimalisasi keseimbangan yang lebih ditekankan pada evaluasi
antara efek terapeutik yang diinginkan respon terapeutik atas dasar pengalaman
dengan efek samping atau efek toksik trial and error yaitu setelah dilakukan
yang tidak diinginkan dapat dicapai. penyesuaian dan perubahan baik besarnya
Untuk men-capai hasil terapi yang dosis maupun interval pemberian dan cara
optimal, pemilihan obat dan rancangan pemberian kemudian mencoba-nya pada
regimen dosis yang tepat perlu pasien selama waktu tertentu. Cara ini
dilakukan. Rancangan regimen dosis yang dikuatirkan akan dapat menim-bulkan
diberikan dokter pada penderita adalah suatu problema terapeutik dan kesukaran
berdasarkan tujuan untuk pengo-batan - kesukaran klinik. Problema yang timbul
individu, di mana dosis yang dibe-rikan dimulai dari respon terapeutik yang tidak
disesuaikan dengan kebutuhan masing- adekuat (kadar obat dalam darah terlalu
masing penderita. Cara penentuan dosis rendah) sampai pada efek samping obat
ini di kenal dengan “individualisasi dan efek toksik (kadar obat dalam darah

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol. 31. Juli – Desember 2007


Majalah Kedokteran Andalas
No.2. Vol.31. Juli – Desember 2007

tinggi). Untuk obat-obat yang batas 5. Penderita mempunyai gangguan


keamanannya lebar misalnya vita-min, pada salah satu organ ekskresi
antasid dll. Pendekatan empirik ini cukup 6. Penderita yang sudah diberi dosis
memadai. Tetapi untuk obat yang margin tetapi memperlihatkan tanda toksik
of safety sempit pendekatan secara atau tidak memperlihatkan efek terapi
kinetiklah yang paling tepat dilakukan. yang diha-rapkan
Pendekatan secara kinetik didasari 7. Terjadinya interaksi obat akibat
oleh suatu hipotesis, bahwa res-pon polifar-masi
terapeutik dan toksik mempunyai 8. Untuk menilai kepatuhan
hubungan dan kaitan dengan jumlah obat penderita makan obat secara teratur
yang berada dalam tubuh atau kadar obat
dalam plasma. Di negara maju dan negara tetangga jenis
obat yang telah dilakukan secara rutin
METODE PENELITIAN dilakukan TDM dapat di lihat pada tabel
Penelitian ini merupakan 1.
penelitian deskriptif yang dilaksanakan di Tabel 1. Obat yang perlu dilakukan
RSUP Dr. M. Djamil pada bagian TDM
jantung, neurologi dan paru dari data No Golongan Obat
rekam medis dari tahun 2001 - 2003. 1 Bronkodilator Theophilin
Populasi adalah semua pasien yang 2 Analgesik Asetosal
berobat pada bagian jantung, neu-rologi Anipiretik Parasetamol
dan paru pada 2001-2003. Sampel adalah 3 Antibiotik Gentamisin
semua pasien yang diberi terapi digoxin, Aminoglikosida Tobramisin
fenitoin dan theophylin. Vonkomisin
4 Antiepilesi Phenobarbital
Karateristik obat yang perlu dilakukan Fenitoin
pemantauan kadar obat di dalam 5 Antineoplastik Metoktreksat
darah 6 Antiarimia Lidokain
Adanya variabilitas individu baik Prokain
intra maupun inter individu pada pen- Kinidin
derita, menyebabkan pengaturan dosis Propanolol
yang sesuai dengan penderita diperlukan, Glikosida jantung Digoxin
terutama untuk obat dengan indek terapi Digotoksin
sempit. Pada dasarnya obat-obat yang 7 Psikoaktif Amitriptilin
perlu dilakukan TDM mempunyai kriteria Nortriptilin
atau kondisi klinik antara lain: Desimipramin
1. Obat yang mempunyai batas Litium
keamanan (margin of safety) yang
sempit Peran Farmakokinetik Klinik pada
2. Efek toksis sukar diamati atau TDM
dipasti-kan secara klinis Ilmu Farmakokinetika merupakan
3. Efek terapinya sukar di pantau suatu bidang studi yang relatif baru dan
secara klinis disiplin ilmu yang muda di antara ilmu-
4. Kadar obat dalam plasma ilmu kesehatan yang pada akhir-akhir ini
bervariasi antar individu

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol. 31. Juli – Desember 2007


Majalah Kedokteran Andalas
No.2. Vol.31. Juli – Desember 2007

mulai memasuki dunia klinik. Dari pene- beberapa set data yang di peroleh dari
litian yang telah dilakukan secara in vitro percobaan. Model ini me-ngarah kepada
dan in vivo, ternyata intensitas efek pembuatan konsep mate-matika yang
farmakologi suatu obat tergantung pada disebut model kompartemen. Prinsip dari
kadar obat tersebut di dalam cairan tubuh model kompartemen ini menganggap
yang berada di sekitar tempat aksi. Dari tubuh terdiri dari bagian-bagian atau
konsep tersebut timbul pemikiran bahwa kompartemen yang satu dengan yang lain
efek farmakologi dapat dioptimalkan saling berhubungan, di mana distribusi
dengan mengatur kadar obat di tempat obat di dalam tubuh tidaklah sama, hal ini
aksinya, selama periode waktu tertentu disebabkan perbe-daan anatomi, faal
dan dengan mengetahui tempat aksi obat organ, media cairan tubuh serta proses
dan mengetahui perubahan-perubahan difusi yang terjadi. Penggunaan model
yang dilakukan tubuh terhadap obat maka matematika ini dengan parameter
berdasarkan kadar obat yang terukur farmakokinetik, dapat meng-gambarkan
dalam darah, dosis optimal dapat diten- dan meramalkan hubungan antara waktu
tukan. Konsep inilah yang dinamakan dan perubahan kadar obat dalam darah
Farmakokinetika yaitu suatu cara setiap saat sebagai fungsi dari dosis serta
untuk melakukan pengukuran kuan- cara dan frekuensi pemberiaan obat.
titatif keberadaan obat dalam tubuh
sebagai suatu sistem yang dinamik, di Manfaat klinik dari TDM
mana obat berubah setiap saat oleh Secara paktis, manfaat TDM dapat
proses ADME (Absorbsi, Distribusi, diguna-kan untuk optimalisasi dosis
Metabolisme dan Ekresi). Bila konsep individu karena:
farmakokinetika ini digunakan untuk 1. Adanya ketidak patuhan penderita
tujuan keamanan dan efektifitas terapi dapat diketahui
pada penderita di klinik, di sebut 2. Obat dengan bioavailabilitas yang
Farmakokinetika Klinik. Dari tidak mencukupi dapat diketahui
perubahan kadar obat setiap saat dalam 3. Adanya individualisasi keperluan
darah (dc/dt) dapat ditentukan parameter dosis dapat diperhitungkan
kinetik yaitu besarnya absorbsi (Ka), 4. Perubahan keperluan obat
kadar puncak (Cmaks), kadar tunak sehubungan dengan perubahan
(Css), klirens, volume distribusi (Vd), keadaan penyakit dapat dikenali
waktu paruh (t1/2) dan bioavailabiltas. 5. Dapat di cegah efek intoksikasi
Dari parameter kinetik diciptakan model para-doksal dari obat
farmakokinetik. Model adalah salah satu 6. Perubahan fisiologik yang
alat dasar dari ilmu pengetahuan yang memerlukan perubahan dosis
sifatnya tiruan dan merupakan sistim riil
yang sederhana. Model kompartemen Data rekaman kunjungan medik
dalam ilmu faal dan ilmu farmakokinetika pasien bagian cardiologi, neurologi dan
sering digunakan untuk mengambarkan paru
perilaku zat-zat endo-gen atau eksogen Dari data yang diambil di apotek
termasuk obat. Model farmakokinetik ini rumah sakit M. Djamil untuk bagian
bertujuan untuk mendapatkan metode jantung, bagian neurologi dan paru dida-
yang sesuai dalam menggambarkan dan patkan data sebagai berikut :
menginterprestasikan satu data atau

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol. 31. Juli – Desember 2007


Majalah Kedokteran Andalas
No.2. Vol.31. Juli – Desember 2007

Tabel 2. Frekuensi Pemberian Digoxin,


Berdasarkan Kunjungan Pada
Central Cardiologi Tabel 4. Frekuensi Pemberian
No Thn R.Inap R.Jalan Theophylin, Berdasarkan Kunjungan
Jlh Jlh Jlh Jlh Pasien Paru
Kun Ka Kunju Kasus No Thn R.Inap R.Jalan
jug sus ngan Jlh Jlh Jlh Jlh
an Kun Ka Kunju Kasus
1 2001 216 13 18333 1359 jung sus ngan
2 2002 228 18 19549 1525 an
3 2003 218 17 20558 2180 1 2001 281 40 10253 2402
2 2002 319 69 9151 3947
Berdasarkan kunjungan pasien rawat inap 3 2003 351 64 10939 5542
dari tahun 2001 - 2003 di bagian cardio-
logi didapatkan pemberian terapi digoxin Dari bagian paru, penggunaan terapi
yang meningkat setiap tahunnya yaitu theophylin untuk rawat inap didapakan
sebesar 6,01% - 7,79% dan untuk kun- kenaikan yang cukup besar dari tahun
jungan pasien rawat jalan didapatkan 2001 - 2003 yaitu 14,23%, 21,63% dan
7,4% - 10,6%. pada tahun 2003 didapatkan 18,23%
sedangkan untuk rawat jalan jumlah kun-
Tabel 3. Frekuensi Pemberian Fenitoin jungan meningkat yaitu 23,4% pada tahun
dan Carbamazepin Berdasarkan 2001 dan pada tahun 2003 didapatkan
Kunjungan Pasien Neurologi 50,06%.
No Thn R.Inap R.Jalan
Jlh Jlh Jlh Jlh KESIMPULAN
Kun Ka Kunju Kasus Dengan peningkatan pembuatan
Jung sus ngan obat-obat yang memerlukan monitor
an diper-lukan pemantauan kadar obat dalam
1 2001 585 12 13374 3173 darah adalah suatu cara yang rasional
2 2002 563 21 12270 2719
untuk individualitas dosis. Adanya
3 2003 552 30 11321 2470
variabilitas intra dan inter individu, untuk
obat-obat terutama dengan batas
Di Bagian neurology pemberian terapi
keamanan sempit sudah sepatutnya
fenitoin dan carbamazepin untuk pasien
dilakukan TDM. Untuk mendapatkan
rawat inap didapatkan kenaikan dari
efektivitas dan efisiensi penanganan dan
tahun 2001 - 2003 didapatkan 2,56% -
penggunaan TDM harus dilaksanakan
5,43% dan untuk kunjungan pasien rawat
dengan benar yang ber-dampak untuk
jalan didapatkan penurunan dari 2,37%
kepentingan penderita umumnya.
pada tahun 2001 menjadi 2,18% pada
Dengan dilaksanakannya TDM
tahun 2003.
yang efisien dapat membantu Program
Kebijakan Obat Nasional untuk mencapai
Penggunaan Obat Secara Rasional
(POSR) dan Pemilihan Obat yang tepat.

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol. 31. Juli – Desember 2007


Majalah Kedokteran Andalas
No.2. Vol.31. Juli – Desember 2007

KEPUSTAKAAN
1. WHO. Bioavailability of drugs:
principles and problems. Report of a
WHO scientific group. WHO
Technical Series 536; (1974).

2. Wagner, Jd. Fundamentals of clinical


pharmaceutics. Drug Intelligence
Publications, Inc. 1st ed. 1975; Chap.
10,2,9.

3. Ritschel, WA. Hand book of basic


pharmaco kinetics. Drug Intelligence
Publications, Inc. 1st ed. 1976; Chap.
25.

4. Notari, RE., De Young, JL,


Anderson, RC Biopharmaceutics and
pharmaco-kinetics. 2nd ed. Marcel
Dekker Inc. New York 1975 Chap.1.

5. Ritschel, WA. Angewandte


biopharmazie. Wissenschaftliche
verlagsgesellchaf. MBH Stuttgart
1973 Chap. 13.

6. Wagner, JD. Biopharmaceutics and


relevant pharmacokinetics. Drug
Intelligence Public. Inc. 1971.

7. Warner, J.D. Use of clinical


pharmaco- kinetics laboratory for
bioavailability assesment. Clinical
Pharmacokinetics–A Symposium. G.
Levey (Ed) AphA. Acad.
Pharm.Sci.1974.

8. Smith, SE, Rawlins, MD. Variability


in human drug respons. Butterworth,
London, Boston 1976.

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol. 31. Juli – Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai