TINJAUAN PUSTAKA
B. Studi Preformulasi
1. Definisi Preformulasi
Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya sebelum dan formulasi yang
artinya perumusan atau penyusunan. Dalam bidang farmasi preformulasi dapat
diartikan sebagai langkah awal yang dilakukan ketika akan membuat formula
suatu obat.
3
4
2. Tujuan Preformulasi
Tujuan dasar dari aktivitas preformulasi adalah untuk menggambarkan
proses optimasi suatu obat melalui penentuan atau definisi sifat-sifat fisika dan
kimia yang dianggap penting dalam menyusun formulasi sediaan yang stabil,
efektif, dan aman. Data preformulasi akan sangat membantu dalam memberikan
arah yang lebih sesuai untuk membuat suatu rencana bentuk sediaan. Menyiapkan
dasar rasional untuk metode preformulasi. Untuk memaksimalkan kesempatan
dalam mengoptimalkan sebuah produk obat dan penampilannya. Dari sudut
pandang seorang formulator tablet, informasi preformulasi yang paling penting
adalah studi kestabilan zat tambahan obat. Untuk obat baru yang pengalaman
formulasinya kurang. Penerangan formula menggunakan pengalaman dan
pengetahuan mengetahui bahan tambahan untuk menjaga ukuran tablet seminimal
mungkin tanpa mengorbankan bagian-bagian yang perlu.
Data dari praformulasi tidak selamanya harus dicoba atau diteliti, akan
tetapi dapat diperoleh dari literature. Studi praformulasi pada dasarnya berguna
untuk menyiapkan dasar yang rasional untuk pendekatan formulasi, untuk
memaksimalkan kesempatan keberhasilan memformulasi produk yang dapat
diterima oleh pasien dan akhirnya menyiapkan dasar untuk mengoptimalkan
produksi obat dari segi kualitas dan performa.
5
Pada umumnya, zat aktif memiliki aroma dan rasa yang berkarakter.
Ketika mencoba rasa zat aktif, hendaknya dilakukan dengan hati hati. Jika rasa
dianggap tidak enak, pertimbangan hendaknya diberikan untuk menggunakan
bentuk kimia zat aktif yang kurang larut, jika tersedia, asalkan tidak
membahayakan ketersediaan hayati yang tidak dapat diterima. Aroma dan rasa
dapat ditekan dengan menggunakan penyedap (flavours) dan eksipien atau dengan
menyalut sediaan akhir. Penyedap, zat pewarna, dan eksipien yang dipilih untuk
mengurangi masalah warna yang tidak bagus dipandang atau berubah – ubah,
6
serta aroma dan rasa yang tidak menyenangkan harus ditapis berdasarkan
pengaruhnya pada stabilitas dan ketersediaan hayati zat aktif.
b. Analisis fisikokimia
1) Data kualitatif dan kuantitatif
Analisis ini berfungsi untuk penetapan identitas dan kadar zat aktif.
Untuk penetapan kualitatif biasanya digunakan kromatografi lapis tipis,
spectrum serapan inframerah, reaksi warna, spectrum serapan reaksi
ultraviolet dan reaksi tertentu lainnya.penetapan kadar zat aktif biasanya
dilakukan dengan metode spektrofotometri, kromatografi gas,
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT); titrasi kompleksometri, asam
basa, argentometri, iodometri, dll
2) Kemurnian
Ketidakmurnian dapat memengaruhi stabilitas, misalnya
kontaminasi logam dengan kadar superjuta (ppm) dapat merusak beberapa
golongan senyawa tertentu. Penampilan adalah bidang lain yang dengan
sedikit ketidakmurnian dapat mempunyai pengaruh besar. Selanjutnya,
beberapa ketidakmurnian mensyaratkan ketelitian karena kemungkinan
toksik. Teknik yang digunakan untuk mengarakterisasi kemurnian suatu
zat aktif sama dengan yang digunakan dalam penetapan identifikasi
kualitatif dan kadar kuantitatif.
Kromatografi lapis tipis dan kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) merupakan penerapan yang sangat luas dan alat yang baik sekali
untuk mengarakterisasi keserbasamaan berbagai macam jenis zat aktif.
Kromatografi kertas dan kromatografi gas juga berguna dalam penetapan
keserbasamaan kimiawi. Semua teknik tersebut dapat didesain untuk
memberikan kuantitatif kemurnian.
Metode lain yang berguna dalam menilai kemurnian adalah analisis
termasuk garavimetri dan diferensial. Informasi yang sama kadang –
kadang juga dihasilkan dengan pengamatan titik cair, terutama dengan
mikroskop panggung panas (hot stage microscope).
7
c. Sifat Fisikomekanik
Sifat-sifat fisikomekanik mencakup ukuran partikel, luas permukaan,
pembasahan higroskopisitas, aliran serbuk, karateristik pengempaan, dan bobot
jenis.
1) Ukuran partikel
Berbagai sifat kimia dan fisik zat aktif dipengaruhi oleh distribusi
ukuran dan bentuk partikel. Pengaruh tersebut tidak saja pada sifat-sifat fisik
sediaan solid, tetapi juga dalam beberapa hal pada sifat biofarmasetiknya,
misalya ketersediaan hayati banyak zat aktif berkaitan secara langsung
dengan distribusi ukuran partikel dan zat aktif, sebagai contoh griseofulvin.
Ukuran partikel juga berperan dalam keserbasamaan tablet akhir.
Apabila perbedaan besar dalam ukuran terdapat diantara zat aktif dan
eksipien, pengaruh saling berpisah dapat terjadi sehingga pencampuran secara
saksama sulit dilakukan atau jika tercapai, sulit dipertahankan selama proses
tersebut. Pengaruh ini sangat besar jika perbedaan ukuran partikel eksipien
dan zat aktif sangat signifikan.
Ukuran partikel juga merupakan faktor dalam stabilitas. Bahas halus
agak lebih terbuka pada pajanan oksigen atmosfer, panas, cahaya,
kelembapan, dan interaksi eksipien daripada bahan kasar. Karena peranan
yang signifikan ini, penentuan rentang ukuran partikel yang diinginkan
merupakan hal yang penting, dan kemudiaan mempertahankan dan
mengendalikannya.
a) Teknik menetapkan ukuran partikel
Banyak metode yang bisa digunakan untuk memantau ukuran
partikel, antara lain metode mikroskopik, pengayakan, penetapan volume
partikel. Tidak ada pengukuran tersebut yang merupakan metode langsung.
Metode sedimentasi yang menghasilkan ukuran partikel yang berhubungan
dengan kecepatan pengendapan partikel melalui media suspensi
merupakan suatu pengukuran penting dalam pengembangan emulsa dan
suspensi.
Pengukuran volume partikel menggunakan alat yang disebut
coulter counter, memungkinkan menghitung diameter setara dengan
8
volume. Jadi, ukuran dapat atau tidak dapat dibandingkan dengan yang
diperoleh oleh metode mikroskop atau metode lain, ukuran hanya dapat
langsung diterapkan pada partikel yang diukur sesuai metode yang
digunakan.
2) Bentuk dan Luas Permukaan Partikel
Bentuk dan luas permukaan partikel mempengaruhi aliran dan sifat
permukaan suatu serbuk. Luas permukaan, bobot atau volume unit merupakan
karakteristik serbuk yang penting dalam studi adsorpsi permukaan dan laju
disolusi.
a) Bentuk Partikel
Suatu bulatan mempunyai luas permukaan minimum per volume
unit. Makin asimetrik suatu partikel, makin besar luas permukaan per
volume unit. Semakin asimetrik pula suatu partikel semakin sulit
menetapkan diameter partikel yang berarti.
b) Permukaan Spesifik
Permukaan spesifik adalah luas permukaan per volume unit atau
per bobot unit.
a) Metode Penetapan Luas Permukaan
i. Metode Adsorpsi
Alasan untuk mengendalikan ukuran partikel adalah
perubahannya akan mengubah luas permukaan yang tersedia,
memengaruhi disolusi dan ketersediaan hayati. Dalam hal ini, ukuran
partikel merupakan petunjuk kasar suatu luas permukaan. Pendekatan
yang paling umum untuk menetapkan luas permukaan didasarkan
pada teori dari Brummer-Emmet-Teller (BET). Secara singkat, teori
tersebut menetapkan bahwa kebanyakan zat akan mengadsorpsi suatu
monomolekular gas dibawah kondisi tekanan parsial dan suhu
tertentu. Dengan mengetahui kapasitas monolapisan adsorben dan luas
molekul adsorbat sehingga prinsip luas permukaan dapat dihitung.
c) Bobot jenis ruah, ditetapkan dari volume ruah dan bobot serbuk
kering dalam gelas takar.
d) Bobot jenis ketuk, ditetapkan dengan menempatkan gelas takar
mengandung serbuk yang diketahui bobotnya pada alat ketuk
mekanik, yang dioperasikan untuk sejumlah ketukan tetap (500-1000
ketukan) sampai volume serbuk mencapai minimum. Dengan
menggunakan bobot serbuk dalam gelas takar dan volume minimum
ini, bobot jenis ketuk dapat dihitung.
Apabila suatu solid tidak berpori-pori, bobot jenis nyata dan granul
bersifat identik. Keduanya dapat iperoleh dengan pemindahan heliumatau
suatu cairan seperti raksa, benzen atau air. Jika bahan berpori-pori,yang
mempunyai permukaan internal, bobot jenis nyata paling baik diperkirakan
dengan pemindahan helium, yang berpenetrasi ke dalam pori-pori terkecil dan
tidak diadsorpsi oleh bahan. Bbot jenis yang diperoleh dengan pemindahan
cairan dianggap kira-kira sama dengan bobot jenis nyata jika cairan tidak
berpenetrasi baik ke dalam pori-pori.
4) Keruahan (Bulkiness)
Disebut juga volume ruah spesifik merupakan kebalikan dari bobot
jenis ruah. Hal ini merupakan pertimbangan penting dalam pengemasan
serbuk. Keruahan meningkat dengan penurunan dalam ukuran partikel.
Dalam suatu campuran bahan-bahan berukuran partikel yang berbeda,
partikel berpindah di antara partikel-partikel besar dan cenderung mengurangi
keruahan.
5) Bobot Jenis Ketuk (ρk)
Ditetapkan dengan menempatkan gelas takar mengandung serbuk
yang diketahui bobotnya pada alat ketuk mekanik, yang dioperasikan untuk
sejumlah ketukan tetap (500-1000 ketukan) sampai volume serbuk mencapai
minimum. Dengan menggunakan bobot serbuk dalam gelas takar dan volume
minimum ini, bobot jenis ketuk dapat dihitung.
6) Sifat Aliran Serbuk
Penting untuk memastikan pencampuran yang efisien dan keragaman
bobot yang dapat diterima untuk tablet kempa. Sifat aliran yang buruk dapat
11
disebabkan oleh adanya lembab diatasi dengan pengeringan serbuk yang akan
mengurangi kohesivitas serbuk. Aliran yang buruk juga dapat diatasi dengan
memilih eksipien yang tepat, dapat juga dengan digranulasi untuk
menyempurnakan sifat alirnya. Sifat aliran serbuk yang baik penting untuk
pengisian yang seragam ke dalam lubang cetak mesin tablet dan utuk
memudahkan gerakan bahan disekitar fasilitas produksi.
Sifat aliran dipengaruhi oleh:
a) ukuran dan bentuk partikel
b) partikel yang lebih besar dan bulat
c) menunjukkan aliran yang lebih baik
d) bobot jenis
e) muatan elektrostatik
f) lembab yang diabsorpsi
parameter yang tidak berdimensi, yatu indeks tegangan, indeks ikatan, dan
indeks remuk rapuh, untuk mengakarakterisasi daya guna pentabletan
komponen tunggal dan campuran.
d. Sifat Terbasahi
Keterbasahan solid merupakan suatu sifat penting berkenaan dengan
formulasi suatu sediaan solid. Sifat terbasahi dapat mempengaruhi
granulasi solid, perembesan (penetrasi) cairan disolusi ke dalam tablet dan
granul, dan adhesi bahan solut pada tablet. Semakin hidrofobik suatu
bahan, semakin tinggi sudut kontak. Jika nilai di atas 90 o, sifat
terbasahinya berarti kecil atau keterbasahan spontan tidak terjadi. Derajat
keterbasahan suatu solid oleh suatu cairan dapat mengendalikan luas
permukaan efektifnya. Metode penerapan keterbasahan suatu serbuk yang
paling umum adalah mengukur sudut kontak tetes cairan yang ditempatkan
pada permukaan solid suatu serbuk dan sudut yang diukur secara langsung
dicatat dan tinggi maksimum tetesan cairan diukur. Sudut kontak adalah
sudut antara satu tetesan cairan dan permukaan tempat cairan itu
menyebar.
e. Higroskopisitas
Banyak zat aktif, menunjukkan kecenderungan mengadsorpsi
lembap atmosfer. Jumlah lembap yang diadsorpsi oleh suatu bobot tetap
sampel anhidrat berada dalam keseimbangan dengan lembap dari udara
pada suhu tertentu disebut Kandungan Keseimbangan Lembap.
Kandungan keseimbangan lembap dapat mempengaruhi karakteristik
aliran dan karakteristik kempa serbuk dan kekerasan tablet dan granulasi
akhir.
f. Disolusi
Disolusi dari suatu partikel obat dikontrol oleh beberapa sifat fisika-kiia,
termasuk bentuk kimia, kebiasaan Kristal, ukuran partikel, kelarutan, luas
permukaan dan sifat – sifat pembasahan. Bila data kelarutan kesetimbangan
dirangkaikan, maka eksperimen disolusi dapat membentu mengidentifikasi daerah
masalah bioavailabilitas dan penyampaian obat.
6
4. Stabilitas Solid
Stabilitas solid berkaitan dengan stabilitas fisik dan kimia. Umumnya
bahan solid farmasetik terdegradasi sebagai akibat solvolisis, oksidasi, fotolisis
dan pirolisis. Setiap investigasi stabilitas harus dimulai dengan pemeriksan
struktur kimia yang memberi beberapa petunjuk reaktivitas kimia.
Sifat fisik zat aktif seperti kelarutan, pKa, titik cair, bentuk Kristal, dan
kandungan keseimbangan lembap juga mempengaruhi stabilitasnya. Faktor paling
umum yang menyebabkan reaksi dalam keadaan solid adalah panas, cahaya,
oksigen, dan yang paling penting, lembap. Panas dan lembap dapat menyebabkan
suatu bahan cenderung bereaksi dengan oksigen lebih cepat, sebaliknya kehadiran
lembap membuat suatu zat lebih labil terhadap panas. Suhu tinggi dapat
mendorong lembap keluar dari sampel, dan membuat suatu bahan menjadi stabil,
yang sebaliknya cenderung terhidrolisis.
Keadaan degradatif yang diamati pada suhu yang dinaikkan, tidak terjadi
pada suhu lebih rendah, misalnya beberapa alkaloida ergot terdegradasi
seluruhnya dalam satu tahun jika disimpan ada suhu di atas 45 oC, tetapi kecepatan
degradasi kurang dari 1% per tahun di bawah 35oC.
a. Studi Stabilitas pada Suhu yang Ditingkatkan
Suhu yg ditingkatkan yg paling umum ialah 30,40,50 dan 60 derajat
celcius. Sample yg disimpan pada suhu tertinggi harus diperiksa perubahan fisik
dan kimianya pada jarak waktu yang sering dan setiap perubahan dibandingkan
terhadap suatu sample kendali yg sesuai. Jika tidak ada perubahan setelah 30 hari
maka perkiraan stabilitasnya baik sekali.
b. Stabilitas Fotolitik
Banyak zat aktif menjadi pudar atau gelap akibat faktor cahaya. Biasanya
luas degradasi kecil dan terbatas pada luas permukaan yang terpapar. Akan tetapi,
hal tersebut mengakibatkan masalah estetik dan dapat dikendalikan dengan
menggunakan wadah coklat atau buram atau dengan menambahkan suatu zat
warna yang berguna menutupi perubahan warna zat aktif. Pewarna yg digunakan
harus fotostabil.
7
karena itu, perhatian besar harus dilakukan untuk menetapkan jenis polimorf
yang ada dan di bawah kondisi apa dan berapa lama polimorf akan stabil.
b. Pseudopolimorfisa
Perubahan dalam proses kristalisasi yang menyebabkan masuknya
molekul pelarut dalam kristal menghasilkan solvat dan kristal kristal ini
memiliki sifat yang berbeda dari sample nonsolvat, dalam cara yang sama
namun bentuk polimorf berbeda disebut pseudopolimorfisa. Solvat yang
berbeda dari zat aktif yang sama terbukti dapat menghasilkan konsentrasi
darah yang berbeda mengikuti pemberian bentuk sediaan solid oral.
Akan tetapi, mengingat polimorf dalam merupakan bentuk dengan
titik leleh terendah yang akan menghasilkan konsentrasi darah paling tinggi,
solvat tersebut kadang kadang berupa hidrat dan untuk zat aktif lain adalah
bentuk anhidrat yang menghasilkan konesentrasi paling tinggi.
c. Cacat Kristal
Cacat kristal disebabkan oleh ketidaksempurnaan dan pergeseran
selama pengaturan kisi-kisi. Gangguan dalam kisi-kisi kristal menyebabkan
perubahan utama dalam kemudahan proses, reaktivitas kimia dan laju
disolusi. Dapat disimpulkan bahwa proses kristalisasi akan memengaruhi
perilaku ZA, berkenaan dengan stabilitas fisika dan kimia, kemampuan proses
dan dayaguna serta biofarmasetiknya. Penyeleksian prosedur kristallisasi
yang tepat bisa dijadikan acuan untuk menghasilkan sifat optimum zat aktif.
Pada umumnya, zat-zat higroskopis harus disimpan dalam suatu wadah
tertutup rapat, yang lebih baik dilengkapi dengan suatu desikan (zat
pengering). Metode analisis untuk memantau tingkat (konsentrasi) lembap:
Gravimetri, Titrasi Karl Fischer, Kromatografi gas, Analisis termogravimetri
tergantung pada presisi yang diinginkan dan jumlah lembap yang diadsorpsi
pada sampel zat aktif.
6. Studi Kompatibilitas
Dalam bentuk sediaan tablet, zat aktif berkontak rapat dengan satu
atau lebih eksipien dan eksipien ini mungkin mempengaruhi stabilitas zat
aktif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang interaksi zat aktif-eksipien
9
zat dan perilaku ionisasi. Ketiga parameter ini secara bersamaan atau masing
masing membantu mengarakterisasi perilaku permeasi suatu zat aktif.
a. Koefisien Partisi
Jika suatu cairan atau solid berlebihan ditambahkan kepada suatu
campuran dua cairan yang tidak bercampur, cairan atau solid yang
ditambahkan tersebut akan berdistribusi kedalam dua fase cairan sehingga
masing masing fase tersebut dijenuhkan. Jika zat ditambahkan pada
pelarut yang tidak bercampur dalam jumlah yang tidak cukup, zat tersebut
akan tetap didistribusikan diantara dua lapisan dalam suatu perbandingan
konsentrasi tersebut.
Jika dan merupakan konsentrasi keseimbangan suatu zat dalam
pelarut satu dan dua, pernyataan keseimbangan menjadi :
C1
=K
C2
Konstanta keseimbangan, K, disebut perbandingan distribusi atau
koefisien partisi. persamaan tersebut dikenal sebagai hukum distribusi,
yang hanya dapat diterapkan dalam larutan encer jika koefisien aktifitas
dapat diabaikan.
Pengetahuan tentang partisi merupakan hal yang penting bagi
apoteker, mengenai prinsip yang terlibat dalam berbagai bidang minat
farmasetik mutakhir. Hal ini mencakup pengawetan sistem minyak air,
kerja zat aktif pada tempat yang non spesifik serta absorbsi dan distribusi
zat aktif di seluruh tubuh.
Koefisien partisi diterapkan untuk :
1) Penilaian kelarutan dalam air dan campuran pelarut
2) Petunjuk respon biologis
3) Mengekstraksi zat aktif dari cairan berair terutama dalam darah dan urin
4) Membantu pemilihan kolom atau fase gerak untuk analisis kromartoghrafi
5) Menetapkan konsentrasi zat aktif dan atau pengawet dalam fase berair
6) Memperkirakan pelepasan zat aktif sediaan semi solid seperti dasar salep
Berbagai pelarut organik seperti klorofrom, eter, etilasetat, iso
propil miristat, karbon tetraklorida, dan n- oktanol dapat digunakan dalam
12
Avicel (8)
Sinonim: Avicel PH; Celex; jel selulosa; Celphere; Ceolus KG;
Microcrystalline cellulose; E460; Emcocel; Ethispheres; Fibrocel; Pharmacel;
Tabulose; Vivapur. Rumus empiris dan berat molekul (C6H10O5)n ≈ 36 000
Dimana n ≈ 220
Fungsi: Adsorben, suspending agent, pengisi kapsul dan tablet, disintegran
pada tablet.
Aplikasi pada formulasi dan teknologi farmasetik: Microcrystalline
cellulose secara luas digunakan sebagai pengisi pada tablet oral dan
kapsulbaik dengan granulasi basah ataupun komprsi langsung. Selain itu,
microcriytalline cellulose juga digunakan sebagai lubrikan dan disintegran
yang sangat berguna saat pembuatan tablet. Microcrystalline cellulose juga
digunakan pada kosmetik dan prduk makanan. Deskripsi Microcrystalline
cellulose dimurnikan, depolimerasi selulosa sebagian dengan deskripsi; putih,
tak berbau, tak berasa, bubuk kristal dengan partikel berpori. Secara
komersial tersedia dengan ukuran, tingkat kelembapan berbeda untuk aplikasi
yang berbeda.
filtrsi dan cairan kental disemprot supaya kering, partikel berpori denagn
distribusi yang meluas.
Keamanan: Microcrystalline cellulose digunakan secara luas dalam
farmasetik oral dan produk makanan dan secara umum sebagai material non
iritan dan nontoksik. Microcrystalline cellulose tidak diabsorpsi secara
sistemik bila diberikan secara oral sehingga potensi toksisitasnya kecil. Bila
dikonsumsi dalam jumlah besar dapat mengakibatkan efek laksatif, tapi tidak
bermasalah bila digunakan sebagai eksipien. Beberapa tingkat
microcrystalline cellulose secara komersial tersedia dalam cara pembuatan,
ukuran partikel, kelmbapan, laju alir dan persyaratan fisik lainnya. Ukuran
partikel yang besar biasanya menghasilkan laju alir yang lebih baik.
Kelembapan yang rendah untuk material yang sensitive terhadap kelembapan.
Tingkat densitas yang lebih tinggi untuk meningkatkan laju alir. Campuran
koproses microcrystalline cellulose seperti karagenan dan guar gum secara
komersial tersedia. Microcrystalline cellulose tidak memiliki aksi lubrikan
karena koefisien friksinya yang rendah, tapi karena kemampuan nya dalam
mengabsorbsi air (kelembapan) dapat bertindak sebagai anti aderen.
Microcrystalline cellulose mungkin tidak digunakan sebagai desintegran yang
baik dibandingkan eksipien lain. Microcrystalline cellulose memiliki wicking
action jika dikombinasi dengan desintegran lain. Alasan Microcrystalline
cellulose sebagai desintegran yang cepat adalah mengganggu ikatan hidroksil
dengan cepat ketika tablet disintegrasi di air. Hal yang harus diperhatikan
yakni aksi disintegran dari Microcrystalline cellulose bergantung pada
kompresi.
4
Pada tahap ini Galenic Development meneliti sifat – sifat fisika dan
kimia dari bahan baku, bahan tambahan, serta melakukan penelitian
terhadap produk sejenis.
2. Tahap Formulasi dalam Skala Laboratorium
Pada tahap ini Galenic Development menyusun formula dengan
berbagai komposisi maupun jenis bahan baku yang digunakan
dalam skala laboratorium yaitu 1% dari bets komersial.
3. Tahap Formulasi dalam Skala Pilot
Pada tahap ini Galenic Development menyusun formula dengan
berbagai komposisi maupun jenis bahan baku yang digunakan
dalam skala pilot yaitu 10% bets komersial.
4. Tahap Pengujian Stabilitas
Formula yang telah disusun akan dicoba dan diteliti lebih lanjut
melalui tes stabilitas fisik dan kimia missal : perubahan warna,
waktu hancur, dan kadar obat selama penyimpanan.
b. Analytical Development
Analytical Development memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Mengembangkan dan memvalidasi metode pengujian yang
digunakan untuk memeriksa sampel hasil pengembangan produk
2. Memecahkan masalah kimia analitik yang kompleks
3. Mentransfer metode analisis baru ke Laboratorium Quality Control
(QC)
4. Mengkoordinasikan pengujian stabilitas untuk produk yang sedang
dikembangkan
5. Pengujian mutu produk trial
6. Pengembangan metode untuk produk baru dan bahan baku baru.
7
8.
c. Packaging Development
Packaging Development memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Mengkoordinasikan pengembangan packaging produk baru dan
produk eksis untuk produk lokal, ekspor dan impor termasuk
komunikasi dengan designer marker
2. Mengkoordinasikan dengan depatemen terkait dalam melakukan
trial machine yang diperlukan untuk bahan pengemas yang sedang
dikembangkan, mempersiapkan dan melaporkan hasil trial dengan
persetujuan departemen yang bersangkutan
3. Menangani persiapan peluncuran produk lokal atau ekspor yang
berkaitan dengan tugas pengembangan bahan pengemas produk
4. Melakukan koordinasi untuk pembelian mesin packaging baru
5. Memberikan rekomendasi proses printing pada marketing ketika
akan ada perencanaan peluncuran produk baru atau produk existing
dengan kemasan baru
6. Bekerjasama dengan departemen terkait ketika ada problem
shooting pada bahan pengemas.