ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena pembakaran batubara dimana dimensi alat, distribusi
ukuran partikel, dan jenis kualitas batubara menggunakan validasi dari penelitian Wang. Penelitian ini
mengarahkan pada simulasi berbasis CFD. Kondisi operasi pada saat simulasi pembakaran dilakukan pada
kecepatan bubbling. Metode yang digunakan sebelum melakukan simulasi pembakaran merupakan kelanjutan
dari simulasi fluidisasi dimana masih menggunakan geometri 2-D fluidized bed lalu dilakukan meshing,
selanjutnya memasukkan persamaan energi. Geometri fluidized bed yang digunakan berbentuk tabung dengan
panjang silinder fluidized bed 1370 mm, diameter silinder 152 mm. Bahan yang digunakan pada penelitian ini
berupa pulverized coal dengan jenis batubara Bituminous dimana ukuran partikel dianggap polydisperse dengan
ukuran partikel 1 mm dan 1,86mm yang masing-masing sebesar 50% fraksi massa dengan kecepatan 0,2 Kg/s
dan suhu 1200 K, dan udara luar yang diinjeksikan dengan kecepatan 0,8 m/s dan suhu 300 K. Analisa
pengambilan data adalah berupa kontur fase padatan, kontur temperatur pada fase-1 dan fase padatan, fraksi
massa produk pembakaran, massa padatan awal dan akhir simulasi dengan time step sebesar 0,0001 detik dan
number of time step sebesar 300000. Selanjutnya data tersebut diplot menjadi grafik temperatur terhadap time
step dan disajikan dalam setiap 1 menit simulasi selama 5 menit simulasi.
Kata kunci: batubara, combustion, computational fluid dynamic, fluidized bed, hidrodinamika.
ABSTRACT
This research aims to determine coal combustion’s phenomenon, where the device’s dimension, particle size
distribution, and the quality of rank coal which validated Wang’s reseach. This reseach leads on CFD
simulation. The operation condition has did in bubbling velocity. This method is a continuation from
fluidization simulation which is use 2-D Geometry and then used the meshing method, and enter the energy
equation. The geometry of fluidized bed used was tubular cylinder with 1370 mm length and 152 mm. Materials
used in this study was pulverized coal with Bituminous coal type which the particle size was considered as
monodispers with particle size was 1.43 mm and polydispersed with particle size was 1 mm with 50% mass
fraction and 1.86 mm with 50% mass fraction with flow rate 0,2 Kg/s and the temperature is 1200 K, and the
outside air are injected in 0,8 m/s and 300 K. The analysis of data retrieval is solid phase contour, temperature
contours in phase-1 and solid phase, mass fraction of combustion product, initial solid mass and final solid mass
simulation with time step 0,0001 s and the numberof time step 300000. Then the data is plotted into a graph
temperature vs time step and presented in 1 minute simulation for 5 minute simulation.
41
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018
42
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018
43
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018
Tabel 1. Komposisi analisa proximate Pada awal hingga menit pertama simulasi
massa unggun menurun drastis sehingga
Analisa Proximate Kandungan (% massa)
mengakibatkan tekanan di dalam kolom
Fixed Carbon 54,1 menurun, kemudian pada saat menit kedua
Volatile Matter 41,8 kolom unggun terisi kembali sehingga
mengakibatkan tekanan di dalam kolom
Moisture Content 2,6 meningkat, lalu pada menit ketiga hingga
Ash 1,5 kelima massa unggun tidak mengalami
kenaikan dan penurunan secara signifikan
akan tetapi grafik tekanan di dalam unggun
Selain batubara, dalam simulasi ini juga mengalami penurunan, hal ini diakibatkan
diinjeksikan air sebagai udara, dimana ketidakstabilan antara laju alir batubara yang
komposisi air terdiri dari: Oksigen (O2), masuk dengan laju alir pembakaran
Uap air (H2O l), Nitrogen (N2), Karbon batubara.
Dioksida (CO2), Tar, Karbon Monoksida Sesuai dengan persamaan Ergun bahwa
(CO). tekanan di dalam kolom dipengaruhi oleh
fraksi volume unggun, ketika fraksi volume
2.1 Kondisi Batas semakin besar maka tekanan yang
Kondisi batas (boundary condition) pada dihasilkan semakin besar. Pada umumnya
simulasi ini digunakan untuk mendefinisikan ketika massa unggun tersebut besar maka
bagian-bagian dari geometri model untuk fraksi volume juga besar, sebaliknya pada
pembacaan pada saat running di fluent. saat massa unggun menyusut maka fraksi
Kondisi batas yang digunakan pada simulasi volume juga mengecil. Sehingga ketika
ini adalah sebagai berikut. terjadi penyusutan massa unggun maka
tekanan yang dihasilkan oleh partikel
Tabel 2. Kondisi Batas menjadi kecil.
Kondisi Batas Keterangan
Inlet Tipe : velocity inlet
Kecepatan : 0,8 m/s
(arah sumbu-Y)
Temperatur : 1200 K
Inlet Coal Tipe : mass-flow inlet
Laju alir : 0,2 Kg/s
(arah sumbu-X)
Temperatur : 300 K
Outlet Tipe : pressure outlet Gambar 2. Grafik pressure drop terhadap
waktu simulasi fluidisasi pembakaran
Temperatur : 1144 K batubara polydisperse pada kecepatan
Wall Tipe : interior superfisial 0,8 m/s.
44
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018
gelap di dalam unggun. Selanjutnya pada bagian masukan dari bawah, dengan
menit kedua gelembung partikel temperatur 300 K tanpa mengalami pre-heat
menghilang, partikel yang memiliki terlebih dahulu maka terjadi transfer panas
konsentrasi yang tinggi seolah-olah yang mengakibatkan temperatur atas kolom
mengalami segregasi, hal ini dikarenakan lebih besar dibanding di bawah. Selain itu
unggun terdiri atas dua ukuran partikel dikarenakan sifat dari batubara adalah
batubara, sehingga partikel yang isolator, sehingga panas yang dihasilkan
berdiameter besar berada di bagian dasar tidak merata pada bagian unggun sampai
kolom sedangkan partikel berdiameter kecil atas unggun.
sedikit terangkat. Selanjutnya pada menit Selanjutnya untuk kontur fraksi massa O2
ketiga masih terlihat mengalami segregasi pada Gambar 3 (c) kandungan O2 semakin
dan menit keempat partikel-partikel mulai bertambah kemudian berkurang, hal ini
bercampur. Kemudian pada menit kelima terlihat pada menit pertama kontur fraksi
partikel-partikel memisah kembali dan massa O2 hingga menit kelima. Pada menit
sebagian terfluidisasi bersama partikel yang pertama fraksi O2 terlihat membesar pada
berkonsentrasi rendah. bagian samping, udara mengalir dari dua
Kontur fraksi temperatur fase gas pada arah, pertama dari inlet bawah mengalir
Gambar 3 (b) menit pertama belum terlihat keatas kemudian bereaksi habis dengan
tinggi, temperatur kolom masih terlihat tidak batubara, sehingga kontur fraksi mol O2
rata di sepanjang kolom, namun pada bagian terlihat sedikit pada gambar tersebut. Pada
unggun temperatur sudah terlihat merata, aliran yang kedua konsentrasi O2 membesar
selanjutnya pada bagian inlet samping karena pada menit tersebut massa partikel
temperatur terlihat masih rendah dibanding unggun mengalami penurunan, sehingga O2
pada bagian lain karena pada menit pertama terlihat berlebih pada menit pertama dan
jumlah massa partikel lebih kecil tidak melakukan reaksi pembakaran. Pada
dibandingkan sebelumnya, sehingga pada menit kedua konsentrasi O2 menurun, karena
saat terjadi reaksi pembakaran diasumsikan pada menit kedua massa unggun di dalam
temperatur terdistribusi tidak rata. Pada kolom mengalami kenaikan, sehingga
menit kedua temperatur mulai meningkat konsentrasi O2 di dalam kolom terlihat kecil
dan merata pada bagian dasar kolom hingga dengan asumsi bahwa O2 di dalam kolom
tengah kolom, namun pada bagian atas terkonsumsi semua oleh reaksi pembakaran
hingga keluaran terdapat area dimana batubara tersebut. Selain itu konsentrasi
temperatur sangat tinggi. udara samping mengalami penurunan
Pada menit ketiga sampai keempat dikarenakan adanya reaksi terhadap senyawa
temperatur pada bagian unggun masih CO dan CO2 hasil dari reaksi devolatilisasi.
konstan, namun pada bagian tengah hingga Selanjutnya pada menit ketiga laju alir O2
keluaran pada kolom menurun dibanding konstan hingga menit kelima, dimana
menit kedua, hal ini diakibatkan karena pada konsentrasi O2 tidak mengalami
menit ketiga terjadi kestabilan antara laju penambahan atau perubahan warna kontur.
alir batubara yang masuk dengan batubara Sehingga diasumsikan setelah menit kelima
yang bereaksi. Sementara sifat api yang reaksinya menjadi konstan, untuk udara
dihasilkan lebih kecil namun memanjang yang keluar dari bawah O2 bereaksi habis
hingga ke tengah kolom, temperatur yang dengan partikel batubara, sedangkan udara
dihasilkan lebih menurun dibanding samping terlihat sedikit mengalami excess
sebelumnya. dan kemungkinan bereaksi dengan hasil
Selanjutnya pada menit kelima temperatur senyawa volatile pada batubara yang masuk
tidak merata disebabkan karena pada bagian dari samping kolom.
masukan dari samping laju alir udara Pada bagian dasar kolom seolah-olah fraksi
sekunder sepuluh kali lebih besar dibanding massa O2 tidak terlihat di dalam kontur,
45
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018
dikarenakan laju alir udara sebesar 0,015 tersebut mengalir keatas dan keluar dari
kg/s. Karena fraksi massa O2 sebesar 0,79 kolom pembakaran. Sehingga dapat
sehingga massa O2 yang tersedia sebesar diasumsikan reaksi pembentukan senyawa
0,05 kg. Sedangkan massa unggun sebesar CO2 terjadi di bagian unggun dan sebagian
34 kg, sehingga dalam 1 detik reaksi produk senyawa CO bereaksi lagi dengan
pembakaran char, senyawa O2 habis pada udara dan sebagian lagi senyawa CO tidak
reaksi pembentukan CO. Pada reaksi kedua bereaksi lagi dan mengalir ke atas menuju
pembentukan CO2 kebutuhan O2 mengalami keluaran kolom.
defisit, namun karena reaksi berlangsung Sedangkan untuk kontur fraksi massa CO
secara kontinyu maka reaksi kedua pada Gambar 3 (e) terlihat pada menit
terbentuk lebih lama dibanding reaksi pertama, konsentrasi terbesar terlihat pada
pembentukan CO. Sehingga dapat dilihat bagian bawah kolom, kemudian pada menit
seolah-olah tidak ada fraksi massa O2 dari kedua konsentrasi CO semakin meningkat
dasar kolom. hingga pada menit ketiga konsentrasi CO
Sementara pada simulasi ini diperoleh konstan sampai pada menit kelima. Jika
produk dari reaksi pembakaran batubara, dibandingkan dengan kontur fraksi mol CO2
yaitu CO, CO2, dan H2O. Untuk fraksi massa konsentrasi CO lebih besar dibanding
CO2 seperti pada Gambar 3 (d) pada menit konsentrasi CO2, hal ini dikarenakan pada
pertama sudah terbentuk senyawa CO2 bagian unggun terutama bagian dasar
dimana ditandai kontur warna merah pada diasumsikan batubara telah terbakar tidak
bagian tengah kolom, untuk dinding kolom sempurna dan terjadi reaksi devolatilisasi
sebelah kiri tidak terdapat senyawa CO2 yang menghasilkan CO pada menit pertama
karena daerah tersebut merupakan berkas dan batubara yang baru memasuki kolom
aliran udara dari samping, selanjutnya pada dari inlet samping kemudian terbakar oleh
menit kedua konsentrasi tertinggi bergerak udara panas dari bawah, selanjutnya pada
menuju bagian keluaran kolom, kandungan bagian atas unggun konsentrasi CO lebih
CO2 lebih banyak dibanding menit pertama, sedikit dibanding bagian bawahnya, dimana
karena unggun terisi kembali dan produk diasumsikan bahwa sebagian besar senyawa
yang dihasilkan lebih besar dibanding menit CO telah bereaksi lagi dengan udara panas
pertama. Berkas aliran udara semakin dan menghasilkan CO2. Sehingga reaksi ini
tertutup yang artinya senyawa O2 banyak merupakan reaksi pembakaran sempurna,
bereaksi dengan char dan senyawa CO untuk karena pada bagian keluaran kolom
menghasilkan CO2. Lalu pada menit ketiga menghasilkan senyawa CO2 lebih banyak
senyawa CO2 keluar dari dalam kolom, pada dibanding CO.
menit keempat dan kelima CO2 terbentuk Hasil produk pembakaran selanjutnya adalah
kembali dan konsentrasi meningkat pada uap air (H2O), kandungan uap air di dalam
bagian keluaran kolom. kolom seperti yang terlihat pada Gambar 3
Pada menit pertama hingga kelima (f) sangat tinggi pada menit pertama hingga
konsentrasi CO2 pada bagian unggun sangat kelima. Namun semakin ke atas konsentrasi
rendah terutama di bagian dasar kolom, atau uap air semakin berkurang, pada menit
dengan kata lain daerah unggun sangat kedua kandungan uap air dalam unggun
miskin kandungan CO2 jika dibanding berkurang, karena pada menit kedua massa
dengan bagian atas kolom. Penyebab dari unggun terlihat sedikit sehingga produk
berkurangnya kandungan CO2 adalah pada yang dihasilkan juga sedikit, termasuk uap
bagian kolom adalah batubara bereaksi air. Kemudian pada menit ketiga konsentrasi
dengan udara panas sehingga menghasilkan H2O meningkat pada bagian unggun dan
CO dan CO2 kemudian senyawa CO terlihat konstan hingga menit kelima.
bereaksi kembali dangan udara Sementara untuk produk Tar, tar merupakan
menghasilkan CO2 kemudian senyawa produk samping dari hasil pembakaran
46
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018
(d)
(a)
(e)
(b)
(f)
47
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018
DAFTAR PUSTAKA
[1] W. -C. Wang, Laboratory Investigation
of Drying Process of Illinois Coals,
Powder Technology, vol. 225, hal. 72-
85, 2012.
[2] E. K. Levy, N. Sarunac, H. Bilirgen,
H. Caram, Use Coal Drying to Reduce
Water Consumed in Pulverized Coal
Power Plants, Final Report, Lehigh
University, USA, 2006.
(g) [3] K. W. Ragland, K. M. Bryden,
Combustion Technology, 2nd ed., New
Gambar 3. Kontur (a) Fraksi Volume York: Taylor and Francis Group, 2011.
Batubara, (b) Fraksi Temperatur Gas, (c) [4] M. Rozainee, S. P. Ngo, A. A. Salema,
Fraksi massa O2, (d) Fraksi Massa CO2, (e) K. G. Tan, Computational Fluid
Fraksi Massa CO, (f) Fraksi Massa H2O, (g) Dynamics Modeling of Rice Husk
Fraksi Massa Tar dalam 5 Menit Simulasi. Combustion in a Fluidised Bed
Combustor, Powder Technology, vol.
4. KESIMPULAN 203, no. 2, hal. 331-347, 2010.
Simulasi pembakaran batubara dimana [5] S. N. Oka, Fluidized Bed Combustion,
kecepatan superfisial 0,8 m/s dengan waktu New York: Marcel Dekker Inc., 2003.
simulasi selama 10 detik dan laju alir [6] A. N. Hossain, Combustion of Solid
batubara dari samping kolom adalah 0,2 Fuel in a Fluidized Bed Combustor,
kg/s. Massa unggun mula-mula sebesar 34,6 Master Thesis, Ohio University, USA,
kg, setelah 5 menit massa unggun berkurang 1998.
sebesar 34,25 kg. Pada menit pertama [7] ANSYS Inc., Tutorial Guide for Ansys
volatile matter mulai bereaksi menghasilkan Fluent 15.0; Modelling Heterogeneous
CO, CO2, H2O, dan Tar selanjutnya diikuti Reactions with Eulerian-Granular
char batubara sebagian ada yang bereaksi Flow, 2010.
menghasilkan CO2 dan sebagian terbawa [8] H. K. Versteeg, W. Malalasekera, An
keluar. Introduction to Computational Fluid
Temperatur yang terjadi di dalam simulasi Dynamics: The Finite Volume
pembakaran batubara tidak merata pada Method, 2nd ed., New Jersey: Prentice
bagian atas unggun hingga keluaran kolom Hall, 2007.
yaitu dengan ditandai kontur temperatur [9] ANSYS Inc., Theory Guide for Ansys
yang tidak seragam yaitu diatas 1200 K. Fluent 14.5, 2011.
Sedangkan temperatur pada bagian unggun [10] E. M. Marshall, A. Bakker,
mengalami kenaikan dari 300 K menjadi Computational Fluid Mixing, in:
1300 K, kontur temperatur juga dapat Handbook of Industrial Mixing:
menjelaskan tentang bentuk api dan sifat Science and Practice, New York: John
yang memanjang dan tidak terdistribusi Wiley and Sons, Inc., 2003.
merata di seluruh area kolom, hal ini [11] B. Alganash, M. C. Paul, I. A.Watson,
dikarenakan adanya udara sekunder yang Numerical Investigation of the
masuk dari samping sebesar 0,2 kg/s dan Heterogeneous Combustion Processes
bertemperatur 300 K. of Solid Fuels, Fuel, vol. 141, hal.
236-249 2015.
48