Anda di halaman 1dari 9

J. Tek. Kim. Ling.

2018, 2 (1), 40-48


p-ISSN : 2579-8537, e-ISSN : 2579-9746
www.jtkl.polinema.ac.id

Studi Fluidisasi dan Pembakaran Batubara Polydisperse di


Dalam Fluidized Bed Berbasis Simulasi CFD
(Computational Fluid Dynamic)
Mochammad Agung Indra Iswara1,*, Tantular Nurtono2, Sugeng Winardi2
1
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang, Malang 65141 Indonesia
2
Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111 Indonesia
*
E-mail : m.agungindra.i@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena pembakaran batubara dimana dimensi alat, distribusi
ukuran partikel, dan jenis kualitas batubara menggunakan validasi dari penelitian Wang. Penelitian ini
mengarahkan pada simulasi berbasis CFD. Kondisi operasi pada saat simulasi pembakaran dilakukan pada
kecepatan bubbling. Metode yang digunakan sebelum melakukan simulasi pembakaran merupakan kelanjutan
dari simulasi fluidisasi dimana masih menggunakan geometri 2-D fluidized bed lalu dilakukan meshing,
selanjutnya memasukkan persamaan energi. Geometri fluidized bed yang digunakan berbentuk tabung dengan
panjang silinder fluidized bed 1370 mm, diameter silinder 152 mm. Bahan yang digunakan pada penelitian ini
berupa pulverized coal dengan jenis batubara Bituminous dimana ukuran partikel dianggap polydisperse dengan
ukuran partikel 1 mm dan 1,86mm yang masing-masing sebesar 50% fraksi massa dengan kecepatan 0,2 Kg/s
dan suhu 1200 K, dan udara luar yang diinjeksikan dengan kecepatan 0,8 m/s dan suhu 300 K. Analisa
pengambilan data adalah berupa kontur fase padatan, kontur temperatur pada fase-1 dan fase padatan, fraksi
massa produk pembakaran, massa padatan awal dan akhir simulasi dengan time step sebesar 0,0001 detik dan
number of time step sebesar 300000. Selanjutnya data tersebut diplot menjadi grafik temperatur terhadap time
step dan disajikan dalam setiap 1 menit simulasi selama 5 menit simulasi.

Kata kunci: batubara, combustion, computational fluid dynamic, fluidized bed, hidrodinamika.

ABSTRACT
This research aims to determine coal combustion’s phenomenon, where the device’s dimension, particle size
distribution, and the quality of rank coal which validated Wang’s reseach. This reseach leads on CFD
simulation. The operation condition has did in bubbling velocity. This method is a continuation from
fluidization simulation which is use 2-D Geometry and then used the meshing method, and enter the energy
equation. The geometry of fluidized bed used was tubular cylinder with 1370 mm length and 152 mm. Materials
used in this study was pulverized coal with Bituminous coal type which the particle size was considered as
monodispers with particle size was 1.43 mm and polydispersed with particle size was 1 mm with 50% mass
fraction and 1.86 mm with 50% mass fraction with flow rate 0,2 Kg/s and the temperature is 1200 K, and the
outside air are injected in 0,8 m/s and 300 K. The analysis of data retrieval is solid phase contour, temperature
contours in phase-1 and solid phase, mass fraction of combustion product, initial solid mass and final solid mass
simulation with time step 0,0001 s and the numberof time step 300000. Then the data is plotted into a graph
temperature vs time step and presented in 1 minute simulation for 5 minute simulation.

Keywords: coal, combustion, computational fluid dynamic, fluidized bed, hidrodynamic.

1. PENDAHULUAN ketersediaan bahan bakar fosil semakin


Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan menipis, mendorong industri besar untuk
energi fosil semakin meningkat, misalnya menciptakan suatu cara alternatif dalam
minyak bumi, gas alam, dan batubara. menggunakan energi fosil ini. Salah satunya
Penggunaan energi fosil digunakan sebagai dengan cara memperlakukan bahan bakar
bahan bakar penggerak mesin, dan sumber fosil yang berbeda, seperti diketahui bahwa
panas di dalam furnace. Namun karena energi fosil berbentuk fluida sangat mudah
Corresponding author: Jurusan Teknik Kimia Diterima: 28 Februari 2018
Politeknik Negeri Malang Disetujui: 16 April 2018
Jl. Soekarno-Hatta No. 9, Malang, Indonesia © 2018 Politeknik Negeri Malang
E-mail: m.agungindra.i@gmail.com
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018

untuk di-treatment yaitu diubah menjadi membentuk aglomerasi, sehingga terjadi


spray/ disemburkan, dan diubah menjadi pembakaran yang tidak sempurna.
gelembung/ droplet. Sedangkan bahan bakar Fitur - fitur di dalam fluidized bed
padat perlu penanganan khusus, biasanya combustion (FBC) menurut Oka [5] adalah
bongkahan bahan bakar padat misalnya kontak langsung partikel dengan perubahan
batubara langsung dimasukkan ke dalam panas dan massa secara intensif, suhu
furnace atau diubah menjadi briket atau seragam di dalam Fluidized Bed
digasifikasi. Baru – baru ini seorang peneliti Combustion, kapasitas panas yang tinggi
Wang [1] dan Levy dkk. [2] pada Fluidized Bed Combustion yang mana
mempresentasikan fluidisasi batubara yang fuel terbakar dengan kualitas rendah, dan
sebelumnya di-pulverized terlebih dahulu keefektifan pengaturan suhu bed oleh suplai
kemudian batubara dibakar di dalam kolom, bahan bakar, udara dan ekstraksi panas.
selanjutnya batubara yang baru masuk ke Dalam Fluidized-Bed Combustion, Hossain
dalam kolom fluidisasi secara kontinyu. [6] menyebutkan parameter yang paling
Keunggulan sistem fluidisasi batubara penting dalam FBC atau packed adalah
adalah fleksibilitas batubara yang tinggi, kecepatan dimana fluida melewati bagian
emisi NOx dan SOx rendah, tidak terjadi atas penahan bed partikel. Kedua unggun
slagging dan korosi, suhu seragam di dalam dipasang di dalam vessel dengan porous
unggun, kontak langsung partikel dengan base dimana fluida dimasukkan ke dalam
perubahan panas dan massa secara intensif, bed, yang disebut distributor. Kemudian
keefektifan pengaturan suhu bed oleh suplai ditambah gas pembersih dalam sistem
bahan bakar dan panas. tersebut, yaitu cyclone separator. Selain itu
juga terdapat fan atau kompresor sebagai
1.1 Fluidized-Bed Combustion alat untuk fluidisasi. Selanjutnya komponen
Fluidized-Bed Combustion menurut Ragland yang penting adalah fuel feeder. Secara garis
dkk. [3] adalah alat pengembangan dari besar Fluidized-Bed terdiri atas combustor,
conventional stokers dan pulverized-fuel alat pengumpul partikel, alat fluidisasi, alat
combustion. Pada umumnya digunakan pengumpan bahan bakar.
untuk aplikasi furnace, seperti pada proses
produksi gas panas untuk pengeringan. 1.2 CFD (Computational Fluid Dynamic)
Untuk mengurangi suhu pengeringan gas, CFD (Computational Fluid Dynamics) [7]
dilakukan penambahan udara berlebih atau adalah teknik numerik untuk penyelesaian
resirkulasi flue gas. persamaan pengaturan aliran fluida didalam
Mekanisme kerja Fluidized Bed Combustion aliran fluida tertentu. Aliran fluida dapat
menurut Rozzainee dkk. [4] adalah udara digambarkan dengan menggunakan
primer disemburkan oleh blower dari bawah persamaan Navier’s stoke. Menurut
ruang pembakaran, lalu udara sekunder Versteeg dan Malalasekera [8], kode CFD
membawa bahan bakar padat masuk ke tersusun atas algoritma-algoritma numerik
dalam sisi samping ruang pembakaran, yang dapat menyelesaikan permasalahan
sementara burner terpasang di sisi samping aliran fluida. Suatu kode CFD [9] terdiri dari
berdekatan dengan udara primer. tiga elemen utama yaitu pre-processor,
Selanjutnya bahan bakar padat terbakar oleh solver, dan post-processor. Persamaan
burner. Kelemahan dari sistem pembakaran kontinuitas untuk suatu fluida compresible
dengan bahan bakar padat adalah memiliki pada aliran steady state dalam notasi dapat
densitas kecil, sehingga tidak semua ditulis sebagai berikut :
terbakar oleh burner. Sedangkan bahan
bakar padat memiliki densitas tidak sama, ∂ρ/∂t+div(ρu)=0 (1)
densitas kecil akan terbang keluar dari ruang
pembakaran, dan densitas besar akan jatuh

41
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018

Untuk aliran incompresible, nilai densitas ρ 1.3 Reaksi yang Terjadi


adalah konstan dan persamaan (1) menjadi Di dalam simulasi pembakaran batubara
terdapat dua reaksi, yaitu reaksi pembakaran
Div (u) = 0 (2)
dan reaksi devolatilisasi. Reaksi pembakaran
tersebut hanya melibatkan karbon dan
Selanjutnya persamaan momentumnya
oksigen sehingga dengan asumsi
adalah
pembakaran sempurna menghasilkan karbon
∂(ρui ) ∂(ρui uj ) ∂p ∂ ∂ui ∂uj
dioksida. Menurut Alganash dkk. [11] reaksi
+ =− + [μ ( + − pembakaran tersebut adalah reaksi eksoterm
∂t ∂xj ∂xi ∂xj ∂xj ∂xi
2 ∂uk
sehingga reaksi berlangsung secara cepat.
δij )] + ρg i + Fi (3) Sehingga reaksi pembakaran ini jika
3 ∂xk
𝑖
dihubungkan dengan pendekatan Euler-
dan k- ɛ turbulent model terdiri dari Euler, laju pembakaran dari arang (char)
turbulent kinetic energy dan energy rate of diasumsikan dibatasi oleh kinetika kimia
dissipation karena dimana satu-satunya spesies reaktif
yang termasuk di dalam fase gas merupakan
oksigen (O2). Oleh karena itu laju reaksi ra
∂ ∂ ∂ μ ∂
(ρk) + (ρkui ) = [(μ + σ t ) ∂ k ] + didefinisikan sebagai
∂t ∂xi ∂xj k xj

Gk + Gb − ρɛ − Ym + Sk (4) ra = ka . 𝐶𝑐(𝑠) . 𝐶𝑂2 (9)

∂ ∂ ∂ μ ∂ sedangkan ka adalah konstanta laju reaksi


(ρɛ) + (ρɛui ) = [(μ + σt ) ∂ ɛ ] +
∂t ∂xi ∂xj ɛ xj yang diperoleh dari persamaan Arrhenius
ɛ ɛ2 modifikasi
C1ɛ (Gk + C3ɛ Gb ) − C2ɛ ρ + Sɛ (5)
k k
𝐸
penyelesaian bentuk persamaan energi ka = A𝑇𝛽 exp(− ) (10)
𝑅𝑇
menurut Marshall dan Bakker [10] adalah
sebagai berikut dimana A adalah pre-exponensial, T adalah
suhu, β adalah suhu eksponen, E adalah
∂(ρE) ∂ ∂ ∂T energi aktivasi, dan R adalah konstanta gas.
+ (ui (ρE + p)) = [k eff −
∂t ∂xi ∂xi ∂xi Dalam kasus simulasi pembakaran ini,
∑j′ hj′ Jj′ ,i + uj (τij ) ] + Sh (6) terdapat beberapa mekanisme reaksi
eff
heterogen. Ketika batubara dibakar oleh
Persamaan turbulensi yaitu menggunakan udara panas terdapat 4 langkah proses kimia
standard k-ε model untuk menghasilkan abu, langkah pertama
adalah pengeringan, devolatilisasi,
pembakaran volatil, dan oksidasi char.
𝜕 𝜕 𝜕
(𝜌𝑘) + (𝜌𝑘𝑢𝑖 ) = [(𝜇 + Batubara diinjeksi di dalam ruang
𝜕𝑡 𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑗
pembakaran kemudian mengalami
𝜇𝑡 𝜕𝑘 penguapan kadar moisture, lalu langkah
) ] + 𝐺𝑘 + 𝐺𝑏 − 𝜌ɛ − 𝑌𝑚 + 𝑆𝑘 (7)
𝜎𝑘 𝜕𝑥𝑗 selanjutnya mengalami devolatilisasi dan
pembakaran volatil, yaitu perubahan wujud
𝜕 𝜕 𝜕 𝜇 𝜕 coal-volatile yang berbentuk padat dari fase-
(𝜌ɛ) + (𝜌ɛ𝑢𝑖 ) = [(𝜇 + 𝜎𝑡) 𝜕 ɛ ] + 2 ke dalam bentuk gas. Kandungan gas di
𝜕𝑡 𝜕𝑥𝑖 𝜕𝑥𝑗 ɛ 𝑥𝑗
ɛ ɛ2 dalam batubara mengalami volatilisasi
𝐶1ɛ (𝐺𝑘 + 𝐶3ɛ 𝐺𝑏 ) − 𝐶2ɛ 𝜌 + 𝑆ɛ (8) kemudian mengalami reaksi pembakaran
𝑘 𝑘
terlebih dahulu. Pada umumnya gas yang
terkandung di dalamnya adalah senyawa

42
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018

rantai karbon, reaksi devolatilisasi


berlangsung di dalam suhu 800°C - 1400°C
dan reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut

Coal → volatile(α) + char (1-α) (R1)

α adalah koefisien distribusi


sedangkan reaksi pembakaran volatil adalah
sebagai berikut

Volatle matter + 1.706O2 → 1.543CO2 +


H2O

Menurut ANSYS Theory Guide [9], nilai A


sebesar 1.1E+05 dan Ea sebesar 8.86E+07
kJ/kmol.
Reaksi selanjutnya adalah reaksi
pembakaran batubara, reaksi tersebut
meliputi reaksi pembakaran sempurna yang
menghasilkan CO2 dan reaksi gasifikasi
yang menghasilkan CO dimana reaksi yang
terjadi sebagai berikut.

C(s) + O2 → CO2 (R2)


C(s) + 0.5O2 → CO (R3)
C(s) + CO2 → 2CO (R4)
C(s) + H2O → CO + H2 (R5)
CO + 0.5O2 → CO2 (R6)
H2 + 0.5O2 → H2O (R7)
Gambar 1. Bentuk geometri dan meshing
fluidized bed coal 2D
2. METODE PENELITIAN
Selanjutnya bahan yang digunakan adalah
Pada simulasi pembakaran batubara
batubara pulverized coal dengan dua jenis
menggunakan software ANSYS® 15
diameter yaitu 0,001 m dan 0,00186 m yang
berlisensi, untuk pemodelan geometri
diasumsikan sebagai mixture coal dan udara
digunakan Design Modeler® dengan
yang diasumsikan sebagai air yang bersuhu
penentuan jumlah grid dan node
® 298 K dengan kandungan mixture coal
menggunakan Meshing . Perhitungan iterasi
sebagai carbon-solid, volatile matter, H2O
simulasi CFD menggunakan FLUENT®.
sebagai moisture content, dan abu/ ash.
Selanjutnya dimensi yang digunakan adalah
Sementara kandungan analisa proximate
2 dimensi dengan perpotongan di tengah
pada batubara tersebut adalah sebagai
kolom.
berikut.

43
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018

Tabel 1. Komposisi analisa proximate Pada awal hingga menit pertama simulasi
massa unggun menurun drastis sehingga
Analisa Proximate Kandungan (% massa)
mengakibatkan tekanan di dalam kolom
Fixed Carbon 54,1 menurun, kemudian pada saat menit kedua
Volatile Matter 41,8 kolom unggun terisi kembali sehingga
mengakibatkan tekanan di dalam kolom
Moisture Content 2,6 meningkat, lalu pada menit ketiga hingga
Ash 1,5 kelima massa unggun tidak mengalami
kenaikan dan penurunan secara signifikan
akan tetapi grafik tekanan di dalam unggun
Selain batubara, dalam simulasi ini juga mengalami penurunan, hal ini diakibatkan
diinjeksikan air sebagai udara, dimana ketidakstabilan antara laju alir batubara yang
komposisi air terdiri dari: Oksigen (O2), masuk dengan laju alir pembakaran
Uap air (H2O l), Nitrogen (N2), Karbon batubara.
Dioksida (CO2), Tar, Karbon Monoksida Sesuai dengan persamaan Ergun bahwa
(CO). tekanan di dalam kolom dipengaruhi oleh
fraksi volume unggun, ketika fraksi volume
2.1 Kondisi Batas semakin besar maka tekanan yang
Kondisi batas (boundary condition) pada dihasilkan semakin besar. Pada umumnya
simulasi ini digunakan untuk mendefinisikan ketika massa unggun tersebut besar maka
bagian-bagian dari geometri model untuk fraksi volume juga besar, sebaliknya pada
pembacaan pada saat running di fluent. saat massa unggun menyusut maka fraksi
Kondisi batas yang digunakan pada simulasi volume juga mengecil. Sehingga ketika
ini adalah sebagai berikut. terjadi penyusutan massa unggun maka
tekanan yang dihasilkan oleh partikel
Tabel 2. Kondisi Batas menjadi kecil.
Kondisi Batas Keterangan
Inlet Tipe : velocity inlet
Kecepatan : 0,8 m/s
(arah sumbu-Y)
Temperatur : 1200 K
Inlet Coal Tipe : mass-flow inlet
Laju alir : 0,2 Kg/s
(arah sumbu-X)
Temperatur : 300 K
Outlet Tipe : pressure outlet Gambar 2. Grafik pressure drop terhadap
waktu simulasi fluidisasi pembakaran
Temperatur : 1144 K batubara polydisperse pada kecepatan
Wall Tipe : interior superfisial 0,8 m/s.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Gambar 3 (a) merupakan kontur


Hasil yang diperoleh pertama adalah fraksi volume batubara pada kecepatan 0,8
semakin besar waktu simulasi maka m/s dimana tinggi unggun dari menit
pressure drop yang dihasilkan semakin naik, pertama hingga kelima memiliki konsentrasi
namun pada gambar tersebut diperoleh yang hampir sama. Pada menit pertama di
grafik yang fluktuatif yaitu meningkat lalu dalam kontur terdapat gelembung, dimana
menurun pada menit keempat dan kelima. ditandai dengan adanya kontur warna biru

44
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018

gelap di dalam unggun. Selanjutnya pada bagian masukan dari bawah, dengan
menit kedua gelembung partikel temperatur 300 K tanpa mengalami pre-heat
menghilang, partikel yang memiliki terlebih dahulu maka terjadi transfer panas
konsentrasi yang tinggi seolah-olah yang mengakibatkan temperatur atas kolom
mengalami segregasi, hal ini dikarenakan lebih besar dibanding di bawah. Selain itu
unggun terdiri atas dua ukuran partikel dikarenakan sifat dari batubara adalah
batubara, sehingga partikel yang isolator, sehingga panas yang dihasilkan
berdiameter besar berada di bagian dasar tidak merata pada bagian unggun sampai
kolom sedangkan partikel berdiameter kecil atas unggun.
sedikit terangkat. Selanjutnya pada menit Selanjutnya untuk kontur fraksi massa O2
ketiga masih terlihat mengalami segregasi pada Gambar 3 (c) kandungan O2 semakin
dan menit keempat partikel-partikel mulai bertambah kemudian berkurang, hal ini
bercampur. Kemudian pada menit kelima terlihat pada menit pertama kontur fraksi
partikel-partikel memisah kembali dan massa O2 hingga menit kelima. Pada menit
sebagian terfluidisasi bersama partikel yang pertama fraksi O2 terlihat membesar pada
berkonsentrasi rendah. bagian samping, udara mengalir dari dua
Kontur fraksi temperatur fase gas pada arah, pertama dari inlet bawah mengalir
Gambar 3 (b) menit pertama belum terlihat keatas kemudian bereaksi habis dengan
tinggi, temperatur kolom masih terlihat tidak batubara, sehingga kontur fraksi mol O2
rata di sepanjang kolom, namun pada bagian terlihat sedikit pada gambar tersebut. Pada
unggun temperatur sudah terlihat merata, aliran yang kedua konsentrasi O2 membesar
selanjutnya pada bagian inlet samping karena pada menit tersebut massa partikel
temperatur terlihat masih rendah dibanding unggun mengalami penurunan, sehingga O2
pada bagian lain karena pada menit pertama terlihat berlebih pada menit pertama dan
jumlah massa partikel lebih kecil tidak melakukan reaksi pembakaran. Pada
dibandingkan sebelumnya, sehingga pada menit kedua konsentrasi O2 menurun, karena
saat terjadi reaksi pembakaran diasumsikan pada menit kedua massa unggun di dalam
temperatur terdistribusi tidak rata. Pada kolom mengalami kenaikan, sehingga
menit kedua temperatur mulai meningkat konsentrasi O2 di dalam kolom terlihat kecil
dan merata pada bagian dasar kolom hingga dengan asumsi bahwa O2 di dalam kolom
tengah kolom, namun pada bagian atas terkonsumsi semua oleh reaksi pembakaran
hingga keluaran terdapat area dimana batubara tersebut. Selain itu konsentrasi
temperatur sangat tinggi. udara samping mengalami penurunan
Pada menit ketiga sampai keempat dikarenakan adanya reaksi terhadap senyawa
temperatur pada bagian unggun masih CO dan CO2 hasil dari reaksi devolatilisasi.
konstan, namun pada bagian tengah hingga Selanjutnya pada menit ketiga laju alir O2
keluaran pada kolom menurun dibanding konstan hingga menit kelima, dimana
menit kedua, hal ini diakibatkan karena pada konsentrasi O2 tidak mengalami
menit ketiga terjadi kestabilan antara laju penambahan atau perubahan warna kontur.
alir batubara yang masuk dengan batubara Sehingga diasumsikan setelah menit kelima
yang bereaksi. Sementara sifat api yang reaksinya menjadi konstan, untuk udara
dihasilkan lebih kecil namun memanjang yang keluar dari bawah O2 bereaksi habis
hingga ke tengah kolom, temperatur yang dengan partikel batubara, sedangkan udara
dihasilkan lebih menurun dibanding samping terlihat sedikit mengalami excess
sebelumnya. dan kemungkinan bereaksi dengan hasil
Selanjutnya pada menit kelima temperatur senyawa volatile pada batubara yang masuk
tidak merata disebabkan karena pada bagian dari samping kolom.
masukan dari samping laju alir udara Pada bagian dasar kolom seolah-olah fraksi
sekunder sepuluh kali lebih besar dibanding massa O2 tidak terlihat di dalam kontur,

45
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018

dikarenakan laju alir udara sebesar 0,015 tersebut mengalir keatas dan keluar dari
kg/s. Karena fraksi massa O2 sebesar 0,79 kolom pembakaran. Sehingga dapat
sehingga massa O2 yang tersedia sebesar diasumsikan reaksi pembentukan senyawa
0,05 kg. Sedangkan massa unggun sebesar CO2 terjadi di bagian unggun dan sebagian
34 kg, sehingga dalam 1 detik reaksi produk senyawa CO bereaksi lagi dengan
pembakaran char, senyawa O2 habis pada udara dan sebagian lagi senyawa CO tidak
reaksi pembentukan CO. Pada reaksi kedua bereaksi lagi dan mengalir ke atas menuju
pembentukan CO2 kebutuhan O2 mengalami keluaran kolom.
defisit, namun karena reaksi berlangsung Sedangkan untuk kontur fraksi massa CO
secara kontinyu maka reaksi kedua pada Gambar 3 (e) terlihat pada menit
terbentuk lebih lama dibanding reaksi pertama, konsentrasi terbesar terlihat pada
pembentukan CO. Sehingga dapat dilihat bagian bawah kolom, kemudian pada menit
seolah-olah tidak ada fraksi massa O2 dari kedua konsentrasi CO semakin meningkat
dasar kolom. hingga pada menit ketiga konsentrasi CO
Sementara pada simulasi ini diperoleh konstan sampai pada menit kelima. Jika
produk dari reaksi pembakaran batubara, dibandingkan dengan kontur fraksi mol CO2
yaitu CO, CO2, dan H2O. Untuk fraksi massa konsentrasi CO lebih besar dibanding
CO2 seperti pada Gambar 3 (d) pada menit konsentrasi CO2, hal ini dikarenakan pada
pertama sudah terbentuk senyawa CO2 bagian unggun terutama bagian dasar
dimana ditandai kontur warna merah pada diasumsikan batubara telah terbakar tidak
bagian tengah kolom, untuk dinding kolom sempurna dan terjadi reaksi devolatilisasi
sebelah kiri tidak terdapat senyawa CO2 yang menghasilkan CO pada menit pertama
karena daerah tersebut merupakan berkas dan batubara yang baru memasuki kolom
aliran udara dari samping, selanjutnya pada dari inlet samping kemudian terbakar oleh
menit kedua konsentrasi tertinggi bergerak udara panas dari bawah, selanjutnya pada
menuju bagian keluaran kolom, kandungan bagian atas unggun konsentrasi CO lebih
CO2 lebih banyak dibanding menit pertama, sedikit dibanding bagian bawahnya, dimana
karena unggun terisi kembali dan produk diasumsikan bahwa sebagian besar senyawa
yang dihasilkan lebih besar dibanding menit CO telah bereaksi lagi dengan udara panas
pertama. Berkas aliran udara semakin dan menghasilkan CO2. Sehingga reaksi ini
tertutup yang artinya senyawa O2 banyak merupakan reaksi pembakaran sempurna,
bereaksi dengan char dan senyawa CO untuk karena pada bagian keluaran kolom
menghasilkan CO2. Lalu pada menit ketiga menghasilkan senyawa CO2 lebih banyak
senyawa CO2 keluar dari dalam kolom, pada dibanding CO.
menit keempat dan kelima CO2 terbentuk Hasil produk pembakaran selanjutnya adalah
kembali dan konsentrasi meningkat pada uap air (H2O), kandungan uap air di dalam
bagian keluaran kolom. kolom seperti yang terlihat pada Gambar 3
Pada menit pertama hingga kelima (f) sangat tinggi pada menit pertama hingga
konsentrasi CO2 pada bagian unggun sangat kelima. Namun semakin ke atas konsentrasi
rendah terutama di bagian dasar kolom, atau uap air semakin berkurang, pada menit
dengan kata lain daerah unggun sangat kedua kandungan uap air dalam unggun
miskin kandungan CO2 jika dibanding berkurang, karena pada menit kedua massa
dengan bagian atas kolom. Penyebab dari unggun terlihat sedikit sehingga produk
berkurangnya kandungan CO2 adalah pada yang dihasilkan juga sedikit, termasuk uap
bagian kolom adalah batubara bereaksi air. Kemudian pada menit ketiga konsentrasi
dengan udara panas sehingga menghasilkan H2O meningkat pada bagian unggun dan
CO dan CO2 kemudian senyawa CO terlihat konstan hingga menit kelima.
bereaksi kembali dangan udara Sementara untuk produk Tar, tar merupakan
menghasilkan CO2 kemudian senyawa produk samping dari hasil pembakaran

46
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018

batubara yang berwarna hitam kental


dimana terdapat senyawa kompleks seperti
rantai panjang hidrokarbon, senyawa fenol,
heterosiklik, dan lain-lain. Senyawa tar
terbentuk dari reaksi kandungan volatile
matter dengan oksigen atau nitrogen, pada
umumnya senyawa tar diperoleh dari proses
gasifikasi atau devolatilisasi. pada Gambar
3 (g) kontur fraksi volumenya sama seperti
uap air, konsentrasi tertinggi terletak pada
bagian unggun. Pada menit pertama sudah (c)
terbentuk Tar dan mengumpul di bagian
unggun, selanjutnya pada menit kedua
konsentrasinya berkurang karena pada menit
pertama hingga kedua terjadi penurunan
jumlah massa batubara dalam unggun.
Kemudian pada menit ketiga hingga kelima
kuntur fraksi molnya terlihat konstan.
Semakin banyak karbon yang terbakar maka
semakin banyak pula produk CO, CO2, dan
H2O yang terbentuk.

(d)

(a)

(e)

(b)

(f)

47
Iswara, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, April 2018

DAFTAR PUSTAKA
[1] W. -C. Wang, Laboratory Investigation
of Drying Process of Illinois Coals,
Powder Technology, vol. 225, hal. 72-
85, 2012.
[2] E. K. Levy, N. Sarunac, H. Bilirgen,
H. Caram, Use Coal Drying to Reduce
Water Consumed in Pulverized Coal
Power Plants, Final Report, Lehigh
University, USA, 2006.
(g) [3] K. W. Ragland, K. M. Bryden,
Combustion Technology, 2nd ed., New
Gambar 3. Kontur (a) Fraksi Volume York: Taylor and Francis Group, 2011.
Batubara, (b) Fraksi Temperatur Gas, (c) [4] M. Rozainee, S. P. Ngo, A. A. Salema,
Fraksi massa O2, (d) Fraksi Massa CO2, (e) K. G. Tan, Computational Fluid
Fraksi Massa CO, (f) Fraksi Massa H2O, (g) Dynamics Modeling of Rice Husk
Fraksi Massa Tar dalam 5 Menit Simulasi. Combustion in a Fluidised Bed
Combustor, Powder Technology, vol.
4. KESIMPULAN 203, no. 2, hal. 331-347, 2010.
Simulasi pembakaran batubara dimana [5] S. N. Oka, Fluidized Bed Combustion,
kecepatan superfisial 0,8 m/s dengan waktu New York: Marcel Dekker Inc., 2003.
simulasi selama 10 detik dan laju alir [6] A. N. Hossain, Combustion of Solid
batubara dari samping kolom adalah 0,2 Fuel in a Fluidized Bed Combustor,
kg/s. Massa unggun mula-mula sebesar 34,6 Master Thesis, Ohio University, USA,
kg, setelah 5 menit massa unggun berkurang 1998.
sebesar 34,25 kg. Pada menit pertama [7] ANSYS Inc., Tutorial Guide for Ansys
volatile matter mulai bereaksi menghasilkan Fluent 15.0; Modelling Heterogeneous
CO, CO2, H2O, dan Tar selanjutnya diikuti Reactions with Eulerian-Granular
char batubara sebagian ada yang bereaksi Flow, 2010.
menghasilkan CO2 dan sebagian terbawa [8] H. K. Versteeg, W. Malalasekera, An
keluar. Introduction to Computational Fluid
Temperatur yang terjadi di dalam simulasi Dynamics: The Finite Volume
pembakaran batubara tidak merata pada Method, 2nd ed., New Jersey: Prentice
bagian atas unggun hingga keluaran kolom Hall, 2007.
yaitu dengan ditandai kontur temperatur [9] ANSYS Inc., Theory Guide for Ansys
yang tidak seragam yaitu diatas 1200 K. Fluent 14.5, 2011.
Sedangkan temperatur pada bagian unggun [10] E. M. Marshall, A. Bakker,
mengalami kenaikan dari 300 K menjadi Computational Fluid Mixing, in:
1300 K, kontur temperatur juga dapat Handbook of Industrial Mixing:
menjelaskan tentang bentuk api dan sifat Science and Practice, New York: John
yang memanjang dan tidak terdistribusi Wiley and Sons, Inc., 2003.
merata di seluruh area kolom, hal ini [11] B. Alganash, M. C. Paul, I. A.Watson,
dikarenakan adanya udara sekunder yang Numerical Investigation of the
masuk dari samping sebesar 0,2 kg/s dan Heterogeneous Combustion Processes
bertemperatur 300 K. of Solid Fuels, Fuel, vol. 141, hal.
236-249 2015.

48

Anda mungkin juga menyukai