Anda di halaman 1dari 8

JM

Volume 8 No. 1 (April 2020)


© The Author(s) 2020

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DI PUSKESMAS


PERUMNAS KABUPATEN REJANG LEBONG

ANALYSIS RISK FACTORS INCIDENCE OF POSTPARTUM BLUES IN PUBLIC


HEALTH CENTER OF REJANG LEBONG DISTRICT

RATI PURNAMA SARI, AZMIZA DENSY, BUYUNG KERAMAN


JURUSAN KEBIDANAN, POLTEKKES KEMENKES PADANG,
PUSKESMAS CURUP,
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT STIKES TRI MANDIRI SAKTI
Email: ratipurnamasariab@gmail.com

ABSTRAK

Postpartum blues merupakan salah satu masalah yang mugkin muncul setelah masa persalinan.
Postpartumblues yang tidak tuntas dapat berlanjut menjadi depresi postpartum. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian postpartum blues
di Puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong. Jenis penelitian ini deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional. sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 orang dengan
menggunakan alat skrining Edinnburg Postnatal Depression Scale (EPDS). Penelitian dilakukan
di Kabupaten Rejang Lebong pada bulan juli 2018. Data diambil dengan instrument test dan
lembar observasi. Uji statistik dilakukan dengan Chi Square dan uji satistik Contigency
Coefficient. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa hampir sebagian responden tidak
mengalami kejadian postpartum blues (normal), Hampir seluruh responden memiliki rentang
usia 20-35 tahun, paritas sebagian besar responden adalah primipara, sebagian besar responden
memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD sederajat) dan sebagian besar responden tidak
mendapatkan dukungan suami dalam perawatan dan pertolongan bayi pasca melahirkan. Ada
hubungan antara faktor paritas, dukungan suami, pendidikan dan usia dengan postpartum blues
di puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong.

Kata Kunci: postpartum blues, dukungan suami, paritas, tingkat pendidikan, usia

ABSTRACT

Postpartum blues is a psychological impact that might happen after the labor process.
Unfinished postpartum blues is potential be Postpartum Depression. The aim of this study is to
determine analysis risk factors incidence of postpartum blues in Perumnas Public Health Center
of Rejang Lebong District. This study used the observational approach with a cross-sectional
design. Samples in this study were 43 people used screening instrument of Edinburg Postnatal
Depression Scale (EPDS). This study was conducted in Rejang Lebong District in July 2018.

ISSN: 2338-7068 29
Data obtained with instrument test and observation sheet. Data analysis used the Chi-Square
test (X2) and contingency coefficient (C). The result of this study showed slightly mothers were
not postpartum blues. Most of the respondents were of 20-35 years. More parity of respondents
was primipara. A small part of the respondents had a higher education level. Quite of them got
unsupported husband in caring and helping baby during postnatal. Result of the bivariate
analysis showed that there was a significant relationship between parity, husband support,
education level, and age with the incidence of Postpartum Blues in Perumnas Public Health
Center Rejang Lebong District.

Keywords: postpartum blues, husband support, parity, education level, age

PENDAHULUAN depresi post partum. Ibu dapat merasakan


kesedihan, susah berkonsentrasi, perasaan
Masih banyak postpartum blues yang bersalah dan tak berharga. Depresi
belum teridentifikasi karena anggapan postpartum blues dapat mengakibatkan
masyarakat tentang gangguan psikologis gangguan psikologis dalam jangka pendek
merupakan hal yang wajar sebagai naluri ibu dan jangka panjang. Postpartum blues
dan sikap protektif terhadap bayinya. Angka sindrom ini hampir terjadi 80 persen di alami
insiden depresi postpartum blues di indonesia oleh ibu yang pertama kali melahirkan
1 sampai 2 per 1000 kelahiran. Sekitar 50 (Nugroho. T, 2014).
sampai 60 % perempuan yang mengalami Depresi yang tidak tertangani dengan
depresi postpartum saat mereka memiliki baik akan mengakibatkan post partum
anak pertama dan sekitar 50% perempuan psikosis yang mengakibatkan perubahan
yang mengalami post partum mempunyai mood secara drastis dan sering memicu
riwayat keluarga gangguan mood (Wahyuni, terjadinya tindakan ekstrim seperti bunuh diri
2016). dan membunuh bayi yang baru
Kebanyakan penderita dideteksi bila dilahirkannnya. Depresi postpartum blues
kondisinya sudah mengalami depresi berat bukan saja berdampak besar kepada keadaan
(Postpartum psychosis). Kejadian postpartum ibu tetapi juga terhadap anaknya,sulitnya
blues akibat adanya kecenderungan gangguan interaksi antara ibu yang sempat mengalami
mood pada ibu usia muda memungkinkan depresi dengan anaknya meningkatkan resiko
menjadi salah satu faktor risiko terjadinya gangguan tingkah laku dan gangguan kognitif
postpartum blues (Machmudah, 2010). bahkan dapat membahayakan anak.oleh sebab
Keadaan tersebut akan makin menyulitkan efek tersebut alat skrining untuk
bila ditambah dengan tekanan psikologi, mendiagnosis awal sangatlah penting. (Dewi,
sosial ekonomi, sehingga memudahkan 2014).
terjadinya gangguan kejiwaan pasca Faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan (Nunung.S. 2013). postpartum blues, antara lain usia, paritas,
Wanita penderita di masyarakat pada tingkat pendidikan, dukungan sosial keluarga
umumnya tidak menampakkan gejala depresi terutama suami, tingkat pengetahuan, jenis
karena mereka takut dan malu mendapat persalinan, kehamilan yang tidak diinginkan,
anggapan bahwa mereka tidak mampu ibu yang bekerja tau tidak bekerja, status
menjalankan peran sebagai ibu. Kebanyakan sosial ekonomi, faktor hormonal dan
penderita yang mencari pertolongan datang ke psikologi. Keadaan tersebut akan makin
pelayanan kesehatan, hanya sedikit menyulitkan bila ditambah dengan tekanan
mengungkapkan perasaan depresi mereka psikologi, sosial ekonomi, sehingga
tetapi hanya melaporkan gejala fisik yang memudahkan terjadinya gangguan kejiwaan
mengganggu. Apabila postpartum blues pasca persalinan (Nunung,S. 2013).
berlanjut maka akan berkembang menjadi Berdasarkan survey awal di puskesmas

30 Journal Of Midwifery Vol. 8 No. 1 April 2020


perumnas Kabupaten Rejang Lebong pada HASIL PENELITIAN
tanggal 29 januari 2018 Tercatat 52 kasus
postpartum blues tahun 2017 dari 320 orang Karakteristik Responden
persalinan di puskesmas perumnas kecamatan
curup tengah, Sedangkan di Dinas kesehatan Analisis ini di lakukan untuk
kabupaten Rejang lebong pada tahun 2016 mendapatkan gambaran tentang distribusi
terlapor 75 kasus postpartum blues. Hal ini di frekuensi masing-masing karakteristik
karenakan beberapa faktor yaitu umur, responden dan kejadian postpartum blues
paritas, pendidikan, dan dukungan keluarga,
Meskipun postpartum blues merupakan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Postpartum
gangguan psikologi yang ringan namun jika blues
tidak tertangani dengan baik dapat
berkembang menjadi gangguan psikologi Variabel kategori frekuensi %
yang lebih berat. Tujuan penelitian ini adalah Postpartum 11 25.6
untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang blues Berat
berhubungan dengan kejadian postpartum ringan 18 41.9
blues di Puskesmas Perumnas Kabupaten normal 14 32.6
Rejang Lebong. Dukungan 20 46.5
suami Mendukung
Tidak 23 53.5
METODE PENELITIAN mendukung
paritas Multipara 21 48.8
Jenis penelitian yang digunakan dalam Primipara 22 51.2
penelitian ini adalah penelitian analitik umur <20 tahhun 30.2 13
dengan menggunakan rancangan cross- 20-35 tahun 62.8 27
sectional. Populasi dalam penelitian ini 3 7.0 3
adalah seluruh ibu nifas pada bulan juli di Tingkat Dasar 19 44.2
wilayah kerja puskesmas Perumnas pendidikan
Kabupaten Rejang Lebong sejumlah 43 Menengah 16 37.2
orang. Pengambilan sampel pada penelitian Tinggi 8 18.6
ini adalah dengan menggunakan metode total
sampling sebanyak 43 orang. Data yang Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
digunakan dalam penelitian ini adalah data dari 43 orang ibu postpartum, 11 (25,6%) ibu
primer yang diambil secara langsung dari mengalami gejala postpartum berat , 18
responden menggunakan instrumen kuisioner (41,9%) ibu mengalami gejala postaptum
EPDS dan lembar ceklist dukungan suami, ringan dan 14 (32,6%) ibu menjalani
serta data sekunder yang diperoleh dari data postpartum dengan normal. Kelompok usia
di Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang terbanyak berada pada rentang 20-35 tahun.
Lebong dan Register Ibu Nifas di BPM dalam Sekitar separuh ibu adalah primipara. Hampir
wilayah kerja Puskesmas perumnas setengah 19 (44,2%) ibu berada pada tingkat
kabupaten Rejang Lebong. Kuesioner terdiri pendidikan dasr. Lebih dari setengah 20
dari 10 pertanyaan tentang perasaan (53,5%) ibu postpartum tidak memperoleh
responden dalam satu minggu terakhir. dukungan suami.
Masing-masing pertanyaan Data
dianalisis menggunakan analisis univariat dan Analisis Bivariat
bivariate. Untuk mengetahui hubungan antar
variabel digunakan uji Chi-Square (X²), untuk Untuk menguji hipotesa yang telah
mengetahui keeratan hubungan menggunakan ditetapkan yaitu mempelajari hubungan
uji statistik Contigency Coefficient. antara variabel dengan menggunakan uji chi-
square, untuk keperluan analisa dan uji

ISSN: 2338-7068 31
statistik dilakukan pengabungan kategori dari Postpartum Blues Tota
variabel independen dalam penelitian ini, l
terlihat dari tabel di bawah ini: Usia χ² p C
Berat Ringan Normal
F %
Tabel 2. Hubungan pendidikan dengan F % F % F %
Postpartum Blues di Puskesmas perumnas <20
kabupaten Rejang Lebong 7 53,8 5 38,5 1 7,7 13 30,2
tahun
20-
Postpartum Blues 35tah 4 14,8 11 40,7 12 44,4 27 62,8 10,17 0,4
Total un 7 0,038 37
Pendidik χ² p C >35
Berat Ringan Normal 0 0 2 66,7 1 14,3 3 7,0
-an tahun
%
F % F % F % F Total 11 25,6 18 41,9 14 32 43 100

Dasar 10 52,6 9 47,4 0 0 19 19,0


Berdasarkan tabulasi silang antara usia
Menegah 1 6,3 8 50,0 7 43,8 16 16.0 00 0,61
26,7
0. 4
dan postpartum blues diatas dapat diketahui
Tinggi 0 0 1 12,5 7 87,5 8 8.0
dari 13 orang usia <20 tahun terdapat 7 orang
Total 11 25,6 18 41.9 14 32.6 43 100
post partum blues berat 5 orang post partum
blues ringan dan 1 orang post partumblues
Berdasarkan tabel di atas dari 19 orang normal, dari 27 orang usia 20-35 tahun
responden dengan pendidikan Dasar terdapat terdapat 4 orang post partum blues berat 11
10 orang postpartum blues berat dan 9 orang orang post partum blues ringan dan 12 orang
postpartum blues ringan, dari 16 orang post partumblues normal, dari 3 orang usia
responden yang berpendidikan menengah >35 tahun terdapat 2 orang postpartum blues
terdapat 1 orang postpartum blues berat 8 ringan dan 1 orang post partum blues normal.
orang postpartum blues ringan dan 7 orang maka digunakan uji statistik Pearson Chi-
postpartum blues normal, dari 8 orang
square (χ2) didapat nilai χ2 =10,177 dengan
pendidikan tinggi terdapat 1 orang post
nilai p = 0,038<0,05 berarti signifikan maka
partum blues ringan dan 7 orang post partum
Ho ditolak dan Ha diterima.
blues normal. maka digunakan uji statistik
Pearson Chi-square (χ2). Hasil uji Chi-square Tabel 4. Hubungan paritas dengan Post
didapat nilai χ2 =26,076 dengan nilai p= partum Blues di Puskesmas Perumnas
0,000<0,05 berarti signifikan maka Ho Kabupaten Rejang Lebong
ditolak dan Ha diterima. Jadi Ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan kejadian Postpartum Blues
post partum blues. Hasil uji Contingency Paritas Total
Berat Ringan Normal χ² P C
Coefficient didapat nilai C=0,614 dengan
F % F % F % F %
niali p=0,000<0,05 berarti signifikan.
Primipara 8 36,4 11 50 3 13,6 22 51,2
7,71 0,3
Multipara 3 14,3 7 33,3 11 52,4 21 48,8 0,021
Tabel 3. Hubungan usia dengan 4 90
Total 11 25,6 18 41,9 14 32 43 100
Postpartum Blues di Puskesmas Perumnas
Kabupaten Rejang Lebong
Berdasarkan analisis antara paritas dan
postpartum blues diatas dapat diketahui dari
22 orang paritas primipara terdapat 8 orang
post partum blues berat 11 orang post partum
blues ringan dan 3 orang postpartum blues
normal, dari 21 orang paritas multipara
terdapat 3 orang post partum blues berat 7
orang post partum blues ringan dan 11 orang

32 Journal Of Midwifery Vol. 8 No. 1 April 2020


normal. Karena syarat uji terpenuhi maka Pendidikan seseorang yang sangat
digunakan uji statistik post partum blues berpengaruh terhadap pengetahuan dan
Pearson Chi-square (χ2) didapat nilai χ2 kesiapan seorang ibu dalam menjalani
=7,714 dengan nilai p= 0,021<0,05 berarti kehamilan dan persalinan serta kesiapan
signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima. seseorang merawat bayinya.
Responden yang tingkat pendidikan
Tabel 5. Hubungan Dukungan Suami menengah SMA, MAN, yaitu 16 orang
dengan Postpartum Blues di Puskesmas responden, yang mengalami postpartum berat
Perumnas Kabupaten Rejang Lebong 1 orang pada ibu primipara yang kurang
mendapat dukungan suami, 43,8% ibu yang
berpendidikan menengah tidak mengalami
Duku- Postpartum Blues Total χ² P C
ngan Berat Ringan Normal postpartum blues hal ini karna pendidikan
Suami F % F % F % F % seseorang yang mempengaruhi cara berpikir
dan cara pandang terhadap diri dan
Tidak
Duku- 8 34,8 12 52,2 3 7.0 23 53,5 lingkungannya karena itu akan berbeda sikap
ng 8,6 0.4 responden yang mempunyai tingkat
0,013 pendidikan tinggi dibandingkan yang
Mendu 77 10
3 15,0 6 30 11 25,6 20 46,5
-kung berpendidikan rendah dalam menyikapi
Total 11 25.6 18 41.9 14 32 43 100 proses selama persalinan dan selama nifas
berlangsung. responden dengan pendidikan
Hasil tabulasi silang dukungan suami yang rendah memiliki peluang besar untuk
dengan post partum blues di atas mengalami kejadian post partum blues bila
menunjukkan dari 23 orang suami tidak tidak mendapatkan pantauan yang tepat dari
mendukung terdapat 8 orang post partum keluarga dan tenaga kesehatan.
blues berat 12 orang post partum blues ringan Hasil penelitian ini antara usia dengan
dan 3 orang post partumblues normal, dari 20 postpartum blues diatas dapat diketahui dari
orang suami mendukung terdapat 3 orang 13 orang usia <20 tahun terdapat 7 orang post
post partum blues berat 6 orang post partum partum blues berat hal ini di sebabkan oleh
blues ringan dan 11 orang post partumblues faktor usia yang belum siap menerima peran
normal. Karena syarat uji terpenuhi maka baru dalam merawat bayi dan masa nifas yang
digunakan uji statistik Pearson Chi-square berlangsung, terdapat 5 orang post partum
(χ2). Hasil uji Pearson Chi-square didapat blues ringan dan hanya 1 orang yang tidak
mengalami postpartum blues pada ibu usia
nilai χ2 =8,677 dengan nilai p= 0,013<0,05
<20. dari 27 orang usia 20-35 tahun terdapat
berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha
4 orang post partum blues berat karena
diterima. Jadi Ada hubungan antara dukungan
kurangnya dukungan suami pada saat
suami dengan kejadian post partum blues
menjalani masa nifas, 11 orang post partum
Puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang
blues ringan dan 12 orang normal, dari 3
Lebong. Hasil uji Contingency Coefficient
orang usia >35 tahun terdapat 2 orang
didapat nilai C=0,410 dengan nilai
postpartum blues ringan hal ini di alami
p=0,013<0,05 berarti signifikan.
responden dengan usia ibu diatas 37 tahun
dan 38 tahun ibu mulai merasa kelelahan
PEMBAHASAN
dalam proses persalinan.
Penelitian ini dilakukan pada fase taking
Hasil penelitian ini diperoleh dari 43
hold (3-10 hari postpartum), ibu baru belum
responden berpendidikan Dasar sebanyak 19
memperoleh cukup infomrasi dan
orang dan sebagian besar mengalami
pengalaman. Sehingga diketahui ada
postpartum blues berat yaitu 10 orang dan 9
hubungan antara usia dan paritas dengan
orang postpartum blues ringan dan tidak ada
kejadian postpartum blues. Sejalan dengan
yang normal hal ini dipengaruhi oleh

ISSN: 2338-7068 33
penelitian yang dilakukan Irawati (2014) kecemasan mereka tentang perubahan bentuk
didapatkan bahwa umur yang mengalami tubuh dan dukungan sekitar. Walaupun
postpartum blues adalah usia <20 tahun dan multipara juga memungkinkan mengalami
>35 tahun, usia tersebut merupakan usia kecemasan pada kondisi kurangnya dukungan
berisiko bagi perempuan untuk melahirkan sosial dari orang terdekat (CH, Hung, 2007).
seorang bayi. Sebuah penelitian di Portugal Responden yang post partum blues
juga menunjukkan hal serupa dimana diketahui dari 23 orang suami tidak
kehamilan remaja berisiko tiga kali lipat mendukung terdapat 8 orang post partum
mengalamni kecemasan dibandingkan dengan blues berat 12 orang post partum blues ringan
ibu yang hamil pada usia dewasa. Faktor dan 3 orang postpartum tidak mengalami
terbesar yang berhubungan dengan hal ini postpartum blues,dalam penelitian ini bentuk
adalah tingginya tuntutan peran dan pasangan dukungan yang diberikan suami adalah
yang kurang mendukung (Figueiredo, B, et memberikan dukungan untuk memeriksakan
al, 2007). Hal ini sesuai dengan data BKKBN kesehatan nya selama kehamilan dan
(2012) yang menyatakan bahwa usia ideal persalinan serta mengantar ibu untuk
wanita untuk hamil dan melahirkan adalah memeriksakan kehamilannya, sedangkan dari
pada rentang usia 20-35 tahun sehingga 20 orang suami mendukung terdapat 3 orang
dalam proses kehamilan lebih siap dan lebih post partum blues berat, 6 orang post partum
matang. blues ringan dan 11 orang tidak mengalami
Hasil penelitian ini antara paritas dan Postpartum blues.
postpartum blues dapat diketahui dari 22 Penelitian ini terdapat 3 orang responden
orang paritas primipara terdapat 8 orang post yang mengalami postpartum blues berat
partum blues berat hal ini karna pada ibu meskipun mendapat dukungan suami hal ini
paritas primipara merasa cemas dan merasa disebabkan adanya faktor lain yang
pengalamn baru dalam merawat bayidan mempengaruhi ibu antara lain faktor
mendapat peran baru yang rumit, 11 orang ekonomi, riwayat kehamilan dan persalinan
post partum blues ringan dan 3 orang yang kurang baik, kematian orang tua disaat
postpartum blues normal di sebabkan responden hamil sehingga merasa sering
pendidikan ibu usia ibu dan dukungan suami menangis karna masih teringat kematian
selama hamil dan nifas, dari 21 orang paritas ibunya dan responden sering berandai andai
multipara terdapat 3 orang post partum blues ibunya masih ada tentu segala sesuatu akan
berat yang terjadi pada ibu yang tidak mudah di kerjakan dalam merawat bayinya
mendapat dukungan suami 7 orang post kecemasan dan khawatir tidak mampu
partum blues ringan dan 11 orang normal. merawat bayinya dan lebih sering
Penelitian ini 22 responden dengan menyalahkan dirinya,dan pada faktor
Paritas primipara dengan postpartum blues ekonomi yang kurang menyebabkan suami
berat lebih besar daripada responden dengan meskipun mendukung namun masih
paritas multipara ini artinya ibu primipara mempengaruhi pikiran ibu dalam perawatan
mengalami dua kali lipat lebih besar bayinya yang berhubungan dengan kesehatan
mengalami postpartum blues, juga berperan psikologi ibu.
terhadap terjadinya depresi. Ibu yang Menurut peneliti, dukungan sosial yang
melahirkan anak pertama lebih berisiko merupakan respon ataupun sikap yang
mengalami depresi. Hal ini dikarenakan ditunjukkan oleh lingkungan sekitar ibu post
faktor ibu paritas primipara yang belum partum terhadap ibu post partum tersebut.
berpengalaman, juga peran sebagai seorang Dengan adanya dukungan sosial dari orang-
ibu dan segala yang berkaitan dengan peran orang terdekat akan sangat membantu ibu
baru dalam merawat bayinya merupakan. post partum dalam menghadapi dan melewati
Ibu primipara juga memiliki risiko hari-hari pertama pasca persalinan sehingga
postpartum blues sebagai dampak dari dapat mencegah terjadinya syndrome baby

34 Journal Of Midwifery Vol. 8 No. 1 April 2020


blues karena tidak adanya perhatian dan primiparas and multiparas.
tempat berbagi untuk melewati hari- NCBI.Kaoshiung J Med Sci. 23 (7) 352-
haripertama pasca persalinan. kurangnya 360
dukungan sosial dari suami dan keluarga Dira, I and Wahyuni, A. (2016). Prevalensi
merupakan penyebab terjadinya masalah dan Faktor –Faktor Risiko post partum
emosional pada periode postpartum. Untuk Blues di kota denpasar menggunakan
itu pada ibu post partum perlu diberikan edinburgh postnatal depresion
dukungan baik secara psikologis, material scala.Denpasar Tahun 2015 E-Jurnal
maupun instrumental agar mampu melalui Medika. 5 (7), 1-5
masa post partum dengan baik. Hal itu bisa Fairus, M and Widianti, S. (2014). Hubungan
dilakukan dengan cara membantu ibu baru dukungan suami dengan kejadian depresi
menyesuaikan diri secara positif dan sehat postpartum pada ibu nifas. Jurnal
untuk peran baru mereka, tanggung jawab, Kesehatan Metro Sai Wawai. 8 (1), 11-18
dan identitas sebagai ibu. Memberikan waktu Fuguiredo, B, et al (2007) Teenage
istirahat yang cukup, memenuhi pregnanacy, attachment style and adult
kebutuhannya dan melibatkan keluarga, atau pregnanatwomen in a Portuguese series.
suami dalam merawat bayi akan mengurangi Attachment & Human
masalah emosianal ibu yang bisa Develupoment.Taylor & Francis Group.
menyebabkan post partum blues. Bagi tenaga 8(2). 123-138
kesehatan pentingnya memberikan informasi Irawati, D and Yuliani, F. (2014). Pengaruh
tentang tanda dan karakteristik postpartum Faktor Psikososial Terhadap Terjadinya
blues, memberikan health education tentang Postpar-tum Blues pada Ibu Nifas (Studi
perawatan ibu setelah melahirkan dan cara di Ruang Nifas RSUD R.A Basoeni
merawat bayi bisa mengurangi kecemasan ibu Mojokerto ). Hos-pital Majapahit. 6(1),
yang bisa menyebabkan terjadinya 1-14
postpartum blues. K. L. Wisner, B. L. Parry, C. M. Piontek.
2002, Postpartum Depression N Engl J
KESIMPULAN Med. 347(3). 194-199
Kurniasari, D and Astuti, YA. 2015.
Penelitian ini menunjukkan adanya Hubungan antara Karakteristik ibu,
hubungan yang signifikan antara pendidikan, kondisi bayi da dukungan sosial suami
usia, paritas, dan dukungan suami dengan dengan postpartum blues pada ibu
kejadian postpartum blues di wilayah kerja dengan persalinan sc di Rumah Sakit
Puskesmas Curup. Umum Ahmad Yani Metro Tahun 2014.
Jurnal Kesehatan Holistik. 9 (3). 115-125
SARAN Maryunani, A (2010) Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.
Mengenali faktor risiko diharapkan dapat Jakarta. Trans Info Media
digunakan sebagai bahan pertimbangkan Muraca, G and Joseph K (2014). The
dalam upaya mencegah masalah ini. Studi association between maternal age and
yang lebih lanjut dengan jumlah sampel yang Depression. Women’s Health. J Obstet
lebih besar masih perlu dilakukan. Gynaecol Can. 36(9). 803-810
Nugroho, T. (2014) Buku Ajar Asuhan
DAFTAR PUSTAKA Kebidanan Nifas. Jakarta. Salemba
Medika.
BKKBN. 2018. Survei Demografi dan Setyowati, YD, Krisnatuti, D, Hastuti D.
Kesehatan Indonesia 2017: Kesehatan 2017. Pengaruh kesiapan menjadi orang
Reproduksi Remaja. Jakarta: BKKBN tua dan pola asuh psikososial terhadap
CH, Hung. 2007. The psychosocial for perkembanagn sosial anak. Jurnal Ilmu

ISSN: 2338-7068 35
Keluarga & Konseling. 1 (2). 95-106
Wahyuni, S, Murwati, and Supiati. (2014)
Faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi depresi postpartum.
Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 3(2).
106-214

36 Journal Of Midwifery Vol. 8 No. 1 April 2020

Anda mungkin juga menyukai