Anda di halaman 1dari 32

RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)

Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Laporan Pendahuluan

A. Sistem Neurologi

Sistem syaraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem syaraf memungkinkan
makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan
luar maupun dalam. Sistem syaraf terdiri dari jutaan sel syaraf (neuron). Fungsi sel syaraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Ada tiga komponen yang
harus dimiliki oleh sistem syaraf untuk menanggapi rangsangan, yaitu:

a. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indra.
b. Penghantar impuls, dilakukan oleh syaraf itu sendiri. Syaraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan
meluas. Sel syaraf disebut neuron.
c. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (Sloane,
2012; Pearce, 2007).

Sistem syaraf terdiri atas sel-sel syaraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk
suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel syaraf tersusun dari badan sel,
dendrit, dan akson.Badan sel syaraf merupakan bagian yang paling besar dari sel syaraf Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel
syaraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel.
Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis
protein.Dendrit adalah serabut sel syaraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke
badan sel.Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel syaraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang- benang halus yang disebut
neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung
zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut
dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan
makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut
neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya
rangsangan (Sloane, 2012; Pearce, 2007).

Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel syaraf dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu sel
syaraf sensori, sel syaraf motor, dan sel syaraf intermediet (asosiasi). Sel syaraf sensori berfungsi
menghantar impuls dari reseptor ke sistem syaraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum
belakang (medula spinalis). Ujung akson dari syaraf sensori berhubungan dengan syaraf asosiasi
(intermediet). Sel syaraf motor berfungsi mengirim impuls dari sistem syaraf pusat ke otot atau
kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel syaraf motor
berada di sistem syaraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson syaraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang. Sel syaraf intermediet disebut juga sel syaraf
asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem syaraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel
syaraf motor dengan sel syaraf sensori atau berhubungan dengan sel syaraf lainnya yang ada di
dalam sistem syaraf pusat. Sel syaraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel
syaraf asosiasi lainnya. Kelompok- kelompok serabut syaraf, akson dan dendrit bergabung dalam
satu selubung dan membentuk urat syaraf. Sedangkan badan sel syaraf berkumpul membentuk
ganglion atau simpul syaraf (Sloane, 2012; Pearce, 2007).

Secara umum sistem syaraf dibedakan menjadi dua yaitu sistem syaraf pusat (SSP) dan
sistem syaraf tepi (SST). Secara lebih lengkap, kedua siste syaraf tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut.

B. Sistem syaraf pusat

Sistem syaraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi tulang kranium
dan kanal vertebral. Saudari sekalian, marilah kita mulai membahas tentang bagian sistem syaraf
pusat.

1. Otak

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak. Otak manusia mencapai 2% dari
keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung.
Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Gambar 5. Anatomi Otak Manusia

(Sumber: Marrieb, et al, 2012)

a. Otak Besar (cerebrum)

Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari, yaitu berpikir,
berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan mendengar. Otak besar dibagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing belahan pada otak
tersebut disebut hemister. Otak besar belahan kanan mengatur dan mengendalikan
kegiatan tubuh sebelah kiri, sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan
bagian tubuh sebelah kanan (Pearce, 2007).

b. Otak kecil (cerebellum)

Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak
kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam
berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu belahan kiri dan
belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak kecil berfungsi sebagai
pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang
akan melakukan kegiatan. Dan pusat keseimbangan tubuh. Otak kecil dibagi tiga
daerah yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan meliputi:
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Hipotalamus, merupakan pusat pengatur suhu, selera makan, keseimbangan cairan


tubuh, rasa haus, tingkah laku, kegiatan reproduksi, meregulasi pituitari. Talamus,
merupakan pusat pengatur sensori, menerima semua rangsan yang berasal dari
sensorik cerebrum. Kelenjar pituitary, sebagai sekresi hormon. Otak tengah dengan
bagian atas merupakan lobus optikus yang merupakan pusat refleks mata.
Otak belakang, terdiri atas dua bagian yaitu otak kecil dan medulla oblongata.
Medula oblongata berfungsi mengatur denyut jantung, tekanan darah,mengatur
pernapasan, sekresi ludah, menelan, gerak peristaltic, batuk, dan bersin (Pearce,
2007).

c. Batang otak

Batang otak merupakan struktur pada bagian posterior (belakang) otak. Batang otak
merupakan sebutan untuk kesatuan dari tiga struktur yaitu medulla oblongata, pons dan
mesencephalon (otak tengah).

1) Medula oblongata

Medula oblongata merupakan sumsum lanjutan atau sumsum penghubung, terbagi menjadi
dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron.
Lapisan luar berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Panjangnya sekitar 2,5 cm dan
menjulur dari pons sampai medulla spinalis dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada
area foramen magnum tengkorak. Pusat medulla adalah nuclei yang berperan dalam
pengendalian fungsi seperti frekuensi jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk, menelan
dan muntah. Nuclei yang merupakan asal syaraf cranial IX, X, XI dan XII terletak di dalam
medulla. Fungsi sumsum tulang belakang adalah mengatur reflex fisiologis, seperti
kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak
disadari (Pearce, 2007).

2) Pons

Pons terletak di bagian atas dari batang otak, antara medulla oblongata dan talamus, dan
dalam banyak hal bertindak sebagai penghubung antara kedua daerah. Pons dibuat terutama
dari “materi putih,” yang berbeda, baik secara fungsional dan biologis, dari “abu- abu” dari
serebral otak, dan umumnya berukuran cukup kecil, sekitar satu inci (2,5 cm) di kebanyakan
orang dewasa. Ukuran dan lokasi membuat ide untuk mengendalikan dan mengarahkan
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

banyak sinyal syaraf, yang sebagian besar berhubungan dengan wajah dan sistem
pernapasan (Pearce, 2007).

Tiga fungsi utama dari pons adalah sebagai jalur untuk mentransfer sinyal antara otak besar
dan otak kecil; membantu mengirimkan sinyal syaraf kranial keluar dari otak dan ke wajah
dan telinga; dan mengendalikan fungsi yang tidak disadari seperti respirasi dan kesadaran.
Meskipun pons adalah bagian kecil dari otak itu adalah salah satu yang sangat penting.
Lokasi pons di batang otak, cocok untuk melakukan sinyal masuk dan keluar, dan berfungsi
sebagai titik asal bagi banyak syaraf kranial yang penting. Kegiatan mengunyah, menelan,
bernapas, dan tidur menggunakan pons. Pons juga memainkan peran dalam pendengaran,
berfungsi sebagai titik asal untuk empat dari dua belas syaraf kranial utama yaitu: trigeminal
yang abdusen, wajah, dan vestibulokoklear. Karena berfungsi sebagai jalur untuk syaraf ini
dan membawa sinyal mereka ke korteks utama. Sebagian besar sinyal ini berhubungan
dengan fungsi wajah, termasuk gerakan dan sensasi di mata dan telinga (Pearce,

2007).

d. Otak tengah (Mesensefalon)

Otak tengah merupakan penghubung antara otak depan dan otak belakang, bagian otak
tengah

yang berkembang adalah lobus optikus yang berfungsi sebagai pusat refleksi pupil mata,
pengatur gerak bola mata, dan refleksi akomodasi mata.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Gambar 6. Bagian-bagian dari otak

(Marieb et al, 2001)

2. Sumsum Tulang Belakang (Medula Spinalis)

Sumsum tulang belakang terletak memanjang didalam rongga tulang belakang,


mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum
tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan
dalam berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut syaraf dan lapisan dalam
mengandung badan syaraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat syaraf sensorik,
syaraf motorik, dan syaraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari
otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak (Pearce, 2007).

Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun


diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari
kelingking. Panjang rata-rata 42 cm. Pembesaran lumbal dan serviks menandai sisi keluar
syaraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai. Tiga puluh satu pasang (31) syaraf
spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina intervertebral. Terdiri dari sebuah
inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih. Kanal sentral berukuran kecil
dikelilingi oleh substansi abu- abu bentuknya seperti huruf H. Batang atas dan bawah huruf
H disebut tanduk atau kolumna dan mengandung badan sel, dendrite asosiasi dan neuron
eferen serta akson tidak termielinisasi. Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi
abu-abu. Tanduk ventral adalah batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di
antara tanduk posterior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem syaraf perifer.
Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan kanan medulla
spinalis. Setiap syaraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu radiks ventral. Substansi
putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi funikulus
anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau traktus. Traktus
diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya (Pearce, 2007).
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Gambar 7. Sumsum Tulang Belakang

(Sumber: Marieb et al, 2012)

C. Sistem syaraf tepi

Sistem syaraf perifer (sistem syaraf tepi) meliputi seluruh jaringan syaraf lain dalam tubuh. Sistem
ini terdiri dari syaraf cranial dan syaraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis
dengan reseptor dan efektor. Sistem syaraf tepi terdiri dari jaringan syaraf yang berada di bagian
luar otak dan medulla spinalis. Sistem ini juga mencakup syaraf kranial yang berasal dari otak;
syaraf spinal, yang berasal dari medulla spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang
berhubungan.

1. Syaraf Kranial

Syaraf ini terdiri atas 12 pasang yang muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa
syaraf kranial tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun dari serabut sensorik
dan serabut motorik. Syaraf Kranial terdiri atas beberapa syaraf berikut ini.

a. Syaraf Olfaktorius (CN I). Merupakan syaraf sensorik. Syaraf ini berasal dari epithelium

olfaktori mukosa nasal. Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan
menjalar melalui traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat
persepsi indera penciuman berada.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

b. Syaraf Optik (CN II). Merupakan syaraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina

di bawa ke badan sel akson yang membentuk syaraf optik. Setiap syaraf optik keluar dari
bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga cranial melaui foramen optic. Seluruh
serabut memanjang saat traktus optic, bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus
dan menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indera
penglihatan.

c. Syaraf Okulomotorius (CN III). Merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri

dari syaraf motorik. Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke
seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang
membuka kelopak mata dan ke otot polos tertentu pada mata. Serabut sensorik membawa
informasi indera otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.

d. Syaraf Traklear (CN IV) adalah syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari syaraf

motorik dan merupakan syaraf terkecil dalam syaraf cranial. Neuron motorik berasal dari
langit-langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata. Serabut
sensorik dari spindle otot menyampaikan informasi indera otot dari otot oblik superior ke
otak.

e. Syaraf Trigeminal (CN V).Syaraf cranial terbesar, merupakan syaraf gabungan tetapi

sebagian besar terdiri dari syaraf sensorik. Bagian ini membentuk syaraf sensorik utama
pada wajah dan rongga nasal serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons dan
menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator. Badan sel neuron sensorik terletak
dalam ganglia trigeminal. Serabut ini bercabang ke arah distal menjadi 3 divisi yaitu: 1)
Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar air mata, sisi
hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala. 2) Cabang maksilar membawa informasi
dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas, gusi dan bibir) dan palatum. 3) Cabang mandibular
membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang dan area temporal kulit kepala.

f. Syaraf Abdusen (CN VI) merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari

syaraf motorik. Neuron motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi
otot rektus lateral mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus
lateral ke pons.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

g. Syaraf Fasial (CN VII)merupakan syaraf gabungan. Neuron motorik terletak dalam nuclei
pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan
kelenjar saliva. Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua
pertiga bagian anterior lidah.

h. Syaraf Vestibulokoklearis (CN VIII), hanya terdiri dari syaraf sensorik dan memiliki dua
divisi.Cabang koklear atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera
pendengaran dalam organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli
inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori
pada lobus temporal.Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan
ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada
telinga dalam.

i. Syaraf Glosofaringeal (CN IX), merupakan syaraf gabungan. Neuron motorik berawal dari
medulla dan menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid.
Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian
posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan laring; neuron ini juga membawa informasi
mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.

j. Syaraf Vagus (CN X), merupakan syaraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam
medulla dan menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik
membawa informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke
medulla dan pons.

k. Syaraf Aksesori Spinal (CN XI), merupakan syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri

dari serabut motorik. Neuron motorik berasal dari dua area: bagian cranial berawal dari
medulla dan menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul dari
medulla spinalis serviks dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoideus.
Neuron sensorik membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh
syarafmotoric, misalnya otot laring, faring, trapezius, dan otot sternokleidomastoid.

l. Syaraf Hipoglosal (CN XII), termasuk syaraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari

syaraf motorik. Neuron motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. Neuron
sensorik membawa informasi dari spindel otot di lidah (Pearce, 2007).
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

2. Syaraf Spinal

Syaraf spinal terdiri atas 31 pasang syaraf yang berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung
membentuk satu syaraf spinal. Semua syaraf tersebut adalah syaraf gabungan (motorik dan
sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui
neuron eferen. Syaraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna bertebra
tempat munculnya syaraf tersebut.

a. Syaraf serviks: 8 pasang, C1 – C8.


b. Syaraf toraks: 12 pasang, T1 – T12.
c. Syaraf lumbal: 5 pasang, L1 –
L5.
c. Syaraf sacral: 5 pasang, S1 – S5.
d. Syaraf koksigis: 1 pasang.
e. Setelah syaraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebral, syaraf kemudian
bercabang menjadi empat divisi yaitu: cabang meningeal, ramus dorsal, cabang ventral, dan
cabang viseral.Pleksus adalah jarring-jaring serabut syaraf yang terbentuk dari ramus
ventral seluruh syaraf spinal, kecuali TI dan TII yang merupakan awal syaraf interkostal
(Pearce, 2007).

3. Sistem Syaraf Otonom (SSO)

SSO merupakan sistem motorik eferen visceral. Sistem ini menginervasi jantung; seluruh
otot polos seperti pada pembuluh darah dan visera serta kelenjar-kelenjar. SSO tidak memiliki
input volunteer; walaupun demikian, sistem ini dikendalikan oleh pusat dalam hipotalamus,
medulla dan korteks serebral serta pusat tambahan pada formasi reticular batang otak. Serabut
aferen sensorik (visera) menyampaikan sensasi nyeri atau rasa kenyang dan pesan- pesan yang
berkaitan dengan frekwensi jantung, tekanan darah dan pernapasan, yang di bawa ke SSP di
sepanjang jalur yang sama dengan jalur serabut syaraf motorik viseral pada SSO.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Gambar 8. Skema sistem syaraf otonom

(Sumber: Marieb et al, 2012)

Divisi SSO memiliki 2 divisi yaitu divisi simpatis dan divisi parasimpatis. Sebagian besar organ
yang diinervasi oleh SSO menerima inervasi ganda dari syaraf yang berasal dari kedua divisi. Divisi
simpatis dan parasimpatis pada SSO secara anatomis berbeda dan perannya antagonis.

a. Divisi Simpatis/Torakolumbal. Memiliki satu neuron preganglionik pendek dan satu neuron
postganglionic panjang. Badan sel neuron preganglionik terletak pada tanduk lateral substansi abu-
abu dalam segemen toraks dan lumbal bagian atas medulla spinalis.Fungsi syaraf ini terutama
untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja organ
tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil mata,
memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat, antara lain memperlambat kerja alat
pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni.

b. Divisi Para Simpatis/Kraniosakral. Memiliki neuron preganglionik panjang yang menjulur

mendekati organ yang terinervasi dan memiliki serabut postganglionic pendek. Badan sel neuron
terletak dalam nuclei batang otak dan keluar melalui CN III, VII, IX, X, dan syaraf XI, juga dalam
substansi abu-abu lateral pada segmen sacral kedua, ketiga dan keempat medulla spinalis dan
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

keluar melalui radiks ventral.Syaraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan
dengan syaraf simpatik. Syaraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak
jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan,
merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua syaraf itu
berlawanan, maka mengakibatkan keadaan yang normal.

c. Neurotransmiter SSO Asetilkolin dilepas oleh serabut preganglionik simpatis dan serabut
preganglionik parasimpatis yang disebut serabut kolinergik. Norepinefrin dilepas oleh serabut post
ganglionik simpatis, yang disebut serabut adrenergic. Norepinefrin dan substansi yang berkaitan,
epinefrin juga dilepas oleh medulla adrenal (Pearce, 2007).

Gambar 9. Syaraf pusat dan syaraf tepi beserta aktivitas-aktivitas yang dikendalikan
(Sumber: Pearce, 2007)
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Laporan Pendahuhulan Konsep Penyakit Meningitis

A. Anatomi Fisiologi selaput otak


RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

selaput otak / meningen terdiri dari 3 lapis ,yaitu :

1. pia meter
pia meter langsung berhubungan dengan otak dan jaringan spinal,dan mengikuti kontur struktur
eksternal otak dan jaringan spinal.pia meter merupakan lapisan vaskular,tempat pembuluh-
pembuluh darah berjalan menuju struktur dalam ssp untuk memberi nutrisi pada jaringan saraf.pia
meter meluas ke bagian bawah medulla spinalis ,yang seperti telah disebutkan
sebelumnya,berakhir kira-kira setinggi bagian bawah L.
2. Arakhnoid
arakhnoid merupakan suatu membran fibrosa yang tipis,halus,dan avaskular.arakhnoid meliputi
otak dan medula spinalis ,tetapi tidak mengikut kontur luar seperti pia meter.
daerah antara arakhnoid dan pia meter disebut ruang subrakhoid dimana terdapat arteri,vena
serebri,dan trabekula arakhoid,dan cairan serebrospinal yang membasahi SSP.Ruang subarakhoid
ini mempunyai pelebaran-pelebaran yang disebut sisterna.salah satu pelebaran yang terbesar
adalah sisterna lumbaris didaerah lumbal kolumna vertebralis.bagian bwah lumbal (biasanya antara
L3- L4 atau L4- L5 ) merupakan tempat yang biasannya digunakan untuk mendapatkan cairan
serebrospinal untuk pemeriksaan lumbal pungsi.
3. Durameter
Durameter merupakan suatu jaringan liat,tidak elastis, yang terdari atas dua lapisan – lapisan luar
yang disebut duraendosteal dan bagian dalam yang disebut dura meningeal.lapisan endosteal
membentuk bagian dalam periosteum tengkorak dan berlanjut sebagai periosteum yang membatasi
kanalis vertebralis medula spinalis.(Muttaqin Arif, 2011).

B. Definisi Meningitis
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebabmeningitis bakterial
memasuki area secara langsung sebagai akibat cederatraumatik atau secara tidak langsung bila
dipindahkan dari tempat lain didalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS). Berbagai agens
dapatmenimbulkan inflamasi pada meninges termasuk bakteri, virus, jamur, dan zatkimia (Betz,
2009).Meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak (termasukdurameter, arachnoid, dan
piameter) (Harold, 2005).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairanserebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi padasistem saraf pusat (Suriadi, 2006).Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwameningitis adalah suatu peradangan dari
selaput-selaput (meningen) yangmengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (spinal cord).
C. Etiologi Meningitis
Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme:
Haemophilus influenza, Neisseria meningitis (Meningococus), Diplococus pneumonia,
Streptococcus group A, Pseudomonas, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan
otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

a. Meningitis bakteri Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah: Haemophilus
influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides, dan Staphylococcus aureus.
Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan.
Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid.
Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga
dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis. Sebagian akan
menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus.
Penambahan eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut
dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf kranial
dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel tidak dapat lebih panjang
mengatur aliran cairan yang menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis virus Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis.Meningitis ini
terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi measles, mumps,
herpes simplex dan herpes zoster.Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks
serebral, substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam
virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus herpes simplex merubah metabolisme sel,
yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter yang
menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan neurologi..
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu

a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus pneumonia dan Neiseria
meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria meningitidis dan
diplococcus pneumonia

D. Klasifikasi
1. Meningitis diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya
a. Asepsis Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus ataumenyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak,ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang
subarakhnoid.Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada
meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kulturcairan otak. Peradangan terjadi
pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan otak
terhadap virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

b. Sepsis Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan olehorganisme bakteri


seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilusinfluenza. Bakteri paling sering dijumpai
pada meningitis bakteri akut,yaitu Neiserria meningitdis (meningitis meningokokus),
Streptococcuspneumoniae (pada dewasa), dan Haemophilus influenzae (pada anak-anak dan
dewasa muda). Bentuk penularannya melalui kontaklangsung, yang mencakup droplet dan
sekret dari hidung dantenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau infeksi dariorang
lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksitetapi menjadi pembawa
(carrier). Insiden tertinggi pada meningitisdisebabkan oleh bakteri gram negatif yang terjadi
pada lansia samaseperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau seseorangyang
mengalami gangguan respons imun.
c. Tuberkulosa Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.Infeksi meningen
umumnya dihubungkan dengan satu atau duajalan, yaitu melalui salah satu aliran darah
sebagai konsekuensi dariinfeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan
langsung seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada
beberapa kasus merupakan iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif seperti lumbal
pungsi) atau alat-alat invasif(seperti alat pemantau TIK) (Muttaqin, 2008).
2. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadipada cairan otak, yaitu
a. Meningitis Serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairanotak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacteriumtuberculosa. Penyebab lainnya
virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis Purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcuspneumoniae (pneumokokus),
Neisseria meningitis (meningokokus),Streptococcus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonasaeruginosa
(Satyanegara, 2010). Penyebab umum meningitis bakteri berdasarkan usia dan faktor risiko
(Roper dan Brown, 2005).
Neonatus (usia <3 bulan) Escherichia coli; Streptococcus grup B; Listeria
monocytogenes
Bayi dan anak (usia >3 S. pneumonia; N. meningitidis; H. infl uenzae
bulan)
Dewasa usia <50 tahun (imunokompeten)S. pneumonia; N. Meningitides
Dewasa usia >50 tahun S. pneumonia; N. meningitidis; Listeria
monocytogenes
Fraktur kranium/pasca- Staphylococcus epidermidis; Staphylococcus aureus;
bedah saraf bakteri gram negatif (Klebsiella,Proteus,
Pseudomonas, E. coli); Streptococcus grup A dan D;
S. pneumonia; H. Influenza
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Kebocoran CSS Bakteri gram negatif; S. Pneumonia


Kehamilan Listeria monocytogenes

Imunodefisiensi Imunodefisiensi Listeria monocytogenes; bakteri gram


negatif; S. pneumonia; Pseudomonas
aeruginosa;Streptococcus grup B; Staphylococcus
aureus

S.suis merupakan penyebabmeningitis paling sering pada usia 47-55 tahun dan tidak pernah
ditemukan pada anak-anak ((Wertheim, 2009).

E. Patofisiologi/ Pathway
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikutidengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalisbagian atas.Faktor predisposisi mencakup
infeksi jalan nafas bagian atas, otitismedia, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
prosedurbedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yangmelalui
nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoidmenuju otak dan dekat saluran vena-
vena meningen; semuanya inipenghubung yang menyokong perkembangan bakteri.Organisme
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksiradang di dalam meningen dan di bawah
korteks yang dapat menyebabkantrombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral
mengalamigangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitisbakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiridari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barierotak), edema serebral dan peningkatan TIK.Pada infeksi akut pasien
meninggal akibat toksin bakteri sebelumterjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan
kerusakan adrenal,kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(padasindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakanendotel dan nekrosis
pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus (Corwin, 2009).
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

D. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)

1. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot
melemah, menangis lemah
2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah
terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan
brudinzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal) (Nurarif, 2013).
E. Manifestasi klinis
Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri diantaranya :

a. Demam, merupakan gejala awal


b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago, dkk, 2013) manifestasi klinis klien meningitis meliputi:
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia
f. Kaku kuduk
g. Ptechialrash
h. Kejang (fokal, umum)
i. Opistotonus
j. Nistagmus
k. Ptosis
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pungsi lumbal
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak
ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat,
glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat, glukosa menurun kultur (+) beberapa jenis bakteri.

2. Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar
glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.

a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada
Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan Radiologis

a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal, gigi
geligi) dan foto dada (Smeltzer, 2002).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis meningitis yaitu :

1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab

2. Steroid untuk mengatasi inflamasi

3. Antipiretik untuk mengatasi demam

4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang

5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bias dipertahankan

6. Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Peritoneal Shunt) Ventriculoperitoneal Shunt


adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membebaskan tekanan intrakranial yang
diakibatkan oleh terlalu banyaknya cairan serbrospinal. Cairan dialirkan dari ventrikel di otak
menuju rongga peritoneum. Prosedur pembedahan ini dilakukan di dalam kamar operasi dengan
anastesi umum selama sekitar 90 menit. Rambut di belakang telinga dicukur, lalu dibuat insisi tapal
kuda di belakang telinga dan insisi kecil lainnya di dinding abdomen. Lubang kecil dibuat pada
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

tulang kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke dalam ventrikel otak. Kateter lain dimasukkan ke
bawah kulit melalui insisi di belakang telinga menuju ke rongga peritoneum. Sebuah katup
diletakkan di bawah kulit di belakang telinga yang menempel pada kedua kateter. Bila terdapat
tekanan intrakranial meningkat, maka CSS akan mengalir melalui katup menuju rongga
peritoneum (Jeferson, 2004). Terapi bedah merupakan pilihan yang lebih baik. Alternatif lain
selain pemasangan shunt antara lain:

a. Choroid pleksotomi atau koagulasi pleksus Choroid


b. Membuka stenosis akuaduktus
c. Eksisi tumor
d. Fenestrasi endoskopi

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Secara Teoritis


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan
pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberikan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap
pengkajian (Muttaqin, 2008).
a. Identitas
1) Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
2) Indentitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien, pendidikan,
prkerjaan dan alamat.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam, sakit kepala, mual dan muntah,
kejang, sesak nafas, penurunan tingkat kesadaran
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau
menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk produktif
dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna untuk
mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam keluarga yang pernah mengalami
penyakit keturunan yang dapat memacu terjadinya meningitis.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya bersekitar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa
2) Tanda- Tanda Vital
a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau meningkat dan
berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK ( N = 90- 140 mmHg).
b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).
c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih meningkat
dari pernafasan normal (N = 16-20x/i). d. Suhu : Biasanya pasien meningitis
didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C –
37,4°C).
3) Pemeriksaan Head To Toe
a) Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
b) Mata
Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis yang tidak disertai
penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan.
Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
d) Telinga
Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya tuli konduktif dan
tuli persepsi.
e) Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
f) Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis.
Palpasi : Biasanya teraba distensi vena jugularis.
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan menelan kurang
baik
Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk
g) Dada
1) Paru
Inspeksi : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan pola nafas
Palapasi : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
Auskultasi : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi pada
klien dengan meningitis tuberkulosa.
2) Jantung
Inspeksi : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Palpasi : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula
sinistra RIC IV.
Perkusi : Biasanyabunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5
midklavikula.
Auskultasi : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.
h) Ekstremitas
Biasanya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi
(khusunya lutut dan pergelangan kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan
otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga menggangu ADL.
i) Rasangan Meningeal
a. Kaku kuduk
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena adanya spasme otot-
otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki
tidak dapat diekstensikan sempurna.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

c. Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi lutut dan pingul:
jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.
d. Pola Kehidupan Sehari-hari
1) Aktivitas / istirahat
Biasanya pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh
2) Eliminasi
Pasien biasanya didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine, hal ini
berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
3) Makanan / cairan
Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual dan muntah
disebabkan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi pada pasien meningitis
menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
4) Hygiene
Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri karena
penurunan kekuatan otot.
e. Data Penujang menurut Hudak dan Gallo(2012):
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar glukosa
darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
5. MRI, CT-Scan

2. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan dan
penurunan tingkat kesadaran.
b. Perubahan perfusi jaringan (otak) berhubungan dengan proses inflamasi adanya peningkatan
tekanan intra kranial
c. Perubahan volume cairan (defisit) berhubungan dengan inadekuatnya intake dan kehilangan
yang abnormal.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

d. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan


dengan anoreksia, kelemahan, mual, muntah.
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilitas, diaforesis dan defisit
neurologis.
f. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan istirahat yang lama dan infasi
meningeal.

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan I
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif, pemenuhan kebutuhan O2 sesuai kebutuhan.
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada suara nafas tambahan
2. Frekwensi pernafasan dalam batas normal (20-24 x/menit)
3. Kebersihan jalan nafas terjaga.
Rencana Tindakan :
1. Dengarkan suara nafas setiap 4 jam, segera laporkan adanya suara nafas tambahan seperti
whezing dan ronchi.
R/: Timbulnya akumulasi segera pada saluran nafas ditandai dengan adanya suara nafas
tambahan.
2. Jaga kebersihan jalan nafas, persiapkan peralatan suction didekat pasien.
R/: Penempatan peralatan suscion didekat pasien merupakan salah satu alternatif untuk
kecepatan dalam pemberian tindakan.
3. Lakukan program kolaborasi dan pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan.
R/: Pemberian terapi O2 sesuai dengan kebutuhan akan mencegah timbulnya hipoksia jaringan.

Diagnosa Keperawatan II
Tujuan : Perfusi jaringan keotak dapat terjaga.
Kriteria Hasil :
1. Individu dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan sirkulasi perifer.
2. Terhindar dari trauma.
3. Keluarga dapat melaporkan perubahan pasien dalam peningkatan kenyamanan.
Rencana tindakan :
1. Observasi gejala-gejala dari peningkatan tekanan intra kranial.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

R/: Peningkatan tekanan intra kranial merupakan salah satu penyebab terjadinya syok
2. Observasi TTV tiap 1 jam.
R/: Perubahan jalan nafas, meningkatnya denyut nadi tanda dari tekanan intra kranial
meningkat
3. Anjurkan pasien untuk bedrest.
R/: Aktivitas menyebabkan meningkatnya metabolisme yang dapat memperburuk keadaan
dan TIK.

Diagnosa Keperawatan III


Tujuan : Tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah.
Kriteria Hasil :
1. Keadaan serum dan elektrolit darah dalam batas normal.
2. TTV normal. 3. Kulit lembab, turgor kulit kembali dalam waktu 1 detik.
4. Suhu normal (36,5C-37,5C).
Rencana Tindakan :
1. Obsevasi TTV tiap 4 jam. R/: Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi merupakan salah
satu tanda terjadi dehidrasi
2. Deteksi tanda-tanda dari dehindrasi seperti membran mukosa kering,rasa haus , penurunan
BB, penurunan produksi urine.
R/: Pengawasanan terjadi dehidrasi sangat membantu menentukan output yang abnormal dan
kriteria beratnya dehidrasi.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Glosarium

1. Granulasi arakhnoid (juga vili arakhnoid , dan granulasi atau badan pacchionian ) adalah tonjolan
kecil dari mater arakhnoid (lapisan tipis kedua yang menutupi otak) ke dalam membran luar dura
mater (lapisan luar yang tebal). Mereka menonjol ke dalam sinus vena dural otak, dan
memungkinkan cairan serebrospinal (CSF) keluar dari ruang subarachnoid dan masuk ke aliran
darah. Granulasi terbesar terletak di sepanjang sinus sagital superior , ruang vena besar yang
membentang dari depan ke belakang di sepanjang pusat kepala (di bagian dalam tengkorak ).
Mereka, bagaimanapun, hadir bersama sinus dural lainnya juga.
2. Eksudat adalah cairan keruh yang keluar dari dinding pembuluh darah ke jaringan di sekitarnya
karena cedera atau kondisi peradangan sementara transudat terjadi karena tekanan hidrostatik dan
osmotik yang tinggi yang terbentuk di dalam pembuluh darah dan kapiler dan muncul sebagai
cairan bening
3. Septikemia adalah infeksi aliran darah yang serius yang juga dikenal sebagai keracunan darah, hal
ini terjadi ketika ada infeksi bakteri di tempat lain di dalam tubuh, seperti paru-paru atau kulit yang
kemudian memasuki aliran darah.
4. Ataksia adalah gangguan neurologis yang disebabkan oleh masalah pada otak dan sistem
keseimbangan dan koordinasi. Kondisi ini akan membuat seseorang kesulitan untuk mengendalikan
gerakan tubuhnya, baik saat berbicara, gerakan mata, kemampuan menelan, berjalan, mengambil
benda, dan gerakan sadar lainnya. 
5. Ptechialrash adalah Bintik-bintik bulat kecil berwarna ungu kecokelatan akibat adanya pendarahan
di bawah kulit, mungkin muncul pada area kecil karena trauma ringan, atau di area yang lebih luas
karena gangguan pembekuan darah.
6. Opitotonus adalah suatu sikap pada tubuh abnormal ketika posisi tubuh mengalami kaku dan
melengkung ke belakang, kemudian dengan kepala terlempar ke belakang.
7. Nistagmus adalah gangguan penglihatan yang ditandai dengan gerakan bola mata yang tidak
terkendali dan berulang. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari kelainan
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

bawaan hingga penyakit tertentu. Penanganannya pun perlu disesuaikan dengan penyebab
terjadinya nistagmus.

8. Ptosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi di mana terjadi
penurunan kelopak mata atas, baik sedikit maupun hingga menutupi area pupil mata. Keadaan ini
dapat membatasi atau bahkan menghalangi penglihatan normal.
9. LED adalah Laju endap darah , kecepatan sel - sel darah merah mengendap di dalam tabung uji
dengan satuan mm/jam. Uji LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan
bertujuan untuk memantau keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh Laju endap darah
adalah kecepatan sel - sel darah merah mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam.
Uji LED umumnya dilakukan menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk memantau
keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P.D. (1999). Anatomi fisiologi tubuh manusia. Jones and Barret publisher Boston, Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Brunner’s and suddarth. (2008). Textbook of medical surgical nursing (11th ed). Williams and Wilkins.

Graaff, V. D. (2010). Human anatomy, Ten Edition. New York: McGraw-Hill Companies. Marieb, E.N,

Wilhelm, P.B & Mallat,J (2012). Human Anatomy 6th ed media update. Benjamin Cummings.

Pearce, E. C. (2007). Anantomy dan fisiology untuk paramedis. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC. Corwin, Elizabeth J. 2009.
Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Herdman, T. 2009. Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2012 –2014. Jakarta : EGC

Sherwood. (2004). Human physiology: from cells to systems (6th ed). USA: Thomson Learnig. Inc.

Silvertho C. Andrew, (2001). Human physiology and integrated approach. Edisi dua. New Jersey:
Penerbit Oprentice Hall.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA (North America Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta
:

Mediaction Publishing. Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Tangerang : Gramedia Pustaka
Utama.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Edisi 8. Jakarta : EGC.
RESMA MASDA SYAHRI (2014901017)
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Pendidikan Universitas fort De Kock Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai