PEMBANGUNAN INDONESIA
Abstrak;
Tiga Orde telah mengawal pembangunan Indonesia selama 60th;
Orde Lama (1959-1967), Orde Baru (1966-1998), Orde Reformasi
(1999-2019). Haluan Orla Manipol/GBHN ditetapkan MPRS.
Dokumen Orba GBHN ditetapkan MPR. Orde Reformasi tidak
memiliki GBHN. MPR hasil pemilu 1999 mengamputasi organ
vital legislatifnya sendiri, tidak menetapkan GBHN. Pengganti
GBHN adalah UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
UU RPJP 20 th, RPJM 5 th dan Visi-Misi Calon Presiden Terpilih.
Dibawah sadar, visi-misi menjelmakan kekuasaan absolut di satu
tangan presiden, otoritariaisme dan egoisme regim setiap periode.
Implikasi ini dipastikan tidak menyokong integrasi dan kontinuitas
pembangunan nasional.
I. Pendahuluan
Dijajah mejajah itu pedih. Kemanusiaan dinista dilecehkan ditindas
diinjak dirampas tanpa nilai. Walau sesungguhnya pejajah lebih nista, lebih
miskin, terasuk syahwat yang harus dipenuhi terjajah tanpa ampun, nyawa
jadi wadal sebuah perlawanan tidak imbang. Berapa ratus ribu, juta leter,
barel darah kakek, nenek, leluhur bangsa tumpah di tanah air dari jutaan
nyawa tumbal selama 350 tahun. Hapuskan penjajahan di atas dunia, jangan
ada lagi hak dan kedaulatan yang dirampas. Kemerdekaan itu hak semua
bangsa, semua nyawa.
Kemudian dari pada itu dengan saksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya bangsa Indonesia; “membentuk Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, yang memajukan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan
kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial yang berkedaulatan
rakyat berdasarkan Pancasila.
Kata-kata leluhur bangsa itu bernyawa, dirahmati energi Sang
Pencipta untuk melindungi, untuk tidak bodoh, untuk tidak miskin, tidak
dijajah. Kake-nenek pendiri bangsa mewanti-wanti, “bentuk pemerintahan
berkedaulatan rakyat berdasar Pancasila dan UUD 1945 yang melindungi
bukan menajajah, menyejahterakan bukan memiskinkan, mencerdaskan
bukan membodohi, yang tertib bukan semrawut, yang damai bukan yang
kacau. Pemerintahan yang berdaulat bukan terjajah yang ditertibkan,
didamaikan bangsa-bangsa lain.
Demi kemerdekaan yang telah di genggam bangsa ini, sejak
proklamasi (1945-1949) Presiden Soekarno dkk segera membentuk
pemerintahan terbatas komite pusat dan daerah. Saat itu, pemerintahan Hindia
Belanda masih membayangi, tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, walau
akhirnya mengakui “pernah menjajah” pada forum Konferensi Meja Bundar.
Dari sini Soekarno (1950-1959) membentuk struktur pemerintahan sesuai
kebutuhan sampai daerah dengan demokrasi terpimpin. Kemudian dimasa
orla (1959-1967). Tahun 1959 Soekarno mengeluarkan dekrit kembali ke
UUD 1945. Tahun 1966-1998, berganti orde baru. Pancasila dan UUD 1945
harus dilaksanakan secara murni dan konsekwen diberbagai bidang. Hari ini
orde reformasi (1999-2019).
Melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia bukan hafalan lisan, tetapi amalan
(perbuatan). Berbuat, mambangun bukan asal. Membangun bukan sekedar
memenuhi kebutuhan hari ini dan terhenti di kubangan nostalgia puja puji
egoisme satu generasi. Membangun adalah proses hijrah menghijrahkan
kondisi ke aras yang lebih; lebih baik, terhormat, berdaulat, sejahtera lahir
bathin sampai anak cucu generasi bangsa berkelanjutan. Pembangunan tidak
asal, tetapi yang jelas standar iedeologinya, terhitung plus minusnya,
terpertakan zonasinya, terkalkulasi integrasinya, terukur bentangan kelanjutan
masa depannya.
Pada masa Orla (1959-1967) bentangan arah itu sudah ada, diawali
manipol-usdek (1959) kembali ke UUD1945 mulai terbentang arah
pembangunan. Maka manifesto politik (manipol) ditetapkan MPRS sebagai
dokumen GBHN. Orba (1966-1998) melanjutkan GBHN sebagai dokumen
pembanguna nasional. Namun Orde Reformasi (1999-2019) --sejak tahun
2004 mengganti GBHN dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
dalam dokumen RPJP Nasional, RPJM Nasional, dan rincian turunnannya.
Signifikansi Pembangunan
Para ilmuwan memberi pengertian pembangunan, yang sebenarnya
telah jadi referensi pemerintah. Siagian (1994) “pembangunan sebagai suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Bintoro
Tjokro Amodjojo, “pembangunan sebagai proses pertumbuhnan dan
perubahan terencana dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, masyarakat
dalam rangka pembangunan bangsa (nation building).”
Alexander (1994) “pembangunan (development) adalah proses
perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi,
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan
budaya.” Tikson (2005) “pembangunan nasional dapat diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan
dan strategi menuju arah yang diinginkan.” Sedangkan dalam pengertian
ekonomi murni, pembangunan adalah suatu usaha proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
Ginanjar Kartasasmita (1994) “pembangunan sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”. Undang-undang RI Nomor 25 tahun 2004 “pembangunan
nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
dalam rangka mencapai tujuan bernegara1. Mengikuti alur pikiran itu, penulis
menggarisbawahi bahwa “pembangunan nasional Indonesia merupakan
proses terencana rasional, terukur terhitung, terintegrasi, berkelanjutan
dilakukan secara sadar oleh pemerintah, masyarakat, dan genarasi bangsa
dalam rangka memenuhi cita-cita kemerdekaan, mencapai tujuan negara
Indonesia
Pembangunan sebagai proses, merupakan kegiatan dinamis,
pekerjaan tanpa henti --seperti jantung memompa darah. Pekerjaan terus
menerus, kontinyu, berkelanjutan untuk mengubah nasib ke arah bangsa
negara yang lebih baik secara lahir maupun bathin. Pembangunan merupakan
pekerjaan sistem yang terintegrasi antara sub-sub sistem yang bekerja saling
berhubungan, saling melancarkan dalam sinergitas (Sunda; adu manis),
bukan menghambat, melemahkan dalam egoisitas (adu geulis). Sarana
manajemen pembangunan; manusia, material, anggaran, methode, waktu,
terintegrasi sistemik, tidak tercecer. Keingingan pemertintah dan masyarakat
sinkron dalam sistem secara sehat.
Pembangunan sebagai upaya menciptakan kondisi bangsa yang lebih
baik harus terkeloal dengan rasionalitas yang baik; terencana, terdesain,
terorganisi, terkordinasi, terawasi dengan barometer dan intsrumen
manajemen yang tepat. Pembangunan berkelanjutan merupakan proses tanpa
henti dari satu orde ke orde berikutnya dalam satu bentangan fondasi ideologi
Pancasila, konstitusi UUD 1945.
Pembangunan memiliki tujuan, setiap negara memiliki tujuan yang
secara umum sama; internal order, external security, justice, individual
freedom, social welfare. Tujuan pembangunan Indonesa; membentuk
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial yang
berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasilan dan UUD 1945.
6
Pembukaan UUD 1945, aliena 4
7
Konsideran Menimbang; UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005 – 2025
8
BAB III, pasal 4 Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
9
penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2007
pemerintahannya melalui mekanisme perubahan APBN (APBN-P) yang
diatur dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dengan
adanya kewenangan untuk menyusun RKP dan RAPBN sebagaimana
dimaksud, maka jangka waktu keseluruhan RPJPN adalah 2005-2025.10
Visi-misi dilindungi undang-undang, tidak dapat disalahkan kalau
terjadi egoisitas. Visi-visi setiap calon presiden satu sama lain tidak sama,
bahkan bertentangan. Karena perbedaan visi-misi ini, maka titik berat
pembangunan presiden terpilih pada periode satu bisa berbeda, dengan titik
berat pembangunan presiden sebelum atau sesudahnya. Terlebih kalau
RAPBN-P dilakuakn oleh setiap presiden yang berimplikasi ngubah
periodesasi pembangunan jangka panjang.
Tidak sulit memehami pembangunan nasional yang menapaki jangka
panjang dan jangka lima tahunan berserakan tidak menyokong integrasi dan
keberlanjutan pembangunan nasional.
11
https://news.detik.com/berita/d-2586880/ini-visi-misi-jokowi-jusuf-kalla, Selasa 20 Mei 2014,
11:36 WIB
berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi serta kepribadian
dalam kebudayaan.
Pasangan Jokowi-JK menawarkan 12 agenda strategis mewujudkan
Indonesia berdaulat di bidang politik, 16 agenda strategis menuju Indonesia
berdikari dalam bidang ekonomi dan 3 agenda strategis untuk Indonesia
berkepribadian dalam kebudayaan.
Dari 31 agenda itu diperas lagi menjadi 9 agenda prioritas
mengadaptasi nawa cita Soekarno;
1. menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
2. pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daaerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercya.
5. meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional
7. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik.
8. melakukan revolusi karakter bangsa
9. memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia
Pamungkas
Gerakan reformasi 1998 tidak terencana, spekulasinya sekedar runtuh
orde baru. MPRS orde lama kokoh pada kewenangan politik sebagai legislatif
menetapkan manipol menjadi GBHN. MPR orde baru juga ajeg menetapkan
GBHN. Ironi, MPR hasil pemilu 1999 mengamputasi ‘organ vital’
legislatifnya, tidak menetapkan GBHN. Pengganti GBHN adalah UU RPJP
20 th, yang materialnya dari visi-misi calon presiden terpilih.
Orde reformasi memposisikan UU sekelas Tap MPR, ini sungguh
tidak imbang (UU adalah produk DPR, Tap MPR produk MPR). Sebelum
UUD1945 diamandemen, anggota MPR terdiri atas anggota DPR, Fraksi
Utusan Daerah, utusan Golongan dan Fraksi ABRI. Pada lembaga legislatif
MPR bikameral produk UUD 1945 yang diamandemen MPR. “MPR RI
terdiri atas anggota DPR RI dan anggota DPD RI”. UU adalah produk satu
dari dua kamar yang setara.
Keliru langkah memetakan regulasi yang diawali amandemen UUD
1945 menjadi biang gagalnya Orde Reformasi mengusung cita-cita
kemerdekaan, merealisasikan tujuan negara dalam menciptakan;
“pemeritahan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejateraan umum, ikut melaksanakan ketertiban
dunia kemerdekaan, perdamaian yang abadi dan keadilan sosial berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945,”
13
UU Nomor 25 tahun 2004, ketentuan
14
UU Nomor 23 tahun 2014, perubahan atas UU Nomor 32 tahun 2004 dan UU nomor 9 tahun 2015 tentang otonomi
daerah,
Di ahir orde reformasi RPJP Nasional 20 th I (2016- 2019 banyak
mendapat kritik berbagai komponen bangsa yang terdasarkan. Ketua MPR RI
Marzuki Ali (2016) berencana kembali ke BGHN. Presiden periode (1998-
1999) BJ Habibie (2019) menyarankan hal yang sama. Jalan keluar terbuka
lebar, namun tetap harus menempuh rute konstitusional, melalui amandeman
UUD 1945 hasil amandemen, terkait GBHN.
Gambar
Dokumen pembangunan 3 orde
Visi - Misi
Pasca Capaian
Tujuan kemerdekaan Orba Orde Reformasi
Negara 1945-1959 1999-2019
liberal 1966-1998 Demokrasi
Orla Demokrasi Pancasila
1959-1967
terpimpin
muncul 49 partai
pemilu 1955.
Presiden
BJ Habibie mandataris MPR/ 1.dimuali kebebasan
Tidak ada visi-misi pers,
Melanjutkan Pemerintahan 2. pemberian izin
Presiden Habibie satu tahun pendirian parpol-
Soeharto 1998-1999 parpol dan serikat-
(1998-1999) serikat buruh
dokumen Propenas UU No (Pemilu 1999 diikuti
GBHN 25/200 49 parpol).
3. pembebasan tahana
Pancasila dan UUD politik
1945 tidak lagi 4. Pembatasan masa
ditatarkan di jabatan presiden
sekolah dan pejabat. jadi dua periode
5th,
Amandemen UUD 5. desentralisasi
1945 kekuasaan ke
MPR tida tetapkan daerah.
GBHN
UU No 25/2000
Propenas sebagai Membangun sistem
haluan (UU No politik yang
25/2000) demokratis serta
mempertahankan
Wujudkan persatuan dan
supremasi hukum kesatuan.
serta pemerintahah
yang baik, Provinsi Timor timur
lepas dari NKRI.
Haluan pembangunan
Propenas UU No
25/2000
Peningkatan
pembangunan daerah,
1. Membangun
kesejahteraan
rakyat serta
ketahanan
kehidupan budaya
dan agama,
2. Mempercepat
pemulihan ekonomi
dan memperkuat
landasan
pembangunan
berkelanjutan yang
adil.
Melanjutkan prestasi
(2004-2009 berantas
korupsi di
pemerintahanan.
Bidang pendidikan
pemenuhan anggaran
20% APBN.
meningkatkan
kesejahteraan guru
dan terdapat batas
minimum gaji.
perbaiki prasarana
pendidikan.
Jokowi Melaksanakan Negara cenderung
Dokumen UU UU/Visi misi berdasar kekuasaan.
RPJP, RPJM sebagai material
RPJM Abai terhadap HAM,
Janji kasus 600 petugas
kampanye Adopsi Nawa cita KPPS meninggal,
2014 (9 cita). Soekarno; dilarang diotopsi.
1. Pertumbuh 1) menghadirkan
an ekonomi kembali negara Korupsi merjalela di
7% untuk melindungi eksekutuf, legislatif
2. Pastikan segenap bangsa dan dan judkatif.
Tolak memberikan rasa Terbanyak di
Utang Luar aman kepada pemerintah daerah
Negerei seluruh warga (Gubernur,
3. Pembentuk negara. bupati/walikota)
an kabinet 2) membangun tata
ramping kelola pemerintahan Pancasila dibenturkan
4. Mencetak yang bersih, efektif, dengan islam.
10 juta demokratis dan
lapangan terpercaya; Para ulama, habaib,
kerja 3) membangun ustadz yang kritis dan
5. Persulit Indonesia dari berpengaruh
investasi pinggiran degan ditangkap
asing memperkuat daerah- dipenjarakan
6. Tidak bagi- daerah dan desa
bagi kursi dalam kerangka aroma kuat
7. Stop impor negara kesatuan; kebangkitan PKI.
pangan 4) memperkuat Lambang palu arit
8. Cetak 3 Ha kehadiran negara disebut trend.
lahar baru dalam melakukan
9. Buy back reformasi sistem Kalimat tauhid
Indosat dan penegakkan dianggap ancaman
10. Besarkan hukum yang bebas ideologis.
pertamina korupsi,
kalahkan bermartabat dan PKI dianggap bukan
Pertonas terpercaya; ancaman”
11. Bangkitkan 5) Meningkaatkan Kalimat tauhid tidak
industri kualitas hidup disukai.
mobil manusia dan Demokrasi
nasional masyarakat memburuk;
12. Bangun Indonesia; Pemilu 2019, paling
50.000 6) meningkatkan brutal dalam sejarah
Puskesmas produktivitas rakyat kepemiluan,
13. Tidak dan daya saing di Lebih 600 petugas
naikan pasar internasional;. KPPS meninggal,
turunkan 7) mewujudkan tanpa diotopsi.
tarip dasar kemandirian Kecurangan
listrik ekonomi dengan terencana, terstruktur,
14. BBM menggerakkan sistematis dan masif
15. Berikan 1,4 sektor-sektor tidak diselesaikan
m/ per strategis ekonomi secara jujur dan adil.15
desa/th domestik; Penggelembungan 20
8) melakukan juta lebih data
revolusi karakter pemilih,
bangsa;
9) memperteguh Nawa Cita
15
Presidensial treshold 20% membatasi calon presiden dan dan perlementary treshold 4%, hilangkan hak politik calon
dan pemilih, penggelembungan DPT, money politik, black kompaign, surat suara tidak terkendali, blanko C1
dihilangkan, rekapitulasi penghitungan suara tidak dalam terbuka, hasil hitungan suara manual (konstitusional) belum
selesai pemenangnya diumumkan diam-diam dipulbikasi semua media corong pemerintah.
kebinekaan dan 1) Belum terwujud
memperkuat 2) Belum terwujud
restorasi. 3) Belum terwujud
kecuali kooptasi
Adopsi Trisakti terhadap para
1) berdaulat dalam kepala daerah
politik; 4) hukum tebang pilih.
2) berdikari dalam 5) masyarakat
ekonomi; terbelah.
3) berkepribadian 6) jadi konsumen
dalam sosial 7) kebutuhan pangan
budaya. impor.
8) Hilang karakter
bangsa,
9) kesatuan terbelah.
Trisakti
1) didikte asing.
2) Puluhan BUMN2
dijual ke investor
asing.
3) Masuk tenaga kerja
asing besar-
besaran-
merumahkan
tenaga kerja
pribumi.
4) Utang luar negeri
nembus 5000
trilyun dan terus
bertambah.
5) Janji kampanye
belum teralisasi.
6) Merosotnya
kepercayaan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bubu-Buku
1. Anderson, James E, 2006, Public Policy Making: An Introduction, Boston:
Houghton Mifflin Company
2. Alfian, 1993. Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
3. Beetham David, 1999. Democracy and Human Rights, Cambridge: Polity
Press.
4. Croley, Steven P., 2008, Regulation and Public Interests: The Possibility
of Good Regulatory Government, Princeton: Princeton University Press
5. Busroh, H.Abu Daud,S.H.,1989, Sistem Pemerintahan Republik Indonesia,
Pt melton Putra, Jakarta.
6. Dye, Thomas R, 2005, Understanding Public Policy, Eleventh Edition,
New Jersey: Pearson Prentice Hall
7. Dwiyanto Agus, 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia,
Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah
Mada.
8. Hamengku, Buwono X, Sultan, 2007, Merajut Kembali Keindonesiaan
Kita, PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
9. Henry, Nicholas. (1980). Public Administration and Public Affairs. New
York: Prentice-Hall, Inc.
10. Huntington P. Samuel, 2004. Tertib Politik Pada masyarakat yang Sedang
Berubah, (terejemahan) PT. Raja Grafindo Persada Jakarta: Rajawali
Press.
11. Kusumaatmadja Mochtar, tanpa tahun. Fungsi dan Perkembangan Hukum
dalam Pembangunan Nasional, Binacipta, Jakarta.
12. Liddle R. William, 1987. Pemilu-Pemilu Orde Barau : Pasang Surut
Kekuasaan Politik, Jakarta, LP3ES.
13. Marbun. 2005. DPRD dan otonomi daerah. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. Hlm 8.
14. Mas’oed Mohtar & Collin Mac Andrews, 1988. Perbandingan Sistem
Politik, Yogyakarta, .Gajah Mada University Press,
15. Machiavelli Niccolo di Bernardo, 1997. Politik Kekuasaan, Jakarta,
Kepustakaan Populer Gramedia.
16. Mas’oed Mohtar, 1993. Politik, Birokrasi dan Pembangunan, Yogyakarta.,
Pustaka Pelajar.
17. Mahfud, Muhammad.2000. Pemerintahan yang Bersih: Perspektif Politik,
Hukum, Ekonomi, Budaya dan Agama. UII Press. Jogjakarta.
18. MaxAndrews,Colin. Amal,Ichlasul, 1993, Hubungan Pusat dan daerah
dalam pembangunan, Raja Grafindo persada, Jakarta.
19. Roberto M. Unger, 2007 , Teori Hukum Kritis : Posisi Hukum dalam
Masyarakat Modern, Bandung, Nusamedia.
20. Robbins, Stephen P. (1978). The Administrative Process: Integrating
Theory and Practice. New Delhi: Prentice-Hall of India Private Limited.
21. Rush Michael dkk, 1999. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, Rajawali
Press.
22. Saefullah A Djadja, 2008, Modernisasi Perdesaan-Dampak Mobilitas
Penduduk, Bandung: AIPI-Puslit KP2W Lemlit Unpad.
23. Soemantri Sri, 1986. Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD
1945, Bandung, Alumni.
24. Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi: Memudakan Pengertian Islam,
hal:375).
25. Soemantri Sri, 1986. Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD
1945, Alumni, Bandung.
26. Sodikin, Ikin, 2012, DPD RI Mewakili Siapa, Bandung, Centre for
Political and Local Governement Studies (CePlas), Unpas
27. Sudarsono Juwono, 1976. Pembangunan Politik dan Perubahan Politik.
Yayasan Obor Indonesia.
28. Strong C.F. 2008. Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Bandung, Nusa
Media
29. Taher Elza Peldi (Eds.), 1993. Demokrasi, Politik, Budaya dan Ekonomi,
PT. Temprint, Jakarta.
30. Usman Oetojo & Alfian, 1992. Pancasila Sebagai Ideologi, BP-7. Pusat.
31. Varma SP. 1999. Teori Politik Modern, Rajawali Press, Jakarta
32. Wirahadikusumah Agus, 1999. Indonesia Baru dan Tantangan TNI,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
33. Yudoyono, Bambang. 2001. Otonomi daerah : desentralisasi dan
pengembangan SDM aparatur pemda dan anggota DPRD. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan. Hlm 2
34. Penilaian Demokratisasi di Indonesia, Lembaga Internasional untuk
Bantuan Demokrasi dan Pemilu (International IDEA) 2000. Hlm 69.
Dokumen-dokumen
1. UUD 1945 sebelum amandemen
2. UUD 1945 setelah amandemen
3. Tap MPRS No.I/MPRS/1960 Tentang Manifesto Politik Republik
Indonesia Sebagai Garis-Garis Besar Daripada Haluan Negara
4. Tap MPR No. IV/MPR/1973; Tap MPR No. II/MPR/ 1978;
5. Tap MPR No. IV/MPR/1983; Tap MPR No. II/MPR/1988; Tap MPR No.
II/MPR/1993; dan Tap MPR No. II/MPR/1998 semua tentang GBHN.
6. Tap MPR No. IV/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004;
7. Tap MPR No. IV/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah;
8. Tap MPR No. VIII/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-lembaga
Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2000;
9. Tap MPR No. IV/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden RI;
10. Tap MPR No. III/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden RI Megawati
Soekarnoputri sebagai Presiden RI;
11. Tap MPR No. X/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh
Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001;
12. Tap MPR No. II/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk
Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional;
13. Tap MPR No. VI/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan
Putusan MPR RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA pada Sidang
Tahunan MPR RI tahun 2002.
14. UU No. 1/1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.
15. UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah
16. UU No 25/ 2004 tentang Sistrem Perencanaan Pembangunan Nasional
17. UU No. 32/2004, tentang Pemerintah Daerah
18. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
https://www.academia.edu/9279832/
https://news.detik.com/berita/d-2586880/ini-visi-misi-jokowi-jusuf-kalla, Selasa 20 Mei 2014,
11:36 WIB
H. Harmoko, Poskota news, senin 12 Maret 2018
http://otonomidaerah.com/latar-belakang-otonomi-daerah/( diakses tanggal 25
Juni 2014 jam 10.30)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia