Anda di halaman 1dari 24

HALUAN TIGA ORDE

PEMBANGUNAN INDONESIA

By: Ikin Sodikin (Doctor of Public Administration Science,


Lecturer of State Administration Study Program),
M. Budiana (Doctor of Political Science, Lecturer of International Relation
Study Program),
Benyamin Harits, Profesor. Doctor of Public Administration Science,
Lecturer of State Administration Study Program)
Pasundan Bandung University
e-mail: ikin_sodikin24@yahoo.com

Abstrak;
Tiga Orde telah mengawal pembangunan Indonesia selama 60th;
Orde Lama (1959-1967), Orde Baru (1966-1998), Orde Reformasi
(1999-2019). Haluan Orla Manipol/GBHN ditetapkan MPRS.
Dokumen Orba GBHN ditetapkan MPR. Orde Reformasi tidak
memiliki GBHN. MPR hasil pemilu 1999 mengamputasi organ
vital legislatifnya sendiri, tidak menetapkan GBHN. Pengganti
GBHN adalah UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
UU RPJP 20 th, RPJM 5 th dan Visi-Misi Calon Presiden Terpilih.
Dibawah sadar, visi-misi menjelmakan kekuasaan absolut di satu
tangan presiden, otoritariaisme dan egoisme regim setiap periode.
Implikasi ini dipastikan tidak menyokong integrasi dan kontinuitas
pembangunan nasional.

Key Word; Kembali ke GBHN

I. Pendahuluan
Dijajah mejajah itu pedih. Kemanusiaan dinista dilecehkan ditindas
diinjak dirampas tanpa nilai. Walau sesungguhnya pejajah lebih nista, lebih
miskin, terasuk syahwat yang harus dipenuhi terjajah tanpa ampun, nyawa
jadi wadal sebuah perlawanan tidak imbang. Berapa ratus ribu, juta leter,
barel darah kakek, nenek, leluhur bangsa tumpah di tanah air dari jutaan
nyawa tumbal selama 350 tahun. Hapuskan penjajahan di atas dunia, jangan
ada lagi hak dan kedaulatan yang dirampas. Kemerdekaan itu hak semua
bangsa, semua nyawa.
Kemudian dari pada itu dengan saksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya bangsa Indonesia; “membentuk Pemerintah Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, yang memajukan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan
kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial yang berkedaulatan
rakyat berdasarkan Pancasila.
Kata-kata leluhur bangsa itu bernyawa, dirahmati energi Sang
Pencipta untuk melindungi, untuk tidak bodoh, untuk tidak miskin, tidak
dijajah. Kake-nenek pendiri bangsa mewanti-wanti, “bentuk pemerintahan
berkedaulatan rakyat berdasar Pancasila dan UUD 1945 yang melindungi
bukan menajajah, menyejahterakan bukan memiskinkan, mencerdaskan
bukan membodohi, yang tertib bukan semrawut, yang damai bukan yang
kacau. Pemerintahan yang berdaulat bukan terjajah yang ditertibkan,
didamaikan bangsa-bangsa lain.
Demi kemerdekaan yang telah di genggam bangsa ini, sejak
proklamasi (1945-1949) Presiden Soekarno dkk segera membentuk
pemerintahan terbatas komite pusat dan daerah. Saat itu, pemerintahan Hindia
Belanda masih membayangi, tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, walau
akhirnya mengakui “pernah menjajah” pada forum Konferensi Meja Bundar.
Dari sini Soekarno (1950-1959) membentuk struktur pemerintahan sesuai
kebutuhan sampai daerah dengan demokrasi terpimpin. Kemudian dimasa
orla (1959-1967). Tahun 1959 Soekarno mengeluarkan dekrit kembali ke
UUD 1945. Tahun 1966-1998, berganti orde baru. Pancasila dan UUD 1945
harus dilaksanakan secara murni dan konsekwen diberbagai bidang. Hari ini
orde reformasi (1999-2019).
Melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia bukan hafalan lisan, tetapi amalan
(perbuatan). Berbuat, mambangun bukan asal. Membangun bukan sekedar
memenuhi kebutuhan hari ini dan terhenti di kubangan nostalgia puja puji
egoisme satu generasi. Membangun adalah proses hijrah menghijrahkan
kondisi ke aras yang lebih; lebih baik, terhormat, berdaulat, sejahtera lahir
bathin sampai anak cucu generasi bangsa berkelanjutan. Pembangunan tidak
asal, tetapi yang jelas standar iedeologinya, terhitung plus minusnya,
terpertakan zonasinya, terkalkulasi integrasinya, terukur bentangan kelanjutan
masa depannya.
Pada masa Orla (1959-1967) bentangan arah itu sudah ada, diawali
manipol-usdek (1959) kembali ke UUD1945 mulai terbentang arah
pembangunan. Maka manifesto politik (manipol) ditetapkan MPRS sebagai
dokumen GBHN. Orba (1966-1998) melanjutkan GBHN sebagai dokumen
pembanguna nasional. Namun Orde Reformasi (1999-2019) --sejak tahun
2004 mengganti GBHN dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
dalam dokumen RPJP Nasional, RPJM Nasional, dan rincian turunnannya.

Signifikansi Pembangunan
Para ilmuwan memberi pengertian pembangunan, yang sebenarnya
telah jadi referensi pemerintah. Siagian (1994) “pembangunan sebagai suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Bintoro
Tjokro Amodjojo, “pembangunan sebagai proses pertumbuhnan dan
perubahan terencana dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, masyarakat
dalam rangka pembangunan bangsa (nation building).”
Alexander (1994) “pembangunan (development) adalah proses
perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi,
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan
budaya.” Tikson (2005) “pembangunan nasional dapat diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan
dan strategi menuju arah yang diinginkan.” Sedangkan dalam pengertian
ekonomi murni, pembangunan adalah suatu usaha proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
Ginanjar Kartasasmita (1994) “pembangunan sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana”. Undang-undang RI Nomor 25 tahun 2004 “pembangunan
nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
dalam rangka mencapai tujuan bernegara1. Mengikuti alur pikiran itu, penulis
menggarisbawahi bahwa “pembangunan nasional Indonesia merupakan
proses terencana rasional, terukur terhitung, terintegrasi, berkelanjutan
dilakukan secara sadar oleh pemerintah, masyarakat, dan genarasi bangsa
dalam rangka memenuhi cita-cita kemerdekaan, mencapai tujuan negara
Indonesia
Pembangunan sebagai proses, merupakan kegiatan dinamis,
pekerjaan tanpa henti --seperti jantung memompa darah. Pekerjaan terus
menerus, kontinyu, berkelanjutan untuk mengubah nasib ke arah bangsa
negara yang lebih baik secara lahir maupun bathin. Pembangunan merupakan
pekerjaan sistem yang terintegrasi antara sub-sub sistem yang bekerja saling
berhubungan, saling melancarkan dalam sinergitas (Sunda; adu manis),
bukan menghambat, melemahkan dalam egoisitas (adu geulis). Sarana
manajemen pembangunan; manusia, material, anggaran, methode, waktu,
terintegrasi sistemik, tidak tercecer. Keingingan pemertintah dan masyarakat
sinkron dalam sistem secara sehat.
Pembangunan sebagai upaya menciptakan kondisi bangsa yang lebih
baik harus terkeloal dengan rasionalitas yang baik; terencana, terdesain,
terorganisi, terkordinasi, terawasi dengan barometer dan intsrumen
manajemen yang tepat. Pembangunan berkelanjutan merupakan proses tanpa
henti dari satu orde ke orde berikutnya dalam satu bentangan fondasi ideologi
Pancasila, konstitusi UUD 1945.
Pembangunan memiliki tujuan, setiap negara memiliki tujuan yang
secara umum sama; internal order, external security, justice, individual
freedom, social welfare. Tujuan pembangunan Indonesa; membentuk
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial yang
berkedaulatan rakyat berdasarkan Pancasilan dan UUD 1945.

II. Kebijakan Pembangunan


2.1. Masa Revolusi Kemerdekaan
1
BAB I Ketentuan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 1 (1)
Awal Kemerdekaan (1945-1949) bangsa Indonesia belum memiliki
dokumen pembangunan. Pemerintahan yang baru terbentuk dan sangat
terbatas masih dibayangi ganguan kolonial Belanda yang belum mengakui
kemerdekaan Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar. Konstitusi negara
(UUD1945) yang didalamnya pernyataan kemerdekaan, tujuan kemerdekaan,
konstitusi negara dan ideologi bangsa masih bolak balik diantara polemik
yang menerima dan menolak, sehingga terjadi dari UUD 1945 ke UUDS
kembali ke UUD1945.
Pemerintahan Soekrano yang baru terbentuk, tampak sangat
menyadari bahwa satuan-satuan suku bangsa yang berserakan di ribuan pulau
adalah penting diikat dalam semangat kesatuan bangsa Republik Indonesia.
Pembangunan masa revolusi itu jauh dari terintegrasi, hanya demi kesatuan
dari persatuan-persatuan agar tidak cerai berai pasca perjuangan
kemerdekaan, dua bulan kemudian pemerintah Indonesia menerbitkan UU
Nomor 1 Tahun 1945 tentang KNIP, hanya 6 pasal tanpa penjelasan rinci.
UU tersebut menetapkan 3 jenis daerah otonom (tampa menyebut
otoritas masing-masing daerah), yaitu 1) keresidenan; 2) kabupaten; dan 3)
kota berotonomi. Sedangkan provinsi yang berjumlah 8 berdasarkan
penetapan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) hanya diarahkan
berbentuk daerah administratif tanpa otonomi. Semanagat UU ini demi
kesatuan Indonesia.

2.2. Perjalanan Demokrasi


Tahun 1950-1959 (demokrasi liberal). UUD1945 diposisikan
sementara (UUDS). Pemerintah memberi ruang besar kepada kekuatan politik
--multi partai, kelompok ideologi, kelompok oposisi untuk ikut merumuskan
kebijakan politik. Semangatnya menjaga kesatuan, tahun 1957, pemerintah
menerbitkan UU No. 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah. Undang-undang ini cikal bakal otonomi daerah.
Tahun 1960 – 1965 (demokrasi terpimpin). Tanggal 5 juli 1959
Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit, kembali UUD 1945, dikenal dengan
manipol usdek (manifesto politik - kembali ke UUD 1945). Sistem
pemerintahan dari parlementer kembali kepada sistem presidensil, kebijakan
dicampurtangani kekuatan politik kembali ke kewangan pemerintah dengan
kewenagan besar di tangan presiden. Dengan kewengan ini presiden
Soekarno menetapkan UU Operasional Pemerintahan menjadi Revolusioner
dengan berbagai simbol perjuangan seperti manifesto politik.
Manifesto Politik, adalah pidato presiden soekarno atas dekrtit 1959 di
depan MPRS. Manipol ini lebih kurang identik dengan haluan pembangunan.
Maka MPRS melalui Tap MPRS Nomor 1 tahun 1960 menetapkan
Manifesto politik sebagai GBHN. Isi haluannya; 1) Kembali ke UUD 1945;
2) Sosialisme Indonesia; 3) Demokrasi terpimpin; 4) Ekonomi Terpimpin; 5)
Keripribadian bangsa Indonesia.

2.3. Kronologis Manipol ke GBHN


Pada rapat pleno keempat sidang pertama 19 Nopember 1960 di
Bandung, setelah membahas beberapa amanat negara yang disampaikan
presiden pada pembukaan sidang pertama MPRS pada hari Pahlawan 10
Nopember 1960. Amanat Presiden 17 Agustus 1959 berjudul "Penemuan
Kembali Revolusi Kita" dikenal Manifesto Politik Republik Indonesia.
Manipol jadi tema bahasan penting dan akhirnya MPRS menetapkan
manipol jadi GBHN
Timbangannya membaca: DPAS terkait "Perincian Manifesto Politik
Republik Indonesia 17 Agustus 1959" tertanggal 25 September 1959 No.
3/Kpts/Sd/II/59 yang telah disetujui oleh Presiden dalam "Kata Pengantar"
Manifesto Politik Republik Indonesia pada hari Pahlawan 10 Nopember
1959. Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama Depernas mengenai
Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang
diucapkan dan yang tertulis yang menjadi bahagian daripada haluan Negara;
Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 terkenal "Jalannya Revolusi Kita"
menjadi pedoman pertama daripada pelaksanaan Manifesto Politik Republik
Indonesia;
Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 di depan Sidang Umum
PBB "To Build the world a new" (Membangun dunia kembali); menimbang
bahwa perlu segera ditetapkan garis-garis besar daripada haluan negara
dengan bagian-bagiannya serta pedoman-pedoman pelaksanaannya. Atas
pertimbangan dan mendengar rapat-rapat MPRS pada tanggal 17 sampai
dengan 19 Nopember 1960; maka MPRS menetapkan Tap MPRS
No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia Sebagai
Garis-Garis Besar Daripada Haluan Negara.
Dari Tap MPRS itu, sebagai kilometer nol pemerintahan orde lama
memiliki dokumen GBHN. Salah satu haluan penting pada pembangunan
saat itu adalah pembangunan politik. Presiden Soekarno memposisikan
politik sebagai panglima, diikuti ekonomi, kepribadian bangsa dan budaya.
Wasiatnya disebut Trisakti. “Indonesia tidak boleh hilang keaulatan dalam;
1) Indonesia berdaulat dalam politik; 2) berdikari dalam bidang ekonomi; 3)
berdaulat berkepribadian secara sosial budaya.

3.1. Kebijakan Pembangunan Orde Baru


Tahun 1968 kondisi politik berubah. Tanggal 21-30 Maret1968,
MPRS menggelar sidang umum, antara lain menetapkan Jenderal Soeharto
diangkat sebagai Presiden RI. Dari titik ini dokumen pembangunan negara
ditertibkan. Penyelenggaraan pembangunan dan pemerintahan orba tetap
menapaki haluan dan melanjutkan kontinuitas dari orde lama. Orba
menggunakan dokumen GBHN yang diberlakukan dengan ketetapan MPR.
Sejak 1 April 1969 hingga 21 Mei 1998, tidak kurang dari enam
dokumen Tap MPR tentang GBHN. Tap MPR No. IV/MPR/1973; Tap MPR
No. II/MPR/ 1978; Tap MPR No. IV/MPR/1983; Tap MPR No.
II/MPR/1988; Tap MPR No. II/MPR/1993; dan Tap MPR No. II/MPR/1998.
Untuk pembangunan di daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dokumen
GBHN diterjemahkan ke dalam dokumen Pola Dasar Pembangunan Daerah
(Poldasbangda).
Sejak MPRS (1968) menetapkan Jenderal Soeharto sebagai Presiden
RI, Soeharto mandataris MPRS membentuk Kabinet Pembangunan I untuk
melaksanakan 5 program pancakrida: menciptakan ketenangan politik,
menyusun dan merencanakan repelita (rencana pembangunan lima tahun),
melaksanakan pemilihan umum, membersihkan aparatur negara, mengikis
habis sisa-sisa G 30 S/PKI dan penyeleweng Pancasila.
Seperti Bung Karno berwasiat dengan Trisakti, Soeharto
menghamparkan tiga landasan Trilogi. 1) stabilitas nasional yang dinamis; 2)
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, 3) pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya, dengan delapan jalur pemerataannya.
Trilogi jadi landasan strategis delapan jalur permerataan; (1)
pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan,
sandang dan papan, (2) kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
keselamatan, (3) pembagian pendapatan, (4) kesempatan kerja, (5)
kesempatan berusaha, (6) kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan
khusunya bagi generasi muda dan kaum wanita, (7) pemerataan penyebaran
pembangunan di wilayah tanah air, dan (8) pemerataan kesempatan
memperoleh keadilan2.
Strategi Rencana Pembangunan Nasional 25 tahun itu dilaksakan
bertahap per pelita (pembangunan lima tahunan). Pelita I menekankan
bidang pertanian dimulai 1 April 1969. Pelita II tersedianya pangan, sandang,
perumahan, sarana dan prasarana kesejahteraan rakyat, memperluas
kesempatan kerja. Pelita III menekankan pada triologi pembangunan, Pelita
IV sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri
yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri, Pelita V menitikberatkan
sektor pertanian dan industri, Pelita VI pada bidang ekonomi yang terkait
dengan industri dan pertaniann serta pembangunan dan peningkatan kualitas
SDM.
Tanggal 3 Juli 1971 dilaksanakan Pemilu II untuk memilih Anggota
DPR RI dan menetapkan KH Idham Cholid terpilih sebagai ketua MPR.
Maret 1973 MPR Mengadakan Sidang: Menetapkan GBHN. Memilih
Jenderal Soeharto Sebagai Presiden RI dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Wakil Presiden periode tahun 1973-1978. Prrsiden sebagai mandataris
membentuk kabinet Pembangunan II, tugasnya melaksanakan tujuh program
(saptakrida), diantaranya meningkatkan dan memelihara stabilitas ekonomi.
Meneruskan pelita I tahun kelima dan melaksanakan pelita II,
Menyelenggarakan pemilu yang ke-3.
Kabinet Pembangunan II telah melaksanakan Pemilu III (2 Mei 1977).
DPR RI dan MPR terbentuk, H. Adam Malik terpilih sebagai ketua. Tanggal
11-23 Maret 1978 Sidang Umum MPR, menetapkan GBHN 1978-1983.
Menetapkan Jenderal Soeharto Sebagai Presiden RI dan H. Adam Malik
Wakil Presiden. Tangga 9 Maret 1978, Presiden mengumumkan Susunan
Kabinet Pembangunan III dengan tugas pokok: Melanjutkan pelaksanaan
2
H. Harmoko, Poskota news, senin 12 Maret 2018
tahun kelima pelita II. Menyusun repelita III sesuai dengan Tap MPR
No.IV/MPR/1978. Melaksanakan pelita III sampai tahun keempat dan
menyiapkan APBN tahun terakhir pelita III. Melaksanakan Tap MPR
No.II/1978, Tentang P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila),
Melaksanakan Tap MPR No.II/1978, tentang pemilu yang harus dilaksanakan
selambat-lambatnya tahun 1982.
Untuk mewujudkan pancakrida kabinet pembangunan III, tanggal 3
Mei 1982 dilaksanakan Pemilu IV. DPR RI dan MPR terbentuk H.
Amirmachmud terpilih sebagai ketua. Tanggal 1-11 Maret 1983 MPR
menetapkan; GBHN 1983-1988. Menetapkan Jenderal Soeharto sebagai
Presiden RI dan Jenderal Umar Wirahadikusumah Sebagai Wakil Presiden.
Presiden Soeharto membentuk kabinet pembangunan IV yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan pembangunan berikutnya.
Tugas pokok tercantum pada pancakrida kabinet pembangunan IV:
Meningkatkan trilogi pembangunan yang didukung oleh ketahanan nasional
yang makin mantap, meningkatkan pendayagunaan aparatur negara menuju
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Meningkatkan
pemasyarakatan ideologi pancasila dalam mengembangkan demokrasi
pancasila dan P4 dalam rangka memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Meningkatkan pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif untuk
kepentingan nasional. Terlaksananya Pemilu yang langsung, umum, bebas
dan rahasia tahun 1987.
Tujuan pelita IV meningkatkan taraf hidup. Kecerdasan dan
kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil. Meletakkan
landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya. Sasaran
menekankan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada
sektor pertanian. Usaha-usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri,
baik industri berat maupun industri ringan dikembangkan terus pada pelita-
pelita berikutnya.
Pelita IV sangat penting, untuk terciptanya kerangka landasan bangsa
Indonesia agar tumbuh dan berkembang terus guna memperkokoh landasan
pelita V. Ini diharapkan pada pelita VI bangsa indonesia sudah benar-benar
tinggal landas memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat adil
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3.2. Kebijakan Pembangunan Orde Reformasi


Beda dengan pembangunan dua orde sebelumnya, Orde reformasi
(1999-2019) tidak memiliki dokumen GBHN. Lima Presiden; B.J. Habibie,
KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur). Megawati Soekarno Putri, Susilo
Bambang Yudoyono (SBY) dan Jokowidodo (Jokowi) yang menakodai
pembangunan nasional nyaris tersesat tanpa haluan dan arah. Visi-misi
masing-masing sebagai bahan baku utama RPJM Nasional.
Naiknya B.J. Habibie ke singgasana presiden menggantikan Soeharto
pada 22 Mei 1998. Tap MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN dicabut lewat
Sidang Istimewa MPR (November 1998) diganti dengan Tap MPR No.
X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka
Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional. Dokumen ini dijadikan
panduan Presiden Habibie untuk memimpin pembangunan agar cepat keluar
dari krisis ekonomi yang terjadi sejak Juli 19973
Setahun (1998-1999) Habibie masih dipandu GBHN, melanjutkan
masa Presiden Soeharto, dan menjawab pokok pokok tuntutan gerakan
reformasi; memulai kebebasan pers, pemberian izin pendirian parpol-parpol
dan serikat-serikat buruh, pembebasan tahanan politik, pembatasan masa
jabatan preiden jadi dua periode 5th dan desentralisasi kekuasaan ke daerah,
dan menyusun Propenas (Program Pembangunan Nasional) yang dikokohkan
dengan UU No. 25 tahun 2000. Jangka propenas 5th (1999-2004).
Pada propenas terdokumentasi 5 program; (1) Wujudkan supremasi
hukum serta pemerintahah yang baik, (2) Membangun sistem politik yang
demiokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan, (3) Peningkatan
pembangunan daerah, (4) Membangun kesejahteraan rakyat serta ketahanan
kehidupan budaya dan agama, (5) Mempercepat pemulihan ekonomi dan
memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan yang adil. Propenas
dilaksanakan pemerintahan Habibie 1 th tahun, Gusdur 2th, Megawati3 th.
Dokumen GBHN terakhir adalah Tap MPR No. IV/MPR/1999
tentang GBHN 1999-2004 produk politik hukum para wakil rakyat hasil
Pemilu 1999. Sebagai pengganti GBHN adalah UU No. 25/2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, yang jadi panduan dalam merumuskan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) nasional, Rencana Pembangunan Tahunan atau Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) dan seterusnya.
Terbitnya UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional itu adalah
konsekwensi dari amandemen UUD 1945 tidak lagi mencantumkan GBHN.
Yang tersurat pasal 34; (1) MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD. --
pada perubahan UUD 1945 ketiga. (2) MPR melantik Presiden dan/atau wakil
Presiden. (3) MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/ atau wakil Presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD. Dengan UU No. 25/2004, GBHN tidak
diberlakukan lagi.
Pada UU No. 25/2004 tersebut5 “RPJP adalah dokumen perencanaan
untuk periode 20 th. RPJM untuk 5 tahun. RPJM Kementerian/Lembaga,
disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL) adalah
dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk 5 tahun. RPJM Satuan
Kerja Perangkat Daerah atau Renstra-SKPD adalah dokumen SKPD untuk
periode 5 tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, disebut Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan nasional 1 tahun. Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD), adalah dokumen perencanaan daerah untuk 1 tahun. Rencana
Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga disebut Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja-KL) sebagai dokumen perencanaan
3
https://www.academia.edu/9279832/
4
UUD 1945 hasil amandemen UUD1945 ke 3 dan ke 4, pasal 3, point 1,2,3
5
Bab I Ketentuan Umum Undang-Undang Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Kementrian/Lembaga untuk 1 tahun. Renja-SKPD, adalah dokumen
perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 tahun.
Sumber pemikiran dan arah RPJP Nasional pada UU No. 25/2004
ini merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD RI 1945.6 Yaitu
membentuk pemeritanah yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono (2004-2014)
terbit UU No. 17/2007 tentang RPJP Nasional. UU RPJP terbit tahun 2007
berlaku surut dari tahun 2005. UU ini menimbang 7 bahwa perubahan UUD
RI 1945 telah mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pengelolaan
pembangunan, yaitu dengan tidak dibuatnya lagi GBHN sebagai pedoman
penyusunan rencana pembangunan nasional.
Bab I Ketentuan UU, yang dimaksud RPJP Nasional adalah dokumen
Perencanaan Pembangunan Nasional periode 20 tahun terhitung 2005-2025.
RPJM Nasional untuk periode 5 th; RPJM Nasional I (2005–2009), II
(2010–2014), III (2015–2019), dan RPJM Nasional IV (2020–2024). Tidak
seperti GBHN, UU RPJP ini tidak tampak bentangan haluan dan arah
pembangunan 20 tahunan yang rinci dan detil seperti pada dokumen GBHN
masa orla dan orba.
RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional. Memuat
strategi, kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas
kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka
ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja berupa kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan bersifat indikatif.8
Dengan ditiadakan GBHN sebagai pedoman penyusunan rencana
pembangunan nasional dan diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi
pemerintahan dalam NKRI, maka untuk menjaga pembangunan yang
berkelanjutan, RPJP Nasional sangat diperlukan. UU Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional merintahkan penyusunan RPJP Nasional menganut
paradigma perencanaan visioner.9
Menjaga kesinambungan pembangunan nasional, Presiden yang
sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan
menyusun RKP dan RAPBN untuk tahun pertama periode Pemerintahan
Presiden berikutnya, yaitu tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025. Namun
demikian, presiden terpilih periode berikutnya tetap mempunyai ruang gerak
yang luas untuk menyempurnakan RKP dan APBN pada tahun pertama

6
Pembukaan UUD 1945, aliena 4
7
Konsideran Menimbang; UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005 – 2025
8
BAB III, pasal 4 Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
9
penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2007
pemerintahannya melalui mekanisme perubahan APBN (APBN-P) yang
diatur dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dengan
adanya kewenangan untuk menyusun RKP dan RAPBN sebagaimana
dimaksud, maka jangka waktu keseluruhan RPJPN adalah 2005-2025.10
Visi-misi dilindungi undang-undang, tidak dapat disalahkan kalau
terjadi egoisitas. Visi-visi setiap calon presiden satu sama lain tidak sama,
bahkan bertentangan. Karena perbedaan visi-misi ini, maka titik berat
pembangunan presiden terpilih pada periode satu bisa berbeda, dengan titik
berat pembangunan presiden sebelum atau sesudahnya. Terlebih kalau
RAPBN-P dilakuakn oleh setiap presiden yang berimplikasi ngubah
periodesasi pembangunan jangka panjang.
Tidak sulit memehami pembangunan nasional yang menapaki jangka
panjang dan jangka lima tahunan berserakan tidak menyokong integrasi dan
keberlanjutan pembangunan nasional.

III. Visi- Misi Calon Presiden Terpilih


3.1. Habibie, Gusdur dan Megawati (1999-2004)
Presiden Bj Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) dan
Prrsiden Megawati Sukarno Putri (Megawati) tidak membuat visi-misi
pembangunan. yang ditawarkan ke publik saat kampanye pemilu, ketiganya
masih dipilih, ditetapkan sebagai presiden oleh MPR. Sebagai mandatris
MPR ketiganya menggunakan dokumen GBHN. Habibie melanjutkan
dokumen GBHN era Soeharto. Yang dianggap baru adalah menjawab pokok
pokok tuntutan gerakan reformasi, menyusun Propenas dan menerbitkan UU
Nomor 25 tahun 2000 terkait jangka pembangunan 5 tahun (1999-2004).
Gusdur melanjutkan GBHN masa Habibie, Megawati melanjutkan
Pemerintahan Gusdur (2001-2004) tanpa visi-misi. Undang-undang yang
memunculkan visi-misi calon presiden terbit masa akhir pemerintahan
Megawati. Yaitu UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembanganan Nasional, yang ditindaklanjuti oleh pemeringtahan Susilo
Bambang Yudoyono dengan UU Nomor 17 tahun 2017 tentang RPJP
Nasional.

3.2. Visi-Misi SBY


Susilo Bambang Yudoyono-Jusuf Kalla (SBY/JK) ditetapkan KPU
sebagai pasangan calon presiden terpilih hasil pemilu 2004 pada pemilu
pertama dipilih langsung oleh rakyat, untuk periode 2004-2009. Pada pemilu
2009 sebagai incumben SBY kembali jadi calon presiden berpasangan dengan
Prof. DR. Budiono (SBY/Bidiono). Ditetapkaan KPU sebagai terpilih,
periode 2009-2014. Genaplah dua periode (2004-2009/2009-2014) SBY
memimpin pembangunan Indonesia.
Visi SBY/JK pada pemilu 2004; (1) terwujudnya kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) yang
menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan ham; (3) perekonomian yang
mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta
10
penjelasan UU Nomor 17 Tahun 2007
memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Misinya; mewujudkan Indonesia aman damai; (2) yang adil dan demokratis;
(3) Indonesia sejahtera.
Visi-misi SBY/Budino, pada pemilu (2009), melanjutkan,
mengembangkan visi-misinya pemilu 2004. Indonesia sejahtera, demokratis
dan adil. Menitikberatkan pembangunan ekonomi, memperkuat demokrasi
dan menegakkan keadilan di berbagai bidang.
Bidang ekonomi melanjutkan prestasinya (2004-2009) yang mencatat
pertumbuhan positif meski dunia dilanda krisis finansial. Bidang hukum,
melanjutkan prestasi pemberantasan korupsi di tubuh pemerintahanan (2004-
2009). Pendidikan masih menjadi prioritas pemenuhan anggaran 20% dari
APBN.
Program pengentasan kemiskinan bantuan tunai langsung Rp 200.000
sebagai upaya memberikan keringanan kepada rakyat kecil akibat kenaikan
berbagai bahan pokok karena gejolak harga BBM. Bersama program lainnya
2009 SBY mengalokasikan dana Rp 79 trilyun.
Proram politik luar negeri, melanjutkan kebijakan luar negeri yang
bebas dan aktif, kebijakan luar negeri terbuka terhadap dunia internasional
baik di bidang ekonomi, politik dan informasi.

3.3. Visi-Misi Jokowi


Jokowidodo-Jusuf Kala (Jokowi-Jk)11 ditetapkan sebagai pasangan
calon presiden terpilih hasil pemilu langsung 2014 (2014-2019) oleh KPU.
Visi-misi dan programnya memaparkan tiga problem pokok bangsa. 1.
Merosotnya kewibawaan negara, 2. Melemahnya sendi-sendi perekonomian
nasional dan 3. Merebaknya intoleransi dan krisis kepribadian bangsa. Capres
Jokowi meneguhkan kembali jalan ideologi sebagai pandauan yaitu Pancasila
1 Juni dan Trisakti.
Visi: Terwujudnya Indonesia berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
berlandaskan gotong royong" Misi: (1) Mewujudkan keamanan nasional
yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi
dengan mengamankan sumberdaya maritim, yang mencerminkan kepribadian
Indonesia sebagai negara kepulauan. (2) Mewujudkan masyarakat maju,
berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum. (3)
Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim. (4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang
tinggi, maju dan sejahtera. (5) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing. (6)
Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional. (7) Mewujudkan masyarakat yang
berkperibadian dalam kebudayaan.
Mengadopsi wasiat Trisakti Presiden Soekarno, Jokowi menawarkan
solusi untuk membawa kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik dengan
menggerakkan semangat gotong royong demi terwujudnya Indonesia yang

11
https://news.detik.com/berita/d-2586880/ini-visi-misi-jokowi-jusuf-kalla, Selasa 20 Mei 2014,
11:36 WIB
berdaulat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi serta kepribadian
dalam kebudayaan.
Pasangan Jokowi-JK menawarkan 12 agenda strategis mewujudkan
Indonesia berdaulat di bidang politik, 16 agenda strategis menuju Indonesia
berdikari dalam bidang ekonomi dan 3 agenda strategis untuk Indonesia
berkepribadian dalam kebudayaan.
Dari 31 agenda itu diperas lagi menjadi 9 agenda prioritas
mengadaptasi nawa cita Soekarno;
1. menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.
2. pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daaerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercya.
5. meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional
7. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik.
8. melakukan revolusi karakter bangsa
9. memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

IV. Kodisi Hari Ini


Tiga orde telah mengawal pembangunan Indonesia selama 60th; Orla
8 th (1959-1967), Orba 32 th (1966-1998), Orde Reformasi 20 th (1999-2019).
Manipol yang kemudian jadi dokomen GBHN orla yang ditetapkan MPRS
diadaptasi sebagai landasan kontinuitas pembangunan orba dengan GBHN
ditetapkan MPR. Orde Reformasi tidak ada GBHN, penggantinya adalah
undang-undang UU PPJP (dibuat DPR). Pada periode pemerintahan Jokowi-
Yusuf Kala, Nawa Cita dan Wasiat Trisakti Presiden Soekarno jadi modal
visi-misi pada pemilu 2014. Namun secara umum pembangunan orde
reformasi tidak lebih baik dari orde sebelumnya.
Dokumen pembangunan nasional UU No 1 tahun 1999 tentang
Propenas, UU Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, UU Nomor 17 tahun 2007 tentang RPJP 20th dan
RPJM 5 th, dengan membandingkan visi-misi setiap calon presiden ternyata
perjalanan pembangunan orde reformasi 20 tahun tahap I berserakan. Kondisi
pembangunan yang tercecer ini tidak menyokong integrasi dan kontinuitas
pembngunan nasional.
Visi-misi Calon Presiden terpilih yang menjadi RPJM Nasional12
menjadi sangat penting dan menetukan kontinuitas pemgangunan, nanum
sekaligus jadi mata rantai yang memutuskan kesinambungan manakala visi-
misi presiden terpilih periode satu berda dengan periode sebelum atau
12
UU Nomor 25 tahun 2004, ketentuan
sesudahnya. Perbedaan visi-misi calon pesiden terpilih ini penyebab rantai
kesinambungan terputus sekalipun RPJP Nasional tetap sebagai payung
dalam menyusun RPJM Nasional13. Ketentuan umum visi-misi calon presiden
ini yang lolos dari kalkulasi visioner. Implikasi negatif dari visi-misi ini telah
memberi peluang terjadi kekuasaan di satu tangan presiden dan lahirkan
egoisme. . .
Egoisme ‘konstitusional’ ini dipastikan berakibat tercecernya RPJM,
berakibat tidak menyokong integrasi dan kontinuitas pembangunan nasional.
Patologi desain ini telah mengucur deras, multi efek ke daearah dalam
menyusun RPJP Daerah dan RPJM Daerah. Difahami jika mengintegrasikan
dan menjaga kontinuitas pembangunan dalam skala nasional yang berbasis
RPJM setiap presiden jadi kesulitan ril. Terlebih mengintegrasikan 34
provinsi, 547 kabupaten/kota yang dengan UU Otda telah memberi
kewenangan untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.14
Secara demikian regulasi/kebijakanpun di orde reformasi tidak lebih
baik dari orde-orde sebelumnya (Orba), terlebih pada out come, out put dan
manfaat produk kebijakan. Dengan kata lain sekedar mengawal isu sentral
reformasi totalnya saja (bidang hukum, politik dan pemerintahan) yang
mangkanfaskan orde baru, orde reformasi tidak lebih baik. Terlebih kebijakan-
kebijakan buruk (bad policy). Jika semua anasir bangsa abai pada kondisi ini,
sangat potensial nasib Indonesia lebih buruk dari orde yang diruntuhkannya.

Pamungkas
Gerakan reformasi 1998 tidak terencana, spekulasinya sekedar runtuh
orde baru. MPRS orde lama kokoh pada kewenangan politik sebagai legislatif
menetapkan manipol menjadi GBHN. MPR orde baru juga ajeg menetapkan
GBHN. Ironi, MPR hasil pemilu 1999 mengamputasi ‘organ vital’
legislatifnya, tidak menetapkan GBHN. Pengganti GBHN adalah UU RPJP
20 th, yang materialnya dari visi-misi calon presiden terpilih.
Orde reformasi memposisikan UU sekelas Tap MPR, ini sungguh
tidak imbang (UU adalah produk DPR, Tap MPR produk MPR). Sebelum
UUD1945 diamandemen, anggota MPR terdiri atas anggota DPR, Fraksi
Utusan Daerah, utusan Golongan dan Fraksi ABRI. Pada lembaga legislatif
MPR bikameral produk UUD 1945 yang diamandemen MPR. “MPR RI
terdiri atas anggota DPR RI dan anggota DPD RI”. UU adalah produk satu
dari dua kamar yang setara.
Keliru langkah memetakan regulasi yang diawali amandemen UUD
1945 menjadi biang gagalnya Orde Reformasi mengusung cita-cita
kemerdekaan, merealisasikan tujuan negara dalam menciptakan;
“pemeritahan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejateraan umum, ikut melaksanakan ketertiban
dunia kemerdekaan, perdamaian yang abadi dan keadilan sosial berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945,”

13
UU Nomor 25 tahun 2004, ketentuan
14
UU Nomor 23 tahun 2014, perubahan atas UU Nomor 32 tahun 2004 dan UU nomor 9 tahun 2015 tentang otonomi
daerah,
Di ahir orde reformasi RPJP Nasional 20 th I (2016- 2019 banyak
mendapat kritik berbagai komponen bangsa yang terdasarkan. Ketua MPR RI
Marzuki Ali (2016) berencana kembali ke BGHN. Presiden periode (1998-
1999) BJ Habibie (2019) menyarankan hal yang sama. Jalan keluar terbuka
lebar, namun tetap harus menempuh rute konstitusional, melalui amandeman
UUD 1945 hasil amandemen, terkait GBHN.

Gambar
Dokumen pembangunan 3 orde

Visi - Misi
Pasca Capaian
Tujuan kemerdekaan Orba Orde Reformasi
Negara 1945-1959 1999-2019
liberal 1966-1998 Demokrasi
Orla Demokrasi Pancasila
1959-1967
terpimpin

membentuk Gigih Gigih Pancasila dan UUD Secara umum capaian


pemerintaha perjuangkan cita memperjuangkan cita 1945 cenderung pembangunan ( yang
n RI yang leluhur baangsa leluhur bangsa dan ditinggalkan, jatuh pada orde
melindungi, dan tujuan negara tujuan negara. Muncul berbagai reformasi tidak lebih
menyejahtera Pancasila dan UUD ideologi dalam baik dari orde yang
kan Jaga kedaulatan, 1945 dilaksanakan berbagai bidang diruntuhkan).
mencerdaska jaga kesatuan, secara murni dan kehidupan, muncul Kurangnya
n, berdikari konsekwen, penataran desakan hidupkan perlindungan thd
ikut dalam p4, wajib belajar, lagi PKI,. segenap bangsa
ketertiban Kedaulatan tergerus secara adil.
perdamain Meninggalkan utang asing, pangan Kesejahteraan tidak
dunia luar negeri bergantung, utang berdaulat bahan
1.700T luar negeri pangan impor, tenaga
bertambah loncat kerja impor, korupsi
5000T terjadi di legislatif,
eksekutif, yudikatif,
pemda, dll.
Pendidikan
memburuk: guru
impor, pimpinan
perguruan tinggi
diwacanakan impor,
kurikulum agama
diwacanakan
dihilangkan, agama
dipecah, masyatrakat
terpolarisasi,
demokrasi memburuk.
Kondisi dalam negeri
kurang tertib, beri
peluang bangsa lain
menjajah lewat
investasi. Utang luar
negeri membengkak.
Problem utamanya
berhulu pada
regulasi/kebijakan
politik bermuara di
berbagai bidang.

Presiden awal merdeka *Pemerintahan baru


Soekarno belum masuk orde terbentuk, strtuktur
Sebagai pembangunan sangat terbatas dlm
mandataris (1945-1949) komite nasioanal dan
MPRS (1950-1959) komite daerah
liberal ( Belanda belum akui
belum ada kemerdekaan
dokumen Indonesia sebelum
pembangunan KMB.
nasional
* UU Nomor 1/ 1945.
Orla (1959/1967) KNIP, hanya 6 pasal
terpimpin tanpa penjelasan rinci
Manipol/GBHN (hanya penyebutan
tingkatan daerah).
UUD45 dan *Pembangunan
Pancasila masih parsial di daerah
diperdebatkan pilihan, konsep
diposisikan otonomi.
(UUDS)
*UU No. 1 Tahun
Tahun 1959 1957 tentang Pokok-
Dekrit presiden Pokok Pemerintahan
kembali ke UUD Daerah (cikal bakal
1945. otonomi)
Dari Pidato Bung
Karno 17/Agustus *Tahun 1950 -1959
1959, manipol/ demokrasi liberal
usdek Th 1959 dekrit, isinya
manipol usdek.
MPRS tetapkan 1) Kembali ke UUD
Manipol sebagai 1945;
GBHN 2) Sosialisme
Indonesia;
Mulai ada haluan 3) Demokrasi
negara Tap MPRS terpimpin;
No II/1960 4) Ekonomi
(GBHN/pola Terpimpin;
Pembangunan 5) Keripribadian
Semesta bangsa Indonesia
Berencana, jangka
8 th *Konsolidasi menjaga
(1961-1969) kesatuan.
*Demokrasi liberal.
Tap MPRS No Beri ruang besar pd
IV/1960 Pedoman kekuatan politik
Pelaksanaan --multi partai,
GBHN dan Kelompok ideologi,
Pembangunan kelompok oposisi ikut
Semesta rumuskan kebijakan
Berencana negara.

muncul 49 partai
pemilu 1955.

Th 1960 Tap MPRS


No 1/1960.
Demokrasi liberal ke
terpimpin,
parlementer kembali
ke presidensil
kekuasaan di tangan
presiden.
Presiden menetapkan
UU operasional
pemerintahan
revolusioner.
Ada sembilan Cita
Soekarno (nawacita)
Dan
wasiat Trisakti 1)
berdaulat dalam
politik; 2) berdikari
dalam ekonomi; 3)
berkepribadian dalam
sosial budaya

Presiden Th 1966 mandataris Tahun 1965 tumpas


Soeharto MPRS (supersemar) gerakan ideologi
(1966-1998) MPR (1966/1998) komunis/ G30S PKI
Dokumen Sebagai mandatais
pembanguna Selamatkan Pancasila,
n GBHN Pancasila sebagai bubarkan PKI.
ideologi, dasar Pancasila -UU harus
negara, pedoman dilaksanakan secara
hidup bangsa. murni dan konsekwen
ditatarkan P4 dari Demokrasi pancasila
SMP sampai Ekonomi pancasila,
PT/Pejabat sampai Sosial budaya modal
rakyat (Rw/RT) dasar pembangunan
Swasembada Pangan
Pemerintahan
Soekarno. Pemerintahan
Trisakti, Soeharto Presidensil
Trilogi relatif stabil,
1) stabilitas Nasional ABRI (TNI/Polri)
yang dinamis; disertakan dalam
2)pertumbuhan politik pemerintahan.
ekonomi yang tinggi, Dwi fungsi
3)pemerataan (dinamisator dan
pembangunan dan stabilisator)
hasil-hasilnya.
Kekuasaan di tangan
Trilogi pintu strategi rakyat.
8 jalur pemerataan;
(1) pemenuhan Otda asas
kebutuhan pokok desentrtalisasi.
rakyat banyak, UU/5/1974
khususnya pangan,
sandang dan papan, Pembangunan;
(2) kesempatan 25 th, menengah,
memperoleh pendek dan tahunan.
pendidikan dan
pelayanan Repelita, sesuai
keselamatan, (3) jabatan presiden.
pembagian Repelita I, II, III dst.
pendapatan, (4)
kesempatan kerja, (5) Pusi parpol, dari 9
kesempatan berusaha, pada pemilu 1971 jadi
(6) kesempatan 2 parpol (PDI dan
berpartisipasi dalam PPP) +satu Golongan
pembangunan bagi karya
generasi muda dan
kaum wanita, (7) Pemilu aman,
penyebaran masyarakat
pembangunan di terlindungi.
wilayah tanah air, (8) Kabinet lebih banyak
kesempatan peroleh unsur profesional dan
keadilan teknokrat walau
akhirnya masuk
Pembangunan 25 th Golkar.
dibagi dalam pelita:
Pelita I; menekankan Sukses Pemerintahan
bidang pertanian, Orde Baru yang
Pelita II, tersedianya paling terasa
Pangan, sandang, dibadingkan Orde
perumahan, sarana Reformasi adalah
prasarana Swa sembada
kesejahteraan rakyat, pangan, kebeasan
memperluas berserikat, berkumpul
kesempatan kerja. mengeluarkan
Pelita III, pendapat,
menekankan Triologi. pembangunan
Pelita IV Sektor kerukunan agama,
pertanian menuju Inpra struktur, jalan,
swasembada pangan jembatan, pembangkit
dan meningkatkan listrrik, irigasi dan
industri yang dapat petani nelayan.
menghasilkan mesin Bidang pendidikan
industri sendiri dengan kebijakan
Pelita V, pada sektor Inpres, pembangunan
pertanian dan industri, ruamh ibadah, masjid
Pelita VI, dan pesatren. Walau
menitikberatkan hanya satu TVRI dan
bidang ekonomi radio (RRI),
terkait industri, komunuikasi
pertanian serta pembangunan, upaya
peningkatan kualitas mencerdaskan dari
SDM. pemerintah tersiar
hingga pelosok desa

Presiden
BJ Habibie mandataris MPR/ 1.dimuali kebebasan
Tidak ada visi-misi pers,
Melanjutkan Pemerintahan 2. pemberian izin
Presiden Habibie satu tahun pendirian parpol-
Soeharto 1998-1999 parpol dan serikat-
(1998-1999) serikat buruh
dokumen Propenas UU No (Pemilu 1999 diikuti
GBHN 25/200 49 parpol).
3. pembebasan tahana
Pancasila dan UUD politik
1945 tidak lagi 4. Pembatasan masa
ditatarkan di jabatan presiden
sekolah dan pejabat. jadi dua periode
5th,
Amandemen UUD 5. desentralisasi
1945 kekuasaan ke
MPR tida tetapkan daerah.
GBHN
UU No 25/2000
Propenas sebagai Membangun sistem
haluan (UU No politik yang
25/2000) demokratis serta
mempertahankan
Wujudkan persatuan dan
supremasi hukum kesatuan.
serta pemerintahah
yang baik, Provinsi Timor timur
lepas dari NKRI.
Haluan pembangunan
Propenas UU No
25/2000
Peningkatan
pembangunan daerah,
1. Membangun
kesejahteraan
rakyat serta
ketahanan
kehidupan budaya
dan agama,
2. Mempercepat
pemulihan ekonomi
dan memperkuat
landasan
pembangunan
berkelanjutan yang
adil.

Gusdur mandataris MPR/


Lanjutkan Tidak ada visi-misi
Habibie Abdurrahman
dokumen Wahid (Gusdur)
GBHN Hasil pemilu 1999
Dipilih oleh MPR.
Secara umum
melanjutkan
Presiden Habibie,

Megawati mandataris MPR/ Dibentuk KPK


Lanjutkan Tidak ada visi-misi
Gusdur Megawati Mulai selenggarakan
dokumen melanjutkan pemilu langsung oleh
GBHN presiden rakyat.
Abdurahman Wahid
mulai menjual aset
Terbit UU No negara (BUMN
25/2004 Sistem
Pembangunan
Nasional sebagai
Haluan
Pembagunan
menggatikan
GBHN

SBY Melaksanakan UU Mewujudkan


Dokumen UU Sistem Perencanaan Indonesia aman
RPJP, RPJM Pembangunan damai; adil, sejahtera
Bambang Nasional, RPJP dan demokratis;
Yudoyono) Nasional 20 th, visi-
2004-2014 misi, RPJM Pancasila, UUD 1945,
(hasil pemilu Nasional 5 th, NKRI, bineka tunggal
langsung ika adalah prinsip
dipilih Pemilu langsung untuk menjalankan
rakyat). oleh rakyat sistem pembangunan,
Th 2007, pemerintahan,
Terbit UU No Visi; Terwujud kenegaraan,
17 /2007 kehidupan kehidupan bersama;
tentang RPJP masyarakat, bangsa Menjalankan
Nasional th dan negara yang demokrasi dan
2005-2025 aman, bersatu, konsolidasi
(20 th) dan rukun dan damai; demokrasi,
RPJM 5 th. menjunjung tinggi mengembalikan
hukum, kesetaraan kedaulatan pada
dan hak-HAM rakyat untuk memilih
pemimpinnya
Misi; Menata sistem
hukum dan Mengembangkan
peraturan sistem sosial-politik
perundang- berkelanjutan
undangan.
konsensus dasar Menata kembali
meninjau kembali sistem ketatanegaraan
semua peraturan berdasarkan jiwa,
yang bersifat semangat dan
diskriminatif konsensus dasar
terhadap warga berdirinya NKRI;
negara; melaksanakan agenda
dan program kerja
dalam berbagai
bidang; pertahanan,
keamanan, politik,
dan sosial untuk
mewujudkan
indonesia yang lebih
aman dan damai;
Menjaga,
menghormati HAM,
keadilan, hukum, dan
demokrasi
mewujudkan
masyarakat adil dan
demokratis;

Melanjutkan prestasi
(2004-2009 berantas
korupsi di
pemerintahanan.

Bidang pendidikan
pemenuhan anggaran
20% APBN.
meningkatkan
kesejahteraan guru
dan terdapat batas
minimum gaji.
perbaiki prasarana
pendidikan.
Jokowi Melaksanakan Negara cenderung
Dokumen UU UU/Visi misi berdasar kekuasaan.
RPJP, RPJM sebagai material
RPJM Abai terhadap HAM,
Janji kasus 600 petugas
kampanye Adopsi Nawa cita KPPS meninggal,
2014 (9 cita). Soekarno; dilarang diotopsi.
1. Pertumbuh 1) menghadirkan
an ekonomi kembali negara Korupsi merjalela di
7% untuk melindungi eksekutuf, legislatif
2. Pastikan segenap bangsa dan dan judkatif.
Tolak memberikan rasa Terbanyak di
Utang Luar aman kepada pemerintah daerah
Negerei seluruh warga (Gubernur,
3. Pembentuk negara. bupati/walikota)
an kabinet 2) membangun tata
ramping kelola pemerintahan Pancasila dibenturkan
4. Mencetak yang bersih, efektif, dengan islam.
10 juta demokratis dan
lapangan terpercaya; Para ulama, habaib,
kerja 3) membangun ustadz yang kritis dan
5. Persulit Indonesia dari berpengaruh
investasi pinggiran degan ditangkap
asing memperkuat daerah- dipenjarakan
6. Tidak bagi- daerah dan desa
bagi kursi dalam kerangka aroma kuat
7. Stop impor negara kesatuan; kebangkitan PKI.
pangan 4) memperkuat Lambang palu arit
8. Cetak 3 Ha kehadiran negara disebut trend.
lahar baru dalam melakukan
9. Buy back reformasi sistem Kalimat tauhid
Indosat dan penegakkan dianggap ancaman
10. Besarkan hukum yang bebas ideologis.
pertamina korupsi,
kalahkan bermartabat dan PKI dianggap bukan
Pertonas terpercaya; ancaman”
11. Bangkitkan 5) Meningkaatkan Kalimat tauhid tidak
industri kualitas hidup disukai.
mobil manusia dan Demokrasi
nasional masyarakat memburuk;
12. Bangun Indonesia; Pemilu 2019, paling
50.000 6) meningkatkan brutal dalam sejarah
Puskesmas produktivitas rakyat kepemiluan,
13. Tidak dan daya saing di Lebih 600 petugas
naikan pasar internasional;. KPPS meninggal,
turunkan 7) mewujudkan tanpa diotopsi.
tarip dasar kemandirian Kecurangan
listrik ekonomi dengan terencana, terstruktur,
14. BBM menggerakkan sistematis dan masif
15. Berikan 1,4 sektor-sektor tidak diselesaikan
m/ per strategis ekonomi secara jujur dan adil.15
desa/th domestik; Penggelembungan 20
8) melakukan juta lebih data
revolusi karakter pemilih,
bangsa;
9) memperteguh Nawa Cita

15
Presidensial treshold 20% membatasi calon presiden dan dan perlementary treshold 4%, hilangkan hak politik calon
dan pemilih, penggelembungan DPT, money politik, black kompaign, surat suara tidak terkendali, blanko C1
dihilangkan, rekapitulasi penghitungan suara tidak dalam terbuka, hasil hitungan suara manual (konstitusional) belum
selesai pemenangnya diumumkan diam-diam dipulbikasi semua media corong pemerintah.
kebinekaan dan 1) Belum terwujud
memperkuat 2) Belum terwujud
restorasi. 3) Belum terwujud
kecuali kooptasi
Adopsi Trisakti terhadap para
1) berdaulat dalam kepala daerah
politik; 4) hukum tebang pilih.
2) berdikari dalam 5) masyarakat
ekonomi; terbelah.
3) berkepribadian 6) jadi konsumen
dalam sosial 7) kebutuhan pangan
budaya. impor.
8) Hilang karakter
bangsa,
9) kesatuan terbelah.

Trisakti
1) didikte asing.
2) Puluhan BUMN2
dijual ke investor
asing.
3) Masuk tenaga kerja
asing besar-
besaran-
merumahkan
tenaga kerja
pribumi.
4) Utang luar negeri
nembus 5000
trilyun dan terus
bertambah.
5) Janji kampanye
belum teralisasi.
6) Merosotnya
kepercayaan
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bubu-Buku
1. Anderson, James E, 2006, Public Policy Making: An Introduction, Boston:
Houghton Mifflin Company
2. Alfian, 1993. Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
3. Beetham David, 1999. Democracy and Human Rights, Cambridge: Polity
Press.
4. Croley, Steven P., 2008, Regulation and Public Interests: The Possibility
of Good Regulatory Government, Princeton: Princeton University Press
5. Busroh, H.Abu Daud,S.H.,1989, Sistem Pemerintahan Republik Indonesia,
Pt melton Putra, Jakarta.
6. Dye, Thomas R, 2005, Understanding Public Policy, Eleventh Edition,
New Jersey: Pearson Prentice Hall
7. Dwiyanto Agus, 2002. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia,
Yogyakarta: Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah
Mada.
8. Hamengku, Buwono X, Sultan, 2007, Merajut Kembali Keindonesiaan
Kita, PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
9. Henry, Nicholas. (1980). Public Administration and Public Affairs. New
York: Prentice-Hall, Inc.
10. Huntington P. Samuel, 2004. Tertib Politik Pada masyarakat yang Sedang
Berubah, (terejemahan) PT. Raja Grafindo Persada Jakarta: Rajawali
Press.
11. Kusumaatmadja Mochtar, tanpa tahun. Fungsi dan Perkembangan Hukum
dalam Pembangunan Nasional, Binacipta, Jakarta.
12. Liddle R. William, 1987. Pemilu-Pemilu Orde Barau : Pasang Surut
Kekuasaan Politik, Jakarta, LP3ES.
13. Marbun. 2005. DPRD dan otonomi daerah. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. Hlm 8.
14. Mas’oed Mohtar & Collin Mac Andrews, 1988. Perbandingan Sistem
Politik, Yogyakarta, .Gajah Mada University Press,
15. Machiavelli Niccolo di Bernardo, 1997. Politik Kekuasaan, Jakarta,
Kepustakaan Populer Gramedia.
16. Mas’oed Mohtar, 1993. Politik, Birokrasi dan Pembangunan, Yogyakarta.,
Pustaka Pelajar.
17. Mahfud, Muhammad.2000. Pemerintahan yang Bersih: Perspektif Politik,
Hukum, Ekonomi, Budaya dan Agama. UII Press. Jogjakarta.
18. MaxAndrews,Colin. Amal,Ichlasul, 1993, Hubungan Pusat dan daerah
dalam pembangunan, Raja Grafindo persada, Jakarta.
19. Roberto M. Unger, 2007 , Teori Hukum Kritis : Posisi Hukum dalam
Masyarakat Modern, Bandung, Nusamedia.
20. Robbins, Stephen P. (1978). The Administrative Process: Integrating
Theory and Practice. New Delhi: Prentice-Hall of India Private Limited.
21. Rush Michael dkk, 1999. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, Rajawali
Press.
22. Saefullah A Djadja, 2008, Modernisasi Perdesaan-Dampak Mobilitas
Penduduk, Bandung: AIPI-Puslit KP2W Lemlit Unpad.
23. Soemantri Sri, 1986. Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD
1945, Bandung, Alumni.
24. Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi: Memudakan Pengertian Islam,
hal:375).
25. Soemantri Sri, 1986. Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD
1945, Alumni, Bandung.
26. Sodikin, Ikin, 2012, DPD RI Mewakili Siapa, Bandung, Centre for
Political and Local Governement Studies (CePlas), Unpas
27. Sudarsono Juwono, 1976. Pembangunan Politik dan Perubahan Politik.
Yayasan Obor Indonesia.
28. Strong C.F. 2008. Konstitusi-Konstitusi Politik Modern, Bandung, Nusa
Media
29. Taher Elza Peldi (Eds.), 1993. Demokrasi, Politik, Budaya dan Ekonomi,
PT. Temprint, Jakarta.
30. Usman Oetojo & Alfian, 1992. Pancasila Sebagai Ideologi, BP-7. Pusat.
31. Varma SP. 1999. Teori Politik Modern, Rajawali Press, Jakarta
32. Wirahadikusumah Agus, 1999. Indonesia Baru dan Tantangan TNI,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
33. Yudoyono, Bambang. 2001. Otonomi daerah : desentralisasi dan
pengembangan SDM aparatur pemda dan anggota DPRD. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan. Hlm 2
34. Penilaian Demokratisasi di Indonesia, Lembaga Internasional untuk
Bantuan Demokrasi dan Pemilu (International IDEA) 2000. Hlm 69.

Dokumen-dokumen
1. UUD 1945 sebelum amandemen
2. UUD 1945 setelah amandemen
3. Tap MPRS No.I/MPRS/1960 Tentang Manifesto Politik Republik
Indonesia Sebagai Garis-Garis Besar Daripada Haluan Negara
4. Tap MPR No. IV/MPR/1973; Tap MPR No. II/MPR/ 1978;
5. Tap MPR No. IV/MPR/1983; Tap MPR No. II/MPR/1988; Tap MPR No.
II/MPR/1993; dan Tap MPR No. II/MPR/1998 semua tentang GBHN.
6. Tap MPR No. IV/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004;
7. Tap MPR No. IV/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah;
8. Tap MPR No. VIII/2000 tentang Laporan Tahunan Lembaga-lembaga
Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2000;
9. Tap MPR No. IV/2001 tentang Pengangkatan Wakil Presiden RI;
10. Tap MPR No. III/2001 tentang Penetapan Wakil Presiden RI Megawati
Soekarnoputri sebagai Presiden RI;
11. Tap MPR No. X/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh
Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001;
12. Tap MPR No. II/2002 tentang Rekomendasi Kebijakan untuk
Mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional;
13. Tap MPR No. VI/2002 tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan
Putusan MPR RI oleh Presiden, DPA, DPR, BPK, MA pada Sidang
Tahunan MPR RI tahun 2002.
14. UU No. 1/1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.
15. UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah
16. UU No 25/ 2004 tentang Sistrem Perencanaan Pembangunan Nasional
17. UU No. 32/2004, tentang Pemerintah Daerah
18. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
https://www.academia.edu/9279832/
https://news.detik.com/berita/d-2586880/ini-visi-misi-jokowi-jusuf-kalla, Selasa 20 Mei 2014,
11:36 WIB
H. Harmoko, Poskota news, senin 12 Maret 2018
http://otonomidaerah.com/latar-belakang-otonomi-daerah/( diakses tanggal 25
Juni 2014 jam 10.30)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai