Anda di halaman 1dari 10

P1 Analisis Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fisip Unpas 2021

Pemahaman Definisi Anallisis Kebijakan Publik

Oleh
Achdiat Satjaprawira

Pada kesempatan ini, terlebih dahulu kita akan mencoba untuk

mepersamakan persepsi tentang terminologi (istilah), melalui penguraian

batas pengertian kata (term) ataupun kesatuan kata (kalimat) yang

berkaitan dengan Analisis Kebijakan Publik. Hal ini, dimaksudkan untuk

mempermudah pemahaman terhadap objek kajian yang kita bahas

bersama.

1. Terminologi Analisis

Kata atau istilah analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah:

1. Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan

sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-

musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya);

2. Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan

bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh

pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan;

3. Kim penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk

mengetahui zat bagiannya dan sebagainya;


4. penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya;

5. pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan

kebenarannya;

Terminologi (istilah) atau juga term (kata) analisis diintrodusir dan

diadaptasi dari bahasa Inggris “analysis” dan menjadi kosa kata analisis

(Indonesia). Bila dikaji secara etimologis berasal dari bahasa Yunani kuno

“Analusis”. Kata analusis dibentuk dari dua suku kata, yaitu “ana” yang

artinya kembali, dan “luein” yang artinya melepas atau mengurai. Bila

digabungkan maka kata tersebut menjadi “analuein atau analusis”memiliki

arti menguraikan kembali.

Pada prakteknya kata analisis ini memiliki cara penerapannya yang

berbeda beda tergantung tujuan disiplin ilmu masing-masing. Misalnya

analisis dalam ilmu kimia, biologi, dan psikologi, memiliki cara analisis

yang berbeda. Sebut saja perbedaan analisisnya terletak dalam konten

keilmuannya, akan tetapi memiliki konteks yang sama sesuai definisi di

atas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa analisis adalah

kegiatan yang dilakukan untuk mengamati, mengkaji suatu objek secara

komprehensif, holistik, dan sistematis, dengan cara menguraikan dan

membandingkan bagian-bagian yang membentuk struktur hubungan-

hubungannya untuk menarik simpulannya.

Komprehensif: mengkaji suatu objek, fenomena, dan peristiwa

melalui perspektif yang luas, meliputi seluruh aspek dan ruang lingkup
objek yang dikajinya. Holistik: Pemahaman terhadap suatu objek dengan

konsep yang menyeluruh sebagai satu kesatuan yang lebih penting

daripada sekedar bagian-bagian yang membentuknya. Sistematis:

mengkaji tentang sesuatu hal untuk memahami hubungan-hubungan

kesatuan yang utuh dari bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam

rangka mencapai tujuan.

Sehubungan dengan hal di atas, dalam kehidupan akademis

banyak sekali kegiatan analisis, tentunya dengan metode yang berbeda-

beda. Sudah menjadi kebiasaan kaum akademisi dalam melakukan

analisis terhadap objek, fenomena, peristiwa tertentu, selalu

menggunakan metode ilmiah.

Metoda ilmiah merupakan gabungan berpikir/bernalar/logika

deduktif dan induktif. Logika deduktif, menarik kesimpulan dari persoalan

umum ke khusus, alatnya disebut silogisme, yaitu proposisi (pernyataan)

yang membenarkan/menerima (afirmasi) atau menolak (negasi) tentang

sesuatu hal. Terdiri dari tiga proposisi yang dikenal dengan premis major

(PM), premis minor (Pm), dan konklusi/kesimpulan (K).

Kebalikannya, adalah logika induktif, ialah menarik kesimpulan dari

persoalan yang bersifat khusus ke umum. Alatnya/caranya dengan

reduksi, yaitu mengambil sebagian sampel dari populasi, untuk dijadikan

unit analisis dan unit observasi. Kedua hal ini, cara berpikir di atas, akan

dijelaskan secara detil dalam mata kuliah filsafat ilmu atau filsafat dan

logika, serta dalam mata kuliah metode penelitian.


Di bawah ini, akan dikemukakan contoh sederhana dari kedua cara

penalaran tersebut:

1. Berpikir deduktif yang menggunakan silogisme (proposisi, premis-

premis dan konklusi);

PM = Setiap benda logam jika dipanaskan akan memuai.

Pm = Emas adalah benda logam.

K = Emas jika dipanaskan akan memuai (afirmasi).

PM = Setiap khewan unggas bisa terbang.

Pm = Ayam termasuk khewan unggas.

K = Jadi Ayam bisa terbang (negasi).

2. Berpikir induktif yang menggunakan cara reduksi (populasi –

sampel). Reduksi (mengurangi) dari sejumlah populasi menjadi

sejumlah sampel.

Bila kita ingin mengetahui makanan kesukaan atau kebiasaan

makan mahasiswa ketika sedang berada di kampus. Kita dapat

membatasi populasinya misalnya kelas X Program Studi

Administrasi Publik. Makanan yang tersedia atau dijual di sekitar

kampus. Kenapa harus dibatasi, pertimbangannya adalah

kemampuan/keterbatasan yang dimiliki subjek/orang yang akan

melakukan observasi dan analisis. Kemampuan tersebut

menyangkut biaya, waktu, ruang/jarak.

Populasi, artinya wilayah generalisasi (objek dan subjek) yang

memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang dapat ditetapkan


oleh peneliti/pengamat untuk diobservasi dan dianalisis, kemudian

ditarik kesimpulan. Kelas X wilayah generalisasi atau populasi.

Subjeknya mahasiswa, objeknya kesukaan makanan.

Karakteristiknya, ada mahasiswa uang sakunya lebih dan uang

sakunya pas-pasan (jadi ingat saya waktu kuliah), ada mahasiswa

tinggal dengan orangtua dan ada yang juga kost, rata-rata pasti

ngirit deh (makan dengan indomie juga yummy … !!!, yang penting

asal nyam-nyaaam). Hal-hal seperti ini, yang akan diobsevasi dan

dianalisis.

Populasinya berjumlah 45 orang mahasiswa (kuantitas),

karakteristiknya berbeda 17 orang mahasiswa hidup borju, 28

orang mahasiswa hidup sederhana (alias paspasan hhe).

Peneliti/pengamat (mahasiswa juga, duitnya paspasan juga).

Selanjutnya, menetapkan 28 orang mahasiswa sebut saja

karakteristiknya yang hidup sederhana sebagai unit analisis dan

unit observasi (pengambilan sampel 1 langkah).

Apabila dipandang masih terlalu banyak dan tidak sesuai dengan

budget (anggaran/biaya) yang tersedia, maka gunakan sampling

(penarikan sampel) dua (2) Langkah, dengan menetapkan 28 orang

sebagai unit analisis, lalu dari jumlah 28 orang itu ditarik lagi

sejumlah 14 orang untuk diobservasi (tentu menggunakan rumus

teknik sampling). Bagaimana cara observasinya, ya diajak

kelapangan (maksudnya ditraktir makan) mereka boleh ngambil


makan apa saja tidak labih dari Rp. 15.000,-. Diketahui 4 orang

makan Bakso, 7 orang makan Kupat Tahu, 3 orang makan nasi

rames (nasi, tahu, tempe, kerupuk, tambah kuah sayur, hhhe),

inilah yang disebut hasil observasinya. Nanti tinggal

dipersentasikan saja dan digeneralisasikan, jadi hasil perhitungan

persentasi dari 14 orang yang diobservasi untuk menyimpulkan

sejumlah 28 orang. Silahkan dihitung sendiri menggunakan cara

matematik/statistik paling sederhana.

▪ Teknik Sampling satu (1) Langkah:

Populasi Sampel

N n

P = N 45

S = n 28 sebagai unit analisis dan unit observasi

▪ Teknik Sampling dua (2) Langkah:

Populasi Sampel

n1 n2

P = N 45

S = (n 1) sebagai unit analisis dan (n 2) sebagai unit observasi


2. Konsep Kebijakan dan Publik

Istilah “policy” diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi

kebijakan dan kebijaksanaan, apakah bisa dibenarkan? Kata “policy”

menurut Oxford English Dictionary: political sagacity; statecraft; prudent

conduct; craftiness; course of action adopted by government, party,

statesmanship, administration, wisdom, plan, role, action, tactics, and

strategy (Parson, 2007:14). Policy diartikan kebijakan atau kebijaksanaan

dalam bahasa Indonesia menjadi dapat dibenarkan.

Rusli (2013:5) membedakan istilah kebijaksanaan (wisdom) dan

kebijakan (policy). Tapi kedua istilah tersebut memiliki keterkaitan.

Kebijaksanaan (wisdom) adalah pemikiran atau pertimbangan mendalam

sebagai dasar bagi perumusan kebijakan (policy). Kebijaksanaan ialah ide

pemikiran/pertimbangan dalam merumuskan suatu kebijakan sebagai

suatu strategi dalam mencapai satu tujuan”.

Konsep publik bisa dikaji menurut Parson (2005:4) dengan

membandingkan kata Privat dan Publik. Objek murni milik individu disebut

privat dan milik umum/bersama dikatakan publik. Dua kata ini diserap dari

Bahasa Romawi (Latin) dan Yunani (Greek). Romawi: “res priva dan res

publica”; Yunani: Idion (privat) dan Koinion (public); Selanjutnya Ibrahim

(2008:15) menyatakan: “Publik menyangkut kepentingan orang

banyak/umum. Masalah Publik merupakan pemenuhan kebutuhan

sosekbubpol, dll, yang perlu diatur dan dilayani oleh negara/pemerintah,


sebab bersifat multidimensi/ kompleks”. Demikian pula pendapat Tachyan

(2008:65): “Publik adalah orang banyak/warga/masyarakat”.

3. Makna Keputusan dan Kebijakan

Perbedaan dan persamaan makna keduanya sangat mudah

dipahami “Keputusan (decision) dan Kebijakan (policy) seperti telah

dikemukakan di atas. Dill (1972): “…decision is a choice among

alternatives (keputusan adalah suatu pilihan diantara pelbagai pilihan)”.

Lasswell & Kaplan (1970): “a projected program of goals, values and

practices (suatu program pencapaian tujuan dan praktek-praktek yang

terarah)”.

Raksasataya (1976): kebijakan suatu taktik dan strategi untuk

mencapai suatu tujuan. Ada tiga elemen penting: (1) Identifikasi tujuan

yang ingin dicapai; (2) Taktik dan strategi untuk mencapai tujuan; (3)

Penyediaan asupan untuk mendukung taktik dan strategi. Tjokroamidjojo,

1976 membedakan: “Pengambilan keputusan adalah memilih satu

alternatif dari berbagai pilihan dan selesai. Perumusan kebijakan adalah

pemilihan alternatif yang terus menerus dilakukan”. Nigro & Nigro (1980):

setiap penentuan kebijakan merupakan suatu keputusan. Kebijakan

membentuk rangkaian tindakan dengan berbagai keputusan yang dibuat.

4. Definisi kebijakan Publik dan Analisis Kebijakan Publik

Dye (2002): “is whatever governments choose to do or not to do.

(apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan)”.


Apa yang dilakukan dan tidak dilakukan negara/ pemerintah dampaknya

sama besar.

Edward III & Sharkannsky (1978): “… is what governments say and

do, or do not do. It is the goals or purposes of government programs. (apa

yang dinyatakan dan dilakukan, dilakukan dan tidak dilakukan pemerintah.

Kebijakan publik merupakan sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan dari

program-program pemerintah)”

Islamy (2012): “kebijakan publik serangkaian tindakan yang

ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah

yang mempunyai tujuan dan berorientasi pada tujuan tertentu demi

kepentingan seluruh masyarakat”. Implikasi Kebijakan Publik: (1)

Ketetapan tindakan-tindakan pemerintah; (2) Dilaksanakan dalam bentuk

yang nyata; (3) Dilandasi maksud dan tujuan tertentu; (4) Ditujukan bagi

kepentingan seluruh masyarakat. Sementara itu, Thoha (2008:108)

mengemukakan pendapatnya: “Kebijakan publik mengatur banyak hal,

mulai dari perilaku, mengorganisasikan birokrasi, mendistribusikan

penghargaan sampai penarikan pajak dari masyarakat”

Setelah memahami konsep-konsep dasar berkaitan dengan materi

analis kebijakan publik, selanjutnya akan diuraikan apa sesungguhnya

yang dimaksud dengan analisis kebijakan publik itu sendiri. Dunn (2003):

“Analisis kebijakan merupakan ilmu sosial terapan yang menggunakan

berbagai metode penelitian dan argumentasi untuk menghasilkan

informasi yang relevan dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang


mungkin timbul akibat diterapkannya suatu kebijakan. Akibat yang

ditimbulkan dari penerapan suatu kebijakan bisa positif maupun negatif,

dan hal ini dapat dikatakan sebagai dampak kebijakan publik.

--Selamat belajar semoga berhasil--

Anda mungkin juga menyukai