Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

FILSAFAT
NAMA: ALNISA NAFISA LONTO
NIM: 220111040075

1. Filasafat dan ilmu sama dari sudut obyek materi tetapi berbeda dari
sudut obyek formal. Jelaskan dengan contoh “manusia” di mana
dalam kajiannya tentang manusia filsafat bercorak “transendental /
totalitas / holistis / menyeluruh, sedangkan ilmu bercorak
“perspektivistis / parsial”.

Jawaban
 Filsafat bercorak transendental/holistis/problematis totalitas dan ilmu
bercorak perspektivistis/parsial memiliki perbedaan dalam cara mereka
mendekati masalah dan tujuan akhir dari pengetahuan.
Filsafat bercorak transendental/holistis/problematis totalitas cenderung
memandang dunia dan manusia secara keseluruhan, mencari pemahaman
yang komprehensif dan universal tentang alam semesta dan manusia.
Pendekatan ini mencoba untuk memahami keterkaitan dan hubungan
antara segala sesuatu dalam dunia, mencari keseluruhan dari semua
bagian dan mempertimbangkan faktorfaktor yang lebih luas dan
kompleks. Filsafat transendental/holistis/problematis totalitas juga
menganggap bahwa pemahaman tentang dunia dan manusia tidak bisa
ditemukan hanya melalui pendekatan parsial atau terbatas pada satu sudut
pandang saja.
Di sisi lain, ilmu bercorak perspektivistis/parsial lebih fokus pada
pengamatan dan analisis terhadap suatu obyek atau fenomena tertentu.
Ilmu parsial berusaha mencapai pemahaman yang lebih terperinci dan
spesifik tentang suatu obyek atau fenomena, dan mempertimbangkan
faktor-faktor yang lebih terbatas. Pendekatan ilmu parsial cenderung
mengabaikan aspek-aspek yang lebih luas dan kompleks dalam
keterkaitan antara berbagai fenomena.
Perbedaan kunci antara filsafat bercorak
transendental/holistis/problematis totalitas dan ilmu bercorak
perspektivistis/parsial adalah dalam cara mereka melihat dunia dan
manusia serta tujuan akhir dari pengetahuan. Filsafat
transendental/holistis/problematis totalitas cenderung mencari
pemahaman yang lebih luas, holistik, dan universal tentang alam semesta
dan manusia. Sementara itu, ilmu parsial lebih fokus pada analisis yang
lebih spesifik dan terbatas terhadap fenomena tertentu.

2. Jelaskan dengan contoh perbedaan antara persoalan "non-filsafati"


dan persoalan "filsafati”.
Jawaban
 Filsafat adalah suatu pemikiran dan kajian kritis terhadap kepercayaan
dan sikap yang sudah dijunjung tinggi kebenarannya melalui pencarian
dan analisis konsep dasar mengenai bidang kegiatan pemikiran.
Contohnya, Apakah wanita cantik itu harus selalu berkulit putih?
 Non filsafat Pola pemikiran dalam metode berfikir (berfilsafat) berawal
dari titikpangkal dan dasar kepastian, seperti logika konsepsional dan
intuisi, seperti penalaran (induktif) dan penalaran (deduktif).
Contohnya, Bagaimana cara mengoperasikan mesin cuci?

Perbedaan antara persoalan “non-filsafati” dan persoalan “filsafati” terletak


pada cakupan, pendekatan, dan karakteristik dari masing-masing jenis
persoalan tersebut

3. Jelaskan perbedaan antara 3 kelompok ilmu berikut ini:


a. Ilmu-ilmu abstrak/simbolik
b. Ilmu-ilmu Kemanusiaan
c. Ilmu-ilmu alam
Jawaban
a. Ilmu abstrak/simbolik adalah ilmu yang mengkaji arti dari
kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi yang seperti
kebiasaan, etika, logika, estetika manusia tersebut. Contohnya
adalah ilmu bahasa dan kesenian.
b. Ilmu Kemanusiaan/Ilmu sosial adalah ilmu yang mengkaji tentang
aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan
sekitarnya. Contohnya Ilmu Sosiologi dan Ekonomi.
c. Ilmu Alam adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui
keteraturan- keteraturan yang terdapat dalam alam semesta.
Contohnya Ilmu Fisika dan Kimia.
Secara umum, perbedaan antara ketiga kategori ini terletak pada objek
dan metode studi yang digunakan. Ilmu-ilmu abstrak/simbolik
mempelajari konsep-konsep abstrak dengan menggunakan metode
analitis dan deduktif. Ilmu-ilmu kemanusiaan mempelajari aspek
manusia dan budaya dengan menggunakan metode interpretatif dan
analisis konteks. Sementara itu, ilmu-ilmu alam mempelajari
fenomena alam dengan menggunakan metode observasi, eksperimen,
dan pemodelan matematis.
4. Sebutkan 2 alasan mengapa kebenaran kesimpulan induktif bersifat
sementara/tidak pernah lengkap.
Jawaban
 Keterbatasan Data atau Bukti yang Tersedia:
Kesimpulan induktif dibuat berdasarkan data atau bukti yang terbatas.
Dalam metode induksi, kita mencapai suatu kesimpulan umum
berdasarkan pengamatan atau data spesifik. Namun, tidak mungkin untuk
mengamati atau mengumpulkan semua data yang ada di dunia ini. Oleh
karena itu, kesimpulan induktif selalu bersifat sementara karena
kemungkinan adanya data tambahan di masa depan yang dapat mengubah
atau memperluas pemahaman kita tentang suatu fenomena. Jadi,
kebenaran kesimpulan induktif selalu tergantung pada data yang tersedia
saat ini, yang dapat diperluas atau direvisi dengan data tambahan di masa
depan.
Dalam kesimpulannya, kebenaran kesimpulan induktif bersifat
sementara/tidak pernah lengkap karena keterbatasan data atau bukti yang
tersedia serta adanya ketidakpastian dan kemungkinan alternatif yang
belum diketahui atau belum diamati.

5. a) Tulislah rumus silogisme kategoris dan berikan satu contoh


b) Tulislah rumus entymena dan rubahlah silogisme kategoris
(contoh yang anda berikan di atas) menjadi entymena.
Jawaban
a.) Premis Mayor: Semua X adalah Y
Premis Minor: Beberapa Z adalah X
Kesimpulan: Oleh karena itu, beberapa Z adalah Y
Contoh
 Premis Mayor: Semua manusia adalah makhluk berakal
 Premis Minor: Beberapa orang adalah manusia
 Kesimpulan: Oleh karena itu, beberapa orang adalah makhluk
berakal
Dalam contoh ini, premis mayor menyatakan bahwa semua manusia
adalah makhluk berakal, premis minor menyatakan bahwa beberapa
orang adalah manusia, dan kesimpulan menyimpulkan bahwa
beberapa orang adalah makhluk berakal berdasarkan kedua premis
tersebut.
b.) Rumus rumus entymena dan rubahlah silogisme kategoris (contoh
yang anda berikan di atas) menjadi entymena :
 Premis 1: Semua manusia adalah makhluk berakal.
 Premis 2: Socrates adalah manusia.
 Kesimpulan: Oleh karena itu, Socrates adalah makhluk berakal.
Untuk mengubah silogisme kategoris ini menjadi entymena, kita perlu
merumuskan ulang argumen dengan menggunakan proposisi
kondisional (jika ... maka ...) sebagai premis dan kesimpulan. Berikut
adalah contoh entymena yang berhubungan dengan silogisme
kategoris di atas:
Entymena: Jika seseorang adalah manusia, maka orang tersebut adalah
makhluk berakal.
Socrates adalah manusia. Oleh karena itu, Socrates adalah makhluk
berakal. Dalam entymena ini, kita menggantikan premis 1 dan
kesimpulan silogisme kategoris dengan dua proposisi kondisional
yang menyatakan hubungan antara manusia dan makhluk berakal.

Anda mungkin juga menyukai